Berdasarkan analisis kata anestesi (an = tidak, aestesi = rasa dan reanimasi (re
= kembali, animasi/animation = gerak = hidup) maka ilmu anestesi dan reanimasi
adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk me matikan
rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa tidak nyaman yang lain sehingga pasien
nyaman dan ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga atau
mempertahankan hidup dan kehidupan pasien selama mengalami kematian
akibat obat anesthesia.
Sejarah Singkat Perkembangan Anestesiologi
Seperti halnya dengan penemuan-penemuan dan perkembangan cabang ilmu
kedokteran yang lain, penemuan dan perkembangan cabang anestesiologi berawal
dari Amerika Serikat.
Awal mulai penemuan dan perkembangan Anestesiologi terjadi pada tahun
1846.Ketika seorang dokter gigi bernama William Thomas Grees Morton
memperagakan penggunaan dietil eter untung menghilangkan kesadaran dan rasa
nyeri pada pasien yang sedang ditanganinya. WTG Morton bekerja sama dengan
Dokter Ahli Bedah kenamaan pada waktu itu yang bernama Dr. John Collins Warren
di Massachusetts General Hospital berhasil melakukan membedahan tumor rahang
pada seorang pasien tanpa memperlihatkan gejala kesakitan.
Telah diakui bahwa jarang sekali ada penemuan dalam ilmu kedokteran diterima
begitu cepat dan secara universal.Namun kehadiran eter- dalam waktu singkat (tiga
minggu) setelah peragaan tersebut, sudah diterima oleh masyarakat kedokteran
dan digunakan di beberapa Rumah Sakit di London.
Hasil temuan Morton tersebut sangat wajar kalua disebut sebagai The most
humane discovery in mankind karena kemudian pembedahan dapan dilakukan
tanpa siksaan dan bebas nyeri.
Selanjutnya, sejarah perkembangan anesthesia sejak tahun 1846 sampai dengan
tahun 1900 tidak menunjukkan kemajuan yang berarti.
Pertama karena anesthesia ditemukan oleh seorang dokter gigi yang di mata dokter
spesialis bedah (pada saat itu) kedudukannya dianggap lebih rendah yang
berdampak pada pandangannya terhadap anesthesia. Kedua, karena eter yang
ditemukan tersebut ternyata merupakan obat yang cukup aman, memenuhi
kebutuhan, mudah digunakan, dan tidak memerlukan obat obat lain, cara
membuatnya mudah dan harganya pun murah. Oleh karena itu eter terus dipakai,
tanpa ada usaha mencari obat lain yang lebih baik apalagi untuk mempelajari aspek
ilmunya dan mengembangkannya sebagai science and clinical art.
Setelah mengalami stagnasi dalam perkembangannya lebih kurang selama 100
tahun setelah penemuan Morton, barulah kemudian banyak dokter yang mulai
IV
Ukuran
Kecil
Pupil
Letak
Divergen
Lebar
Divergen
P1 : sampai
gerakan bola
mata hilang
P2 : sampai awal
parase otot lurik
P3 : sampai otot
nafas lumpuh
Teratur
Besar
Kecil
Divergen
Teratur
Sedang
lebar
Teratur
pause
Sedang
lebar
Menetap
di tengah
Menetap
di tengah
P4 : sampai
diafragma lumpuh
Henti nafas
henti jantung
Tidak
teratur
-
Kecil
Lebar
maksimal
-
Menetap
di tengah
-
Depresi
Refleks
Tidak ada
Bulu
mata,
kelopak
mata
Kulit,
konjungtiv
a
Kornea
Faring,
peritoniu
m
Sfingter
ani
-
Pada stadium I, pupil melebar Karena pengaruh emosi dan rangsang psikosensorik
(reflex), selanjutnya pada stadium III plana 1, pupil kembali normal, kemudian terus
membesar sampai maksimal pada plana 4. Perubahan ini terjadi karena pelepasan
adrenalin pada pada anesthesia dengan eter dan siklipropan, tetapi tidak terjadi
pada halotan atau barbiturate intra vena.
OBAT-OBAT PREMEDIKASI
Tujuan Premedikasi
1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien yang meliputi :
Bebas dari rasa takut, tegang dan khawatir
Bebas nyeri dan mencegah mual dan muntah
2. Mengurangi sekresi kelenjar dan menekan reflek vagus
3. Memudahkan/memperlancar induksi
4. Mengurangi dosis obat anesthesia
5. Mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah
Obat obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :
1. Obat antikholinergik
2. Obat sedatif
3. Obat anelgetik narkotik
Obat Golongan Antikholinergik
Obat Golongan Antikholinergik adalah obat obatan yang berkhasiat menekan atau
menghamat aktivitas parasimpatis.
Tujuan Utama pemberian obat golongan antikholinergik untuk premedikasi, adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Sulfas Atropin
Mekanisme kerja
Menghambat kerja asetil kholin pada organ yang diinervasi oleh serabut saraf
otonom parasimpatis atau serabut saraf yang mempunyai neurotransmitter asetil
kholin. Sulfas atropine lebih dominan pada otot jantung, usus dan bronkus .
Efek terhadap respirasi
Menghambat sekresi kelenjar pada hidung, mulut, faring, trakea dan bronkus,
menyebabkan mukosa jalan nafas kekeringan, menyebabkan relaksasi otot polos
bronkus dan bronkhioli, sehingga diameter lumennya melebar akan menyebabkan
volume ruang rugi bertambah.
Demam
Takikardi
Glukoma
Tiroksikasis
Dikemas dalam bentuk ampul 1 ml mengandung 0,25 dan 0,5 mg, tidak berwarna
dan larut dalam air
Orang tua
Bayi
Pasien dengan keadaan umum yang buruk
Pasien yang memdapatkan terapi preparat penghambat moniamin oksidase
Pasien asma
Penderita penyakit hati
Efek samping
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kemasan
1. Petidin dalam bentuk ampul 2 ml yag mengandung 50mg/ml tidak berwarna
2. Fentanyl dikemas steril dalam bentuk ampul 2 dan 10 ml tiap ml
mengandung 50ug
3. Morfin dalam bentuk ampul 1 ml yang mengandung 10 atau 20 mg, tidak
berwarna.
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
Induksi dan Anestesia Intravena
Induksi intravena paling banyak dikerjakan dan digemari, apalagi
sudah terpasang jalur vena, karena cepat dan menyenangkan. Induksi
intravena hendaknya dikerjakan dengan hati-hati, perlahan-lahan, lembut
dan terkendali. Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan antara 30-60
detik. Selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah
harus diawasi dan selalu diberikan oksigen. Induksi cara ini dikerjakan pada
pasien yang kooperatif
Anestetik intravena selain untuk induksi juga dapat digunakan untuk
rumatan anestesia, tambahan pada anelgesia regional atau untuk membantu
prosedur diagnostik misalnya tiopental, ketamin dan propofol. Untuk
anestesia intravena total biasanya menggunakan propofol
A. Tiopental
Tiopental (pentotal, tiopenton) dikemas dalam bentuk tepung atau
bubuk berwarna kuning, berbau belerang, biasanya dalam ampul 500 mg
atau 1000 mg. Sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades steril
sampai kepekatan 2.5% (1 ml = 25 mg)
Tiopental hanya boleh digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7
mg/kg dan disuntikkan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik.
Larutan ini sangat alkalis dengan pH 10-11, sehingga suntikan keluar
vena akan menimbulkan nyeri hebat apalagi masuk ke arteri akan
menyebabkan vasokontriksi dan nekrosis jaringan sekitar. Kalau hal ini
terjadi dianjurkan memberi suntikan infiltrasi lidokain.
Bergantung dosis dan kecepatan suntikan tiopental akan menyebabkan
pasien berada dalam keadaan sedasi, hipnosis, anestesia atau depresi
napas. Tiopental menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor, tekanan
intrakranial dan diduga dapat melindungi otak akiat kekurangan O2. Dosis
rendah bersifat anti-analgesi.
Tiopentall di dalam darah 70% diikat oleh albumin, sisanya 30% dalam
bentuk bebas, sehingga pada pasien dengan albumin rendah dosis harus
dikurangi. Tiopental dapat diberikan secara kontinyu pada kasus tertentu
di unit perawatan intensif, tetapi jarang digunakan untuk anestesia
intravena total.
B. Propofol
Propofol (diprovan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak
berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml =
10mg). Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa
detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.
Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesia
intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi utuk erawatan intravena
total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2
: Atrakurium, vekuronium
: Atrakurium
: Jika dibutukan dosis 1/10 atrakurium
: Atrakurium, rokuronium, mivakuronium
: Semua dapat digunakan kecuali gallamin