Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI Soil Transmitted

Helminths DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK


SEKOLAH DASAR

Karya Tulis Ilmiah


untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :
Nandita Putri Agustin
I1A012058

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi terutama yang
berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang belum baik. Salah satu penyakit yang insidennya
masih tinggi adalah infeksi cacingan yang merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan
(Depkes RI, 2004). Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris
dengan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, keadaan sanitasi lingkungan dan hygiene masyarakat
yang masih rendah yang sangat mendukung untuk terjadinya infeksi dan penularan cacing (Depkes
RI, 2004).
Salah satu penyakit cacingan adalah penyakit cacingan usus yang ditularkan melalui tanah
(Soil-Transmited Helminths) dan sering dijumpai pada anak usia sekolah dimana pada usia ini anak
masih sering kontak dengan tanah. Ada 4 jenis cacing yang terpenting yaitu cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing
cambuk (Trichuris trichiura) (Depkes RI, 2004).
Prevalensi penyakit cacingan sangat tinggi terutama di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit
ini merupakan penyebab kesakitan terbanyak di seluruh dunia (Vince dalam Poespoprojo dan
Sajimin, 2000). Prevalensi penyakit cacingan m Indonesia pada semua umur juga masih cukup
tinggi yaitu 58,15% yang tediri dari 30,4% Ascaris lumbricoides, 21,25% Trchuris trichiura serta
6,5% Hookworm (Sutoto dan Indriyono, 1999).
Anak Usia Sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan dapat tumbuh menjadi
sumber daya manusia yang potensial di masa akan datang sehingga perlu diperhatikan dan
disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik maupun intelektualnya. Dalam hubungan
dengan infeksi cacingan, beberapa penelitian ternyata menunjukkan bahwa anak usia sekolah

merupakan golongan yang sering terkena infeksi cacingan karena sering berhubungan dengan tanah
(Depkes RI, 2004).
Karena manusia merupakan hospes definitif dari cacing tersebut. Di dalam tubuh, infeksi
cacing atau kecacingan akan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan
(absorbsi), dan metabolisme makanan. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari kecacingan bisa ringan
sampai berat. Gejala intestinal ringan yang timbul berupa nausea, vomitus, diare, nyeri perut,
konstipasi, hilang nafsu makan. Sedangkan gejala yang lebih berat antara lain obstruksi usus,
malnutrisi, perdarahan kronis, anemia, colitis dengan tinja berlendir dan darah (Soedarto, 1991).
Oleh karena itu akibat dari kecacingan pada manusia dapat menimbulkan kehilangan zat gizi
berupa karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga dapat menurunkan produktivitas
kerja. Kecacingan juga dapat menghambat perkembangan fisik dan kecerdasan atau penurunan
konsentrasi pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kecacingan pada anak juga
menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya (Soedarto, 1991).
Infeksi kecacingan dapat menghambat anak anak sekolah dasar dalam mengikuti pelajaran
dikarenakan anak akan merasa cepat lelah, menurunnya daya konsentrasi, malas belajar dan pusing.
Selain berdampak negatif terhadap kemampuan kognitif dan akan mempengaruhi prestasi belajar di
sekolah, infeksi STH juga akan mempengaruhi produktifitas ekonomi masa depan (Muller et al.,
2011).
Berdasarkan pemaparan dan data-data yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai hubungan antara infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dengan prestasi
belajar pada anak di sekolah dasar.

Anda mungkin juga menyukai