Anda di halaman 1dari 3

2.

3 Karakteristik Bantaran Sungai yang ada di indonesia


Karakteristik Sungai di Indonesia
Sungai adalah salah satu sumber air yang esensial terhadap kehidupan. Sungai memiliki fungsi sebagai
sumber air baku, irigasi, pengendali banjir dan saluran makro perkotaan. Namun yang terjadi sekarang adalah
penurunan fungsi sungai karena sungai menjadi tempat sampah besar, tidak menjadi beranda depan tetapi halaman
belakang. Ini yang menjadi akar permasalahan. Oleh karena itu sempadan sungai bukan hanya perlu tetapi wajib
ditata dan dilindungi. (Dra. Lina Marlia, CES, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen PU, 2009)
Menurut Robbet J. Kodoatie dan Sugianto dalam bukunya berjudul Banjir, menyebutkan bahwa sungai dapat
dikelompokkan menjadi tiga daerah yang menunjukkan sifat dan karaktersitik dari sistem sungai yang berbeda, yaitu
:

Pada daerah hulu (pegunungan); di daerah pegunungan sungai-sungai memiliki kemiringan yang terjal (steep slope).
Kemiringan terjal ini dan curah hujan yang tinggi akan menimbulkan stream power (kuat arus) besar sehingga debit
aliran sungai sungai di daerah ini menjadi cukup besar. Periode waktu debit aliran umumnya berlangsung cepat.
Pada bagian hulu ditandai dengan adanya erosi di Daerah Pengairan Sungai (DPS) maupun erosi akibat penggerusan
dasar sungai dan longsoran tebing. Proses sedimentasi tebing sungai disebut degradasi. Material dasar sungai dapat
berbentukboulder/batu besar, krakal, krikil dan pasir. Bentuk sungai di daerah ini adalah braider(selempit/kepang).
Alur bagian atas hulu merupakan rangkaian jeram-jeram aliran yang deras. Penampang lintang sungai umumnya
berbentuk V.

daerah transisi batas pegunungan bagian sampai ke daerah pantai, kemiringan dasar sungai umumnya berkurang
dari 2% karena kemiringan memanjang dasar sungai berangsur-angsur menjadi landai(mild). Pada daerah ini seiring
dengan berkurangnya debit aliran walaupun erosi masih terjadi namun proses sedimentasi meningkat yang
menyebabkan endapan sedimen mulai timbul, akibat pengendapan ini berpengaruh terhadap mengecilnya kapasitas
sungai (pengurangan tampang lintang sungai). Proses degradasi (penggerusan) dan agradasi (penumpukan sedimen)
terjadi akibatnya banjir dapat terjadi dalam waktu yang relatif lama dibandingkan dengan daerah hulu. Material
dasarnya relative lebih halus dibandingkan pada daerah pegunungan. Penampang melintang sungai umumnya
berangsur-angsur berubah dari huruf V ke huruf U.
Pada daerah hilir; sungai mulai batas transisi, daerah pantai, dan berakhir di laut (mulut sungai/ estuary).
Kemiringan di daerah hilir dari landai menjadi sangat landai bahkan ada bagian-bagian sungai, terutama yang
mendekati laut kemiringan dasar sungai hampir mendekati 0 (nol). Umumnya bentuk sungai menunjukkan pola yang
berbentuk meander sehingga akan menghambat aliran banjir. Proses agradasi (penumpukan sedimen) lebih dominan
terjadi. Material dasar sungai lebih halus dibandingkan di daerah transisi atau daerah hulu. Apabila terjadi banjir,
periodenya lebih lama dibandingkan daerah transisi maupun daerah hulu.

Sungai Berbentuk V

Sungai Bentuk U
Karateristik dan Jenis Sungai di Indonesia berdasarkan sumber air sungai, dibedakan menjadi tiga macam
Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungaisungai yang ada di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.

Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencarian es (gletser) dari hujan, dan sumber
mata air. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Digul dan Sungai Mamberano di Pulau Papua (Irian Jaya).

Karateristik dan Jenis Sungai di Indonesia, berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan
menjadi)

Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relative tetap. Contoh Sungai Kapuas,
Kahayan, Barito dan Mahakam Di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera

Sungai Periodik, adalah sungai yang pada musin hujan airnya banyak sedangkan pada musim kemarau
airnya kecil. Contoh sungai ini banyak dipulau Jawa seperti Bengawan Solo, sungai Opak, Sungai Progo, Sungai
Code, dan Sungai Brantas.

Sungai Episodik, adalah Sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya
banyak. Contoh : Sungai kalada dipulau Sumba.

Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan, pada musim hujan airnya
belum tentu banyak.
Indonesia memiliki banyak pulau, maka secara umum sungai di Indonesia masih alami serta cenderung panjang
akibat dari berbelok-beloknya aliran sungai tersebut akibat beda ketinggian, topografi ataupun hal lainnya dan
banyak yang bermuara langsung ke lautan. Pola aliran sungai di Indonesia terdapat bermacam-macam misalnya pola
aliran granular, dentritik, trelis, merder dan lainnya. Granular misalnya ini merupakan pola-pola aliran di daerah
perbukitan, pararel merupakan pola aliran pada bukit yang mempunyai sistem Kars (batu kapur). Untuk merder
merupakan pola alirannya yang biasanya banyak terdapat pada sistem dataran aluvial (endapan). Aliran merder
banyak ditemui di Indonesia, yaitu aliran yang mengalir sepanjang tahun dan dapat ditemui di sungai-sungai yang
lebar seperti Batanghari di ambi, Kapuas, Sungai Kampar dan lain-lain. (Kompas, Minggu, 06 Juli 2003)
Pengembangan sungai di Indonesia masih minimal untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Apabila
dibandingkan dengan pengembangan irigasi, lingkup pengembangan sungai masih tertinggal jauh. Pekerjaan yang
dilakukan hanyalah terbatas pada sungai-sungai prioritas. Hal itu dapat dilihat bahwa dari 6.000 lebih sungai dengan
panjang lebih dari 40 kilometer, hanya 39 sungai saja yang masuk
kategori prioritas dan ditangani sebagian-sebagian di hulu, tengah, dan hilir. Masih banyak sungai yang
bersifat natural, sehingga dalam hal kenaturalan sungai Indonesia lebih banyak mempunyai khazanah dibandingkan
dengan negara manapun. (Kompas, Minggu, 06 Juli 2003).

Anda mungkin juga menyukai