Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan tekonologi yang terjadi di dunia terus mengalami
kemajuan yang sangat cepat terutama di Indonesia. Perkembangan teknologi
konstruksi dan pembangunan sudah tidak perlu diragukan lagi. Pembangunan
Jembatan Suramadu secara tidak langsung menjadi tonggak bangkitnya era
konstruksi di Indonesia terutama di Jawa Timur. PT.Adhi Karya (Persero) Tbk
selaku salah satu kontraktor yang ikut andil dalam pembagunan Jembatan
Suramadu telah memiliki nama di Indonesia dan tidak perlu diragukan lagi
kemampuannya dalam bidang konstruksi dengan didukung sembilan divisi yang
tersebar di seluruh Indonesia bahkan sampai di luar negeri. Mahasiswa sebagai
generasi penerus akan memikul tanggung jawab guna mensukseskan
pembangunan nasional dan memajukan bangsa dan negara. Kebutuhan akan
kemampuan dan profesionalisme menuntut adanya pelatihan dan usaha yang
keras. Oleh karena itu, guna meningkatkan wawasan dan kemampuan kami pada
bidang Teknologi Kelautan terutama pada rekayasa tepi pantai serta juga untuk
memenuhi persyaratan wajib perkuliahan, maka kami bermaksud untuk
melaksanakan kerja praktek.
Dalam era globalisasi dunia dan perdagangan yang bebas diperlukan
adanya industri yang maju dengan tenaga kerja yang profesional di bidang
masing-masing. Untuk itu, selain mendapatkan berbagai teori di bangku
pendidikan formal, maka diperlukan adanya pengalaman kerja di lapangan.
Salah satu cara untuk menambah pengalaman kerja tersebut adalah dengan
melaksanakan kerja praktek di industri-industri yang berkaitan dengan bidang
studi yang dipelajari di bangku kuliah.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, utamanya Fakultas
Teknologi Kelautan (FTK), khususnya Jurusan Teknik Kelautan, mempunyai
peranan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan khusus di bidang rekayasa tepi pantai yang berhubungan dengan
perancangan fasilitas dan struktur pantai, identifikasi perilaku kondisi tanah
dasar laut, analisis pondasi bangunan laut, dan perancangan anjungan dengan

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

struktur beton. Namun dalam proyek pengembangan pendidikan, sangat


diperlukan kaitan antara industri dan perguruan tinggi untuk menciptakan
sumber daya manusia yang ahli di bidang tersebut. Keterkaitan ini dimulai dari
penyusunan kurikulum pengajaran, pembimbingan, praktek, dan sebagainya.
Program kerja praktek ini dapat merupakan implementasi yang nyata dari usaha
link and match.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan Umum
a)

Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja dan informasi terbaru


dari dunia industri.

b)

Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di perkuliahan


pada lingkungan kerja.

c) Mahasiswa dapat berperan sebagai bagian dari tim dan bersosialisasi pada
sebuah lingkungan kerja.
d) Mahasiswa dapat memenuhi syarat kelulusan yaitu dengan mengikuti Kerja
Praktek ini.
Detail Tujuan
1. Mempelajari layout pelabuhan.
2. Menganalisa pengaruh kondisi pondasi daya dukung tanah.
3. Mengaanalisa pertimbangan pembuatan dermaga terhadap kapasitas kapal
yang bersandar.
4. Mempelajari management organisasi kerja.
5. Menganalisa kuat arus terhadap proses sedimentasi dan erosi di sekitar
dermaga.
6. Mempelajari penggambaran teknik proyek.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kerja Praktek ini akan dilaksanakan di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.
( Proyek Pembangunan Dermaga Multipurpose di Teluk Lamong Pelabuhan
Tanjung Perak (Paket A)) yang berlokasi di Jalan Tambak Osowilangun,

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Surabaya dan Gresik Jasa Tama ( kantor lapangan ). Waktu pelaksanaan Kerja
Praktek pada tanggal 19 Januari 2012 19 Februari 2012 ( selama 1 bulan ).

1.4

Peserta Kerja Praktek


Peserta dalam

kerja praktek ini 3 orang mahasiswa Jurusan Teknik

Kelautan (Ocean Engineering), Fakultas Teknologi Kelautan, Institut


Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS ) Surabaya, yaitu :
1. Nama: Arief Nur Yuliarto
NRP : 4309 100 012
2. Nama : Happy Ayu Damerianne
NRP : 4309 100 046
3. Nama : Faisal Akbar
NRP : 4309 100 056

1.5 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan ini, adalah :
1. Pengamatan di lapangan dan dokumentasi, dilakukan dengan mengamati
pelaksanaan kegiatan proyek yang sedang berlangsung.
2. Konsultasi dan asistensi dilakukan kepada dosen pembimbing kerja praktek
di Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS Surabaya dan pembimbing di proyek.
3. Studi literature, mempelajari buku buku dan jurnal jurnal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan proyek dermaga maupun
pelabuhan.
4. Penyusunan laporan kerja praktek setelah melakukan pengamatan di
lapangan dan melakukan analisa, mahasiswa peserta kerja praktek akan
menyusun suatu laporan sebagai bukti bahwa mahasiswa memperoleh
manfaat dari tempat kerja praktek. Dalam melakukan proses penyusunan
laporan ini mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing di proyek.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1

Latar Belakang Proyek


Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk
merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan
mnaik turunkan penumpang. Bentuk dan dimensi dermaga tergantung pada jenis
dan ukuran kapal yang bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga kapal dapat merapat dan bertambat
serta melakukan kegiatan di pelabuhan dengan aman, cepat, dan lancar. Seiring
dengan berjalannya waktu, jumlah kebutuhan barang semakin meningkat dan
hal ini harus diantisipasi dengan penyediaan fasilitas dermaga yang lebih
optimal efisien untuk menghindari terjadinya penumpukan barang pada suatu
tempat saja.
Proyek pembangunan dermaga teluk lamong merupakan proyek besar
yang terletak di kawasan gresik yang notabene sangat diperlukan di kawasan
tersebut mengingat kawasan tersebut berdekatan dengan tanjung perak yang
merupakan pusat pergerakan kapal kapal dagang dan gresik yang merupakan
kota industri. Proyek pembangunan dermaga multipurpose di teluk lamong ini
dilaksanakan oleh PT. Adhi Karya sebagai kontraktor pelaksana untuk
pembangunan paket A.
Pembangunan terminal multipurpose di teluk lamong akan memberikan
efesiensi terhadap:
1. Mengurangi antrian kapal yang akan bersandar untuk bongkar muat barang,
khususnya kapal kapal besar.
2. Menciptakan efisiensi biaya di pelabuhan karena waktu tunggu yang relative
pendek.
3. Meningkatkan lapangan kerja baru.

2.2

Data Proyek
Secara garis

besar

pelaksanaan

Proyek

Pembangunan

Dermaga

Multipurpose di Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya (Paket A)


memiliki beberapa macam data baik spesifikasi, gambar maupun anggaran
biaya:

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Data teknis
Data administrasi
2.2.1
Data Teknis
2.2.1.1 Data Umum Dermaga
Dermaga container direncanakan dengan ketentuan umum
sebagai berikut:
- Fungsi dermaga : dermaga petikemas.
- Dimensi dermaga : 500 m x 50 m.
- Lokasi dermaga : Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur.
- Elevasi lantai dermaga : + 5.00 m dari LWS.
- Kedalaman rencana : - 14.00 m dari LWS.
- Umur rencana bangunan : 100 tahun.
Dermaga ini terdiri dari lantai beton (slab) dan balok yang menumpu
pada tiang baja tegak. Tiang baja direncanakan menggunakan diameter
yang berbeda untuk tiap axis
-

Axis jalur container crane ( E dan I ) : SPP diameter 1016 mm, t =

19 mm.
Axis lainnya ( A,B,C,D,F,G,H ) : SPP 812,8 mm, t = 14 mm.

Dermaga ini akan dilengkapi dengan container crane sebanyak 2 buah


dengan bentangan rel selebar 21 meter. Rencana kapal yang dapat
bersandar di dermaga ini maximum 45.000 DWT dan minimum 5.000
DWT. Dermaga juga dilengkapi dengan fasilitas sandar dan tambat
sebagai berikut :
-

Fasilitas sandar : fender tipe cell 1250H berjumlah 43 buah yang


akan dipasang disepanjang muka dermaga dengan jarak tiap fender

12 meter.
Fasilitas tambat : bollard dengan kapasitas 150 ton berjumlah 22
buah yang akan dipasang dengan jarak 24 meter.

2.2.1.2 Umur Rencana


Perencanaan dermaga dilakukan dengan memperhitungkan
umur rencana struktur utama 100 tahun, sedangkan elemen elemen
lainnya seperti frontal frame dan fender dilakukan pemeliharaan secara
berkala dan diganti bila terjadi kerusakan yang berarti. Elemen struktur
yang paling berpengaruh akibat umur struktur adalah tiang pancang,
karena bersentuhan langsung dengan air laut yang dapat menyebabkan

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

terjadinya korosi, laju korosi yang paling besar adalah diatas LWS,
tetapi pada zona ini tiang pancang diproteksi dengan lapisan
polyethylene (pe), dengan demikian laju korosi yang ditinjau dalam
perhitungan adalah pada zona sea bed sampai LWS yaitu 0.05
mm/tahun. Berdasarkan grafik yang disajikan pada gambar terlihat
bahwa laju korosi terbesar terjadi pada bagian diatas air tertinggi (
splash zone ) serta di bagian pasang surut.
Berikut studi yang telah dilakukan terhadap korosi yang terjadi
pada baja dilingkungan perairan
Corrosion Rate ( mm/yr )
Sea Water
Corrosion
Carbon Steel
Resistans Steel

Zone
Atmospheric
Splash
Tidal
Submerged
Mud

0.04 - 0.05
0.10 - 0.15
-0.1
0.15 - 0.25
-0.06

0.2 - 0.5
0.3 - 0.5
-0.1
90.2 - 0.25
-0.1

2.2.1.3 Peraturan dan Standart


Dalam

setiap

pekerjaan

konstruksi

diperlukan

suatu

acuan/referensi untuk menunjang perencanaan pembangunan.


PEMBEBANAN
- SNI 1727-1989-F: Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk
Rumah dan Gedung;
- SNI 1726-2002: Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia;
- SKBI-1.3.28.1987: Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan
-

Jalan Raya;
British Standart BS 6349 Part 1 7;
British Standart BS 5400-2-1978: Spesification For Load;
Port on Long Beach, Wharf Design Criteria Version 2.0;
Port of Long Angeles.

PERENCANAAN
- SNI-15-1991-3: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung;
- SKBI-1.3.55.1987: Pedoman Perencanaan Bangunan baja untuk
Gedung;

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

- Standart Design Criteria For Ports In Indonesia: Maritime Sector


Development Programme, DGSC, January, 1984;
- Technical Standarts For Port and Harbour Facilities In Japan 1991;
- British Standart Code of Practice For Maritime Structure, BS 6349
-

Part 1 to Part 7;
Oil Company Marine Forum (OCIMF), Prediction Large Vessel;
American Concrete Institute (AISC);
American Institute for Steel Construstion (AISC);
American Welding Society (AWS).

MATERIAL
- PUBI-1982: Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia;
2.2.1.4 Spesifikai Material
a. Beton:
Karakteristik :
- Pelat lantai : k.420
- Balok precast : k.420
- Balok cast insitu : k420
Penulangan :
- Penulangan lentur : Kapasitas penampang diperhitungkan dengan
mengembangkan diagram interaksi tulangan terpasang serta
melakukan analisis penampang dengan kondisi doubly reinforced
concrete.
- Penulangan geser : Penulangan geser minimum dilakukan
berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam SKSNI-T15-1991.
Kontrol lendutan :
- Kontrol lendutan pada elemen beton bertulangan dibatasi dengan
mengacu kepada SKSNI-15-1991
Tipe Komponen Struktur

Lendutan yang
Diperhitungkan

Batas
lendutan

Atap dasar tidak menahan atau berhubungan


dengan komponen non struktural yang mungkin
akan rusak akibat lendutan yang besar

lendutan akibat beban hidup

L/180

lantai tidak menahan atau berhubungan dengan


komponen non struktural yang mungkin rusak
akibat lendutan yang besar

lendutan akibat beban hidup L

L/360

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

konstruksi atap atau lantai yang menahan atau


berhubungan dengan komponen nonstruktural
yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
konstruksi atau lantai yang menahan atau
berhubungan dengan komponen non struktural
yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar

bagian dari lendutan total yang


terjadi setelah pemasangan
komponen nonstruktural
(jumlah dari lendutan jangka
panjang akibat semua beban
yang bekerja dan lendutan
seketika yang terjadi akibat
penambahan sebarang beban
hidup)

L/480

L/240

Kontrol retak
- Kontrol terhadap retak pada struktur beton bertulang dilakukan
dengan membatasi terhadap lebar retak, mengacu kepada ACI
committee.
Exposure Condition
Dry air or protective membrane
humidity, moist air, soil
deicing chemicals
seawater and seawater spray, wetting and drying
water-retaining structures

Maximum Allowable Crack Width, in (mm)


0.0016 (0.41)
0.012 (0.30)
0.007 (0.18)
0.006 (0.15)
0.004 (0.10)

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Selimut beton
- Penentuan selimut beton berdasarkan BS 5400-4: 1990. Delimit
beton ini penting untuk dipenuhi mengingat kebutuhan penulangan
sangat dipengaruhi oleh jarak antara titik pusat tulangan utama
terhadap sisi depan. Selimut ini juga diperhitungkan sebagai
perlindungan terhadap korosi air laut.
Baja Tulangan :

Tulangan diameter < 13 ( polos )

Tulangan diameter > 13 ( deformed )

fy =
Es =
fy =
Es =

2,400 kg/cm2
2,100,000
kg/cm2
3,900 kg/cm2
2,100,000
kg/cm2

Baja Profil :
Untuk baja profil, plat baja dan material baja structural lainnya
mengacu kepada JIS G3101 or ASTM A36 dengan tegangan leleh
minimum 2400 kg/cm2. Untuk bolt dan nut direncanakan memenuhi
ASTM A.307 dan ASTM A.325 seluruhnya digalvanis.
Steel Pipe Pile:
Dua macam tiang pancang yang digunakan dalam pelaksanaan
proyek dermaga:
- SPP diameter 1016 mm, t = 19 mm, L = 24 m dan t = 14 mm, L = 46
untuk tiang yang berada di bawah balok crane ( jalur crane )
- SPP diameter 812.8, t = 14 mm, L = 24 m dan t = 12 mm, L = 44 m
untuk tiang di posisi selain balok crane ( jalur lainnya)
Sistem Fender:
Kebutuhan penyerapan energi oleh fender diperhitungkan
terhadap energi berthing dari kapal terbesar yang bersandar, besaran
energi berdasarkan perhitungan yang mengacu kepada BS 6349 Part 4,
Maritime Structure, Part 4: Code of practice for design of fendering
and mooring system, dengan formulasi:

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

(Energi Normal)
(Energi Abnormal)
Didapatkan energi benturan sebanyak :
- Kapal 45.000 DWT
En = 57,24 ton.m
Ean = 74,41 ton.m
- Kapal 5.000 DWT
En = 6,55 ton.m
Ean = 8,51 ton.m
System fender terdiri dari karet fender, rubbing board serta
chain.
a.

b.

Karet fender
Karet fender mengacu pada spesifikasi yang diajukan oleh
pabrik dan dianjurkan memenuhi JIS 6301dengan spesifikasi teknik:
Tensile strength : 160 kg/cm2.
Hardness : 70.5 .
Specific gravity : 1.15 1.2 g/cm3.
Rubbing board
Karakteristik material rubbing board adalah mengacu kepada
JIS G-3101 standart hot dip galvanized. Material ini berupa
polyethylene resin atau ultra high molecular weight composition

c.

denga spesifikasi :
Friction coefficient : 0.2 max;
Tensile strength : 250 kg/cm2-min;
Specific gravity : 0.92 1.00;
Chain
Chain direncanakan memenuhi criteria JIS G 3101, SS400 dan

d.

galvanisasi mengacu kepada JIS H 8641 atau setara.


Anchor bolt
Anchor bolts dibuat dari stainless steel SUS 403, JIS C 4303
atau ekuivalen.

Bollard:
Material bollard direncanakan harus memenuhi atau setara
dengan spesifikasi sebagai berikut:
-

Body JIS G 5101 Grade 3 SC 46.


Foundation bolt JIS G 3101 Grade 2 SS 41 or JIS B 0205 M64-6.
Nut JIS B 1181 Grade 1 Class 3 4T, M64-6.
Washer
JIS B 1256 Steel bars.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

- Foundation plate

JIS G3101, SS41 or JIS G5101, SC46.

Material Sambungan Las


Kawat las direncanakan menggunakan LB-52-18 Welding
Electrode dengan performance yang mengacu pada JIS Z 3212
Type
LB - 52
- 18

Yield Point N/mm2


(kgf/mm2)
500 ( 51 )

Tensile Strenght N/mm2


(kgf/mm2)
560 ( 57 )

Elongation
%
31

411 ( 42 )

509 ( 52 )

34

Heat Treatment
As welded
620C/1 hr Furnance
Cooling

2.2.1.5 Peralatan Proyek


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Peralatan
Pancang Hammer Hydraulic 16 T
Pontoon pancang 180 ft
Pontoon langsir ( pancang & precast ) 180 ft
Pontoon erection precast 180 ft
Tug Boat 500 Pk
Crawler Crane 35T; 45T; 80T; 100T; 150T
Concreate Pump Car 20m3/jam
Truck Mixer
Pemotong besi untuk tulangan
Genset
Mesin Las

Satuan
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

Volume
2
2
2
2
4
1;1;3;2;2
1
6

2.2.1.6 Data Tanah


Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang dermaga
Teluk lamong didasarkan pada data tanah yang terdiri dari:
-

Dokumen tender dari PT. Pelabuhan Indonesia III.


Hasil penyelidikan tanah tambahan yang dilakukan

oleh

kontraktor.
Data penyelidikan pada lokasi rencana dermaga tersebut
menunjukkan bahwa kondisi lapisan tanah eksiting pada umumnya
homogen berupa tanah lempung dengan konsistensi yang berbeda.
Kondisi lapisan tanah pada daerah permukaan adalah lapisan tanah
sangat lunak hingga lunak dengan nilai N-SPT rata rata 1 hingga
kedalaman lebih kurang 20 m dari permukaan. Pondasi dalam atau
pondasi tiang biasa digunakan untuk memastikan suatu bangunan

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

berada dalam kondisi aman. Situasi yang memerlukan tiang sebagai


system pondasi adalah:
-

Lapisan tanah pada lokasi pekerjaan merupakan lapisan yang

sangat kompresibel dan memiliki daya dukung yang rendah.


Struktur atas menerima gaya horizontal.
Struktur atas menerima gaya uplift.
Pondasi tiang menahan beban kompresi melalui tahanan selimut

dan tahanan ujung, beban uplift ditahan melalui tahanan selimut dan
beban lateral ditahan oleh kekakuan tiang dan tanah disekelilingnya.
Kapasitas daya dukung aksial tiang tunggal secara umum dapat
diperoleh dengan menjumlahkan kapasitas daya dukung ujung dan
tahanan geser selimut tiang. Kapasitas daya dukung tersebut dapat
ditulis dengan persamaan:
Dimana:
Qu = kapasitas daya dukung ultimate.
Qb = kapasitas daya dukung ujung ultimate.
Qs = tahanan geser selimut tiang ultimate.
Tahanan geser selimut tiang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan di bawah ini :

Dimana :
Qsc = kontribusi dari kohesi tanah, c ( pada tanah lempung ).
Qs = kontribusi dari sudut geser dalam tanah,

( pada tanah pasir ).

Karena kesulitan dalam menentukan besarnya harga sudut geser dalam,


, maka untuk perhitungan tahanan geser selimut dapat digunakan
berdasarkan nilai N-SPT. Berdasarkan NavDoc, besar tahanan geser
untuk tiang pancang adalah:

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Berdasarkan beberapa metode yang telah diuji penentuan tahanan geser


selimut pada tanah pasir diketahui bahwa nilainya bervariasi antara
0,1*(N-SPT) hingga 0,32*(N-SPT) ton/m2.
Sedangkan tahanan ujung tiang yang terdapat di tanah c dapat meggunakan persamaan seperti di bawah ini:

Dimana:
Ap = luas penampang bagian ujung tiang.
c = kohesi tanah pada bagian ujung tiang.
q = tegangan vertical efektif pada daerah ujung tiang.
Nc*, Nq* = factor daya dukung.
Desain tiang terhadap beban tarik sangat penting untuk struktur
yang mengalami beban seismic. Pada beberapa kondisi, kapasitas tarik
tiang menentukan kedalaman penetrasi minimum yang diperlukan.
Pada tanah berkondisi kohesif berbutir halus, menurut Nicola dan
Randolph (1993) pembebanan diasumsikan terjadi pada kondisi
undrained, tahanan sisi tiang pada kondisi tekan dihitung sama dengan
kondisi tarik.
Sedangkan pada tanah non-kohesif tahanan sisi dihitung 70%
dari tahanan sisi untuk kondisi tekan. Karena pada proyek dermaga ini
lokasi proyek terdiri dari tanah kohesif dan non-kohesif, tahanan sisi
untuk kondisi tarik dihitung 70% dari tahanan sisi untuk kondisi tekan.
Kapasitas daya dukung ijin tiang adalah daya dukung ultimate
dibagi dengan angka keamanan, pada umumnya angka keamanan yang
sering digunakan berkisar antara 2- 4 untuk kondisi operasional atau
untuk beban yang bekerja selama operasi. Menurut Tomlinson (1977)
angka keamanan berdasarkan persamaannya adalah 2,5 dan Canadian
Foundation Engineering Manual dan AASHTO 1992 menyarankan
penggunaan angka kemanan sebesar 2,5 untuk kapasitas tiang.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Kisaran angka keamanan tergantung pada reliabilitas dari


metode analisis statik yang digunakan dengan pertimbangan
pertimbangan sebagai berikut :
-

tingkat keyakinan terhadap parameter parameter tanah yang

digunakan.
keseragaman lapisan tanah.
efek dan konsistensi dari metode instalasi tiang yang digunakan.
tingkat pengawasan saat konstruksi.
dilakukan pengujian terhadap tiang baik dengan metode Static
Loading Test atau Pile Driving Analysis (PDA) test.
Berdasarkan hal tersebut, pihak pemilik pekerjaan telah

menentukan persyaratan angka keamanan pondasi tiang Dermaga


Teluk Lamong untuk kondisi operasional adalah sebesar 2,5.
Hasil Perhitungan
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang tunggal menunjukkan
kapasitas daya dukung tiang aksial yang dapat digunakan dalam
perencanaan pondasi. Perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang
yang dilakukan meliputi:
-

daya dukung aksial tekan.


daya dukung aksial cabut.
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang tunggal dilakukan

berdasarkan beberapa asumsi sebagai berikut:


-

Kelebihan tiang dihitung untuk kondisi tanah eksisting sesuai


dengan lokasi pemboran pada BH-24 hingga BH-28 berdasarkan
data tanah dari pihak pemilik pekerjaan serta BA2, BA3 dan BA4
berdasarkan

penyelidikan

tanah

tambahan

yang

dilakukan

kontraktor.
Pondasi tiang yang digunakan pada perhitungan ini adalah tiang
pancang pipa baja (SPP) dengan diameter luar sebesar 812,6 mm

dan 1016 mm.


Berdasarkan perhitungan struktur, diketahui bahwa beban aksial
compression maksimum yang nantinya akan bekerja adalah :
320 ton untuk tiang diameter 1016 mm.
230 ton untuk tiang diameter 812,6 mm.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Safety factor yang digunakan adalah 2,5 sehingga beban ultimate


yang akan bekerja nantinya sebesar:
800 ton untuk tiang berdiameter 1016 mm
575 ton untuk tiang berdiameter 812,6 mm

Rangkuman panjang tiang yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas


daya dukung yang disyaratkan:
Jenis
Tiang

Diameter
mm

Beban
Service
ton

Kap. Daya dukung


Ultimate, SF=2.5
ton

1016

320

800

812

230

575

SPP

Lokasi
BA2
BA3
BA4
BH 24
BH 25
BH 26
BH 27
BH 28
BA2
BA3
BA4
BH 24
BH 25
BH 26
BH 27
BH 28

Panjang tiap
lokasi
m
67
65
70
65
73
68
76
76
66
64
67
63
70
66
73
72

Panjang Rata Rata


m

70

68

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

2.3

Data Administrasi
2.3.1 Struktur Organisasi Proyek
Organisasi secara umum dapat dimaksudkan dua orang atau lebih
yang melaksanakan suatu lingkup pekerjaan secara bersama sama
dengan kemampuan dan keahliannya masing masing untuk mencapai
tujuan sesuai dengan yang direncanakan. Suatu proyek konstruksi adalah
proyek pembangunan yang dicapai dengan melalui suatu sistem. Sistem
itu sendiri secara harfiah dan konseptual bermaksud sebagai perangkat
atau kelompok yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah disepakati bersama. Jadi, struktur organisasi di dalam proyek adalah
kumpulan dari sekelompok orang yang memiliki tujuan untuk
memproduksi bangunan fisik sesuai dengan persyaratan yang telah
diajukan dilakukan melalui ruang lingkup pekerjaan tertentu.
Umumnya dalam sebuah proyek konstruksi, bagian bagian
manajemen dari struktur organisasi yang ada di dalamnya antara lain :
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Pemilik Proyek ( Owner )


Konsultan Perencana
Konsultan Pengawas
Kontraktor
Project Manager
Site Manager
Pengendali Operasi Proyek
Logistik Proyek
Arsitek atau Drafter Gambar Kerja
Quantity Surveyor
Quantity Control
HSE atau K3
Pelaksana Proyek
Surveyor
Administrasi Proyek
Security atau Satpam
Dan lain lain
Pada proyek pembangunan dermaga multipurpose di Teluk

Lamong Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ( Paket A ) tersusun suatu


struktur organisasi di pihak owner ( PT. Pelindo III ), konsultan ( PT.
Virama Karya ), maupun kontraktor ( PT. Adhi Karya ).
2.3.2 Project scope
- Tujuan Proyek

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

- Deliverables
Dermaga dibangun dengan ukuran 500 x 50 m2 ( Paket A )
- Milestone
Surat perjanjian pemborongan : 28 oktober 20120.
Kontrak kerja : 22 nopember 2010 13 juli 2012 .
- Techical Requirments
1. Dermaga dibagun harus sesuai dengan standart.
2. Setiap material yang dipakai harus sesuai dengan standart mutu yang
3.
1.
2.
3.
4.

sudah tentukan.
Umur rencana dermaga : 100 tahun.
Limits and Exclusions
Dermaga harus dibangun sesuai persetujuan owner.
Pemilik lebih tertarik terhadap keadaan dermaga yang kuat.
Kontraktor bertanggung jawab atas pekerjaan sub kontraktor.
Jam kerja hari Senin Jumat 08.00 17.00 dan Sabtu jam 08.00

12.00 ( kecuali lembur ).


- Costumer review
PT. Pelabuhan Indonesia III ( persero ).

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian yang melindungi pekerja,

perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya yang disebabkan
oleh kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut adalah hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. Hal ini bertujuan untuk mencegah, mengurangi bahkan
menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini harus
dianggap sebagai bentuk investasi dalam waktu jangka panjang yang dapat
memberikan keuntungan berlimpah di masa yang akan datang.
PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk. Mempunyai standar keselamatan dan
kesehatan kerja sendiri untuk masuk ke dalam lokasi proyek, antara lain:
1. Safety Induction
Adalah suatu kegiatan yang menunjukkan tempat-tempat yang termasuk
dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun tempat-tempatnya sebagai
berikut:
a. Jalan Osowilangun (direksi keet).
b. Workshop precast; meliputi PCI (Precast Concrete Indonesia), HI (Harapan
Indonesia), VUB (Varia Usaha Beton).
c. Lokasi proyek dan kantor sementara berada di Pelabuhan Gresik Jasa
Tama (GJT).
Untuk ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
a. Keamanan
Keamanan pada proyek khususnya di GJT, terbagi menjadi 2 lokasi,
yakni keamanan di darat dan di laut. Untuk keamanan di darat,
menggunakan jasa security yang bergantian antar pagi dan malam
sedangkan untuk di lautnya, pihak kontraktor bekerja sama dengan pihak
Angkatan Laut untuk melakukan patroli secara berkala supaya tidak ada
kapal yang mendekati daerah proyek tersebut minimal 400 m. Selain itu,
juga ada security yang berjaga dilaut bersama dengan petugas K3.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

b. Kesehatan
Dalam hal ini meliputi:
Semua pekerja dan staff yang melakukan cek kesehatan tiap 3
bulan sekali.
Penyediaan fasilitas kesehatan yang dalam hal ini berupa adanya
rumah sakit rujukan, yaitu Rumah Sakit Petrokimia dan Rumah
Sakit Semen Gresik serta adanya ambulans (untuk di darat) dan
speedboat (untuk di laut).
Adanya perlindungan dari Asuransi JAMSOSTEK untuk semua
elemen yang ada di proyek.
c. Keselamatan
Adanya alat pemadam kebakaran ringan (APAR) dan kotak P3K untuk
di darat. Untuk di laut, adanya penangkal petir dan barak pekerja. Namun,
dari semua ini yang lebih penting adalah kesadaran dari diri sendiri untuk
memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja tersebut.
d. Teknis
Safety Morning
Ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada hari
Selasa pukul 07.00 di GJT tiap minggunya. Kegiatan ini meliputi
evaluasi K3, pengingatan kembali tentang pentingnya pemakaian
APD dan senam pagi (tiap 2 minggu sekali).
Safety Talk (briefing)
Sebelum ada pengerjaan teknis di

lapangan,

seperti

pemancangan, pengelasan, pengecoran dan pekerjaan lainnya


semua pekerja dikumpulkan sesuai dengan bagian pekerjaan
masing-masing dan dilakukan briefing terlebih dahulu oleh bagian
K3 untuk mengingatkan tentang bahaya yang akan dihadapi selama
pekerjaan dilakukanseta mengecek kelengkapan APD yang harus
dipakai.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

2. Standar Alat Pelindungan Diri (APD)


Ketika memasuki area proyek dan sebelum memulai kegiatan, APD yang
wajib digunakan, antara lain:
a. Safety shoes.
b. Helm.
c. Glove (kondisional).
d. Pelampung.
e. Jas hujan (kondisional).
f. Topeng las ( untuk pekerjaan pengelasan).
3. Tanda-tanda Keselamatan (Safety Sign)
Merupakan rambu-rambu yang berada di daerah proyek yang harus
dipatuhi, misal seperti berikut:

Gambar 3.1 Contoh Safety Sign

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

4. Sanksi Pelanggaran
Apabila tidak mematuhi tanda-tanda keselamatan yang sudah ada, maka
akan dikenakan sanksi berupa denda yang digunakan sebagai peringatan
sehingga pekerja tidak akan melakukan pelanggaran lagi. Adapun contohnya
sebagai berikut:
Tidak memakai safety shoes/helm
Tidak memakai pelampung

: denda sebesar Rp 20.000,00


: denda sebesar Rp 30.000,00

5. Jalur Evakuasi
Menunjukkan jalur untuk meninggalkan area kantor atau pun proyek
ketika terjadi suatu bencana.

Gambar 3.2 Jalur Evakuasi di Direksi Keet Osowilangun


6. Bahaya dan Resiko di Lokasi Proyek
Ketika di lokasi proyek, banyak bahaya dan resiko yang didapat bila kita
tidak berhati-hati. Faktor penyebabnya seperti alam (angin kencang, hujan,
gelombang tinggi) dan kecelakaan-kecelakaan kecil (tersandung, terjepit, dan
sebagainya).

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

3.2.

Lokasi dan Layout Pembangunan Dermaga


Lokasi

Gambar 3.3 Lokasi Gresik Jasa Tama

Area
Dermaga

Gambar 3.4 Lokasi Pembangunan Dermaga

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Layout

Gambar 3.5 Layout Pembangunan Dermaga Keseluruhan.

Gambar 3.6 Layout Pembangunan Dermaga Beserta Bathymetri.


3.3.

Perencanaan dan Produksi Pembangunan Dermaga


Sebelum pembangunan dilakukan, perencanaan perlu dilakukan terutama pada

bagian strukturnya. Untuk struktur dibagi menjadi 2, yaitu struktur atas dermaga
(superstructure) dan struktur bawah dermaga (substructur).
3.1.1 Struktur Atas Dermaga (Superstructure)
3.1.1.1 Perencanaan Plat lantai

Pembebanan
Plat lantai yang direncanakan terdiri dari beton precast sebagai
formwork dan topping beton cast insitu.Pelaksanaan plat lantai
dilakukan berdasarkan tahapan berikut:
- Tahap 1 : plat precast sebagai formwork.
# Beban mati (qDL)
= qsw + qwc + qair laut
= 0,782 + 0,587 + 0,082

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

# Beban hidup (qLL)


-

= 1,451 ton/m
= 0,204 ton/m ( beban pekerja)

Tahap 2 : precast dan topping telah menyatu.


# Beban mati (qDL)
= qsw + qair laut
= 1,369 + 0,082
= 1,451 ton/m
# Beban hidup merata (qUDL) = 6,520 ton/m ( per 1,63 m lebar)
# Beban truck T-45

Gaya Dalam Struktur


Untuk perencanaan penulangan kombinasi pembebanan adalah:
U = 1,2 DL
U = 1,2 DL + 1,6 UDL
S = 1,0 DL
S = 1,0 DL + 1,0 UDL
Analisis struktur dilakukan dengan software SAP2000 v.11 dan
diperoleh hasil berikut:
- Tahap 1 : L
= 5,300
MDL = 5,904
MLL = 0,715
Mu
= 7,257
Ms
= 5,809

m
ton.m
ton.m
ton.m
ton.m

- Tahap 2 : L
= 6,000
Service Load:
Ms (+) = 22,110 ton.m
Ms (-) = 21,920 ton.m
Vs
= 24,520 ton.m
Ultimate Load:
Mu (+) = 34,450 ton.m
Mu (-) = 33,800 ton.m
Vu
= 38,150 ton.m

Penulangan
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan yang dilakukan untuk slab
tipe PS.1 diperoleh hasil berikut:
Penulangan
Tulangan Lentur
Tulangan Lentur
Tulangan Pembagi (precast)
Tulangan Pembagi (insitu)

Lapangan
16 D 19 (bawah)
D22 200 (atas)
D13 150
D16 150

Tumpuan
D22 100 (atas)
8 D 19 (bawah)
D13 150
D16 150

Pemeriksaan Kapasitas Penampang


Dilakukan untuk memperoleh informasi jika plat mengalami beban
ekstrim. Dengan demikian dapat diketahui apakah plat masih dapat

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

memikul beban tersebut apa tidak. Adapun kondisi batas yang


dikembangkan Mcap > Mu sehingga momen kapasitas plat lantai
diperhitungkan berdasarkan kondisi doubly reinforced concrete section.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh sebagai berikut:
Mn (+) = 47,31 ton.m > 43,06 ton.m (OK)
Mn (-) = 42,25 ton.m > 66,04 ton.m (OK)
Kontrol Lendutan
Diketahui data beban sebagai berikut:
Due to dead load
qDL = 1,451
ton/m
L
= 6,00
m
d
= 0,0014820 m = 1,482 mm
Due UDL
qLL = 6,520
ton.m
L
= 6,00
m
d
= 0,006661 m = 6,66 mm
sehingga total lendutan sebagai berikut:
dt
= dDL + dLL
= 1,451 + 6,520
= 8,143 mm
Berdasarkan SKSNI T-15-1991, kontrol lendutan yang diambil, yakni:
dall
= L/480
= 12,5 mm (dt > dall), ini berarti lendutan yang terjadi masih
memadai.
Pemeriksaan Penampang Terhadap Crack
Dilakukan hanya pada daerah lapangan.
Pemeriksaan Terhadap Punching Shear
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap beban container 40 TEUs.
Beban container
B
= (450 x 450) mm
d
= 350
mm
b
= 4 x (350 + 450 + 350)
=4,600 mm
Sedangkan untuk beban maksimum diperkirakan akan terbentuk oleh
tekanan bidang kontak adalah sebagai berikut:
P
= {(30 / 4) x 9,8}kN
= 73,5 kN = 73500 N
Sehingga daya dukung punching:

= (1/6) x 5,92 x 4,600 x 350


= 1587481,41 N > 73500 N (OK)

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Proses Fabrikasi Plat


- Mengirim besi tulangan ke lokasi pembuatan beton precast sesuai
-

jumlah yang dibutuhkan.


Memotong besi tulangan sesuai dengan panjang yang telah

direncanakan menggunakan bar cutter.


Membengkokkan besi tulangan sesuai

menggunakn bar bending.


Merangkai struktur tulangan sesuai dengan gambar rencana

ketentuan

dengan

kemudian antar tulangan diikat dengan bendrate sehingga


-

ikatannya kuat.
Setelah selesai merangkai struktur tadi lalu memindahkannya
dengan menggunakan crawler crane ke dalam bekisting yang telah
diletakkan di atas lantai kerja. Sebelumnya, bekisting harus dilapisi
dengan minyak bekisting dahulu supaya ketika pelepasan beton

daari bekisting nanti dapat dilakukan dengan mudah.


Sebelum dilakukan pengecoran, harus diadakan inspeksi terhadap
pemasangan struktur tulangan untuk mengecek kesesuaian dengan

rencana gambar.
Selanjutnya, pengecoran dapat dilakukan dengan menuangkan
pasta beton ke dalam bekisting menggunakan talang yang

disalurkan langsung dari truck mixer.


Pada waktu yang sama juga digunakan vibrator concrete guna
memadatkan sehingga ketika beton mengeras nanti tidak ada

rongga dan kemudian dibiarkan selama 8 jam.


Setelah beton mengeras, beon tersebut dilepas dari bekisting dan
dipindah dengan crawler crane sehingga lantai kerja dan bekisting

dapat dipakai kembali untuk produksi.


Selama menunggu umur yang diinginkan, dilakukan curing dengan
menggunakan kain goni/carpet yang disiram dengan air selama 7

hari.
Setelah sampai pada umur yang diinginkan, beton dapat dipakai dan
dipasang di lokasi pembangunan dermaga dengan langkah sebagai
berikut:
- Beton plat dipasang di atas balok precast yang telah terpasang
-

sesuai dengan koordinatnya.


Plat diangkat dengan crane dan diarahkan ke tempaat pemasangan
yang dipandu oleh pekerja guna ketepatan posisinya.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Setelah posisi tepat,pekerja melepas segel sling pada plat dan


operator mengambil plat lainnya untuk lokasi sebelahnya atau

yanng lain.
3.1.1.2 Perencanaan Longitudinal Beam
Pembebanan
Balok memanjang ( longitudinal beam ) ini direncanakan memiliki
dimensi 700/1250 mm dengan desain yang akan dimodelkan sebagai
balok kontinu. Untuk beban yang diperhitungkan dalam perencanaan
ini adalah;
- Beban sendiri elemen struktur.
- Beban mati tambahan, yaitu deck slab setebal 350 mm dan beban
-

air laut 50 kg/m2.


Beban UDL sebesar 4 ton/m2.
Beban truck T-45.

Penulangan
Tulangan Positif
Tulangan Negatif
Tulangan Geser

Posisi
Lapangan
Tumpuan
(6+4) D 25 (bawah)
(6+4) D 25 (atas)
6 D 25 (atas)
6 D 25 (bawah)
D13 200
D13 150

Gaya Dalam Struktur


Ini diperhitungkan berdasarkan kondisi balok menerus dan dari
perhitungan

gaya

dalam

diperoleh

hasil

berikut:

Service Limit State


M (+) = 59,513
ton.m
M (-) = 42,087
ton.m
V
= 55,109
ton.m
Ultimate Limit State
M (+) = 91,413
ton.m
M (-) = 63,232
ton.m
V
= 82,886
ton.m
Penulangan
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan yang dilakukan diperoleh
hasil berikut:
Kontrol Lendutan
Diperhitungkan berdasarkan momen aktual yang terjadi dan hasilnya
sebagai berikut:

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Total defleksi yang terjadi

= 0,000221 m
= 0,221 mm
Defleksi maksimum ijin
= L / 480
= 6000 / 480 = 12,5 mm
Maka defleksi yang terjadi masih memenuhi defleksi yang diijinkan.
Kapasitas Penulangan
Kapasitas penulangan dilkakukan dengan memperhitung adanya
pemasangan tulangan tekan pada penampang serta pemasangan
tulangan tarik 2 lapis. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
diperoleh kapasitas penulangan sebagai berikut:
- Penulangan lapangan (6+4) D 25 (bawah) dan 6 D 25 (atas).
Mn
= 210,10 ton.m > 114,27 ton.m (OK)
- Penulangan tumpuan (6+4) D 25 (atas) dan 6 D 25 (bawah)
Mn
= 210,10 ton.m > 79,04 ton.m (OK)
Apabila dibandingkan antara penulangan yang dibutuhkan dengan
kapasitas penulangan diperoleh bahwa penulangan yang terpasang
masih memadai.
Proses produksi longitudinal beam
- Mengirim besi tulangan ke lokasi pembuatan beton precast sesuai
-

jumlah yang dibutuhkan.


Memotong besi tulangan sesuai dengan panjang yang telah

direncanakan menggunakan bar cutter.


Membengkokkan besi tulangan sesuai

menggunakn bar bending.


Merangkai struktur tulangan sesuai dengan gambar rencana

ketentuan

dengan

kemudian antar tulangan diikat dengan bendrate sehingga


-

ikatannya kuat.
Setelah selesai merangkai struktur tadi lalu memindahkannya
dengan menggunakan crawler crane ke dalam bekisting yang telah
diletakkan di atas lantai kerja. Sebelumnya, bekisting harus dilapisi
dengan minyak bekisting dahulu supaya ketika pelepasan beton

daari bekisting nanti dapat dilakukan dengan mudah.


Sebelum dilakukan pengecoran, harus diadakan inspeksi terhadap
pemasangan struktur tulangan untuk mengecek kesesuaian dengan

rencana gambar.
Selanjutnya, pengecoran dapat dilakukan dengan menuangkan
pasta beton ke dalam bekisting menggunakan talang yang
disalurkan langsung dari truck mixer.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Pada waktu yang sama juga digunakan vibrator concrete guna


memadatkan sehingga ketika beton mengeras nanti tidak ada

rongga dan kemudian dibiarkan selama 8 jam.


Setelah beton mengeras, beon tersebut dilepas dari bekisting dan
dipindah dengan crawler crane sehingga lantai kerja dan bekisting

dapat dipakai kembali untuk produksi.


Selama menunggu umur yang diinginkan, dilakukan curing dengan
menggunakan kain goni/carpet yang disiram dengan air selama 7

hari.
Setelah sampai pada umur yang diinginkan, beton dapat dipakai dan
dipasang di lokasi pembangunan dermaga dengan langkah sebagai
berikut:
- Surveyor memberi marking pada plat penyangga yang akan
-

dipasang pada balok precast.


Selanjutnya balok dipasang di atas plat penyangga sesuai dengan

lokasinya.
Balok precast diangkat dengan crane kapasitas 100 ton/80 ton dan
diarahkan ke tempat pemasangan yang dipandu oleh pekerja untuk

ketepatan posisi.
Operator dibantu oleh seorang pekerja untuk mengarhakna supaya

balok tepat pada posisinya.


Apabila ketika pemasangan

ada

tulangan

yang

saling

bersinggungan sehingga menyulitkan pemasangan precast, maka


salah satu tulangan harus dibengkokkan dahulu seperlunya dengan
seminimal mungkin lalu dikembalikan ke posisi semula setelah
-

precast terpasang ssempurna.


Setelah posisi tepat, pekerja melepas segel sling pada balok precast
dan operator mengambil balok precast lainnya untuk lokasi
sebelahnya atau yang lain.

3.1.1.3 Perencanaan Cross Beam


Pembebanan
Balok cross beam ini direncanakan memiliki dimensi 700/1250 mm
dengan desain yang akan dimodelkan sebagai balok kontinu. Untuk
beban yang diperhitungkan dalam perencanaan ini adalah;
- Beban sendiri elemen struktur.
- Beban mati tambahan, yaitu deck slab setebal 350 mm dan beban
air laut 50 kg/m2.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Beban UDL sebesar 4 ton/m2.


Beban truck T-45.

Gaya Dalam Struktur


Ini diperhitungkan berdasarkan kondisi balok menerus dan dari
perhitungan gaya dalam diperoleh hasil berikut:
Service Limit State
M (+) = 75,070
ton.m
M (-) = 80,040
ton.m
V
= 77,980
ton.m
Ultimate Limit State
M (+) = 116,180
ton.m
M (-) = 121,930
ton.m
V
= 118,550
ton.m
Penulangan
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan yang dilakukan diperoleh
hasil berikut:
Penulangan
Tulangan Positif
Tulangan Negatif
Tulangan Geser

Posisi
Lapangan
(7+7) D 25 (bawah)
7 D 25 (atas)
4 D13 150

Tumpuan
(7+7) D 25 (atas)
7 D 25 (bawah)
4 D13 100

Konrol Lendutan
Diperhitungkan berdasarkan momen aktual yang terjadi dan hasilnya
sebagai berikut:
Total defleksi yang terjadi
Defleksi maksimum ijin

= 1,192 mm
= L / 480
= 5750 / 480 = 11,8 mm
Maka defleksi yang terjadi masih memenuhi defleksi yang diijinkan.
Kapasitas Penulangan
Kapasitas penulangan dilkakukan dengan memperhitung adanya
pemasangan tulangan tekan pada penampang serta pemasangan
tulangan tarik 2 lapis. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
diperoleh kapasitas penulangan sebagai berikut:
- Penulangan lapangan (7+7) D 25 (bawah) dan 7 D 25 (atas)
Mn
= 288,84 ton.m > 145,23 ton.m (OK)
- Penulangan tumpuan (6+4) D 25 (atas) dan 6 D 25 (bawah)
Mn
= 288,84 ton.m > 152,41 ton.m (OK)

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Apabila dibandingkan antara penulangan yang dibutuhkan dengan


kapasitas penulangan diperoleh bahwa penulangan yang terpasang
masih memadai.
Proses Fabrikasi Pada Cross Beam
- Tulangan dikirim menuju ke lokasi pembuatan beton precast sesuai
-

jumlah kebutuhan.
Melakukan pemotongan besi tulangan sesuai dengan panjang yang

telah direncanakan menggunakan bar cutter.


Membengkokkan besi tulangan sesuai dengan ketetntuan yang akan

dirangkai menggunakan bar bending.


Merangkai struktur tulangan sesia dengan gambar rencana
kemudian antar tulangan diikat dengan bendrate sehingga

ikatannya kuat.
Setelah selesai merangkai struktur tadi lalu memindahkannya
dengan menggunakan crawler crane ke dalam bekisting yang telah
diletakkan di atas lantai kerja. Sebelumnya bekisting harus dilapisi
dengan minyak bekisting dahulu supaya ketika pelepasan beton

daari bekisting nanti dapat dilakukan dengan mudah.


Sebelum dilakukan pengecoran, harus diadakan inspeksi terhadap
pemasangan struktur tulangan untuk mengecek kesesuaian dengan

rencana gambar.
Selanjutnya, pengecoran dapat dilakukan dengan menuangkan
pasta beton ke dalam bekisting menggunakan talang yang

disalurkan langsung dari truck mixer.


Pada waktu yang sama juga digunakan vibrator concrete guna
memadatkan sehingga ketika beton mengeras nanti tidak ada

rongga dan kemudian dibiarkan selama 8 jam.


Setelah beton mengeras, beon tersebut dilepas dari bekisting dan
dipindah dengan crawler crane sehingga lantai kerja dan bekisting

dapat dipakai kembali untuk produksi.


Selama menunggu umur yang diinginkan, dilakukan curing dengan
menggunakan kain goni/carpet yang disiram dengan air selama 7

hari.
Setelah proses produksi selesai, maka cross beam ini dapat diinstalasi
di lokasi pembangunan dermaga dengan langkah sebagi berikut:

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Surveyor memberi marking pada plat penyangga yang akan

dipasang pada balok precast.


Selanjutnya balok dipasang di atas plat penyangga sesuai dengan

lokasinya.
Balok precast diangkat dengan crane kapasitas 100 ton/80 ton dan
diarahkan ke tempat pemasangan yang dipandu oleh pekerja untuk

ketepatan posisi.
Operator dibantu oleh seorang pekerja untuk mengarhakna supaya

balok tepat pada posisinya.


Apabila ketika pemasangan

ada

tulangan

yang

saling

bersinggungan sehingga menyulitkan pemasangan precast, maka


salah satu tulangan harus dibengkokkan dahulu seperlunya dengan
seminimal mungkin lalu dikembalikan ke posisi semula setelah
-

precast terpasang ssempurna.


Setelah posisi tepat, pekerja melepas segel sling pada balok precast
dan operator mengambil balok precast lainnya untuk lokasi
sebelahnya atau yang lain.

3.1.1.4 Perencanaan Cross Beam Balok Crane ( Crane beam )


Pembebanan
Crane Beam ini direncanakan memiliki dimensi 1300/1250 mm
dengan desain yang akan dimodelkan sebagai balok kontinu. Untuk
beban yang diperhitungkan dalam perencanaan ini adalah;
- Beban sendiri elemen struktur.
- Beban mati tambahan, yaitu deck slab setebal 350 mm dan beban
-

air laut 50 kg/m2.


Beban UDL sebesar 4 ton/m2.
Beban crane.

Gaya Dalam Struktur


Ini diperhitungkan berdasarkan kondisi balok menerus dan dari
perhitungan gaya dalam diperoleh hasil berikut:
Service Limit State
M (+) = 114,21
ton.m
M (-) = 55,370
ton.m
V
= 63,737
ton.m
Ultimate Limit State
M (+) = 182,786
ton.m
M (-) = 88,593
ton.m
V
= 101,979
ton.m

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Penulangan
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan yang dilakukan diperoleh
hasil berikut:

Penulangan
Tulangan Positif
Tulangan Negatif
Tulangan Geser

Posisi
Lapangan
(8+8) D 25 (bawah)
(8+4) D 25 (atas)
4 D13 100

Tumpuan
(8+8) D 25 (atas)
(8+4) D 25 (bawah)
4 D13 100

Kontrol Lendutan
Diperhitungkan berdasarkan momen aktual yang terjadi dan hasilnya
sebagai berikut:
Total defleksi yang terjadi
Defleksi maksimum ijin

= 2,06 mm
= L / 480
= 6000 / 480 = 12,5 mm
Maka defleksi yang terjadi masih memenuhi defleksi yang diijinkan.
Kapasitas Penulangan
Kapasitas penulangan dilkakukan dengan memperhitung adanya
pemasangan tulangan tekan pada penampang serta pemasangan
tulangan tarik 2 lapis. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
diperoleh kapasitas penulangan sebagai berikut:
- Penulangan lapangan (8+8) D 25 (bawah) dan (8+4) D 25 (atas)
Mn
= 336,28 ton.m > 228,48 ton.m (OK)
- Penulangan tumpuan (6+4) D 25 (atas) dan 6 D 25 (bawah)
Mn
= 336,28 ton.m > 110,74 ton.m (OK)
Apabila dibandingkan antara penulangan yang dibutuhkan dengan
kapasitas penulangan diperoleh bahwa penulangan yang terpasang
masih memadai.
Proses Fabrikasi Pada Crane Beam
- Besi tulangan dikirim menuju ke lokasi pembuatan beton precast
-

sesuai jumlah kebutuhan.


Melakukan pemotongan besi tulangan sesuai dengan panjang yang

telah direncanakan menggunakan bar cutter.


Membengkokkan besi tulangan sesuai dengan ketetntuan yang akan
dirangkai menggunakan bar bending.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Merangkai struktur tulangan sesia dengan gambar rencana


kemudian antar tulangan diikat dengan bendrate sehingga

ikatannya kuat.
Setelah selesai merangkai struktur tadi lalu memindahkannya
dengan menggunakan crawler crane ke dalam bekisting yang telah
diletakkan di atas lantai kerja. Sebelumnya bekisting harus dilapisi
dengan minyak bekisting dahulu supaya ketika pelepasan beton

dari bekisting nanti dapat dilakukan dengan mudah.


Sebelum dilakukan pengecoran, harus diadakan inspeksi terhadap
pemasangan struktur tulangan untuk mengecek kesesuaian dengan

rencana gambar.
Selanjutnya, pengecoran dapat dilakukan dengan menuangkan
pasta beton ke dalam bekisting menggunakan talang yang

disalurkan langsung dari truck mixer.


Pada waktu yang sama juga digunakan vibrator concrete guna
memadatkan sehingga ketika beton mengeras nanti tidak ada

rongga dan kemudian dibiarkan selama 8 jam.


Setelah beton mengeras, beon tersebut dilepas dari bekisting dan
dipindah dengan crawler crane sehingga lantai kerja dan bekisting

dapat dipakai kembali untuk produksi.


Selama menunggu umur yang diinginkan, dilakukan curing dengan
menggunakan kain goni/carpet yang disiram dengan air selama 7

hari.
Setelah proses produksi selesai, maka crane beam ini dapat diinstalasi
di lokasi pembangunan dermaga dengan langkah sebagi berikut:
- Surveyor memberi marking pada plat penyangga yang akan
-

dipasang pada balok precast.


Selanjutnya balok dipasang di atas plat penyangga sesuai dengan

lokasinya.
Balok precast diangkat dengan crane kapasitas 100 ton/80 ton dan
diarahkan ke tempat pemasangan yang dipandu oleh pekerja untuk

ketepatan posisi.
Operator dibantu oleh seorang pekerja untuk mengarahkan supaya

balok tepat pada posisinya.


Apabila ketika pemasangan

ada

tulangan

yang

saling

bersinggungan sehingga menyulitkan pemasangan precast, maka


salah satu tulangan harus dibengkokkan dahulu seperlunya dengan

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

seminimal mungkin lalu dikembalikan ke posisi semula setelah


-

precast terpasang sempurna.


Setelah posisi tepat, pekerja melepas segel sling pada balok precast
dan operator mengambil balok precast lainnya untuk lokasi
sebelahnya atau yang lain.

3.1.1.5 Perencanaan Temporary Support


Pembebanan
Bean yang bekerja pada pile cap merupakan seluruh beban yang
bekerja di atas balok melintang (cross beam), balok memanjang
(longitudinal beam), dan balok crane.
Proses produksi pengerjaan Temporary Support dan instalasi
- Tulangan dari baja diameter yang telah disesuaikan dikirim ke
-

masing masing tempat fabrikasi.


Tahapan pertama tulangan yang telah ada dipotong sesuai dengan
panjang rencana yang telah ditentukan dengan menggunakan

barcutter.
Kemudian, tulangan yang telah dipotong, dibengkokan sesuai

dengan kebutuhan dengan menggunakan barbender.


Setelah semua kebutuhan tulangan terpenuhi, antar tulangan

kemudian diikat menggunakan bendrate.


Selanjutnya setelah proses selesai pindahkan rangkaian tulangan ke
lantai kerja yang telah dipasangi bekisting dengan menggunakan

crawler crane.
Sebelum memasuki tahap pengecoran diadakan inspeksi terlebih
dahulu untuk mencocokkan antara gambar rencana dengan kondisi

di lapangan
Proses pengecoran dilakukan dengan cara menuangkan pasta beton

ke dalam bekisting yang telah berisi tulangan.


Selama masa pengecoran digunakan vibrator guna memadatkan

lapisan agar tidak ada rongga di dalam.


Selama menunggu umur yang diinginkan, beton harus di curing
dengan menggunakan kain goni, guna menutupi plat bagian atas,

lalu disiram dengan air agar kadar dalam beton tetap terjaga.
Setelah tahapan fabrikasi selesai maka pelaksanaan instalasi dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
- Pile cap dipasang di atas tiang pancang sesuai dengan lokasinya.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Pile cap diangkat dengan crane kapasitas 100 ton / 80 ton dan
diarahkan ke tempat pemasangan dan dipandu oleh pekerja untuk

ketepatan posisinya.
Setelah posisi pile cap telah tepat pada tempatnya, pengait yang

ada pada pile cap dikaitkan ke tiang pancanng.


Selanjutnya pengait dilas oleh operator las.

3.3.1.6 . Metode Pemasangan Shear Key


- Langkah 1 : Pengangakatan precast ( CB1, CB2, LB1, CRB1 &
-

CRB2) setelah persiapan pengangkatan precast temporrary supply.


Langkah 2 : Pengangkatan precast temporary support ( axis H, F,
D, B ):
Step 1: Besi D25 dipotong dari C O P 400 mm.
Step 2: Pengangkatan temporary support ( PC ).
Step 3: Pemasangan temporary support type 10 ( PC 10 ).
Step 4: besi D25 sisa potongan isian infill disambungkan

kembali dengan pengalasan.


Langkah 3 : Setelah pemotongan besi tulangan infill dilakukan
pemasangan PC 10, setelah pemasangan PC 10 dilakukan persiapan

untuk pemasangan CB.


Langkah 4 : Pemasangan precast cross beam ( CB 1A1, CB 1A2,
CB 2A1, CB 2B1, CRB 7, CRB 8, LB 5, LB 6, CRB 1, CRB 2, CB
3C, CB 3D, LB 1
Setelah langkah 4 dilakukan persiapan pembesian joint beam,
pembesian bak shear key, pembuatan bekisting joint beam,
pembuatan bekisting bak shear key, pemasangan embleded plate di

3.3.2

bak shear key.


Langkah 5 : Pengecoran joint beam diposisi axis A, C, E, G, I
Setelah joint beam dicor dilakukan persiapan pemasangan precast
slab, dan persiapan pemasangan besi insitu beam.
Langkah 6
Step 1: Pemasangan precast slab di dekat area shear key.
Step 2: Pemasangan besi insitu beam.
Step 3: Pengecoran bak shear key.
Langkah 7 : Pemasangan bekisting insitu slab
Step 1: Pembesian insitu slab.
Step 2: Persiapan pengecoran keseluruhan insitu slab.
Langkh 8 : Pengecoran seluruh insitu slab.
Langkah 9 : pemasangan IWF shear key.

Struktur Bawah Dermaga (Substructure)

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

3.3.2.1
Elevasi
Elevasi struktur yang digunakan pada pemodelan adalah:
- HHWL (Highest High Water Level)
: + 2,70 m
- MSL (Mean Sea Level )
: 0,00 m
- LLWL (Lowest Low Water Level)
: 0,00 m
- Seabed
: - 14,00 m
- Elevasi deck
: + 5,00 m
dan yang dipakai dalam pemodelan adalah MSL 0,00 m.
3.3.2.2
Pondasi Tiang Pancang
Pemodelan dalam analisis struktur dimodelkan dengan kondisi fixed
point dengan perhitungan sebagai berikut :

Dimana:
1/

= Virtual fixity point (cm).

Kh

= Linear horizontal spring constant (N/cm2).


= 0,15N

3.4.

= Diameter tiang (cm).

= Modulus Elastisitas pipa baja (kg/cm2).

= Modulus inersia penampang (cm4).

Proses Pemancangan
Pada tahap ini, pengerjaan dilakukan oleh 2 perusahaan, yaitu PT. Thomas

Pondasi Indonesia dan PT. Master Pancang karena pengerjaan dilakukan di 2 zona,
yaitu zona 1 (mulai As 1-41) dan zona 2 (mulai As 42-85) supaya lebih effisien dan
cepat dalam pengerjaan. Sebelum dilakukan proses pemancangan, terlebih dahulu
dilakukan penentuan titik tiang pancang. Dalam penentuan titik koordinat ini
dilakukan dengan menggunakan alat theodolite. Alat ini berfungsi untuk mengunci
posisi tiang sehingga ketepatan titik pancang, kelurusan, dan kemiringan tiang
pancang dapat termonitor dengan baik. Untuk 1 alat pancang, terdapat 2 tim dimana 1
tim mengontrol posisi tiang pancang dari arah X dan 1 tim yang lain mengontrol dari
arah Y. Pengontrolan posisi ini terus dilakukan sampai proses pemancangan selesai.
Pemancangan ini direncanakan 1 tiang pancang memakan waktu 1 hari.
Proses pemancangan dilakukan dengan cara memukul tiang pancang memakai
hidraulic hammer berkali-kali sampai mencapai lapisan tanah keras (daya dukung

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

tanah sudah memenuhi). Apabila panjang tiang pancang lebih dari panjang yang
disesuaikan maka akan dilakukan pemotongan dengan cara dilas.

3.5.

Proses Pengencoran
Proses pengecoran yang dilakukan pada proyek ini menggunakan 5 mesin

truck mixer (TM) untuk melaksanakan pengecoran dan 1 mesin concrete pump (CP),
proses distribusi untuk pengecoran menggunakan pontoon yang ditarik oleh tug boat
menuju area yang akan dilakukan pengecoran. Adapun tahapan sebelum proses
pengecoran dilaksanakan sebagai berikut:
-

Pertama kali yang dilakukan bahan yang akan digunakan sebagai campuran

dijadikan satu, pencampuran ini dilakukan di batching plant.


Menurut pengamatan yang kami lakukan, beton menggunakan agregat kasar >
halus dalam pencampuran sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk beton

dengan kualitas K.420.


Setelah bahan pencampuran telah disediakan, selanjutnya bahan bahan
campuran itu di tuangkan ke dalam mesin TM, takaran untuk semen, air,

agregat dan bahan tambahan disesuaikan dengan standart yang berlaku.


Pengadukan menggunakan mesin TM disarankan karena dengan menggunakan
mesin TM akan dihasilkan campuran yang homogen. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengadukan beton, antara lain segresi campuran beton
adalah suatu keadaan dimana pasir dan koral beton terpisah dari pasta semen
yang dapat disebabkan karena pengadukan molen yang terlalu lama atau
karena kombinasi komposisi campuran beton dengan kandungan air yang
banyak dan pencampuran beton dengan molen yang terlalu lama. Kemudian
lama waktu beton setelah dicampur beton yang sudah dicampur dengan mesin
TM tidak langsung dicor tetapi harus menunggu waktu walaupun dalam

keadaan mesin berputar.


Selanjutnya setelah dari batching plant mesin TM yang sudah berisi beton

dikirim menuju GJT untuk kemudian di transportasikan ke area dermaga.


Di atas pontoon sebelum dilakukan proses pengecoran terlebih dahulu
dilakukan pengujian, dalam teorinya ada dua macam pengujian slump test dan
test uji tekan, untuk test uji tekan biasanya dilakukan sebelum beton itu akan

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

digunakan dan testnya dilaksanakan di laboratorium yang telah disetujui


sebelumnya. Untuk slump test dilaksanakan pada saat akan dilaksanakan
pengecoran, berguna untuk mengetest workability dari beton yang akan
dituang. Peralatan yang dibutuhkan untuk slump test, antara lain:
a. Slump cone standar (diamter atas 100 mm, diameter bawah 200 mm, dan
tinggi 300 mm).
b. Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm).
c. Papan slump (ukuran 500x500 mm).
d. Meteran dan pengukur suhu.
Prosedur pada saat dilaksanakan slump test
1. Bersihkan

cone. Basahi permukaannya dengan air, dan tempatkan di papan

slump. Papan slump harus bersih, stabil (tidak mudah bergeser),tidak


berdebu, dan tidak miring.
2. Ambil

sampel beton.

3. Berdiri

pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi sepertiga bagian dari

cone dengan sampel. Padatkan dengan cara rodding, yaitu menusuk-nusuk


beton sebanyak 25 kali. Lakukan dari bagian terluar ke bagian tengah.
4. Isi

lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi

hanya sampai ke bagian atas lapisan pertama. Bukan ke dasar cone.


5. Isi

hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas

lapisan kedua.
6. Ratakan

bagian atas beton yang "meluap" dengan menggunakan batang

besi. Bersikan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone ke


bawah, dan lepaskan pijakan.
7. Angkat

pelan-pelan

cone

tersebut.

Jangan

sampai

sampel

bergerak/bergeser.
8. Balikkan

cone, tempatkan di samping sampel, dan letakkan batang besi di

atas cone yang terbalik tersebut.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

9.

Ukur slump beberapa titik, dan catat rata-ratanya.

10.

Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil

sampel lain, kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga,
maka beton tersebut boleh ditolak.
-

Setelah dilakukan slump test selanjutnya beton yang akan dicor dituangkan ke

dalam mesin CP (Concrete Pump).


Belalai pada mesin CP diarahkan menuju ke area yang akan di cor.
Tahapan setelah pengecoran :
1. Beton yang telah dituang dipadatkan menggunakan vibrator agar udara
yang ada di dalam beton menghilang.
2. Setelah lapisan beton padat selanjutnya meratakan lapisan beton, area yang

belum mendapatkan beton sepenuhnya ditambahkan sedikit beton.


3. Setelah pengerjaan perataan selesai dilakukan proses pemeliharaan.
Faktor yang mempengaruhi daya tahan ditentukan oleh:
a. Pemadatan : menghilangkan udara yang ada di dalam beton biasanya
dengan menggunakan mesin vibrator, dilaksanakan pada saat beton
masi encer atau setelah dituang.
b. Pemeliharaan Curing : membasahi beton yang sudah (keras) untuk
beberapa waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengurangi
penguapan air yang berlebihan, sehingga air yang ada di dalam
campuran beton dapat bereaksi secara optimal. Semakin lama
proses curing, semakin tinggi daya tahan beton yang dihasilkan.
c. Cuaca : cuaca yang agak hangat dapat membuat beton mencapai
kekuatan yang tinggi dalam waktu yang tidak lama.
d. Tipe semen yang berbeda juga berpengaruh terhadap kekuatan dan
daya tahan beton.
e. Rasio air terhadap semen, biasa disebut w/c ratio. Kebanyakan air atau
kekuarangan semen dapat mengakibatkan beton menjadi tidak kuat dan
tentu saja tidak tahan lama.

3.6.

Proses Pengelasan

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Pada proyek ini, ada 2 pengerjaan las, yaitu penyambungan dan pemotongan.
Untuk jenis pile yang digunakan pada proyek ini ada 2 jenis, yaitu:
SPP diameter 1016 mm, tebal 16mm L=24 m dan tebal 14mm L=46 untuk
tiang yang berada di bawah balok crane (jalur crane).
SPP diameter 812,8 mm, tebal 14 mm L=24 m dan tebal 12mm L=44 m untuk
tiang di posisi selain balik crane (jalur lainnya).
dengan karakteristik sebagai berikut:

SPP 1016, t=16 mm, grade 2

fy

2.400 kg/Cm2

=
Es= 200.000 Mpa
fy
SPP 812, t=14 mm, Grade 2
2.400 kg
=
Es= 200.000 Mpa
Penyambungan dilakukan karena panjang dari pile kurang dari yang direncanakan.

Gambar 3.7 Penumpukan Steel Pipe Pile di Lokasi GJT


Proses penyambungannya memakai metode Shielded Metal Arch Welding
(SMAW) dengan menggunakan LB-52-18 Welding Electrode dengan performen yang
mengacu pada JIS Z 3212, dengan karakteristik sebagai berikut:

Type
LB 52-18
.

Yield Point

Tensile Strength

Elongation

N/mm2 (kgf/mm2)
500 (51)

N/mm2 (kgf/mm2)
560 (57)

%
31

411(42)

509 (52)

34

Heat Treatment
As Welded
6200 C/1 hr
Furnance Cooling

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Gambar 3.8 Proses Joint Pile


Dimana prinsip cara kerja dari proses SMAW (Shielded Metal Arch Welding) adalah
panas yang dihasilkan oleh busur listrik antara elektrode dengan logam induk (dalam
hal ini steel pile pipe) akan melelehkan ujung elektrode dan sebagian logam induk
sehingga menjadi logam cair serta panas tersebut juga akan membakar fluk menjadi
kerak dan gas yang terbentuk akan melindungi logam cair dari pengaruh udara luar.
Sedangkan proses pemotongan sendiri memakai prinsip pemotongan gas yang
menggunakan reaksi panas oksidasi dengan asetilen atau gas LPG sebagai gas
pembakar dan oksigen untuk gas pendukung proses pembakaran.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

BAB IV
PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
4.1 Permasalahan Kerja
1. Sulitnya menjangkau target pengecoran yang diakibatkan cuaca buruk seperti
arus deras, hujan, dan gelombang tinggi sehingga terbuangnya semen sisa
pengecoran pada beam, slab, dan pile cap.
2. Masih ada beberapa pekerja di dermaga yang tidak memenuhi standar Alat
Pelindung Diri (APD) yang telah di tetapkan.
3. Campuran semen (pasta beton) pada beberapa proses pengecoran terlalu kental
4. Pemancangan pile terkadang melenceng dari koordinat awal.
5. Tabrakan yang terjadi antara barge dengan temporary support akibat
kecepatan arus laut yang tinggi sehingga barge tidak terkendali.
6. Terjadinya crack di precast slab akibat tipisnya plat (200 mm) dengan deking
belum 80 mm.

4.2 Penyelesaian Permasalahan


1. Koordinasi jumlah semen yang akan melalui Insitu perlu di perhatikan lagi
agar tidak adanya kelebihan cor yang kemudian dibuang di laut.
2. Perlua adanya tndak lanjut dengan peringatan keras terhadapa pekerja maupun
staf lainnya yang masih belum memperhatikan kelengkapan APD nya.
3. Dengan mencampuri olahan semen tersebut dengan gula, yang berfungsi
sebagai obat untuk mencairkan semen.
4. Bila pile terpancang yang melenceng tidak terlalu jauh maka bisa di buatkan
Pile Cap yang disesuaikan besarannya
5. Perlu adanya perhatian lebih terhadap barge yang berlabuh di dermaga,
mengingat status barge memang sangat sulit di kontrol jika tidak
menggunakan tug boat.
6. Pemberian plat di bawah precast slab (untuk yang tebal 200 mm) telah
diberikan untuk membantu menahan beban dari pertambahan beban cor
supaya tidak terjadi crack serta perubahan desain dan tebal precast slab 200
mm menjadi 200 mm.

Keterangan:

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Dari penjelasan penyelesaian masalah di atas, tentu bisa dipakai untuk bahan
pertimbangan, namun di luar itu semua, faktor alam terkadang dapat
menyebabkan apa yang kita rencanakan tidak berjalan sesuai dengan
perencanaan.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

BAB V
KESIMPULAN
Dari kegiatan kerja praktek yang dilakukan selama satu bulan (19 Januari 2012
19 Februari 2012) maka dapat disimpulkan bahwa penyusun telah mengamati
kinerja baik manajemen maupun proses pembangunan dermaga dimana hal tersebut
dapat diambil sebagai pelajaran dan wawasan baru bagi penyusun.
Dari kegiatan kerja praktek yang dilakukan selama satu bulan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
-

Proyek Pembangunan Dermaga Multipurpose di Teluk Lamong Pelabuhan


Tanjung Perak Surabaya (Paket A) ini dipegang oleh 3 perusahaan, yakni:
PT. Pelindo III sebagai owner.
PT. Virama Karya sebagai pihak konsultan.
PT. Adhi Karya sebagai pihak kontraktor.

Lokasi proyek terletak di sekitar 070 1 S 1120,6 POS 000 Neg 1800 (mengacu
pada data pasang surut dan arus yang ada), yakni Teluk Lamong, Surabaya-Jawa
Timur dengan rencana kedalaman struktur -14,00 m dari LWS dan rencana umur
bangunan sampai 100 tahun.

Pembangunan ini dimulai pada bulan Nopember 2010 hingga Juli 2012 dengan
dibagi menjadi 3 paket, antara lain:
Paket A meliputi pembangunan dermaga dengan ukura 500 m x 50 m
yang dilaksanakan oleh PT. Adhi Karya.
Paket B meliputi pembangunan lapangan penumpukan (807x250 m2),
pembangunan causeway (1735,2x20 m2), pembangunan interchange
area (500x140 m2), perkerasan jalan akses (1100x12,5 m2), dan
pekerjaan mekanikal serta elektrikal yang dilaksanakan oleh pihak PT.
Virama Karya.
Paket C meliputi pembangunan jembatan penghubung dermaga
dengan causeway (956,8x12,5 m2) dan pembangunan jembatan
penghubung interchange area dengan jalan akses (499,2x12,5 m2) yang
dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya dan sedang berjalan sekitar 20%.

Masalah K3 pada aktifitas fabrikasi baik darat maupun laut lebih di perhatikan
dan di tingkatkan lagi pengawasannya untuk menekan tingkat terjadinya
kecelakaan kerja.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

Pelaksanaan pembangunan dibagi menjadi 2 struktur utama, yaitu


Struktur atas (balok dan plat), terdiri dari balok (long beam, cross beam,
dan crane beam), plat (half slab), dan pile cap, dimana semuanya
merupakan beton precast.
Struktur bawah (tiang pancang) yang tersusun dari steel pile pipe.

Pada proses pengecoran, pasta beton terkadang memerlukan obat tambahan


(reubold bila terlalu encer dan retarder bila terlalu kental) untuk memenuhi
standar pada Slump Test.

Sebelum dicor, area yang akan dicor disemproti obat bounding dahulu dimana
obat ini sejenis perekat yang berguna untuk melekat semen sebelumnya dengan
semen yang baru.

Ketika pemancangan tiang pancang, memerlukan adanya pengkontrolan yang


cermat dan teliti supaya titik koordinat tiang pancang sesuai dengan yang
direncanakan (tidak melenceng) dimana dalam hal ini menggunakan theodolite.

Pada proses pengelasan, sebelum material dilas dilakukan terlebih dahulu


inspeksi material yang mengacu pada WPS (Welding Procedure Specification)
dan PQR (Procedure Qualification Record). Setelah memenuhi standar dari
WPS dan PQR, material dapat dilas.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

BAB VI
PENUTUP
Demikianlah laporan kerja praktek di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. ini
disusun yang berdasarkan pengamatan dilapangan secara langsung dan juga dari
mempelajari literatur yang ada. Semoga dapat bermanfaat dan menambah
kepustakaan ilmu bagi penyusun maupun para pembaca. Apabila di dalamnya masih
banyak terjadi kesalahan baik yang sengaja maupun tidak sengaja, penyusun
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima Kasih.

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

DAFTAR PUSTAKA
Gambar Desain Optimasi PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk. Proyek Pembangunan
Dermaga Multipurpose di Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Hermawan, Nur Chaliq. Putri Arifianti.2010.Laporan Kerja Praktek Proyek
Pembangunan Dermaga Multipurpose di Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung
Perak Surabya (Paket A) Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya.Surabaya.
Josep, Alland Adrian. Daniel tri Effendi.2011.Laporan Kerja Praktek Proyek
Pembangunan Dermaga Multipurpose di Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung
Perak Surabya (Paket A) Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya.Surabaya.
Nota Desain.Desain Optimasi Dermaga Pembangunan Dermaga Multipurpose di
Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Pranarka, Dwiky. Rangga Risnu.2011.Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan
Dermaga Multipurpose di Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak Surabya
(Paket A) Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya.Surabaya.
Triatmodjo, Bambang.2010.Perencanaan Pelabuhan.Yogyakarta: Beta Offset

KERJA PRAKTEK
PT. GUNAN

LAMPIRAN
Dokumentasi Selama Kerja Praktek

Anda mungkin juga menyukai