Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
pertumbuhan.
Keadaan
ini
timbul oleh
kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena faktor mekanik yaitu
kelainan struktur jantung pada penyakit jantung bawaan (PJB) maupun penyakit
jantung didapat, yang menimbulkan beban volume (preload) atau beban
tekanan (afterload) yang berlebih dan faktor miokardium yaitu kelainan otot
jantung sendiri atau insufisiensi miokardium seperti pada proses inflamasi
atau gabungan kedua faktor di atas.2,3 Pada stadium awal gagal jantung, terjadi
berbagai macam mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi
metabolik
normal,
estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun di dunia, penyebab tersering adalah
PJB. Menurut dr.Sukman Tulus Putra, SpA, Ketua Divisi Kardiologi Anak
RSCM, penderita PJB 90% meninggal
kurang dari satu tahun, sedangkan sisanya terjadi pada umur 1-5 tahun.
Penyebab gagal jantung pada umur 5-15 tahun umumnya kelainan jantung
di dapat (diantaranya demam reumatik).4,5
Saat ini penentuan derajat gagal jantung masih menggunakan
kriteria klinis gagal jantung yaitu kriteria Ross (kemampuan minum, laju
jantung, laju nafas, dan keringat yang berlebihan) dan pada pemeriksaan
penunjang non invasif yaitu ekokardiografi. Tetapi sayangnya penilaian secara
klinis pada anak usia di bawah 3 tahun seringkali tidak spesifik karena
infeksi paru juga dapat menunjukkan tanda-tanda yang sama. Sampai saat
ini strategi yang efektif dan cost-effective masih terus dikembangkan untuk
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung secara klasik dianggap sinonim dengan disfungsi
pompa ventrikel
dinding tipis dan kontraktilitas yang buruk. Saat ini pengertian gagal jantung
makin diperluas bukan hanya sebatas mekanisme pada jantung tetapi juga
pada jalur-jalur yang mengakibatkan performa jantung menjadi abnormal.
Sindrom klinis yang tampak merupakan manifestasi dari patofisiologi gagal
jantung, yang meliputi interaksi yang kompleks antara sirkulasi, neurohormonal,
dan kelainan molekuler.4
Gagal jantung didefinisikan sebagai keadaan patologis dimana
jantung tidak mampu memompa darah cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh.1,3,6,7,8,9 Gagal jantung pada bayi dan anak merupakan suatu
sindrom klinis yang ditandai oleh miokardium tidak mampu memompa darah
ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh termasuk
kebutuhan untuk pertumbuhan.1,2
2.2 Etiologi
Dalam hubungan yang luas ada dua faktor penyebab gagal jantung:2,3,10
1.
2.
Faktor
miokardium
yaitu
kelainan
otot
jantung
sendiri
atau
b.
c.
reumatik,
miokarditis
2.3 Patofisiologi
Mula-mula, udem timbul hanya pada malam hari, waktu tidur, dan
paginya udem menghilang. Pada stadium yang lebih lanjut, udem tetap ada pada
waktu siang hari, dan udem tidak timbul pada mata kaki saja, tetapi dapat juga
terjadi pada punggung kaki, paha, kulit perut, dan akhirnya pada lengan dan
muka. Akibat selanjutnya dari timbunan darah ini adalah asites, dan asites ini
sangat sering dijumpai pada anak yang menderita gagal jantung. Dapat juga
terjadi hidrotoraks, meskipun pada anak agak jarang dijumpai. Bila hidrotoraks,
terlalu banyak akan memperberat keadaan dispnea penderita.10
Adanya
kelemahan
jantung
kanan
mula-mula
dikompensasi
penambahan
curah
jantung
karena
kelemahan
juga
kelemahan jantung kanan ini tidak dapat dikompensasi lagi, sehingga darah
yang masuk ke dalam
paru
akan
berkurang
dan
ini
tentunya
akan
atrium
kiri.
dapat
Menurut
tekanan
atrium
kiri
yang
didalamnya,
tidak
sempurna
menyebabkan
aliran
ini
di
ditambah
dalamnya,
menyebabkan aliran darah dari paru ke dalam atrium kiri terganggu atau
terbendung. Akibatnya tekanan dalam vv.pulmonales meninggi, dan ini juga
akan menjalar ke dalam kapiler di dalam paru, ke dalam arteri pulmonalis dan
akhirnya ke dalam ventrikel kanan.10
Akhirnya atrium kiri
terjadilah suatu gejala sesak napas pada waktu bekerja (dyspnoe deffort).
Disini, ventrikel kanan masih kuat sehingga dorongan darah dari ventrikel
kanan
tetap
menyalurkan
besar, sedangkan
atrium
kiri
tetap
tidak
mampu
kongesti
paru
ini
istirahat
(orthopnea).
Pada
yang
banyak
tertimbun
dalam
ventrikel
kanan
aktivasi
mekanisme
kompensasi
(contohnya
respon
neurohormonal)
Tabel 5. Klasifikasi Ross untuk gagal jantung pada bayi sesuai NYHA
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
4,11
berbeda pula. Ross dkk tahun 1922 mempublikasikan sistem skor untuk
mengklasifikasikan gagal jantung secara klinis pada bayi (Tabel 2). Skor Ross
ini disejajarkan dengan klasifikasi New York Heart Association
(Tabel 5)
(NYHA)
0 poin
>115
<40 menit
<50/menit
Normal
Normal
Tidak ada
<2 cm
1 poin
75-115
<40 menit
50-60/menit
Abnormal
Menurun
Ada
2-3 Cm
2 poin
<25
>60/menit
>3 cm
menggunakan
klasifikasi
lain
(Tabel
3).
Dengan
menggunakan skor ini bila skor lebih dari 6 mempunyai korelasi yang
bermakna terhadap menurunnya aktivitas adenilat siklase.
4
2
Kepala dan badan
saat istirahat
Sering
Dispnea
>45
>35
>28
>115
>100
>90
>3 cm
8
hepar
dari
costae kanan)
tepi
Ini biasanya tampak sebagai dispneu pada waktu pengerahan tenaga dan
respon kesukaran bernafas yang bertambah berat pada pengerahan tenaga
yang berat. Mula-mula penurunan kemampuan
mungkin
masih
dalam
sedang tampak tidak dalam keadaan distres, tetapi mereka yang menderita
gagal jantung berat mungkin dispneu pada waktu istirahat. Jika mulainya gagal
jantung relatif mendadak, anak mungkin tampak cemas tetapi perkembangan
baik dan gizi baik; mereka yang mengalami proses lebih kronik biasanya tidak
tampak cemas tetapi mungkin kurang gizi dan kurang energi.3
Seperti bayi, anak dengan gagal jantung biasanya takikardi karena
naiknya aktifitas simpatis dan takipneu karena bertambahnya air dalam paruparu . Curah jantung yang rendah dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer,
berakibat dingin, pucat dan sianosis jari, dengan pengisian kapiler jelek.3
Kenaikan tekanan venosa sistemik dapat diukur dengan penilaian
klinis tekanan vena jugularis dan pembesaran hati.1
yang naik mungkin dideteksi oleh pelebaran (dilatasi) vena-vena leher dengan
pulsasi vena dapat tampak di atas klavikula sementara penderita duduk.
Hati
tubuh
kaki.
Eksudasi
cairan
ke
dalam
hidrothoraks.3
Pada pemeriksaan jantung hampir selalu ada kardiomegali.
1,3
Sering
1
ada irama gallop, tanda-tanda auskultasi lain khas untuk lesi jantung spesifik.
Impuls jantung mungkin tenang bila ada penyakit otot jantung primer (missal,
miokarditis atau kardiomiopati), tetapi biasanya hiperaktif bila gagal kongestif
disebabkan oleh beban volume berlebih dari pirau kiri ke kanan atau
regurgitasi katup atrioventrikula. Suara jantung ketiga yang terjadi dalam mid
diastol mungkin merupakan tanda normal pada anak tetapi sering bersama
10
sistemik
atau
pemantauan
tekanan
kiri,
akibat
inspirasi
intrapulmoner
(seperti
dan
yang
pada
naik
pada
mencolok
tamponade
ekspirasi), akibat
yang
irama
tekanan
mempengaruhi pengisian
pericardium),
ventrikel
mmHg,
udem
pulmonum
interstisial
penemuan
biasa,
dan
mungkin
ada
kenaikan
urea
nitrogen dan kreatinin darah, akibat menurunnya aliran darah ginjal. Kadar
natrium darah dalam kencing biasanya kurang dari 10 mEq/L. angka elektrolit
serum biasanya normal sebelum pengobatan tetapi hiponatremi, akibat
bertambahnya retensi air, mungkin ditemukan pada gagal jantung lama yang
berat. Hepatomegali kongestif dan sirosis kardiak dapat menyebabkan kelainan
hati dan/ atau kenaikan bilirubin pada keadaan yang jarang.3
2.6 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis,
anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan
diperoleh dari
pemeriksaan
hasil
penunjang
meliputi
sesak napas,
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik, antara lain:
-
takikardia,
irama galop,
kardiomegali serta
gagal tumbuh.
Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan penunjang, meliputi:2,4
-
Foto toraks
12
EKG
Ekokardiografi
Darah rutin
Foto
toraks
menunjukkan
adanya
kardiomegali.
Namun
kardiomegali bukan selalu berarti adanya gagal jantung. Selain itu juga dapat
menunjukkan adanya edema paru, atelektasis regional, dan kemungkinan
adanya penyakit penyerta seperti gambaran pneumonia. Elektrokardiografi
dapat
atrium dan hipertrofi ventrikel, tetapi tidak untuk menentukan apakah terdapat
gagal jantung atau tidak. Analisis gas darah dapat menunjukkan adanya asidosis
metaboik disertai dengan peningkatan kadar laktat sebagai hasil dari
metabolisme anaerob di dalam tubuh. Ekokardiografi dapat secara nyata
menggambarkan stuktur jantung, data tekanan, dan status fungsional jantung
sehingga dapat mengetahui pembesaran ruang jantung dan etiologi.2,4
2.7 Penatalaksanaan
Keberhasilan pengobatan
gagal
pada pengertian mengenai sifat dan akibat fisiologis cacat jantung spesifik
yang menyebabkan kegagalan jantung, dan tersedianya cara-cara pengobatan.
Untuk mereka yang dengan penyakit struktural dan keadaan terkait atau
keadaan
yang
memperburuk
yang
dan
pengobatan
dapat
merupakan
demam,
disritmia,
penyebab
dan
yang
anemia),
farmakologik atau upaya lain yang memperbaiki tanda-tanda dan gejalagejala gagal jantung mungkin berlebih, masalah mekanik sering memerlukan
penyelesaian mekanik. Namun jika pembedahan tidak tersedia atau
tidak
1.
aktivitas
fisik
merupakan
sandaran
utama
banyak
tenaga
atau
isometrik
harus
dihindari, namun tingkat kepatuhan anak dalam hal ini sangat rendah. Jika
terjadi gagal jantung berat, aktivitas fisik harus sangat dibatasi. Saat masa
tirah baring seharian, sebaiknya menyibukkan mereka dengan kegiatan
ringan yang mereka sukai yang dapat dikerjakan diatas tempat tidur
(menghindari anak berteriak-teriak tidak terkendali).3 Sedasi kadang
diperlukan: luminal 2-3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari.2
2.
Penggunaan oksigen.2,3
Penggunaan oksigen mungkin sangat membantu untuk penderita
gagal jantung dengan udem paru-paru, terutama jika terdapat pirau dari
kanan ke kiri yang mendasari dengan hipoksemia kronik.3 Diberikan
oksigen
4.
Pembatasan cairan dan garam. Dianjurkan pemberian cairan sekitar 7080% (2/3) dari kebutuhan.
Sebelum
ada agen
diuretik
kuat,
pembatasan
diet natrium
mempertahankan
diet
sedap, lebih
baik
untuk
kalori
pemasukan kalori
karena
kebutuhan
metabolisme
bertambah
dan
dengan volume yang besar karena anak ini ususnya terganggu. Juga
sebaiknya makanannya dalam bentuk yang agak cair untuk membantu
ginjal mempertahankan natrium dan keseimbangan cairan yang cukup.10
6.
7.
sering
diberikan
miokarditis/endokarditis,
sebagai
mengingat
upaya
pencegahan
tingginya
frekuensi
terhadap
ISPA
jika
akan
dilakukan
tindakan-tindakan
khusus
misalnya
mencabut gigi dan operasi. Jika seorang anak dengan gagal jantung atau
kelainan jantung akan dilakukan operasi, maka tiga hari sebelumnya
diberikan antibiotika profilaksis dan boleh dihentikan tiga hari setelah
operasi.
8.
(pengurangan beban pasca). Jika pendekatan ini tidak efektif, upaya lebih
lanjut
simpatomimetik atau agen inotropik positif lain. Jika tidak ada dari caracara tersebut yang efektif, mungkin diperlukan transplantasi jantung.3 Untuk
menilai hasilnya harus ada pencatatan yang teliti dan berulangkali terhadap
denyut jantung, napas, nadi, tekanan darah, berat badan, hepar, desakan vena
sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis, dan kesadaran.2
Tabel 4. Dosis Obat-Obat Yang Biasa Digunakan Untuk
1,10,15
Pengobatan Gagal jantung
Dosis
Sediaan
Obat
Digoksin
Digitalisasi (PO) (dosis dibagi 3)
Prematur/Neonatus
0,03- Tablet 0,25 mg
0,04 mg/kg
Umur 2 minggu-2 tahun
0,04-0,08 mg/kg
Lebih dari 2 tahun 0,040,06 mg/kg
Digitalisasi (IV) (waktu dosis Prematur/Neonatus
0,02- Ampul (2 ml)
bervariasi,
tergantung
pada 0,03 mg/kg
0,25 mg/ml
indikasi klinis)
Umur 2 minggu-2 tahun
0,04-0,06 mg/kg
Lebih dari 2 tahun 0,020,04 mg/kg
Rumatan
Furosemid
IV
Ampul (2 ml) 10
mg/ml
16
PO
Klorotiazid (PO)
Spironolakton (PO)
Tablet 40 mg
Tablet 25 mg dan
100 mg
0,5-8 g/kg/menit
0,1-0,5 mg/kg
0,5-7,5 mg/kg/24 jam tid
0,5-6 mg/kg/24 jam qid
0,01-0,5 g/kg/menit
2-20 g/kg/menit
2-20 g/kg/menit
0,75 mg/kg/bolus selama
2-3 menit
5-10 /kg/menit
bid= 2 x sehari; tid= 3 x sehari; qid= 4 x sehari; prn= kalau perlu
Gambar 2. Efek obat anti gagal jantung dalam hubungannya dengan hukum frank
4
starling dan fungsi ventrikel.
sirkulasi
terjadi
diuresis
(pra
beban
85%. Juga dapat digunakan pada keadaan gawat darurat maupun dalam
keadaan
kronis.
jam sesudah
pemberian per oral, efek awal dapat dilihat sesudah 30 menit pemberian. Bila
obat diberikan secara intravena, efek awal terlihat pada sekitar 15-30 menit,
dan efek puncak terjadi pada sekitar 1-4 jam. Sebagian terbanyak dari dosis
inisial dieksresikan melalui ginjal dalam waktu 24 jam dan menghilang dari
tubuh dalam waktu 48-72 jam.1,2,10
Pemakaian digitalis harus hati-hati karena respons dan toksisitas
bersifat individu dan juga sempitnya batas antara dosis terapi dan dosis
toksis.
Pada inflamasi
2.
Lakukan
EKG
sebelum
pemberian
digoksin
untuk
membedakan
apakah perubahan EKG yang mungkin terjadi akibat digitalis atau akibat
penyakitnya.
3.
4.
5.
6.
12
jam agar
kadar
darah
kurang
lebih
tetap
dan
Mual muntah
Keadaan
klinik
dan
penyakit
primer
sangat
dosis
baku
digoksin
tidak
mempunyai
pengaruh
terapeutik
yang bermanfaat
2. Bila jumlah digoksin yang diberikan tidak diketahui atau tertelan secara
tidak sengaja
3. Bla fungsi ginjal terganggu atau jika ada kemungkinan interaksi obat
(misal quinidin)
4. Bila ada masalah berkenaan dengan kepatuhan
5. Bila dicurigai ada keracunan
Mengurangi Beban Kerja Jantung
Istirahat
setengah
duduk
(450)
bertujuan
untuk
menurunkan
prabeban
(golongan
venodilator)
karena
dapat
terutama berguna pada anak dengan gagal jantung akibat kardiomiopati dan
pada beberapa penderita dengan insufisiensi mitral dan aorta berat. Mereka
dapat juga efektif pada penderita dengan gagal jantung akibat pirau dari kiri
ke kanan. Obat ini biasanya tidak digunakan bila ada lesi stenosis saluran aliran
keluar ventrikel kiri. Obat pengurang beban pasca paling sering digunakan
bersama dengan obat-obat anti kongestif lainnya, seperti digoksin dan diuretik.1
Vasodilator terdiri dari: 1
-
1. Nitroprusid
Nitroprusid
hanya
diberikan
pada
pelayanan
di
ruangan
pasca
merupakan
pengaruh
utamany,
tetapi
dilatasi
vena
yang
didetoksifikasi
dalam
hati
menjadi
sianida dalam
tiosianat
yang
tidak
berpengaruh
obat
pada
prabeban.
venodilatasi,
seperti
Kadang-kadang
salah
satunya
22
adalah derivate nitrat. Dosis hidralazin oral yang biasa adalah 0,5-7,5
mg/Kg/24 jam dalam tiga dosis terbagi. Banyak penderita yang semakin
lama memerlukan dosis yang semakin lama semakin besar agar pengaruh
dilatasi perifernya bertahan (takifilaksis). Reaksi yang
merugikan
pada
eritematous
sistemik
selama
masa
yang
lama,
manifestasi
ini
atau
untuk
d.
e.
f.
Tekanan darah, fungsi ginjal dan kadar K harus diperiksa 1-2 minggu
setelah pengobatan dimulai dan tiap peningkatan dosis. Pada 3 bulan
dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Efek samping yang penting adalah batuk, hipotensi, gangguan
angiotensin
II,
berakibat
pengurangan
beban
pasca
yang
23
(misalnya
karena
ruam
seringkali
menghilang
obat
secara
dapat
spontan
dipergunakan
mengganggu penyerapan
untuk
kembali
air
mengurangi
dan
natrium
prabeban.
oleh
Obat
ginjal,
ini
yang
Pemberian furosemid
lama
dapat
menyebabkan
kontraksi
1. Agonis Adrenergik-
Isoproterenol, suatu preparat intravena yang digunakan untuk
mengobati curah jantung rendah, mempunyai pengaruh adrenergik- sentral
maupun perifer, juga mengurangi beban pasca jantung, memperbesar
kontraktilitas,
menaikkan
frekuensi
jantung,
dan
menyebabkan
takikardia bermakna.
3
kliniknya. Anak-anak yang mendapat isoproterenol
harus
dipantau
terganggu yang sering dijumpai dengan curah jantung rendah. Pada dosis
2-10 g/kg/menit, dopamin menyebabkan kenaikan kontraktilitas dengan
sedikit vasokonstriksi perifer. Namun jika dosis ditambah diatas 15
g/kg/menit, pengaruh adrenergik- perifernya
dapat
menyebabkan
rendah.
Obat
dengan pengurangan
ini
menimbulkan
pengaruh
inotropik
tinggi.
Dobutamin
juga
agaknya kurang menyebabkan gangguan irama jantung. Dosis biasanya 220 g/kg/menit.1
26
obat
ini
digunakan
perifer maupun
pasca
bedah
beta-1
jantung,
menyertai
dengan
vasokonstriksi
pembedahan. Kekurangan
utama
yang
berupa
dapat
16
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gagal jantung antara
lain:1,13
1.
2.
3.
Gagal
5.
6.
darah ke
pasien
BAB III
29
LAPORAN KASUS
3.1 Anamnesis
Alloanamnesis dari ayah dan ibu pasien
Identitas pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
MR
Alamat
Tanggal masuk
: An. EK
: laki-laki
: 11 tahun 5 bulan
: 442293
: Baso
: 9 mei 2016
Ayah
Ibu
Nama
: Tn. H
Nama
: Ny. A
Umur
: 51 tahun
Umur
: 48 tahun
Pekerjaan
: petani
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SD
Pendidikan
: SMP
Telah dirawat seorang anak laki-laki berumur 11 tahun masuk tangga 19 Mei 2016
di bangsal anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dengan :
Keluhan Utama
: Sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Sesak napas sejak 1 minggu yang lalu. Sesak napas dirasakan terus-menerus
dan dirasakan bertambah berat saat beraktifitas seperti berbicara, berbaring
serta berjalan cepat . Sesak berkurang untuk tiduran posisi setengah duduk.
Pasien juga mengeluhkan tidurnya terganggu karena sesak. Dan pasien
mersa nyaman bila tidur menggunakan bantal sedikit lebih tinggi dari
-
biasanya.
Demam sejak 2 minggu SMRS, tidak menggigil dan demam dirasakan
terutama pada malam hari. Pasien hanya mengkonsumsi obat penurun panas
Kelopak mata mulai bengkak sejak 1 minggu SMRS dan bengkak pada
terakhir.
Nafsu makan menurun dan berat badan dirasakan juga menurun 2 kg
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan gejala yang
sama.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan :
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan
: Cukup Bulan
Partus
: Spontan (G6P5A0H5)
Ditolong oleh
: bidan
Tanggal
: 22 desember 2004
Berat badan lahir
: 3500 gram
Panjang saat lahir
: 50 cm
Keadaan Saat Lahir : Langsung menangis
Riwayat Higiene dan Sanitasi Lingkungan
Rumah
: Permanen
Jamban
: Di dalam rumah
Perkarangan
: Luas
Sumber air
: PDAM
Sampah
: Di buang di tempat pembuangan sampah
Kesan : higiene dan sanitasi lingkungan baik
Riwayat Imunisasi
31
Vaksin
Lahir
BCG
Hepatitis
B
Polio
Campak
DPwT
Berat Badan
Tinggi Badan
BB/U
TB/U
BB/TB
Status gizi
Tanda Vital
:
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu
: 28 kg
: 141 cm
: 80%
: 97%
: 87 %
: gizi kurang
: 120/40 mmHg
: 115 x/m
: 54 x/m
: 36,5 C
Pemeriksaan khusus :
Kulit : terba hangat, turgor baik di keempat ekstremitas, ikerik idak
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Genitalia
Punggung
Anus
Ekstermitas
detik
Refleks
: dubia
: dubia
: dubia
34
FOLLOW UP
S
Keluhan
Status
Assesment
Penatalaksanaan
35
Selasa,
10/5/16
Pkl. 07.00
Sesak nafas
(+);
Bedebar-debar
(+);
Demam (-);
Batuk (+)
berdahak;
Muntah (+) 3
kali berisi apa
yang dimakan;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
menurun.
KU
: Tampak Sakit Sedang
KS
: Compos Mentis
TD
:110/40
HR
: 118 x/menit
RR
: 48 x/menit
T
: 37,8C
BB
: 28 kg
TB
: 141 cm
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Leher : JVP 5+2,5 cm H20 (kesan
meningkat)
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Tirah baring
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
Thorax
Simetris,
Jantung
Ictus cordis terlihat dan dan teraba di rIC
VI 2 jari lateral linea midklavikula,
Batas jantung melebar kesan
kardiomegali.
BJ I/II Reguler, Murmur (+)
Abdomen :
Ekstremitas
Edema inferior +/+ pitting
Balance cairan
Intake
Oral : 2450 cc
Output
urin : 900 cc
Diuresis 1,3cc/kgBB/jam
EKG
36
Rontgen Thoraks
37
Sesak nafas
(+);
Bedebar-debar
(+);
Demam (-);
Batuk (+)
berdahak;
Muntah (+) 2
kali berisi apa
yang dimakan;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
menurun.
Hb
11,7 g/dl
N=13,5-18,0
g/dl
Ht
36
N=40-54 %
LED
20
mm/jam
N=0-10
mm/jam
Leukosit
10450/ul
N=450010700/ul
Hitung
jenis:
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
0,5
0,5
1
56,5
35,8
6,7
N=0-1 %
N=1-3 %
N=2-6 %
N=50-70 %
N=20-40 %
N= 2-8 %
Trombosi
t
455000/ul
N=150000400000/ul
albumin
3,2 g/dl
N=3,8-5,4
g/dl
Tprot
6,8 g/dl
N=6,3,-8,4
g/dl
KU
KS
TD
HR
RR
T
BB
TB
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Leher : JVP 5+2,5 cm H20 (kesan
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Tirah baring
IVFD D10% : RL
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
meningkat)
38
Thorax
Simetris,
Jantung
Ictus cordis terlihat dan dan teraba di
RIC VI 2 jari lateral linea midklavikula,
Batas jantung melebar kesan
kardiomegali.
BJ I/II Reguler, Murmur (+)
Abdomen :
Hepatomegali (-) ascites(-), nyeri
tekan(-) region hipokondrium kanan dan
umbilikus, massa(-), hepar tidak teraba
Ekstremitas
Edema inferior +/+ pitting
Intake:
Oral: 2450 cc
Output :
Urin : 900 cc
IWL: 580 cc
1480 cc
Diuresis 1,3cc/kgBB/jam
Rabu,
11/5/2016
Pkl. 16.00
- (negatif)
N=negatif
Factor
Rh
-(negatif)
N=negatif
ASTO (anti
streptolisin O)
yang tidak
mendukung
adanya infeksi
streptokokus,
dijumpai pada
70-80 %
demam
rematik akut
39
Kamis,
12/5/2016
Pkl 07.00
Sesak nafas
(+) berkurang;
Bedebar-debar
(+);
Demam (-);
Batuk (+)
berdahak;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
menurun.
KU
KS
TD
HR
RR
T
BB
TB
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Tirah baring
IVFD D10% : RL
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
Balance cairan:
Intake:
Oral:
2000 cc
Parenteral : 1000 cc
3000 cc
Output :
Urin : 1100 cc
IWL : 580 cc
1680 cc
Diuresis 1,6 cc/kgBB/jam
40
Jumat,
13/5/2016
Pkl 07.00
Sesak nafas
(+) bila
berbaring
tanpa bantal;
Bedebar-debar
(+) berkurang;
Demam (-);
Batuk sesekali;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
biasa
KU
: Tampak Sakit Sedang
KS
: Compos Mentis
TD
: 110/ 40
HR
: 108 x/menit
RR
: 46 x/menit
T
: 35,9C
BB
: 28,5 kg
TB
: 141 cm
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+) berkurang,
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Tirah baring
IVFD D10% : RL
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
41
Hasil pemeriksaan :
Kalsium darah : 3,21 (3,5 - 5,5)
Kalium : 138 (135 - 147)
Natrium : 98,6
Sabtu,
14/5/2016
Pkl 07.00
Sesak nafas
berkurang;
Bedebar-debar
(+) berkurang;
Batuk sesekali;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
normal,
KU
KS
TD
HR
RR
T
BB
TB
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema
palpebra(-/-),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Gagal jantung
e.c demam
rematik
Tirah baring
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
Aff infus
42
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berusia 11 tahun di bangsal anak
RSUD DR. Achmad masuk di RS pada tanggal 9 Mei 2016 Anak laki-laki umur
10 tahun masuk di RS pada tanggal 9 mei 2016 dengan keluhan sesak napas sejak
1 minggu yang lalu. Sesak napas dirasakan terus-menerus dan dirasakan
bertambah berat saat beraktifitas seperti berbicara, berbaring serta berjalan cepat .
Sesak berkurang untuk tiduran posisi setengah duduk. Pasien juga mengeluhkan
tidurnya terganggu karena sesak. Dan pasien mersa nyaman bila tidur
menggunakan bantal sedikit lebih tinggi dari biasanya.
Pasien mengeluhkan jatungnya berdebar-debar tanpa di sertai nyeri dada.
Batuk sejak 1 minggu SMRS, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.
Demam sejak 2 minggu SMRS, tidak menggigil dan demam dirasakan terutama
pada malam hari. Pasien mengeluhkan nafsu makan menurun dan berat badan
dirasakan juga menurun 2 kg semenjak pasien sakit.
Pasien mengeluhkan badannya mudah lelah apabila belakukan aktivitas
seperti biasanya. Dan pasien mengaku lebih sering beraktivitas di dalam rumah
sejak 3 bulan terakhir. Buang air kecil dan buang air besar biasa. Pasien
mengeluhkan kelopak mata mulai bengkak sejak 1 minggu SMRS dan bengkak
pada kaki sejak 2 hari SMRS.
Menurut ibu pasien, 3 bulan yang lalu pasien pernah menderita demam
disertai batuk, pilek, nyeri menelan dan badan terasa letih selama 1 minggu.
Setelah itu pasien mulai mengurangi aktivitasnya diluar rumah karena badan
mudah tersa letih.
43
1. Apa yang menjadi diagnosis pasti dari decompensasio cordis pada kasus
di atas ?
Pada anamnesis didapatkan keluhan sesak napas yang dirasakan terusmenerus dan dirasakan bertambah berat saat beraktifitas .Sesak berkurang untuk
tiduran posisi setengah duduk. Pasien juga mengeluhkan tidurnya terganggu
karena sesak. . Pasien mengeluhkan jatungnya berdebar-debar tanpa di sertai nyeri
dada.
Pada pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik ditemukan status gizi
kurang, takikardi, takipneu, edema palpebra, konjungtiva pucat, JVP meningkat,
batas jantung melebar kesan cardiomegali, ascites (-), nyeri tekan(-) region
hipokondrium kanan dan umbilikus, hepar teraba kesan hepatomegali (9 cm
dibawah arcus costa).
Diagnosis pada pasien ini adalah gagal jantung ec demam rematik.
Penegakan diagnosis gagal jantung kongestif harus berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis ditemukan adanya sesak dan bengkak dimata, dan tungkai.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takikardi, takipneu, edema palpebra,
konjungtiva pucat, JVP meningkat, rhonki, retraksi, penggunaan otot bantu
pernapasan, batas jantung melebar kesan kardiomegali, Hepatomegali (+)
ascites(-), nyeri tekan(-) region hipokondrium kanan dan umbilikus, massa(-),
hepar teraba berukuran , dengan tepi tumpul
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
darah lengkap, kimia darah, EKG, Foto thoraks,. Pada darah lengkap tidak
ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan EKG ditemukan gambaran
kardiomegali.
Peningkatan tekanan vena jugularis, edema, hepatomegali pada anak
diakibat bendungan vena sistemik. Gejala ini menandakan gagal jantung kanan.
Pada palpasi, nyeri abdomen dikarenakan adanya peregangan kapsula hepar.
Sedangkan takipneu, dispneu
tanda gagal jantung kiri yang diakibatkan karena peningkatan tekanan di vena
pulmonal, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Dispneu, batuk, dan ronki adalah tanda
dekompensasi ventrikel kiri akibat kongesti paru. ortopneu disebabkan
meningkatnya tekanan atrium kiri. Takikardi, keringat dingin (peningkatan saraf
simpatis), dan kardiomegali merupakan tanda kompensasi tubuh karena fungsi
jantung menurun.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
1.
Arnold, J. M. O. 2008.
Heart Failure.
http://www.merckmanuals.com.
2.
3.
4.
Childrens
Heart
Specialist
PSC.
2009.
Congestive
Heart
Failure.
http://mykentuckyheart.com/information/CongestiveHeartFailure.ht
m.
5.
6.
Mayo
klinik.
Complications
List
for
Heart
Failure.
http://www.wrongdiagnosis.com/h/heart_failure/complic.htm.
7.
SMF Ilmu Anak. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu
Kesehatan Anak. Jember: RSUD. Dr. Soebandi.
8.
9.
46