Suse14 PDF
Suse14 PDF
132.96.11.3
0:20:4c:30:29:29
132.96.12.0
132.96.11.0
132.96.12.9
0:80:48:ea:35:9a
seth
132.96.11.2
0:80:ad:17:96:34
osiris
132.96.11.1
0:80:48:e3:d2:69
isis
132.96.12.8
0:80:ad:a7:96:f5
khensu
132.96.36.6
0:80:48:ea:35:10
132.96.36.0
toth
132.96.36.4
0:80:ad:a6:b6:65
khnemu
132.96.12.7
0:40:95:11:2:b5
anubis
132.96.36.5
0:80:ad:a7:a3:81
132.96.11.2
132.96.11.1
132.96.11.3
IP Pengirim: 132.96.11.1
Ethernet Address:0:80:48:e3:d2:69
IP Target: 132.96.11.2
Ethernet Address:0:80:ad:17:96:34
Pada gambar diatas terlihat bahwa osiris dan anubis terletak pada jaringan
Ethernet yang berbeda. Kedua jaringan tersebut dihubungkan oleh khensu. Khensu
memiliki lebih dari satu interface dan dapat melewatkan datagram daari satu
interface ke intreface lain (atau bertindak sebagai router). Ketika mengirimkan data
ke anubis, osiris memeriksa tabel routing dan mengetahui bahwa data tersebut
harus melewati khensu terlebih dahulu. Dengan kondisi seperti ini datagram yang
dikirim osiris ke anubis memiliki alamat tujuan anubis dan alamat sumber osiris
tetapi frame ethernet yang dikirimnya diberi alamat tujuan khensu dan alamat
sumber osiris.
IP pengirim: 132.96.11.1
Ethernet Address:0:80:48:ea:35:10
IP target: 132.96.36.5
Ethernet Address:0:80:ad:a7:a3:81
132.96.36.4
132.96.11.1
132.96.36.5
132.96.11.2
132.96.36.6
132.96.11.3
IP pengirim: 132.96.11.1
Ethernet Address:0:80:48:e3:d2:69
IP target: 132.96.36.5
Ethernet Address:0:20:4c:30:29:29
Pada dua kasus diatas terlihat proses yang terjadi pada lapisan internet
ketika mengirimkan dan menerima datagram. Pada saat mengirimkan datagram,
host harus memeriksa apakah alamat tujuan datagram terletak pada jaringan yang
sama atau tidak. Jika lamat tujuan datagram terletak pada jaringan yang sama ,
datagram dapat langsung disampaikan. Jika ternyata alamat tujuan datagram tidak
terletak pada jaringan yang sama, datagram tersebut harus disampaikan melalui
host lain yang bertindak sebagai router. Pada saat menerima datagram host harus
memeriksa apakah ia merukapakan tujuan dari datagram tersebut. Jika memang
demikian maka data diteruskan ke lapisan transport. Jika ia bukan tujuan dari
datagram tersebut, maka datagram tersebut dibuang. Jika host yang menerima
datagram tersebut sebuah router, maka ia meneruskan datagram ke interface yang
menuju alamat tujuan datagram.
Minimal Routing
Dari namanya dapat diketahui bahwa ini adalah konfigurasi yang paling
sederhana tapi mutlak diperlukan. Biasanya minimal routing dipasang pada
network yang terisolasi dari network lain atau dengan kata lain hanya pemakaian
lokal saja.
Static Routing
Konfigurasi routing jenis ini biasanya dibangun dalam network yang hanya
mempunyai beberapa gateway, umumnya tidak lebih dari 2 atau 3. Static routing
dibuat secara manual
Jenis
ini masih
memungkinkan untuk jaringan kecil dan stabil. Stabil dalam arti kata jarang
down. Jaringan yang tidak stabil yang dipasang static routing dapat membuat
kacau seluruh routing, karena tabel routing yang diberikan oleh gateway tidak
benar sehingga paket data yang seharusnya tidak bisa diteruskan masih saja
dicoba sehingga menghabiskan bandwith. Terlebih menyusahkan lagi apabila
network semakin berkembang. Setiap penambahan sebuah router, maka router
yang telah ada sebelumnya harus diberikan tabel routing tambahan secara
manual. Jadi jelas, static routing tidak mungkin dipakai untuk jaringan besar,
karena membutuh effort yang besar untuk mengupdatenya.
Dynamic Routing
Dalam sebuah network dimana terdapat jalur routing lebih dari satu rute untuk
mencapat tujuan yang sama biasanya menggunakan dynamic routing. Dan juga
selain itu network besar yang terdapat lebih dari 3 gateway. Dengan dynamic
routing, tinggal menjalankan routing protokol yang dipilih dan biarkan bekerja.
Secara otomatis tabel routing yang terbaru akan didapatkan.
Seperti dua sisi uang, dynamic routing selain menguntungkan juga sedikit
merugikan. Dynamic routing memerlukan routing protokol untuk membuat tabel
routing dan routing protokol ini bisa memakan resource komputer.
Routing Protocol
Protokol routing merupakan aturan yang mempertukarkan informasi routing
yang nantinya akan membentuk tabel routing sedangkan routing adalah aksi
pengiriman-pengiriman paket data berdasarkan tabel routing tadi.
Semua routing protokol bertujuan mencari rute tersingkat untuk mencapai
tujuan. Dan masing-masing protokol mempunyai cara dan metodenya sendirisendiri. Secara garis besar, routing protokol dibagi menjadi Interior Routing Protocol
dan Exterior Routing Protocol. Keduanya akan diterangkan sebagai berikut :
Interior Routing Protocol
Sesuai namanya, interior berarti bagian dalam. Dan interior routing protocol
digunakan dalam sebuah network yang dinamakan autonomus systems (AS) . AS
dapat diartikan sebagai sebuah network (bisa besar atau pun kecil) yang berada
dalam satu kendali teknik. AS bisa terdiri dari beberapa sub network yang masingmasingnya mempunyai gateway untuk saling berhubungan. Interior routing protocol
mempunyai beberapa macam implemantasi protokol, yaitu :
RIP (Routing Information Protocol)
Merupakan protokol routing yang paling umum dijumpai karena biasanya
sudah included dalam sebuah sistem operasi, biasanya unix atau novell. RIP
memakai
metode
distance-vector
algoritma.
Algoritma
ini
bekerja
dengan
menambahkan satu angka metrik kepada ruting apabila melewati satu gateway.
Satu kali data melewati satu gateway maka angka metriknya bertambah satu ( atau
dengan kata lain naik satu hop ). RIP hanya bisa menangani 15 hop, jika lebih maka
host tujuan dianggap tidak dapat dijangkau.
Oleh karena alasan tadi maka RIP tidak mungkin untuk diterapkan di sebuah AS
yang besar. Selain itu RIP juga mempunyai kekurangan dalam hal network masking.
Namun kabar baiknya, implementasi RIP tidak terlalu sulit ika dibandingkan dengan
OSPF yang akan diterangkan berikut ini.
Router
utama
menerima
routing
dari
router-router
AS
yang
lain
tanpa
mengevaluasinya. Maksudnya, rute untuk ke sebuah AS bisa jadi lebih dari satu rute
dan EGP menerima semuanya tanpa mempertimbangkan rute terbaik.
bit. Setiap card ethernet memiliki alamat ethernet yang unix (MAC address). Agar
datagram dapat diterima oleh sebuah host tujuan, datagram harus dimasukan dalam
frame dengan alamat ethernet tujuan yang sama dengan alamat card ethernet host
tujuan. Proses ini juga bagian dari routing, yaitu pada saat mengirimkan datagram IP
bagaimana menentukan alamat Ethernet host tujuan datagram tersebut?
ARP
Untuk keperluan mapping IP address ke Alamat Ethernet
maka di buat
protokol ARP (Address Resolution Protocol). Proses mapping ini dilakukan hanya
untuk datagram yaang dikirim host karena pada saat inilah host menambahkan
header Ethernet pada datagram. Penerjemahan dari IP address ke alamat Ethernet
dilakukan dengan melihat sebuah tabel yang disebut sebagai cache ARP, lihat tabel
Entri cache ARP berisi IP address host beserta alamat Ethernet untuk host
tersebut. Tabel ini diperlukan karena tidak ada hubungan sama sekali antara IP
address dengan alamat Ethernet. IP address suatu host bergantung pada IP
address jaringan tempat host tersebut berada, sementara alamat Ethernet sebuah
card bergantung pada alamat yang diberikan oleh pembuatnya.
Tabel Cache ARP
IP address
Alamat Ethernet
132.96.11.1
0:80:48:e3:d2:69
132.96.11.2
0:80:ad:17:96:34
132.96.11.3
0:20:4c:30:29:29
ini yang diketahui oleh host A adalah IP address host B tetapi alamat ethernet B
belum diketahui.
Alamat IP
Alamat Ethernet
132.96.11.1
0:80:48:e3:d2:69
132.96.11.1
Gambar cache ARP awal
Agar dapat mengirimkan datagram ke host B, host A perlu mengisi cache
ARP dengan entri host B. Karena cache ARP tidak dapat digunakan untuk
menerjemahkan IP address host BB menjadi alamat Ethernet, maka host A harus
melakukan dua hal yaitu :
Mengirimkan paket ARP request pada seluruh host di network menggunakan
alamat broadcast Ethernet (FF:FF:FF:FF:FF:FF) untuk meminta jawaban ARP
dari host B, lihat gambar 2.
Menempatkan datagram IP yang hendak dikirim dalam antrian.
Paket ARP request yang dikirim host A kira-kira berbunyi Jika IP address-mu
adalah 132.96.11.2, mohon beritahu alamat Ethernet-mu. Karena paket ARP
request dikirim ke alamat broadcast Ethernet, setiap interface Ethernet komputer
yang ada dalam satu subnet (jaringan) dapat mendengarnya. Setiap host dalam
jaringan tersebut kemudian memeriksa apakah IP addressnya sama dengan IP
address yang diminta oleh host A.
132.96.11.1
132.96.11.2
132.96.11.3
IP pengirim: 132.96.11.1
Ethernet Address:0:80:48:e3:d2:69
IP target: 132.96.11.2
Ethernet Address:0:80:ad:17:96:34
Host B yang mengetahui bahwa yang diminta oleh host A adalah IP address
yang dimilikinya langsung memberikan jawaban dengan mengirimkan paket ARP
response langsung ke alamat ethernet pengirim (host A), seperti terlihat pada
gambar 3. Paket ARP request tersebut kira-kira berbunyi IP address 132.96.11.2
adalah milik saya, sekarang saya berikan alamat ethernet saya.
132.96.11.1
132.96.11.2
132.96.11.3
IP Pengirim: 132.96.11.2
Ethernet Address:0:80:ad:17:96:34
IP Target: 132.96.11.1
Ethernet Address:0:80:48:e3:d2:69
Gambar Paket ARP response
Paket ARP request dari host B tersebut diterima oleh host A dan host A
kemudian menambahkan entri IP addresss host B beserta alamat Ethernet-nya ke
dalam cache ARP, lihat gambar 4.
Alamat IP
132.96.11.1
132.96.11.2
Alamat Ethernet
0:80:48:e3:d2:69
0:80:ad:17:96:34
132.96.11.1
Gambar Cache ARP setelah penambahan entri host B
Saat ini host A telah memiliki entri untuk host B di tabel cache ARP, dengan
demikian datagram IP yang semula dimasukkan ke dalam antrian dapat diberi
header Ethernet dan dikirim ke host B.
Secara ringkas proses ARP adalah:
1. Host mengirimkan paker ARP request dengan alamat broadcast Etehrnet.
2. Datagram IP yang dikirim dimasukkan ke dalam antrian.
3. Paket ARP respon diterima host dan host mengisi tabel ARP dengan entri
baru.
4. Datagram IP yang terletak dalam antrian diberi header Ethernet.
5. Host mengirimkan frame Ethernet ke jaringan.
Setiap data ARP yang diperoleh disimpan dalam tabel cache ARP dan cache
ini diburi umur. Setiap umur entri tersebut terlampaui, entri ARP dihapus dari tabel
dan untuk mengisi tabel. Jika host akan mengirimkan datagram ke host yang sudah
dihapus dari cache ARP, host kembali perlu melakukan langkah-langkah diatas.
Dengan cara ini dimungkinkan terjadinya perubahan isi cache ARP yang dapat
menunjukkan dinamika jaringan. Jika sebuat host di jaringan dimatikan, maka
selang beberapa saat kemudian entri ARP untuk host tersebut dihapus karena
kadaluarsa. Jika card ethernetnya diganti, maka beberapa saat kemudian entri ARP
host berubah dengan informasi alamat ethernet yang baru.
Cara Kerja
RIP bekerja dengan nilai metrik. Setiap router yang menjalankan RIP
membuat permintaan untuk update routing dari router atau host lainnya yang berada
satu network dengannya. Router yang mendengar adanya permintaan tadi akan
memberikan tabel routingnya kepada yang meminta. Update tabel routing tadi
memuat informasi alamat tujuan beserta metriknya. Sebagai contoh, untuk melihat
tabel routing pada unix , tinggal ketik perintah :
[radar] # netstat -nr
Routing tables
Internet:
Destination
default
Gateway
167.205.48.33
Flags
UGSc
127.0.0.1
127.0.0.1
UH
167.205.48.32/27 link#1
167.205.48.33
167.205.48.57
Refs
1
Use
734
Netif Expire
ed0
734
lo0
UC
ed0
0:80:ad:b7:9c:87
UHLW
ed0
0:80:48:af:d5:e3
UHLW
1 10052
lo0
Routed secara periodik meminta request update routing. Hasil respon tadi,
sebelum dimasukkan ke dalam kernel table routing ( KRT ) diperiksa terlebih dahulu.
Apabila ada routing untuk ke alamat yang baru , yang belum ada sebelumnya, maka
routing tadi dimasukkan ke dalam KRT. Apabila ternyata tidak ada yang baru, maka
update tadi tidak dimasukkan. Lain halnya jika alamat yang sudah ada berubah
metriknya menjadi lebih kecil. Mengecilnya metrik membuat jalur rute yang lebih
pendek dan oleh karena itu diputuskan untuk dimasukkan ke dalam KRT.
Metrik dalam RIP dapat dibayangkan sebagai jumlah hop untuk mencapat
sebuah alamat.
bawah ini.
Skema Jaringan
Subnet 10
Subnet 14
Router 4
Subnet 11
Router 1
Subnet 13
Router 5
Subnet 15
Router 2
Router 3
Subnet 12
mempunyai metrik lebih dari 15. metrik yang berharga 16 dianggap infinity, tidak
dapat dijangkau.
kepada router 2, maka router 2 akan menghapus subnet 10 dari alamt tujuan di
KRT. Subnet 10 dianggap tidak dapat dijangkau.
Implementasi routed
Untuk menjalankan routed sederhana saja, tinggal ketik :
# routed
Option yang ada pada routed, seperti :
-s
memaksa routed untuk memberikan informasi routing. Routed secara otomatis
menjalankan option ini sewaktu ditemukan adanya 2 network interface atau lebih.
Dengan demikian, host ini menjadi router dengan di enable nya fungsi forwarding
pada kernel.
-q
Dengan option ini, host tidak memberikan informasi routing, melainkan hanya
menerima update saja. Host yang demikian bukanlah sebuah router.
Kelemahan RIP
Dalam implementasi RIP memang mudah untuk digunakan, namun RIP mempunyai
masalah serius pada Autonomous System yang besar, yaitu :
4.1 Terbatasnya diameter network
Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa menerima metrik sampai
15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau. Hal ini bisa menjadi masalah
pada network yang besar.
4.2 Konvergensi yang lambat
Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP mempunyai metode
yang tidak efesien. Seperti pada contoh skema network di atas, misalkan subnet
10 bernilai 1 hop dari router 2 dan bernilai 2 hop dari router 3. Ini pada kondisi
bagus, namun apabila router 1 crash, maka subnet 3 akan dihapus dari tabel
routing kepunyaan router 2 sampai batas waktu 180 detik. Sementara itu, router 3
belum mengetahui bahwa subnet 3 tidak terjangkau, ia masih mempunyai tabel
routing yang lama yang menyatakan subnet 3 sejauh 2 hop ( yang melalui router
2 ). Waktu subnet 3 dihapus dari router 2, router 3 memberikan informasi ini
kepada router 2 dan router 2 melihat bahwa subnet 3 bisa dijangkau lewat router
3 dengan 3 hop ( 2 + 1 ).Karena ini adalah routing baru maka ia akan
memasukkannya ke dalam KRT. Berikutnya, router 2 akan mengupdate routing
table dan memberikannya kepada router 3 bahwa subnet 3 bernilai 3 hop. Router
3 menerima dan menambahkan 1 hop lagi menjadi 4. Lalu tabel routing diupdate
lagi dan router 2 meneriman informasi jalan menuju subnet 3 menjadi 5 hop.
Demikian seterusnya sampai nilainya lebih dari 30. Routing atas terus menerus
looping sampai nilainya lebih dari 30 hop.
membacanya bila lebih dari 24 bit. Ini adalah masalah besar, mengingat masking
yang lebih dari 24 bit banyak dipakai. Hal ini sudah dapat di atasi pada RIPv2.
OPEN SHORTEST PATH FIRST
Pendahuluan
OSPF merupakan interior routing protocol yang kepanjangan dari Open Shortest
Path First. OSPF di desain olrh IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada
mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( shortest path first ). Hampir tidak
berbeda dengan IGRP ( Interior Gateway Routing Protocol ) pada tahun 80-an.
Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata
untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi.
OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini
bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada
RFC nomor 1247.
Area
Area yaitu letak dimana berada sebuah kumpulan network, router dan host
biasa. Area di sini bukan berarti area fisik.
Backbone
Backbone adalah area yang khusus dimana area-area saling terhubungkan.
Seluruh area yang ada, harus terhubung ke backbone.
Stub Area
Adalah area dimana hanya terdapat satu buah gateway / router, tidak ada
alternatif lainnya.
Subnet 10
Subnet 14
Router 4
Subnet 11
Router 1
Subnet 13
Router 5
Subnet 15
Router 2
Router 3
Subnet 12
Keterangan
Router 1 terhubung ke subnet 10 dan 11
Router 2 terhubung ke subnet 11 dan 12
Router 3 terhubung ke subnet 12 dan 15
Router 4 terhubung ke subnet 13 dan 15
Router 5 terhubung ke subnet 14 dan 15
Pertama-tama network diatas akan dibagi menjadi beberapa area, yaitu :
Area 1 : 10 ( stub area karena hanya mempunyai 1 router )
Area 2 : 11 dan 12
Area 3 : 13 , 14 dan 15
Dan masing-masing router mempunyai neighbour :
Router 1 mempunyai neighbour router 2
Router 2 mempunyai neighbour router 1 dan 3
Router 3 mempunyai neighbour router 2, 4 dan 5
Router 4 mempunyai neighbour router 3 dan 5
Router 5 mempunyai neighbour router 3 dan 4
Router 1 menggambarkan peta network seperti demikian :
Router 1
( 0 )
cost 10
Router 2
( 10 )
cost 10
Router 3
( 20 )
cost 10
cost 10
cost 10
Router 4
( 30 )
Router 5
( 30 )
cost 10
cost 10
Router 4
( 40 )
Router 5
( 40 )
$ netstat -nr
Routing tables
Destination
Gateway
Flags Refcnt
Use
UH
105
lo0
35
3075
ed0
127.0.0.1
127.0.0.1
167.205.20.0
167.205.20.3 U
Interface
Flag H ( host ) menandakan hanya satu host yang dapat dicapai melalui rute
ini. Berarti, rute ini hanya menuju ke host tertentu ( bedakan dengan rute ke
suatu network yang mungkin memiliki puluhan / ratusan host ). Kebanyakan
rute yang ada pada routing table menuju ke network, bukan ke host tertentu.
Hal ini untuk memperkecil ukuran routing table. Suatu instansi mungkin hanya
memiliki satu network, tetapi network tersebut mungkin terdiri dari ratusan
host. Mudah dimengerti bahwa jika seluruh IP Address dari host yang ada
pada network tujuan dimasukkan dalam routing table, ukurannya akan
membengkak dengan cepat. Cukup nomor networknya saja yang
dicantumkan karena telah mewakili nomor seluruh host pada network
tersebut.
Flag c sama seperti flag sebelumnya, tapi flag ini menunjuk ke protokol
yang spesifik
Untuk akses ke network yang lain, network token ring di atas hanya memiliki satu
gateway, yakni yang ber-IP Address 167.205.20.11. Untuk itu, seluruh host yang
ada pada network token ring ( kecuali gateway ) dapat menambahkan default
routing sbb :
# route -n add default 167.205.20.11 1
add net default: gateway 167.205.20.11
Dengan perintah ini, rute ke seluruh network ( selain network lokal ) akan
ditempuh melalui gateway 1 (167.205.20.11). Option -n tidak harus digunakan.
Option tersebut hanya untuk menampilkan address secara numerik untuk
menghindari permintaan ke Name Server yang belum tentu bekerja. Metric 1 dipakai
sebagai metric terkecil untuk rute melalui gateway ekstenal, untuk memberikan
prioritas tertinggi pada rute ini. Jika kita periksa kembali routing table setelah
memasukkan default routing ini, akan muncul sbb :
$ netstat -nr
Routing tables
Destination
Gateway
127.0.0.1
127.0.0.1
UH
default
167.205.20.11 UG
167.205.20.0 167.205.20.3 U
105
35
3075
Interface
lo0
ed0
ed0
Pada routing table di atas terlihat adanya entri default routing. Flag G
menandakan rute default ini melalui eksternal gateway ( host 167.205.20.11 ).
Pada network Ethernet ( 167.205.22.0 ) ada 3 buah gateway. Untuk host-host pada
network ini, routing table dapat dibentuk secara statis. Misalkan kita berada pada
host 167.205.22.3. Network 167.205.20.0 dapat dicapai melalui gateway 1
(167.205.22.5), network 44.132.1.0 melalui gateway 2 (167.205.22.18) dan akses ke
network yang lebih besar, misalkan ke Internet Provider, dicapai melalui gateway 3
(167.205.22.20). Untuk itu, setelah routing minimal dapat ditambahkan perintah
routing sbb :
# route -n add 167.205.20.0 167.205.22.5 1
add net 167.205.20.0: gateway 167.205.22.5
# route -n add 44.132.1.0 167.205.22.18 1
add net 44.132.1.0: gateway 167.205.22.18
# route -n add default 167.205.22.20 1
add net default: gateway 167.205.22.20
$ netstat -nr
Routing tables
Destination
Gateway
Interface
127.0.0.1
127.0.0.1
UH
105
lo0
167.205.22.0 167.205.22.3
28
9808
ed0
default
UG
ed0
167.205.20.0 167.205.22.5
UG
ed0
44.132.1.0
UG
ed0
167.205.22.20
167.205.22.18
Agar routing table terbentuk pada saat start up komputer, perlu di set routing
statis dengan beberapa modifikasi sbb :
Non-aktifkan semua perintah dari file startup yang menjalankan protokol routing.
Untuk host di atas, edit file rc.local untuk menambahkan statement route sbb:
route -n add default 167.205.22.20 1 > /dev/console
route -n add 167.205.20.0 167.205.22.5 1 > /dev/console
route -n add 44.132.1.0 167.205.22.18 1 > /dev/console
Startup file untuk setiap sistem mungkin saja berbeda, tetapi pada dasarnya
memiliki prosedur yang sama. Bacalah selalu dokumentasi dari sistem anda.