ABSTRACT
Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang Pengabdian Kepada Masyarakat
ini dimaksudkan untuk membantu memecahkan masalah pada mitra pertama yaitu ketua
pemicuan jamban yang terletak di Desa Darsono Kecamatan Arjasa. Ketua pemicuan
jamban adalah Bapak Mawardi.
Permasalahan yang ada pada mitra pertama menurut data analisis situasi yang
telah dilakukan oleh Kelompok 6 Pengalaman Belajar Lapangan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember adalah pertama, masih rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Kedua, adanya pencemaran air
sungai yang diakibatkan oleh BAB sembarangan. Ketiga, sebesar 19,51% warga Desa
Darsono menderita diare. Keempat, 60% warga Desa Darsono buang air besar di sungai
dan lahan terbuka. Kelima, 58% warga Desa Darsono tidak memiliki jamban. Keenam,
9% warga Desa Darsono tidak memasak air minum.
Target luaran dari Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah pertama,
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang BAB sembarangan. Kedua, penurunan
angka kejadian diare. Ketiga, penurunan angka BAB di lahan terbuka. Kelima,
pembangunan jamban dilakukan oleh warga. Keenam, peningkatan pengolahan air
sebelum diminum. Keenam, pembuatan Artikel Ilmiah. Ketujuh, pembuatan poster
tentang pentingnya BAB di jamban dan bahaya penyakit diare.
Solusi penyelesaian permasalahan di atas adalah dengan menggunakan metode
CLTS (Community Lead Total Sanitation), dimana metode ini bertujuan untuk
memunculkan komitmen perubahan secara kolektif, sehingga akan muncul
kepemimpinan lokal yang akan menggerakkan komunitasnya mencapai perubahan secara
total. Pemicuan kepada masyarakat untuk stop buang air besar sembarangan (STOP
BABS) pada prinsipnya dapat dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu tahap pra pemicuan,
tahap pelaksanaan pemicuan dan tahap pasca pemicuan.
Partisipasi mitra dilakukan mulai tahap pra pemicuan, pelaksanaan, hingga tahap
pasca pemicuan. Partisipasi mitra dievaluasi pada setiap kegiatan, sehingga diharapkan
pada saat akhir kegiatan, keberlanjutan program dapat tetap berjalan.
Kata kunci : Diare, Pemicuan Jamban, CLTS
1. PENDAHULUAN
Analisis Situasi
Desa Darsono merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Arjasa Kabupaten
Jember yang mempunyai jarak dari Kecamatan Arjasa 3 km, sedangkan jarak dari pusat
kota Jember sejauh 8,2 km, dan jarak ke Propinsi 240 km. Luas wilayah desa
keseluruhan sebesar 634,840 Ha. Dari luas wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa
kawasan yakni permukiman, hutan, irigasi dll. Desa Darsono memiliki wilayah 4 dusun
yaitu Dusun Kopang Krajan, Dusun Teratai, Dusun Padasan, dan Dusun Gading.
Akses jalan menuju Desa Darsono sudah beraspal, namun pada daerah bukan
sekitar jalur utama memiliki jalan yang tidak beraspal dan aksesnya sangat sulit, yaitu
jalan tanah, berdebu, dan berbatu. Keberadaan sungai di dalam Desa Darsono terdiri dari
1 sungai besar yang airnya keruh dan lainnya adalah sungai untuk irigasi persawahan.
Jarak Desa Darsono menuju pasar Arjasa 3-5 km yang dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan jarak Desa Darsono menuju Puskesmas
Arjasa 4,7 km.
Permasalahan
Definisi Undang-Undang Kesehatan no. 36 tahun 2009 sebagai berikut:
Keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit
dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial.
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk menunjang dan
melaksanakan segala aktivitas dalam kehidupannya. Mengacu pada Undang-undang
Kesehatan no.36 tahun 2009, sehat tidak hanya dilihat dari segi fisik dan mental
seseorang,
namun
juga
kondisi
sosial
dan
ekonominya.
Faktor-faktor
yang
Oleh karena itu, penulis ingin melakukan suatu program kreativitas mahasiswa di
bidang pengabdian kepada masyarakat yang berdampak pada pelestarian lingkungan
hidup serta untuk menurunkan angka kejadian diare, yaitu dengan mengadakan kegiatan
pemicuan jamban di Desa Darsono. Metode yang dilakukan penulis adalah metode CLTS
(Community Lead Total Sanitation), dimana metode ini bertujuan untuk memunculkan
komitmen perubahan secara kolektif, sehingga akan muncul kepemimpinan lokal yang
akan menggerakkan komunitasnya mencapai perubahan secara total.
Luaran yang diharapkan
Target luaran dari Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah pertama,
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang BAB sembarangan. Kedua, penurunan
angka kejadian diare. Ketiga, penurunan angka BAB di lahan terbuka. Keempat,
pembangunan jamban dilakukan oleh warga. Kelima, peningkatan pengolahan air
sebelum diminum. Keenam,
tentang diare.
2. METODE
Metode CLTS (Community Lead Total Sanitation) atau dengan kata lain sanitasi
total yang dipimpin oleh masyarakat, merupakan salah satu metode percepatan dalam
menangani kasus penyakit berbasis lingkungan khususnya diare. Pemicuan merupakan
suatu upaya untuk menimbulkan suatu energy lebih dalam diri sesorang atau kelompok,
sehingga terjadi suatu mata rantai gerakan yang menggelora. Pemicuan kepada
masyarakat untuk stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) pada prinsipnya
dapat dikelompokan dalam 3 tahap, yaitu tahap pra pemicuan, tahap pelaksanaan
pemicuan dan tahap pasca pemicuan.
1. Pra Pemicuan
Pengenalan/identifikasi Lingkungan
Kondisi lingkungan, suatu daerah yang akan dipicu harus benar-benar dikenal
dan dicermati terlebih dahulu oleh seorang fasilitator. Silaturahmi dan menjelajah desa
merupakan salah cara untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan suatu
desa. Kondisi lingkungan suatu daerah yang harus dikenali meliputi lingkungan geofisik
maupun sosial budaya, karena kondisi kedua aspek tersebut nantinya akan sangat
berpengaruh dalam proses pemicuan dan tingkat keberhasilannya.
Perasaan jijik
Perasaan malu dan kaitannya dengan privasi seseorang
Perasaan takut sakit
Perasaan berdosa
Adapun penjelasan mengenai hal yang harus dipicu beserta alat peraganya seperti
dibawah ini :
Hal-hal yang harus dipicu
Rasa jijik
Rasa malu
Takut sakit
a.
a.
b.
c.
sebagainya.
Transect walk
Perhitungan jumlah tinja
Alur kontaminasi
Pemetaan rumah warga yang terkena
diare
dengan
didukung
data
Aspek agama
Puskesmas.
a. Mengutip hadis atau pendapat para ahli
agama yang relevan dengan perilaku
manusia
yang
dilarang
karena
dilakukan oleh puskesmas Arjasa dan jumlah warga yang tidak memiliki jamban
pribadi di ketiga dusun tersebut. Kami juga bekerjasama dengan mitra usaha
pemicuan jamban di Desa Darsono yaitu Bapak Mawardi dan menentukan
koordinator pelaksana pemicuan jamban. Koordinator tersebut adalah penduduk
setempat dengan harapan masyarakat ikut berperan aktif dalam pelaksanaan
kegiatan ini.
Di Dusun Gading Desa Darsono terdapat 12 warga yang terpicu untuk
melakukan pembuatan jamban, namun hanya 4 warga yang sanggup
merealisasikan pembangunan jamban. Beberapa kendala yang kami alami antara
lain penggunaan bahasa daerah, keterbatasan ekonomi, keterbatasan SDM, akses
jalan sulit, dan ketidaktepatan waktu sehingga acara tertunda selama 45 menit.
Setelah pembangunan jamban oleh 4 warga tersebut terealisasi, kami melakukan
monitoring yang bekerjasama dengan ketua koordinasi pemicuan jamban beserta
ketua RT setempat yang hasilnya, jamban sudah mulai digunakan oleh warga.
Di Dusun Padasan Desa Darsono kami melakukan pemicuan yang
berlokasi di halaman rumah Ketua RT. Hasil dari pemicuan di Dusun Padasan
adalah 5 warga terpicu namun hanya 4 warga yang bersedia merealisasikan
pembangunan jamban dan sedang dalam proses pembangunan jamban. Dusun
Padasan merupakan daerah aliran sungai sehingga warga bergantung pada sungai
untuk melakukan aktivitas mandi, BAB, mencuci baju, dan lain-lain. Kendalakendala yang kami alami adalah keterbatasan ekonomi sehingga banyak warga
yang mengharapkan bantuan dana dari pemerintah untuk membangun jamban
pribadi, akses air bersih yang sulit dijangkau, penggunaan bahasa daerah,
merupakan daerah aliran sungai sehingga warga lebih bergantung pada sungai,
keterbatasan SDM, dan akses jalan sulit.
Di Dusun Teratai Desa Darsono hanya ada satu warga yang terpicu yaitu
Ibu Sholehah dan masih dalam proses merealisasikan pembangunan jamban.
Warga enggan melakukan pembangunan jamban pribadi disamping penyebabnya
adalah kendala ekonomi, juga dikarenakan terdapat WC umum dan fasilitas WC
yang ada di SDN 2 Darsono dan SMPN 1 Darsono, serta sumber air bersih yang
kurang mencukupi di Dusun Teratai. Kendala-kendala yang kami alami adalah
Terdapat WC umum sehingga warga lebih memilih WC umum daripada jamban
pribadi, akses jalan sulit, kurangnya kesadaran warga akan kebersihan lingkungan,
penggunaan bahasa daerah, hujan.
Setelah melakukan sosialisasi dan pemicuan di 3 dusun Desa Darsono,
kami mengajak semua warga yang terpicu dan sanggup merealisasikan
pembangunan jamban untuk menandatangani surat perjanjian kesediaan
membangun jamban pribadi. Yaitu 4 warga dari dusun Gading, 4 warga dari dusun
Padasan, dan 1 warga dari Dusun Teratai. Realisasi pembangunan jamban pada 9
warga tersebut diawasi oleh mitra usaha dan koordinator pelaksanaan pemicuan
jamban, sehingga pembangunan jamban cepat terselesaikan.
dan evaluasi. Adapun dana yang dibutuhkan dalam program ini sebesar Rp
9.000.000,00,- yang digunakan untuk honorarium, keperluan biaya habis pakai,
peralatan penunjang, biaya perjalanan, dan lain-lain.
5. REFERENSI
Depkes RI. 2005. Modul Panduan Praktek CLTS di Lapangan. Jakarta : Depkes
RI.
Kelompok 6 PBL FKM. 2015. Analisis Situasi Kesehatan Masyarakat di Desa /
Kelurahan Darsono Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jember :
Kelompok 6 PBL FKM Universitas Jember.
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
http://new.pamsimas.org/index.php?option=com...view...id...clts diakses tanggal
18 September 2015
http://stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=2563 diakses tanggal 19 September
2015
http://stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=9647&r=0 diakses tanggal 19
September 2015
http://stbm-indonesia.org/files/kurmod/STBM%20Fasilitator.pdf diakses tanggal
20 September 2015
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/04/community-led-total-sanitationclts.html diakses tanggal 20 September 2015