Refrat Oksigen Terapi
Refrat Oksigen Terapi
Pembimbing
Dr. Rizal Zainal, Sp.An
Oleh :
Evi Lusiana
54061001011
04104705278
Sangeeta M. Gopalan
54071001124
ABSTRAK
dan sungkup
muka dengan kantong non rebreathing. Bisa juga dengan tekhnik aliran
tinggi seperti, sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow
low concentration), Bag and Mask / resuscitator manual, dan Collar
trakeostomi. Pemberian terapi oksigen dapat mengakibatkan kebakaran,
iritasi saluran pernapasan, keracunan oksigen, kejang bahkan sampai
koma.
Kata kunci : terapi oksigen, tujuan, indikasi, tekhnik dan risiko
ABSTRACT
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................1
ABSTRAK..............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I
Pendahuluan................................................................................................5
BAB II TERAPI OKSIGEN
Definisi......................................................................................................12
Tujuan........................................................................................................12
Indikasi......................................................................................................13
Kontra Indikasi..........................................................................................18
Alat-Alat....................................................................................................18
Syarat-Syarat .............................................................................................19
Prosedur......................................................................................................19
Keamanan...................................................................................................34
Hal Yang Harus Dilaporkan.......................................................................35
Resiko.........................................................................................................35
BAB III
Kesimpulan................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
dan
memepertahankan
kehidupan,
oksigen
juga
sangat
pharyngeal
tonsildan
Tuba
Eustachius).
Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di
bawah basis crania dan di depan vertebrae cervicalis I dan
II. Nasofaring membuka bagian depan ke dalam cavum
nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius
membuka ke dalam didnding lateralnya pada setiap sisi.
Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan
jaringan limfe pada dinding posteriosuperior nasofaring.
Orofaring
Merupakan
pertemuan
rongga
mulut
dengan
c. Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada
bagian pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok
yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulanng
rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan
menutup laring.
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah
dalam kulit, glandula
b. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel
yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke
arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih
vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat
di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah
menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan
bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang
lagi menjadi bronchus
tidak
mengandung
alveoli
(kantong
udara).
sehingga
saluran
b. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada
pertemuan udara dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu
di membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan
tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara
difusi. Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi
dari pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah.
Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga
perpindahan gas tergantung pada luas permukaan dan
ketebalan dinding alveolus. Transportasi gas dalam darah O2
perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus
ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru. Beberapa
faktor yg mempengaruhi dari paru ke jaringan , yaitu:
Jumlah eritrosit.
Exercise
a. Perfusi pulmonal
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal
dimana O2 diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi
Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) sedangkan dalam eritrosit
bergabung dgn Hb
dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2
dalam darah ditrasportasikan sebagai bikarbonat, alam
eritosit sebagai natrium bikarbonat, dalam plasma sebagai
kalium bikarbonat , dalam larutan
10
Kapasitas Paru
Pengaturan pernafasan
Sistem kendali memiliki 2 mekanismne saraf yang terpisah yang
mengatur
pernafasan.
Satu
system
berperan
mengatur
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terapi Oksigen
11.1. Definisi
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar
ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat
sesuai kebutuhan. (Standar Pelayanan Keperawatan di ICU,
Dep.Kes. RI, 2005)
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi
yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir
lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam
ruangan
adalah
21
%,
(Brunner
&
Suddarth,2001)
Aliran (L/menit)
Fi
O2 (fraksi
oksigen
inspirasi)
12
0,24
0,28
Kanula 3
0,32
nasal
0,36
0,40
6
5-6
0,44
0,40
6-7
0,50
7-8
6
0,60
0,60
0,70
0,80
0,80
10
0,80
Masker
oksigen
Masker
dengan
kantong
reservoir
II.3. Indikasi
a. Pasien hipoksia
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal
pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada
pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan
PCO2 darah
arteri
yang
terjadi
akan
Gejala
mental
seperti
irritabilitas,
muncul
pada
karena
alkalosis
cenderung
melawanefek
14
Hipoksia Anemik
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat,
karena terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel
darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat
besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin
mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan
latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan
meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.
Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi
organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan
mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat
hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada
keadaan normal, aliran darah ke paru-paru sangat besar, dan
dibutuhkan
hipotensi
jangka
waktu
lama
untuk
non
toksik.
Kemampuan
pengobatan
yang
terapi
dapat
oksigen
dibentuk
hiperbarik
dengan
mungkin
aman.
juga
bermanfaat.
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
15
Pasien
yang
teridentifikasi
hipoksemia
mmHg),
SaO2 95%.
Hipoksemia
dibedakan
16
untuk
mengatasi
gangguan
O2
melalui
Beberapa trauma
Sianosis
- Keracunan
Hipovolemi
- Asidosis
Perdarahan
Selama
dan
sesudah
pembedahan
-
Anemia berat
sadar
Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara dibawah ini.
17
1. Pemberian
oksigen
secara
berkesinambungan
(terus
komplikasi
seperti
hipertensi
aliran
rendah
diberikan
untuk
menambah
19
pernafasan
Contoh
sistem
16
aliran
20
kali
rendah
permenit.
adalah
20
21
22
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
a. Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan
kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas makan, minum,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa
nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan
mulut, bila pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan
udara masuk pada waktu inhalasi dan akan mempunyai efek
venturi pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan
oksigen yang diberikan melalui kanula hidung terhirup
melalui hidung.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%,
suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut,
mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1/1.5 cm, tidak
dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal.
Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan,
sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan
menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan
menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir.
Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di
hidung
akibat
pemasangan
yang
terlalu
ketat.
Cara
pemasangan :
a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur
lubang kanul yang elastis sampai kanul benar-benar pas
menempati hidung dan nyaman bagi klien.(Membuat
aliran oksigen langsung masuk ke dalam saluran nafas
bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul pada
tempatnya apabila kanul tersebut pas kenyamanannya).
23
sesuai
yang
diprogramkan
(16
L/mnt.)
selang
oksigen
cukup
kendur
dan
dengan
(Mengindikasikan
hipoksia
telah
telah
ditangani
atau
hilang
telah
berkurangnya hipoksia)
c. Sungkup Muka Sederhana
Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang.
Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu
atau selang seling. Aliran 5 8 liter/mnt dengan konsentrasi
oksigen 40 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien
dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk
retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk
mendorong
CO2
keluar
dari
masker.
FiO2 estimation :
24
Flows FiO2
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %
7-8 Liter/min : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter
atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran
rendah. Menyekap, tidak memungkinkan untuk makan dan
batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat
wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat
menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang
dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan
kenyamanan.
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi
bila perlu (syarat terapi oksigen adalah jalan nafas
harus bebas, jalan nafas yang bebas menjamin aliran
oksigen lancar).
b. Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan
memudahkan pemasangan).
c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen
sesuai dengan kebutuhan 5-8 liter/menit (Mencegah
kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran
mukosa oral serta sekresi jalan nafas, menjamin
ketepatan dosis, dan mencegah penumpukan CO2 ).
25
nilai
PaCO2.
Udara
ekspirasi
sebagian
untuk
mencegah
iritasi
kulit.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 35 %
8 : 40 50 %
10 15 : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir.
b. Kerugian
26
(mencegah
kantong
terlipat,
menjaga
27
alat,
mencegah
infeksi,
meningkatkan
kenyamanan).
e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Non rebreathing mask
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang
tinggi mencapai 90 % dengan aliran 6 15 liter/mnt. Pada
prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer
melalui satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong
konsentrasi oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke
pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang
antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong
reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
Kantong tidak akan pernah kempes dengan total. Perawat
harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada
tempatnya
dan
tanpa
tongkat.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 55 60
8 : 60 80
10 : 80 90
12 15 : 90
a. Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%,
tidak mengeringkan selaput lendir.
b. Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah.
Kantong oksigen bisa terlipat atau terputar, menyekap, perlu
segel pengikat, dan tidak memungkinkan makan, minum
28
sesuai
dengan
kebutuhan.(menjaga
reservoir.
(mencegah
kantong
terlipat,
terputar).
f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala
melewati bagian atas telinga. (mencegah kebocoran
sungkup).
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
sungkup dan tali pengikat (untuk mencegah iritasi
kulit).
h. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam. (observasi
terhadap iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi, dan
menjaga kenyamanan pasien).
29
dengan
tehnik
ini
dapat
menambahkan
menerapkan
prinsip
entrainmen
udara
membawa
karbondioksida
yang
gas
tersebut
dihembuskan.
bersama
Metode
ini
31
Caranya :
a. Membebaskan
jalan
nafas
dengan
menghisap
sekresi.
b. Atur posisi pasien
c.
24-
60
(Metode
ini
memungkinkan
tidak
tergantung
pada
kedalaman
dan
kecepatan pernafasan).
e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung
dan mulut.
f. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala
melewati bagian atas telinga.
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi
kulit.
b. Bag and Mask / resuscitator manual
Digunakan pada pasien :
Cardiac arrest
Respiratory failure
Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12
15 liter, selama resusitasi buatan, hiperinflasi /
bagging, kantong resusitasi dengan reservoir harus
digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen
74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok
tidak digunakan sebagai reservoir untuk kantong
ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15
32
Kemudahan
tahanan
saat
pemompaan
Risiko
terjadinya
pneumothorak,
peningkatan
hemothorak,
atau
sekresi,
spasme
Kemampuan
kantong
untuk
memberikan
33
Oksigen
T-
piece
memungkinkan
trakeostomi.Tidak
akan
menimbulkan
dengan
selang
T,
digunakan
untuk
34
Sama
dengan
selang
T,
Memberikan
II.8. Keamanan
Untuk pasien :
- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam
saluran pernapasan.
- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus
steril.
- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.
II.9. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan
a. Observasi
dan
catat
terhadap
penurunan
kecemasan,
35
prematuritas
(fibroplkasia
retrolental),
yaitu
36
oksigen,
menghindari
penggunaan
listrik
tanpa
Ground.
BAB III
KESIMPULAN
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan
terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri
sehingga
masuk
ke
jaringan
untuk
memfasilitasi
metabolisme
aerob,
mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi terapi oksigen ini
adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang sedangkan paru normal,
oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup, paru normal,
sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian oksigen
konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 )
rendah. Kontra indikasi pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul
nasal/kateter binasal/nasal prong : jika ada obstruksi nasal, pemakaian kateter
nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal, pemakaian sungkup muka dengan kantong
37
rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar
PaCO2 nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen yang terlalu lama dapat
mengakibatkan keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi akibat
terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H 2O2 melepaskan
enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan
resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis. Apabila O 2 80100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan
teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan
batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa
pening, kejang dan koma.
DAFTAR PUSTAKA
38
39
40