Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia industri, logam mempunyai peranan sangat penting terutama
pada proses pembuatan komponen-komponen atau peralatan-peralatan permesinan
bahkan hiasan pernak-pernik yang berbahan dasar aluminium karena logam jenis ini
memiliki sifatnya yang mudah dibentuk. Aluminium merupakan salah satu jenis
logam yang memiliki titik lebur 660.3oC, penghantar listrik dan panas yang baik,
serta mempunyai sifat ketahanan korosi yang tinggi. Logam merupakan bahan yang
mendominasi sebagai bahan baku yang digunakan untuk membuat berbagai jenis
peralatan baik yang sederhana sampai pada peralatan yang canggih. Aluminium
memiliki fungsi antara lain untuk membuat berbagai macam peralatan rumah tangga,
komponen kendaraan bermotor, membuat badan pesawat terbang, kusen pintu, kabel
listrik, dan untuk kemasan berbagai jenis produk atau peralatan rumah tangga.
Pengecoran aluminium skala rumah tangga hingga skala industri umumnya
menggunakan tungku yang dilengkapi dengan alat bakar (burner). Bahan bakar yang
biasa digunakan adalah LNG (Liquified Natural Gas), LPG (Liquified Petroleum
Gas), dan arang. Selain itu factor keselamatan juga menjadi perhatian khusus dalam
proses peleburan logam karena ketika proses peleburan berlangsung akan
menghasilkan suhu yang sangat tinggi. Sehingga sangat berbahaya apabila panas
yang dihasilkan terkena oleh manusia (Noviansyah, 2006).
Peleburan logam dengan busur listrik yang ada saat ini adalah peleburan
dengan skala besar dan jarang sekali yang menggunakan busur listrik khusus
peleburan aluminium, kebanyakan peleburan yang digunakan adalah peleburan logam
campuran dan berskala besar dengan kapasitas 400 ton.
Kinerja dari electric arc furnace sangat baik, karena peleburan untuk 100-130
ton dapat dilebur dengan waktu 30-40 menit didalam tungku yang beroperasi. Dengan
demikian, dalam hitungan jam dan tahunan produktivitas meningkat. Konsumsi

energi listrik dapat berkurang dari 580-650 kWh menjadi 320-350 kWh per
ton. Penggunaan energi listrik secara keseluruhan turun menjadi 50%, dan konsumsi
elektroda/busur berkurang hingga 4-5 kali (Hurst, 1994).
Dalam sebuah EAF, busur listrik digunakan untuk menyediakan panas untuk
mencair dan untuk peleburan. Beberapa EAF terletak di negara studi seperti Nigeria,
Delta Steel Company, dan pabrik-pabrik industri besar lainnya. Mereka begitu rumit
dalam mendesain EAF dan begitu mahal bahkan perguruan tinggi nasional tidak
mampu membeli prototype untuk tujuan eksperimental.
EAF memiliki banyak keuntungan yang diperlukan dalam penelitian
metalurgi. Fitur tersebut meliputi keluaran suhu dan kontrol panas, analisis akurat
dari lelehan, pemurnian logam, efisiensi termal yang tinggi (mencapai 70%), dan
produksi baja langsung dari besi kasar dan besi bekas (Oyawale, 2007).
Di Inggris, electric arc furnace digunakan untuk menghasilkan baja khusus
berkualitas (baja paduan dengan logam lain) dan beberapa baja non-alloy. Kualitas
produk baja yang lebih tahan lama dan lebih ringan digunakan untuk memperkuat
beton. Dalam proses peleburan, logam lain (paduan-ferro) ditambahkan ke baja untuk
memberikan komposisi kimia yang diperlukan. Seperti dengan proses oksigen dasar,
oksigen ditiupkan ke tungku untuk memurnikan baja dan kapur dan fluorspar
ditambahkan untuk menggabungkan dengan kotoran dan terak. Tungku busur listrik
modern biasanya meleburkan 150 ton logam untuk di leburkan, yang memakan waktu
sekitar 90 menit (Sheffield Hallam University, 2016).
Untuk tungku menengah pembuatan baja modern akan menggunakan sebuah
transformator sekitar 60.000.000 volt ampere (60 MVA), dengan tegangan sekunder
antara 400 dan 900 volt dan arus sekunder lebih dari 44.000 ampere. Dalam tungku
tersebut diharapkan akan menghasilkan jumlah 80 ton baja cair dengan waktu
peleburan sekitar 50 menit dari pengisian hingga di dinginkan di dalam tungku.
Untuk tungku oksigen dasar dapat memiliki kapasitas 150-300 ton dengan waktu
peleburan 30-40 menit. Untuk menghasilkan satu ton baja di tanur listrik
membutuhkan sekitar 400 kilowatt per jam atau sekitar 440 kWh per ton jumlah

minimum teoritis energi yang dibutuhkan untuk melelehkan baja scrap adalah 300
kWh (titik leleh 1520 C / 2768 F). Untuk kapasitas 300 ton akan membutuhkan
sekitar 132 MWh energi untuk mencairkan baja, dan power-on time (waktu baja
sedang mencair dengan busur) sekitar 37 menit (Preston, 1991).
Pada perancangan dapur listrik skala laboratorium ini diharapkan dapat
menjadikan inovasi baru dalam sebuah peleburan logam, dimana peleburan logam ini
dirancang untuk meleburkan suatu bahan logam seperti alumunium dalam skala kecil
(gram), dan dapat untuk mengetaui daya yang digunakan dalam suatu peleburan
dengan menggunakan dapur listrik tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut
akan diproses lebih lanjut dengan melakukan perancangan dan perhitungan untuk
membuat peleburan logam aluminium dengan sistem yang sederhana, mudah
pembuatannya, mudah dipindah-pindahkan (portable), dan ekonomis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas yang telah diuraikan maka peneliti merumuskan
masalah, bagaimana merancang sebuah dapur busur listrik sekala laboratorium.
1.3 Batasan Masalah
1. Tidak membahas dapur peleburan logam yang sumber panasnya dari bahan
bakar, hanya membahas seputar dapur busur listrik.
2. Jumlah lilitan sekunder pada trafo dengan arus 200 A.
3. Dimensi Tungku Peleburan dengan kapasitas maksimal 200g.
1.4 Tujuan Perancangan
Dalam proses perancangan desain sebuah dapur busur listrik ini bertujuan
untuk mendapatkan rancangan dapur busur listrik skala laboratorium.
1.5 Manfaat Perancangan
Manfaat yang diharapkan dari perancangan alat ini adalah:

1. Bagi IPTEK
Dari perancangan alat ini diharapkan dapat menambah referensi
tentang alat tepat guna dalam pengabdian masyarakat serta dapat dijadikan
acuan dalam pengembangan sistem pemanas.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Hasil perancangan alat ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
laboratorium teknik mesin sebagai alat peleburan aluminium maupun logamlogam lainya dalam skala kecil.
3. Bagi Masyarakat
Hasil perancangan alat ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu bahan pertimbangan untuk membuka peluang mendirikan industri kecil
dibidang manufaktur pembuatan peralatan otomotif dan peralatan rumahan.
1.6 Metode Penulisan
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Metode pustaka, yaitu dengan cara studi kepustakaan untuk mencari dasar
teori yang ada kaitanya dengan Dapur Busur Listrik.
2. Metode observasi, digunakan untuk memperoleh datadata atau informasi
yang aktual dari alat tersebut agar dapat di aplikasikan dengan dasar teori
yang ada.
3. Metode eksperimen, dengan melakukan uji coba setelah Dapur Busur Listrik
selesai dibuat, untuk menghetahui performasi alat tersebut.
1.7 Sistematika Penulisan
Laporan kerja praktik ini tersusun dari beberapa bab dengan sistematika
penulisan dari masing-masing bab dijelaskan sebagai berikut.

BAB I

Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,


tujuan perancangan, manfaat perancangan dan sistematika penulisan
tugas akhir.
BAB II

Kajian Pustaka dan Dasar Teori


Berisi tentang teori-teori dapur busur listrik, prinsip kerja, komponen
busur listrik, karakteristik busur listrik, keuntungan dan kerugian busur
listrik, serta rumus-rumus pendukung untuk perancangan busur listrik.

BAB III

Metode Perancangan
Berisi tentang pendekatan perancangan, tempat dan waktu penelitian,
dan diagram alir proses perancangan.

BAB IV

Perhitungan Pembahasan
Berisi tentang perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam proses
perancangan seperti kebutuhan energi saat peleburan, jumlah lilitan,
dan ukuran tungku peleburan.

BAB V

Penutup
Berisi tentang kesimpulan, saran pengembangan, dan daftar pustaka
dari hasil perancangan dapur busur listrik skala laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai