Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pemanasan Global

Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami haturkan
sholawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita
ke zaman yang terang benderang.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Berkat dorongan serta
bantuan mereka kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan penuh
kekurangan.Maka dari itu, kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak
sangat diperlukan demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini
dapat menjadi bahan informasi dan penunjang bagi kita semua.
Pelaihari, Maret 2015
Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................... 1
Daftar Isi..................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan.................................................................................... 3
a. Latar Belakang................................................................................. 3
b. Rumusan Masalah............................................................................ 3

c.

Tujuan Penelitian............................................................................. 3
BAB II Landasan Teori............................................................................ 4
BAB III Pembahasan............................................................................... 5
Pemanasan Global........................................................................................ 5

a.

Penyebab Terjadinya Pemanasan Global......................................... 5

b. Dampak Pemanasan Global............................................................. 8


c.

Cara Penanggulangan Pemanasan Global ..................................... 26


BAB IV Penutup...................................................................................... 31
Kesimpulan.................................................................................... 31
Saran.............................................................................................. 31
Daftar Pustaka......................................................................................... 32

Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
Dari tahun ketahun kita dapat merasakan perubahan cuaca yang semakin tidak menentu
bahkan bisa sampai ekstrim. Dalam satu hari pada saat siang hari cuacanya sangat panas,
sedangkan pada sore sampai malam hari hujan melanda. Kejadian ini sering disebut dengan
nama pemanasan global atau global warming, dimana terjadi peningkatan suhu di permukaan
bumi. Selain itu sekarang juga telah terjadi El Nino dan La Nina adalah merupakan dinamika
atmosfer dan laut yang mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino dan La Nina sendiri
sebenarnya adalah bentuk penyimpangan pola cuaca.
Karena hal inilah maka dalam makalah ini kami akan membahas tentang pemanasan
global dan penyimpangan pola cuaca seperti El Nino & La Nina, hal-hal yang menyebabkannya,
akibat yang ditimbulkannya, serta solusi dalam mengatasinya agar dapat meminimalisir dampak
yang ditimbulkan. Makalah ini disusun berdasarkan informasi dari berbagai sumber di internet
sebagai pendukung dan menyempurnakan pembahasan yang terdapat di makalah ini.
b. Rumusan Masalah
a. Apa penyebab terjadinya pemanasan global?

b. Apa saja dampak dari pemanasan global?


c. Bagaimana solusi mengatasi pemanasan global?
c. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi lebih dalam mengenai
pemanasan global serta penyimpangan pola cuaca yang terjadi saat ini.

Bab II Landasan Teori


Pemanasan global (Global Warming) adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74
0.18C (1.33 0.32F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC)menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Meningkatnya suhu global akibat pemanasan global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yg lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yg ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi (turunnya air dari
atmosfer, misal hujan, salju). Akibat-akibat pemanasan global yg lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Bab III Pembahasan

Pemanasan Global
a. Penyebab Pemanasan Global

Pemanasan global (Global Warming) adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74
0.18C (1.33 0.32F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC)menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.

Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yaitu sebuah kelompok


peneliti yang konsen meneliti dan mengamati tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
perubahan iklim, setiap beberapa tahun sekali melakukan pertemuan dan diskusi untuk
membahas berbagai hal yang berhubungan dengan penemuan-penemuan terbaru terkait dengan
perubahan iklim khususnya pemanasan global. Dari berbagai diskusi ilmiah tersebut, para
peneliti yang tergabung dalam IPCC menyimpulkan bahwa peningkatan rata-rata suhu global
bumi disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang kemudian dikenal
dengan istilah efek rumah kaca.

Pemanasan global terjadi sebenarnya mengikuti prinsip efek rumah kaca. Rumah kaca
memiliki prinsip, menyerap energi panas yang dipancarkan oleh matahari dan menahannya,
sehingga suhu udara di dalam rumah kaca menjadi hangat dan bisa menunjang pertumbuhan
tanaman di dalamnya.
Bumi menerima energi panas dari matahari yang menyinari bumi. Energi panas yang
sampai ke Bumi, menciptakan nuansa panas yang menghangatkan bumi. Sebagian dari panas
tersebut di serap oleh bumi dan sisanya akan dipantulkan kembali. Namun, sebagian besar panas
tersebut tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya gas rumah kaca. Panas yang
dipantullkan oleh bumi akan diserap oleh gas-gas rumah kaca dan dipantulkan kembali ke
permukaan bumi. Akibatnya, energi panas tersebut terperangkap di dalam atmosfer bumi,
sehingga suhu di permukaan bumi pun meningkat.
Pada konsentrasi terstentu, sebenarnya kehadiran gas-gas rumah kaca ini sangat
diperlukan untuk menghangatkan suhu di atmosfer bumi. Namun, meningkatnya konsentrasi gas
rumah kaca juga akan berdampak pada semakin meningkatnya energi panas di atmosfer
bumi. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan
meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah
kaca.Protokol Kyoto adalah kesepakatan internasional Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC atau FCCC), yg ditujukan untuk melawan pemanasan global.
UNFCCC adalah perjanjian lingkungan hidup internasional dengan tujuan mencapai stabilisasi
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yg akan mencegah gangguan antropogenik
yg berbahaya dengan sistem iklim. Protokol Kyoto awalnya diadopsi pada tanggal 11 Desember
1997 di Kyoto, Jepang, dan mulai berlaku pada tanggal 16 Februari 2005. Pada April 2010, 191
negara telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto.
Berikut ini beberapa hal-hal yang menyebabkan pemanasan global, antara lain:
1. Polusi Karbondioksida Dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil

Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan
bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke
atmosfer. Sekitar 40% dari polusi karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik Amerika
Serikat. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan
energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak dari kita yang
enggan untuk melakukan ini.
2. Polusi Karbondioksida Dari Pembakaran Bensin Untuk Transportasi.
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi,
keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap
tahunnya terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat.
Sayangnya, semua peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
3. Gas Metana Dari Peternakan & Pertanian.
Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab
terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat bersal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri
dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini juga dapat terjadi pada
usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak, mengakibatkan
peningkatan produksi gas metana yang dilepaskan ke atmosfer bumi.
4. Aktivitas Penebangan Pohon
Seringnya penggunaan kayu dari pohon sebagai bahan baku membuat jumlah pohon kita
makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai tempat pohon kita tumbuh semakin sempit akibat
beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan sangat
penting sebagai paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk mendaur ulang karbondioksida yang
terlepas di atmosfer bumi.
5. Penggunaan Pupuk Kimia Yang Berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk
pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali
lebih kuat dari karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi.
Akibat lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari
sumber-sumber air minum kita.
b. Dampak Pemanasan Global

Para ilmuwan telah memprediksikan bahwa pemanasan global yang terus meningkat ini,
akan menimbulkan beberapa dampak negatif bagi alam khususnya kehidupan di muka bumi.
Pemanasan global diperkirakan akan mempengaruhi kestabilan cuaca, populasi satwa,
produktivitas hasil pertanian, air laut, bahkan hingga kondisi sosial politik nantinya.
Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:
1. Kenaikan Permukaan Air Laut Seluruh Dunia

Para ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena mencairnya
dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh dunia akan
mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin yang faktor penyebab
tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang diprediksi
ilmuwan.
2. Peningkatan Intensitas Terjadinya Badai

Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di dukung oleh bukti yang telah
ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global secara signifikan akan menyebabkan

terjadinya kenaikan temperatur udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan
kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya badai kuat.
3. Menurunnya Produksi Pertanian Akibat Gagal Panen

Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana kelaparan
karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini disebabkan
oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif bagi
tanaman pangan.
4. Makhluk Hidup Terancam Kepunahan

Berdasarkan penelitian yang dipublikasin di Nature, pada tahun 2050 mendatang,


peningkatan suhu dapat menyebakan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di tahuntahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga saja tidak
termasuk
di
dalamnya
spesies
manusia
.
5. Terumbu Karang Menghilang

World Wide Fund for Nature (WWF) mengatakan bahwa pada kondisi terburuk, pemanasan
global bisa mengakibatkan populasi terumbu karang menghilang. Diperkirakan hal itu bisa saja
terjadi pada tahun 2100 terkait dengan meningkatnya temperature dan tingkat keasaman lautan.
Sekarang saja, dampaknya pada terumbu karang sudah terlihat. Banyak terumbu karang yang
mengalami pemutihan atau bleaching. Jika terumbu karang kolaps (menghilang), maka
ekosistem laut akan terganggu. Banyak flora maupun fauna laut yang akan terancam punah.
6. Krisis Air Bersih
Hal ini tentunya akan mengancam manusia secara langsung. Karena air bersih merupakan
kebutuhan primer bagi kehidupan. Hal ini tejadi karena adanya penggundulan hutan. Jika hutan
terus menerus digunduli maka akan mengganggu siklus hidrologi air yang menyebabkan krisis
air bersih.
7. Wabah Penyakit
Penyakit tropis menyebar seperti malaria, demam dengue, demam kuning menyebar ke
daerah yang sebelumnya tidak pernah dijangkiti, dan bukan hanya itu, penyakit ini diketahui
menjadi semakin ganas. Belum lagi meningkatnya jumlah manusia yang terserang penyakit
seperti kanker kulit, kolera dan sebagainya yang belakangan ini semakin mewabah, dan
mencakup daerah yang semakin luas.
8. Terjadinya Penyimpangan Pola Cuaca El Nino dan La Nina

El Nino dan La Nina adalah merupakan dinamika atmosfer dan laut yang mempengaruhi
cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di
Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa
bagian
tengah dan timur.
Sebagai indikator untuk memantau kejadian El Nino, biasanya digunakan data pengukuran
suhu permukaan laut pada bujur 170BB 120BB dan lintang 5LS 5LU, dimana anomali
positif mengindikasikan terjadinya El Nino. Dan fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya
suhu permukaan laut pada bujur 170BB 120BB dan pada lintang 5LS 5LU dimana
anomali negatif, sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Kedua fenomena di perairan
pasifik ini memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia
El-Nino menurut sejarah adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau
nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian Timur
menjelang hari natal (Desember). El Nino adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah
diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang
ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak dapat dilihat.
Fenomena EL-Nino mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan
(akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar)
menjadi sebaliknya. Kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. Nama El Nino diambil
dari bahasa Spanyol yang berarti anak laki-laki, yang merujuk pada bayi Yesus Kristus dan
digunakan karena arus ini biasanya muncul selama hari Natal. Di kemudian hari para ahli juga
menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena
sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnyaupwelling. Kebalikan
dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti anak
perempuan. Fenomena ini umumnya terjadi dalam jangka waktu 2-7 tahun.
El-Nino akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur
meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini

mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar
kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga
di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal.
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada
waktu-waktu tertentu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina. Tekanan
udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal,
menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya. Kejadian ElNino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina.
Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi
sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari
15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina
mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului ElNino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya
La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan
sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.
Peristiwa El Nino biasanya disertai oleh perubahan perbedaan tekanan antara Tahiti dan
Darwin yang selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan suatu indeks yang dikenal dengan
istilah indeks Osilasi Selatan (IOS). Nilai anomaly suhu muka laut dikawasan pasifik timur dan
IOS oleh para ahli meteorologi dijadikan indikator untuk mengenali aktifnya El Nino dan La
Nina. Indeks Osilasi Selatan membuka IOS yaitu Indeks yang diperoleh dari normalisasi pada
tekanan udara antara Tahiti dan Darwin. Jika bernilai tinggi (positif) menandai kuatnya angin
pasat, keadaan ini umumnya bertepatan dengan periode La Nina aktif, sebaliknya jika IOS
rendah (Negatif) bersesuaian dengan melemahnya angin pasat, keadaan ini umumnya bertepatan
dengan aktifnya El Nino.
Dalam bahasa latin La Nina berarti "gadis cilik". La Nina merupakan suatu kondisi
dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan Timur equator di Lautan Pasifik, La Nina
tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap. La Nina terjadi setiap tiga hingga
tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap
sehingga sulit diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. La Nina
adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama ratusan
tahun.
Pada saat terjadi La Nina angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik
menguat ( Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat ). Sehingga massa air hangat yang terbawa
semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke

atas dan menggantikan massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling.
Dengan pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai
normalnya. La Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi Utara Khatulistiwa.
Peristiwa La Nina diawali dengan menguatnya angin pasat tenggara, suhu muka laut yang
ada di tropis pasifik barat akan sangat hangat dan sebaliknya di pasifik timur akan lebih dingin.
Ini mengakibatkan atmosfer di Pasifik barat akan lebih mendapatkan uap air yang tinggi. Hal ini
menyebabkan terjadi hujan lebat dan banjir terjadi di indonesia dan asia tenggara, akan tetapi di
pasifik timur mengalami kemarau dan kekeringan.
Secara sederhana La Nina adalah mendinginnya suhu permukaan laut. El Nino dan La
Nina dikenal juga dengan El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang berarti fenomena yang
ditimbulkan karena adanya interaksi antara laut dengan atmosfer.
La-Nina terbagi kedalam 3 (tiga) jenis intensitas dilihat dari anomali suhu muka laut atau
SST (Surface of Sea Temperature) yaitu intensitas lemah, intensitas sedang, dan intensitas kuat.
1. Intensitas Lemah
Ditetapkan jika SST bernilai < -0.5 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
2. Intensitas Sedang
Ditetapkan jika SST bernilai antara - 0.5 s/d -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut.
3. Intensitas Kuat
Ditetapkan jika SST bernilai > -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
Beberapa faktor penyebab El Nino La Nina adalah sebagai berikut :

Anomali suhu yang mencolok di perairan samudera pasifik.

Melemahnya angin passat (trade winds) di selatan pasifik yang menyebabkan pergerakan
angin jauh dari normal.

Kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang disebabkan oleh pemanasan dari perairan
panas dibawahnya. Hal ini terjadi di perairan peru pada saat musim panas.

Adanya perbedaan arus laut di perairan samudera pasifik.


Di bawah ini merupakan proses terjadinya El Nino La Nina :

Keadaan Perairan Samudera Pasifik saat Normal

Keadaan Perairan Samudera Pasifik saat terjadi El Nino

Pada bulan desember, posisi matahari berada di titik balik selatan bumi, sehingga
daerang lintang selatan mengalami musim panas. Di Peru mengalami musim panas dan arus laut
dingin Humboldt tergantikan oleh arus laut panas. Karena kuatnya penyinaran oleh sinar
matahari perairan di pasifik tengah dan timur, menyebabakan meningkatnya suhu dan
kelembapan udara pada atmosfer. Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan timur rendah,
yang kemudian yang diikuti awan-awan konvektif (awan yang terbentuk oleh penyinaran
matahari yang kuat). Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya tinggi yaitu di
Indonesia (yang pada dasarnya dipengaruhi oleh angin musoon, angin passat dan angin lokal.
Akan tetapi pengaruh angin munsoon yang lebih kuat dari daratan Asia), menyebabkan sulit
terbentuknya awan. Karena sifat dari udara yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan
udara rendah. Menyebabkan udara dari pasifik barat bergerak ke pasifik tengah dan timur. Hal ini
juga yang menyebabkan awan konvektif di atas Indonesia bergeser ke pasifik tengah dan timur.

Keadaan Samudera Pasifik saat terjadi La Nina


Sedangkan La Nina sebaliknya dari El Nino, terjadi saat permukaan laut di pasifik tengah
dan timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu tertentu. Dan tekanan udara
kawasan pasifik barat menurun yang memungkinkan terbentuknya awan. Sehingga tekanan
udara di pasifik tengah dan timur tinggi, yang menghambat terbentuknya awan. Sedangkan di
bagian pasifik barat tekanan udaranya rendah yaitu di Indonesia yang memudahkan terbentuknya
awan cumulus nimbus, awan ini menimbulkan turun hujan lebat yang juga disertai petir. Karena
sifat dari udara yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan
udara dari pasifik tengah dan timur bergerak ke pasifik barat. Hal ini juga yang menyebabkan
awan konvektif di atas pasifik ttengah dan timur bergeser ke pasifik barat.
El Nino dan La Nina memiliki beberapa dampak yaitu :
1. Pada Alam

Seperti pada saat terjadi El Nino di satu sisi dapat mengakibatkan meningkatnya suhu dan
salinitas air laut yang dapat membahayakan padang lamun (sea grass) dan terumbu karang
(coral reef) sebagai habitat dari berbagai jenis ikan. Padang lamun dan terumbu karang memiliki
fungsi sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan tempat
mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan. Padang lamun dan terumbu karang bila terkena
sinar matahari berlebihan pertumbuhannya akan terganggu, rusak dan mati. Padang lamun dapat
hidup dengan suhu optimum sekitar 28-30C, kedalaman 0-22 m dan salinitas 25-35 ppt. Padang
lamun memiliki nilai prodiktivitas yang tinggi yang bermanfaat bagi komunitas yang hidup di
habitat tersebut. Ikan-ikan yang menghuni padang lamun, di antaranya: ikanikan parrot (Scarus dan Sparisoma),
ikan surgeon (Acanthurus),
ikanikan ballyhoo (Hemiramphus
brasiliensis),
ikanrudder (Kyphosus
sectatrix),
ikan trigger (Melichthys
radula),
dugong
(Trichechus
manatus),
juvenile
ikan,
mollusca, echinoidea, dan crustacea. Sedangkan terumbu karang dapat tumbuh pada suhu 2529C, kedalaman 0-50 m dan salinitas 34-36 ppt. Pada saat El Nino, terjadi peningkatan
pemutihan (bleaching) pada karang yang menyebabkan berkurangnya atau hilangnya ikan-ikan
yang biasa hidup bergantung pada terumbu karang, begitu juga dengan padang lamun. Karena

suhu yang semakin panas dan berkurangnya habitat, maka ikan-ikan akan melakukan migrasi ke
tempat yang lebih dingin. El Nino juga mengakibatkan penurunan populasi ikan di Laut Pasifik,
khususnya jenis pelagis seperti ikan sardine (Sardinops sagax), anchoveta (Engaulis
ringens), ikan mackerel (Tranchurus murphyi dan Scomber japonicuperuanus) berkurang karena
sedikitnya makanan yang tersedia. Hal ini semua dapat mengakibatkan berkurangnya hasil
perikanan tangkap.

Di sisi lain upwelling juga dapat menaikkan biomassa plankton, yaitu seperti yang terjadi
di wilayah Barat Sumatera dan Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terdapat peningkatan
jumlah klorofil, plankton dan massa air yang mengandung banyak nutrien yang sangat
bermanfaat bagi ikan. Pada saat inilah terdapat banyak ikan yang dapat menguntungkan dalam
sektor perikanan tangkap.

Naiknya tekanan udara di pasifik tengah dan timur saat El Nino, menyebabkan
pembentukan awan yang intensif. Hal ini yang menjadikan curah hujan yang tinggi di kawasan
pasifik tengah dan timur. Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat terjadi kekeringan yang
jauh dari normal.

Turunnya tekanan udara di pasifik tengah dan timur saat La Nina, menjadi hambatan
terbentuknya awan di daerah ini, sehingga mengalami kekeringan. Sedangkan sebaliknya, di
daerah pasifik barat curah hujan sangat tinggi. Hal ini menimbulkan banjir yang parah di
Indonesia.

2. Pada Manusia
Meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin di perairan , mengakibatkan
perairan yang tadinya subur akan ikan menjadi sebaliknya. Hal ini menyebabkan nelayan
kesulitan mendapatkan ikan di perairan. Tidak hanya berpengaruh terhadap para nelayan, ElNino dan La-nina dampak menghambat aktivitas manusia. Seperti pada tahun 1997 dan 1998,
terjadi peristiwa El-Nino dan La-Nina yang paling kuat dan mengakibatkan seringnya terjadi
banjir, angin tornado, dan badai-badai aneh lainnya y

Anda mungkin juga menyukai