Anda di halaman 1dari 29

PEKAN RISET DAN ILMIAH MAHASISWA 6

Multi Functional Feed : Inovasi Pakan Fungsional Berbasis Daun Kelor


(Moringa oleifera), Kunyit (Curcuma domestica) dan Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus) sebagai Imbuhan Pakan untuk Meningkatkan
Produktivitas Ayam Broiler Tanpa Residu Antibiotik

Diusulkan oleh:
1. Rufii

(145050100111127/ Angkatan 2014)

2. Mifrotul Komariyah

(155050100111034/Angkatan 2015)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Dzat yang Maha Kuasa atas limpahan karunia-Nya
berupa kemampuan berpikir, sehingga hanya dengan pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul Multi Functional Feed : Inovasi
Pakan Fungsional Berbasis Daun Kelor (Moringa oleifera), Kunyit (Curcuma
domestica) dan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) sebagai Imbuhan Pakan untuk
Meningkatkan Produktivitas Ayam Broiler Tanpa Residu Antibiotik
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah
membantu dalam penulisan ini. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas rahmat kesehatan dan kelancaran yang diberikan kepada
kami selama penulisan karya tulis ini.
2. Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga, yang telah banyak
memberikan dorongan moril maupun materil.
3. Dosen pembimbing dan kakak pembimbing yang telah membimbing
dalampenulisan karya tulis ini.
4. Seluruh sahabat dan rekan-rekan Kelompok Ilmiah Mahasiswa serta
semuapihak yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, semangat,
danmotivasi.
Penulis senantiasa menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi materi dan sistematika pembahasan maupun susunan
bahasanya. Oleh karena itu, penulis senantiasa terbuka terhadap kritik dan saran
yang konstruktif, dengan iringan doa, mudah-mudahan karya tulis ini dapat
bermanfaat dalam rangka peningkatan otonomi daerah dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Malang, 21 Juli 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
2.1 Daun Kelor ...................................................................................................... 4
2.2 Kunyit .............................................................................................................. 4
2.3 Cacing Tanah .................................................................................................. 6
BAB III METODE PENULISAN ...................................................................... 8
3.1 Pendekatan Penulisan ...................................................................................... 8
3.2 Sumber Penulisan ............................................................................................ 8
3.3 Sasaran Penulisan ............................................................................................ 9
3.4 Tahapan Penulisan .......................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 10
4.1 Konsep Dasar Multi Functional Feed ............................................................. 10
4.2 Pembuatan Multi Functional Feed .................................................................. 10
4.3 Mekanisme Kerja Multi Functional Feed ....................................................... 14
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 16
5.2 Saran ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 19

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Multi Functional Feed fase starter ...................................... 13


Tabel 2. Komposisi Multi Functional Feed fase finisher ..................................... 13

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Tanaman Kelor (Moringa oleifera) .................................................... 4


Gambar 2. Kunyit (Curucuma domestica) .......................................................... 5
Gambar 3. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) .................................................. 6
Gambar 4. Skema Pembuatan Multi Functional Feed ........................................ 12

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Ketua Kelompok dan Anggota ................... 19

ix

Multi Functional Feed : Inovasi Pakan Fungsional Berbasis Daun Kelor


(Moringa oleifera), Kunyit (Curcuma domestica) dan Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus) sebagai Imbuhan Pakan untuk Meningkatkan
Produktivitas Ayam Broiler Tanpa Residu Antibiotik
Rufii dan Mifrotul Komariyah
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Daging ayam beresidu antibiotik merupakan masalah pelik yang sering dihadapi
peternak ayam di Indonesia dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Antibiotik
diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ayam
broiler. Hal itu dilakukan karena supply daging ayam semakin meningkat.
Antibiotik memang meningkatkan produktifitas ayam broiler, namun antibiotik
sangat berbahaya karena dapat menghasilkan residu pada daging dan tentunya
berbahaya bagi ternak dan konsumen. Oleh karena itu, seiring dengan tuntutan
pasar perlu diciptakan suatu inovasi baru untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Inovasi tersebut berupa pakan fungsional berbasis natural obstretic, yakni pakan
yang selain untuk memenuhi kebutuhan asupan nutrisi dari ayam broiler juga
berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan dan kecernaan pakan, meningkatkan
imunitas ternak, mempercepat pertumbuhan ternak, serta sebagai antibiotik alami
untuk ternak. Pakan tersebut didapat dari kombinasi daun kelor (Moringa oleifera),
kunyit (Curcuma domestica), dan cacing tanah (Lumbricus rubellus). Daun kelor
memiliki kandungan protein tinggi yang akan mencukupi kebutuhan protein tubuh
ayam, sehingga pertumbuhan ternak akan semakin cepat. Kunyit merupakan aditif
pakan alami dari tanaman yang memiliki kandungan zat aktif kurkuminoid yang
berfungsi untuk pencegahan berbagai macam penyakit melalui aktivitas antibakteri
serta meningkatkan nafsu makan ternak. Cacing tanah mengandung senyawa
lumbricin, dimana lumbricin encapsulation dapat dimanfaatkan sebagai bahan
antibiotik alami karena memiliki daya hambat terhadap mikroba patogen sehingga
imunitas ternak meningkat. Bahan tersebut dapat dijadikan bahan pakan tambahan
dalam bentuk tepung sehingga dapat menciptakan pakan fungsional bagi ayam
broiler yang jauh lebih sehat tanpa residu serta dapat meningkatkan produktifitas
ayam broiler sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu, dengan memanfaatkan.
Dengan memanfaatkan daun kelor, kunyit dan cacing tanah sebagai bahan imbuhan
pakan akan meningkatkan nilai ekonomis dari ketiga bahan- bahan tersebut.
Terutama daun kelor yang belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Kata Kunci : Cacing tanah, daun kelor,kunyit, pakan fungsional.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daging beresidu antibiotik dan penyakit dari ayam telah menjadi sorotan
publik yang sering diperbincangkan masyarakat nasional dan internasional dalam
kurun waktu 15 tahun terakhir.

Perkembangan kemajuan modernisasi yang

semakin pesat menjadi salah satu faktor munculnya pikiran instant tanpa
memikirkan dampaknya. Salah satu masalah krusial yang dihadapi para peternak
ayam di Indonesia adalah meningkatkan produktifitas ayam broiler dengan
menambahkan antibiotik dalam ransum ayam tersebut. Antibiotik memang
meningkatkan produktifitas ayam namun antibiotik sangat berbahaya karena dapat
menghasilkan residu dan tentunya berbahaya bagi ternak dan konsumen. Hal itu
dilakukan karena permintaan pasar akan daging ayam semakin meningkat. Pada
tahun 2015 permintaan pasar untuk daging ayam mencapai 3,5 milyar ekor,
meningkat 10% dari tahun 2014 dan kenaikan permintaan tersebut diprediksi akan
terus terjadi setiap tahunnya (Kontan.id , 2016). Akan tetapi sungguh ironi jika dari
ayam sebanyak itu sebagian besar merupakan ayam hasil suntikan antibiotik.
Daging ayam yang dihasilkan dari ayam suntikan antibiotik di dalamnya
terdapat residu dimana residu tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia karena
dapat menyebaban pengkonsumsinya resisten terhadap antibiotik, memberikan efek
karsinogenik (kanker), serta mutasi mikroorganisme seperti bakteri (Utami, 2011).
Oleh karena itu, seiring dengan tuntutan pasar perlu diciptakan suatu inovasi baru
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Inovasi tersebut berupa pakan fungsional
berbasis natural obstretic, yakni pakan yang selain untuk memenuhi kebutuhan
asupan nutrisi dari ayam broiler juga berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan
dan kecernaan pakan, meningkatkan imunitas ternak, mempercepat pertumbuhan
ternak, serta sebagai antibiotik alami untuk ternak. Pakan tersebut didapat dari
kombinasi daun kelor (Moringa oleifera), kunyit (Curcuma domestica), dan cacing
tanah (Lumbricus rubellus) sebagai bahan pakan tambahan.
Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu jenis leguminosa yang
kaya akan kandungan protein. Daun kelor yang sudah berbentuk tepung

mengandung bahan kering sebanyak 26%, protein kasar 29,61%, lemak kasar
7,48%, dan serat kasar 8,98% dan energy metabolis 1318 Kkal/kg (Sjofjan, 2008).
Pemakaian tepung daun kelor dengan ransum ayam broiler sebagai pengganti
bungkil kedelai dengan penambahan asam-asam amino memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan ayam broiler dibandingkan dengan
penggunaan ransum dengan tanpa suplemen asam amino (Saefulah, 2006). Dengan
demikian penggunaan daun kelor dalam ransum ayam broiler akan mencukupi
kebutuhan protein tubuh ayam dan dapat menggantikan ransum pakan ayam pada
umumnya karena didalamnya terkandung protein yang cukup tinggi.
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis tanaman herbal
yang digunakam sebagai pakan tambahan dan telah terbukti memiliki kualitas yang
baik apabila ditambahkan dalam pakan basal untuk unggas. Kunyit yang telah
diolah menjadi bentuk tepung memiliki kandungan gizi berupa kurkuminoid yang
berbentuk kurkumin. Kurkumin berfungsi meningkatkan organ pencernaan ayam
broiler dengan merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan
empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim
amilase, lipase dan protease yang berguna untuk meningkatkan kecernaan bahan
pakan karbohidrat, lemak dan protein. Kurkuminoid juga berperan sebagai
antibakteri alami yang dapat melindungi ternak dari berbagai macam penyakit.
Selain itu minyak atsiri dalam kunyit juga dapat mempercepat pengosongan
lambung yang menyebabkan nafsu makan ayam menjadi meningkat (Adi dkk.,
2009)
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) dapat dimanfaatkan sebagai bahan
antibiotik alami karena cacing tanah mengandung lumbricin yang memiliki daya
hambat terhadap mikroba patogen sehingga imunitas ternak meningkat dan secara
in vitro mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Salmonella
enteritidis, Staphylococcus aerus dan Streptococcus aureus (Sofyan dkk, 2008).
Serta tepung cacing tanah diketahui memberi efek terhadap peningkatan imunitas
ternak dan dapat menstimulasi sistem kekebalan tubuh (Julendra, dkk. 2010). Selain
bisa sebagai bahan antibiotik alami untuk pakan ternak, cacing tanah juga bisa
mencukupi kebutuhan gizi ternak karena di dalamnya terkandung protein (64-76%),
lemak (7-10%), kalsium (0,55%), fosfor (1%), dan serat kasar (1,08%). Serta di

dalam cacing tanah juga terkandung asam amino esensial dan non esensial. Rataan
retensi nitrogen tepung cacing tanah adalah 0,86% dan energi metabolisnya
mencapai 3613,76 Kkal/kg (Resnawati, 2004).
Bahan-bahan tersebut kami jadikan bahan pakan tambahan dalam
membuat ransum ayam broiler. Sehingga dapat tercipta suatu inovasi baru yang
aplikatif berupa Multi Functional Feed, yaitu pakan fungsional berbasis natural
obstretic yang berbentuk tepung untuk ayam broiler yang jauh lebih sehat dan
meningkatkan produktifitas ayam broiler sesuai dengan yang diinginkan. Serta
dapat menyelesaikan masalah daging ayam beresidu di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan
yaitu apakah daun kelor, kunyit dan cacing tanah bisa dimanfaatkan sebagai bahan
pakan tambahan dalam ransum ayam broiler untuk menciptakan pakan fungsional
berbasis natural obstretic yang bisa meningkatkan produktivitas ayam broiler tanpa
residu antibiotik?
1.3 Tujuan
Menciptakan pakan fungsional berbasis natural obstretic untuk ayam
broiler dengan memanfaatkan daun kelor, kunyit, dan cacing tanah sebagai bahan
pakan tambahan, meningkatkan produktivitas ayam broiler tanpa residu antibiotik.
1.4 Manfaat
1. Meningkatkan produktivitas ayam broiler tanpa residu antibiotik di
Indonesia
2. Menghilangkan pemberian antibiotik pada saat pemeliharaan ayam broiler.
3. Meningkatkan nilai ekonomis dari daun kelor, kunyit, dan cacing tanah
terutama daun kelor yang belum dimanfaatkan dengan maksimal.
4. Menciptakan paten pakan fungsional berbasis natural obstretic yang diberi
nama Multi Functional Feed

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Kelor (Moringa oleifera)


Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Brassicales

Familia

: Moringaceae

Genus

: Moringa

Spesies

: Moringa oleifera L.

Gambar 1.
Tanaman Kelor (Moringa oleifera)

Tanaman kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang tumbuh di daerah


kering tropis dan mempunyai manfaat yang besar dibidang medis dan industri.
Tanaman ini merupakan salah satu spesies tumbuhan dalam famili Moringaceae.
Spesies ini memiliki banyak manfaat mulai dari bagian akar, daun, batang, getah,
bunga sampai bijinya, yaitu sebagai sumber vitamin, mineral, dan senyawa lainnya
untuk kebugaran tubuh dan berkhasiat obat untuk kesehatan (Krisnadi, 2015).
Kandungan zat pakan pada daun kelor adalah: bahan kering sebanyak 26%, protein
kasar 29,61%, lemak kasar 7,48%, dan serat kasar 8,98% (Sjofjan, 2008). Krisnadi
(2015) juga melaporkan bahwa daun kelor juga kaya akan beta karoten, protein,
vitamin C, kalsium dan kalium yang menjadi sumber makanan yang baik sebagai
antioksidan alami, karena adanya berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam
askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid. Sebagai sumber protein, daun kelor
juga memiliki kandungan asam amino esensial yang seimbang seperti isoleusin,
leusin, lisin, metionin, phenylalanine, treonin, tryptophan, dan valin.
2.2 Kunyit (Curcuma domestica)
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zungiberacceae

Genus

: Curcuma

Species

: Curcuma domestica val.

Gambar.2
Kunyit (Curucuma domestica)
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis tanaman herbal
yang digunakan sebagai pakan tambahan dan telah terbukti memiliki kualitas yang
baik apabila ditambahkan ke dalam pakan basal untuk unggas. Tanaman obat
tradisional golongan Zingiberaceae ini dapat berfungsi sebagai obat dan dapat
merangsang kantung empedu untuk berkontraksi mengeluarkan cairan empedu
(Tjitrosoepomo, 1994). Menurut Anggorodi (1985), cairan empedu yang
mengandung enzim amilase dapat menetralisir keasaman isi usus, dan menciptakan
kondisi alkalis dalam usus.
Kandungan gizi kunyit yaitu protein 8,6%, lemak 8,9%, kalsium 0,2%,
fosfor 0,26, dan serat kasar 6,9% an energi metabolis 390 Kkal/g (Shankaracharya
dan Natarajan,1977).
Menurut Rukmana (1994), kurkumin yang terkandung di dalam tanaman
kunyit memiliki fungsi yang dapat merangsang dinding kantung empedu untuk
mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang
mengandung enzim amilase, lipase,dan protease untuk meningkatkan pencernaan
karbohidrat, lemak, dan protein. Peningkatan enzim-enzim pencernaan akibat
pemberian kunyit tersebut menyebabkan proses pencernaan broiler lebih baik
dalam mencerna ransum, sehingga kecernaan ransum akan meningkat dan
mengakibatkan saluran pencernaan broiler lebih cepat kosong dan pada akhirnya
konsumsi ransum broiler akan meningkat.
Kunyit juga dapat meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang
keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease.
Kandungan zat aktif yang dimiliki oleh kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri
yang berfungsi sebagai kalagoga (dapat meningkatkan sekresi cairan empedu).
Selain minyak atsiri, kandungan lain yang terdapat di dalam kunyit adalah
kurkuminoid yang dapat meningkatkan nafsu makan yang pada akhirnya akan
meningkatkan bobot hidup ayam pedaging (broiler) (Adi dkk, 2009). Selain itu,

menurut Kumar dan Sharnya (2006) kunyit mengandung senyawa aktif kurkumin
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan.
2.3 Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Annelida

Kelas

: Clitellata

Subkelas

: Oligochaeta

Ordo

: Haplotaxida

Familia

: Lumbricidae

Genus

: Lumbricus

Spesies

: Lumbricus rubellus

Gambar 3.
Cacing tanah (Lumbricus rubellus)

Cacing tanah termasuk dalam golongan makhluk invertebrata, artinya


makhluk yang tidak memiliki tulang, akan tetapi ia mampu bergerak yang
dilakukan dengan otot-otot yang melingkari tubuhnya (Sihombing, dkk. 2010).
Cacing tanah dari kerabat Lumbricidae jenis Lumbricus memiliki tubuh yang
cenderung pipih, jumlah segmen pada tubuhnya bisa mencapai 90 sampai 195
dengan kitelium yang ada pada tiap segmen sejumlah 27 sampai 32. Jenis cacing
tanah yang satu ini umumnya memiliki ukuran tubuh yang kecil jika dibandingkan
dengan jenis lainnya. Namun, apabila ia dikembangkan dengan baik maka ia bisa
mencapai ukuran seperti spesies cacing tanah lainnya (Anonimous, 2013).
Manfaat dari cacing tanah dapat membantu kehidupan manusia, diantaranya
sebagai penghasil pupuk organik, bahan baku obat dan kosmetik, serta dapat juga
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yang digunakan dalam bentuk tepung dan
dicampur dengan bahan lainnya (Sihombing, dkk. 2010). Menurut pendapat
Resnawati (2004) cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah salah satu bahan pakan
alternatif sebagai sumber protein. Cacing tanah sangat potensial untuk
dikembangkan karena kandungan gizinya cukup tinggi, yaitu (65-76%), lemak (710%), kalsium (0,55%), fosfor (1%), dan serat kasar (1,08%). Selain itu cacing
tanah mengandung asam amino esensial dan non esensial. Rataan retensi nitrogen
tepung cacing tanah adalah 0,86% dan energi metabolis 3613,76 Kkal/kg. Selain
mengandung gizi yang cukup tinggi, cacing tanah yang diolah dalam bentuk tepung
dapat digunakan sebagai alternatif pengganti antibiotik pada ransum ayam broiler

karena mengandung zat anti bakteri lumbricin (0,1 g/g) yang merupakan
senyawa peptida dengan susunan asam amino yang lengkap terutama prolin, dan
secara in vitro mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
Salmonella enteritidis, Staphylococcus aerus dan Streptococcus aureus (Sofyan,
dkk. 2008). Serta tepung cacing tanah diketahui dapat memberikan efek terhadap
peningkatan imunitas ternak dan dapat menstimulasi sistem kekebalan (Julendra,
dkk. 2010).

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Pendekatan Penulisan


Karya tulis ini berfokus pada analisis dan pemecahan masalah yang muncul
pada daging ayam beresidu yang disebabkan pemberian antibiotik dari bahan kimia
pada

saat

pemeliharaan

sehingga

berbahaya

bagi

konsumen.

Serta

mengoptimalisasi penggunaan daun kelor, kunyit dan cacing tanah. Sebagai


pendukung penulisan ini, maka penulis melakukan kegiatan study literature, yakni
dengan menggunakan penulisan deskriptif dan data yang digunakan merupakan
hasil dari pendekatan kualitatif, sehingga diharapkan dapat mengkaji secara
mendalam tentang pembuatan Multi Functional Feed.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang di dalam usulan penelitian,
proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai
dengan

penulisannya

mempergunakan

aspek-aspek

kecenderungan,

non

perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, dan analisis isi


(Musianto, 2002). Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
tentang kenyataan atau kejadian melalui proses berfikir induktif (logico indicative
abstraktif). Penulisan karya tulis ini merupakan penulisan deskriptif yang
memberikan gambaran dan penjelasan mengenai pembuatan serta manfaat dari
pakan fungsional berbasis natural obstretic yakni, Multi Functional Feed untuk
ayam broiler.
3.2 Sumber Penulisan
Metode pengumpulan data kami menggunakan studi dokumentasi gambar
dan tabel untuk melengkapi, menyempurnakan dan memperkuat data yang telah
diperoleh dari hasil pustaka. Penulis juga menggunakan bahan pustaka dari study
literature yang berkaitan dengan substansi materi penelitian dengan cara
mengumpulkan data yang bersumber dari beberapa dokumen tertulis seperti buku
panduan, jurnal, hasil skripsi dan hasil penelitian. Study secara lisan atau tidak
tertulis dilakukan dengan mengumpulkan materi yang diberikan dosen
pembimbing. Selain itu, dilakukan wawancara mendalam dengan peternak ayam
broiler (indepth interview) mengenai masalah yang ada pada saat pemeliharaan

ayam broiler dan observasi langsung dengan melakukan pengamatan secara


langsung terhadap obyek penelitian kemudian dibandingkan dengan gagasan kami.
3.3 Sasaran Penulisan
Sasaran utama penulisan karya tulis ilmiah ini adalah peternak ayam broiler.
Kami ingin memberikan suatu perubahan pada proses pemeliharaan ayam broiler
yaitu menghilangkan pemberian antibiotik dari bahan kimia dan menggantinya
dengan memberikan Multi Functional Feed selama pemeliharaan ayam broiler dari
fase starter hingga fase finisher. Sehingga daging ayam hasil panen lebih produktif,
terbebas dari residu antibiotik dan aman bagi kesehatan konsumen. Selanjutnya
ditujukan pada masyarakat yang ingin beternak ayam broiler tentang pembuatan
pakan fungsional berbasis natural obstretic dengan memanfaatkan daun kelor,
kunyit dan cacing tanah sebagai bahan pakan tambahan. Serta yang terakhir
ditujukan kepada pemerintah agar segera mengambil tindakan untuk ikut
menyelesaikan permasalahan tentang bahaya penggunaan antibiotik dari bahan
kimia dalam proses pemeliharaan ayam broiler dengan mendukung adanya Multi
Functional Feed.
3.4 Tahapan Penulisan
Tahapan penulisan karya tulis ini digunakan metode pengumpulan data yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Metode pengumpulan
data dalam karya tulis ini adalah kepustakaan, yakni mengambil literatur-literatur
yang berkaitan untuk menunjang penulisan. Literatur yang digunakan adalah
literatur pembuatan tepung dari keempat bahan tersebut dan cara enkapsulasi
senyawa lumbricin pada cacing tanah, penggunaan atau batasan daun kelor, kunyit
dan cacing tanah dalam ransum, kandungan dan manfaat dan hasil dari penambahan
bahan tersebut. Selanjutnya adalah menganalisa data dengan menggunakan analisa
kualitatif yaitu menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang
diperluas kemudian diambil kesimpulam dari analisa tersebut. Tahap akhir
penulisan ini yaitu evaluasi yang dilakukan mahasiswa dengan didampingi dosen
pembimbing sebagai finalisasi karya tulis ini.

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konsep Dasar Multi Functional Feed


Multi Functional Feed merupakan pakan fungsional berbasis natural
obstretic berbentuk tepung untuk ayam broiler. Multi Functional Feed tersusun dari
bahan pakan utama yaitu jagung, bungkil kedelai dan bekatul, serta daun kelor,
kunyit, dan cacing tanah sebagai bahan pakan tambahan. Multi Functional Feed
terdiri dari dua varian yang disusun berdasarkan kebutuhan asupan nutrisi dari ayam
broiler. Varian pertama untuk fase starter dan varian kedua untuk fase finisher.
Multi Functional Feed disebut sebagai pakan fungsional karena selain bisa
memenuhi kebutuhan nutrisi dari ayam broiler, Multi Functional Feed juga bisa
untuk meningkatkan nafsu makan dan kecernaan pakan, meningkatkan imunitas
ternak, mempercepat pertumbuhan ternak, serta sebagai antibiotik alami untuk
ternak.. Berbagai khasiat tersebut didapat dari bahan pakan tambahan yaitu daun
kelor, kunyit dan cacing tanah. Serta disebut natural obstretic karena Multi
Functional Feed dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami dan bebas dari
bahan kimia. Sehingga, dengan pemberian Multi Functional Feed produktivitas
ayam broiler menjadi meningkat dan pada waktu pemeliharaan ayam broiler, sudah
tidak diperlukan lagi pemberian antibiotik dari bahan kimia yang bisa membuat
daging ayam tersebut terkandung residu dan sangat berbahaya bagi konsumen.
Selain itu, pembuatan Multi Functional Feed juga dapat meningkatkan nilai
ekonomis dari daun kelor, kunyit, dan cacing tanah, terutama daun kelor, yang
belum dimanfaatkan dengan optimal.
4.2 Pembuatan Multi Functional Feed
4.2.1 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan Multi Functional Feed
yaitu timbangan untuk menimbang berat bahan pakan. Ember untuk tempat
pencucian bahan pakan, baki sebagai tempat untuk mentiriskan bahan pakan
setelah dicuci bersih dan tempat untuk mencampur bahan pakan. Oven untuk
mengeringkan bahan pakan, grinder untuk membuat bahan pakan menjadi
tepung. seperangkat alat ekstraksi untuk mengestraksi lumbricin dari cacing

11

tanah dan spray dryer untuk mengenkapsulasi lumbricin cacing tanah. Bahan
yang digunakan yaitu air untuk mencuci bahan pakan. Maltodekstrin dan
akuades untuk proses enkapsulasi lumbricin. Jagung, dedak, sorghum, tepung
ikan, tepung daun kelor, tepung kunyit, dan tepung cacing sebagai komposisi
penyusun Multi Functional Feed. Serta karung yang digunakan untuk
mengemas bahan pakan yang sudah digiling menjadi tepung.
4.2.2 Proses Pembuatan Multi Functional Feed
Semua bahan pakan ditimbang sesuai persentase komposisi masing-masing
bahan pakan yang sudah ditetapkan, bahan pakan dicuci bersih kecuali dedak
dan tepung ikan. Setelah itu bahan pakan ditiriskan, kemudian dikeringkan
dengan oven pada suhu 50C selama 30 menit. Setelah kering bahan pakan
digiling agar berubah menjadi tepung. Untuk cacing tanah dilanjutkan dengan
proses ektrasi zat lumbricin dengan metode dekokta yaitu dengan cara
sebanyak satu bagian tepung cacing tanah (TCT) ditambahkan air pH netral
sebanyak 10 bagian dan ditambah lagi air ekstra sebanyak dua bagian ke
dalam panci. Panci tersebut dipanaskan di atas penangas air selama 30 menit
terhitung sejak suhu air dalam panci 90C. Selanjutnya, air dipisahkan dari
sisa TCT dengan cara disaring. Filtrat tersebut dipekatkan dengan cara
diuapkan yang disertai dengan penurunan tekanan permukaan hingga
konsistensinya kental (Dep.Kes RI, 2000). Selanjutnya yaitu proses
enkapsulasi lumbricin. Enkapsulasi bertujuan untuk membuat lumbricin lebih
optimal dan lebih stabil dibandingkan dengan bentuk tepung atau ekstrak.
Enkapsulasi dilakukan dengan metode spray drying. Kondisi pengoperasian
spray dryer adalah sebagai berikut: suhu inlet 110C, suhu exhaust 68C, dan
kecepatan pompa 3. Maltodekstrin digunakan sebagai enkapsulan.
Perbandingan komposisi formula enkapsulasi yang digunakan, yaitu ECT
(ekstrak lumbricin cacing tanah), maltodekstrin, akuades 2:5:50. Sebelum
dimasukkan ke dalam spray drier, formula dicampur homogen dengan
ultrathurax selama lima menit. Kemudian semua bahan pakan dihomogenkan
dengan cara bahan pakan yang komposisinya paling sedikit dicampur dengan
bahan pakan yang komposisinya lebih banyak, begitu seterusnya hingga pada
bahan pakan yang komposisinya paling banyak. Proses terakhir yaitu pakan

12

dikemas dalam karung agar bisa disimpan dalam jangka waktu lama dan
terhindar dari kerusakan.
Semua bahan pakan ditimbang sesuai persentase
komposisi

Jagung

Dikeringkan
dengan
oven 50C
Selama 30
menit sampai
kering

Sorghum
Dicuci
bersih

Daun Kelor

Kemudian

Kunyit
Cacing

Digiling dengan
grinder sampai
menjadi tepung

Untuk tepung cacing


tanah dilanjutkan dengan
ekstraksi lumbricin
dengan metode dekokta

Semua bahan pakan


dihomogenkan

Pakan dikemas menggunakan


karung agar memiliki daya simpan
yang lama dan terhindar dari
kerusakan

Randemen ekstrak cacing


tanah yang didapat, di
enkapsulasi menggunakan
spray dryer dengan
maltodekstrin sebagai
enkapsulan

Menjadi butirbutir halus

Gambar 4. Skema Pembuatan Multi Functional Feed

13

Tabel 1. Komposisi Multi Functional Feed fase starter


Bahan pakan (feedstuff)

Susunan pakan basal (%)


(formulation of basal diet (%))
Starter 0-3 minggu

Jagung

42,50

Dedak

13,00

Sorghum

14,25

Tepung Ikan

6,50

Daun kelor

8,25

Kunyit

2,50

Cacing tanah

13,00

Jumlah

100,00

Kandungan nutrien (nutrient content)


Metabolizable energy (ME)(Kcal/kg)

3038,60

Protein kasar (%)

22,07

Lemak kasar (%)

4,94

Serat kasar (%)

4,98

Ca (%)

0,23

P (%)

0,31

Lisin (%)

0,84

Metionin (%)

0,39

Tabel 2. Komposisi Multi Functional Feed fase finisher


Bahan pakan (feedstuff)

Susunan pakan basal (%)


(formulation of basal diet (%))
Finisher 3-6 minggu

Jagung

43,50

Dedak

12,75

Sorghum

14.25

Tepung Ikan

1,00

Daun Kelor

11,00

14

Kunyit

1,50

Cacing Tanah
Jumlah

16,00
100,00

Kandungan nutrien (nutrient content)


Metabolizable energy (ME)(Kcal/kg)

3120,20

Protein kasar (%)

20,86

Lemak kasar (%)

4,73

Serat kasar (%)

5,15

Ca (%)

0,13

P (%)

0,26

Lisin (%)

0,75

Metionin (%)

0,35

4.3 Mekanisme Kerja Multi Functional Feed


Multi Functional Feed memiliki karakteristik fungsional yang didapat dari
pakan tambahannya yang berupa daun kelor, kunyit dan cacing tanah.
1. Daun kelor : memiliki kandungan protein tinggi yang akan mencukupi
kebutuhan protein tubuh ayam, sehingga pertumbuhan ternak akan semakin
cepat. Daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino esensial
yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan broiler.
2. Kunyit: Mengandung kurkumin yang berfungsi yang dapat merangsang
dinding kantung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu dan
merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase,
lipase, dan protease untuk meningkatkanpencernaan karbohidrat, lemak,
dan protein. Peningkatan enzim-enzim pencernaan akibat pemberian kunyit
tersebut menyebabkan proses pencernaan broiler lebih baik dalam mencerna
ransum, sehingga kecernaan ransum akan meningkat dan mengakibatkan
saluran pencernaan broiler lebih cepat kosong dan pada akhirnya konsumsi
ran sum broiler akan meningkat. Selain itu dalam kunyit juga mengandung
minyak astiri yang bermanfaat meningkatkan nafsu makan ternak.
3. Cacing tanah : Mengandung lumbricin yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan antibiotik alami, karena memiliki daya hambat terhadap mikroba
patogen sehingga imunitas ternak meningkat. Lumbricin dari cacing tanah

15

dapat merusak dinding serta membran sel dari bakteri. Membran sel bakteri
sendiri berfungsi sebagai pembungkus sitoplasma dan isinya. Dimana di
dalam organel-organel

tersebut bakteri melaksanakan proses yang

dibutuhkan dalam hidupnya, seperti pertumbuhan sel, metabolisme, serta


replikasi. Maka apabila membran sel rusak atau pecah maka sel bakteri juga
akan ikut rusak atau mati. Sehingga, apabila bakteri pathogen mati maka
kesehatan sistem pencernaan ternak dan imunitas ternak juga akan terjaga,
serta pertumbuhan ternak pun juga tidak akan terganggu.

16

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah :
1. Multi Functional Feed merupakan pakan fungsional berbasis natural
obstretic berbentuk tepung untuk ayam broiler. Disebut pakan fungional
karena selain bisa untuk memenuhi kebutuhan asupan nutrisi dari ayam
broiler, pakan juga bisa berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan dan
kecernaan

pakan,

meningkatkan

imunitas

ternak,

mempercepat

pertumbuhan ternak, serta sebagai antibiotik alami untuk ternak. Serta


disebut natural obstretic karena Multi Functional Feed dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan alami.
2. Multi Functional Feed tersusun dari bahan pakan utama yaitu jagung,
dedak, sorghum, tepung ikan, serta daun kelor, kunyit, dan cacing tanah
sebagai bahan pakan tambahan.
3. Dengan penggunaan Multi Functional Feed dalam pemeliharaan ayam
broiler, maka pemberian antibiotic dari bahan kimia sudah tidak diperluka
lagi karena sngat berbahaya bagi konsumen. Selain itu, pembuatan Multi
Functional Feed juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari daun kelor,
kunyit, dan cacing tanah. Tutama daun kelor yang belum dimanfaatkan
dengan maksimal.
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitiaan lebih lanjut untuk menciptakaan formulasi yang
bisa menghasilkan khasiat paling optimal dari kombinasi daun kelor, kunyit
dan cacing tanah.

17

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. 2009. Efektifivitas Betain Pada Pakan Ayam Broiler Rendah Metionin
Berdasarkan Parameter Berat Badan dan Karkas. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Solo.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutahir Ilmu Makanan Ternak Unggas.Universitas
Indonesia Press. Jakarta. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum.Cetakan
kelima. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Dep. Kes. RI. (2000). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik

Indonesia.

Hayati, Septi Nur., Herdian, Hendra., Damayanti, Ema., Istiqomah, Lusy dan
Julendra,

Hardi.

2011.

Profil

Asam

Amino

Tanah(Lumbricus Rubellus) Terenkapsulasi


Drying. Jurnal Teknologi Indonesia, Volume

Ekstrak

Dengan

Cacing

Metode

Spray

34, Edisi Khusus: 1-7.

Julendra, Hardi, Zuprizal2, dan Supadmo. 2010. Penggunaan Tepung Cacing


Tanah (Lumbricus rubellus) Sebagai
Produksi Ayam

Aditif

Pakan

Terhadap

Penampilan

Pedaging, Profil Darah, Dan Kecernaan

Protein.

Buletin Peternakan 34 (1): 21-29


Krisnadi, A.D. 2015. Kelor Super Nutrisi. Morindo : Blora, Jawa Tengah
Kumar, V. K, and S. K. Sharnya. 2006. Antioxidant Studies on some Plants. A
Review. Hamdard Medicus. XLIX (4): 25 36. London.
Musianto, Lukas S. 2002. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan
Kualitatif

dalam Metode Penelitian.

Jurnal

Manajemen

&

Kewirausahaan 4 (2): 123-136 Ratri, Maria Elga. 2014. Produksi Ayam


Potong 2,4 Miliar Ekor.

http://Kontan.co.id [28

Juli 2015]

Resnawati, Heti. 2004. Bobot Potongan Karkas Dan Lemak Abdomen Ayam Ras
Pedaging

Yang Diberi

Ransum

Mengandung

Tepung

(Lumbricus rubellus). Seminar Nasional Teknologi Peternakan


Veteriner : 473-478
Rukmana. 1994. Kunyit. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogyakarta.
___________. 2005. Temu Hitam. Yogyakarta: Kanisius

Cacing

Tanah
dan

18

Saefullah, M. 2006. Suplementasi Tepung Jangkrik Dalam Ransum Komersial


Terhadap

Performa Ayam Petelur [skripsi]. BOGOR: Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian

Bogor.

Shankaracharya, N.B. dan C.P. Natarajan. 1977. Role of Species in Health. J. Food.
Scie.:99-120
Sihombing, Wara Pratitis dan Ginanjar Arya Dewangga. 2010. Pengaruh
Penggunaan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap
Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan

Organik

Ransum

Domba

Lokal Jantan. Caraka Tani XXV 1: 79-86


Sjofjan, O. 2008. Efek Pengunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam
Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner
Sofyan, A., E. Damayanti Dan H. Julendra. 2010. Aktivitas Antibakteri dan Retensi
Protein

Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) sebagai Pakan

Imbuhan dengan Taraf

Penambahan Kitosan. JITV 13 (3): 182-188

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan Kelima.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Utami, Eka Rahayu. 2011. Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi.
Antibiotika,

Resistensi 1 (4): 191-198

19

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Ketua Kelompok dan Anggota


1. Daftar Riwayat Hidup Ketua Kelompok
A. Identitas Diri
1.

Nama Lengkap

Rufii

2.

Jenis Kelamin

Laki laki

3.

Program Studi

Ilmu Peternakan

4.

NIM

145050100111127

5.

Tempat dan Tanggal Lahir

Tuban, 12 November 1995

6.

E-mail

rufii.ub1995@gmail.com

7.

Nomor Telepon/HP

085648113847

B. Riwayat Pendidikan
SD

SMP

SMA

Nama Institusi

SDN Kapu 2

SMP Negeri 4 Tuban SMAN 3 Tuban

Jurusan

IPA

Tahun Masuk-Lulus

2001-2007

2007-2010

2010-2013

C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi


atau stitusi lainnya)
No

Jenis Penghargaan

Institusi pemberi penghargaan

Tahun

Finalis PIMB

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2014

Finalis PKM Rektor Cup Universitas Brawijaya

2014

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Full Paper Pekan Riset dan Ilmiah Mahasiswa
(PRISMA) 2016.
Malang, 21 Juli 2016
Pengusul,

(Rufii)

20

2. Daftar Riwayat Hidup Anggota 1


A. Identitas Diri
1.

Nama Lengkap

Mifrotul Komariyah

2.

Jenis Kelamin

Perempuan

3.

Program Studi

Ilmu Peternakan

4.

NIM

155050100111034

5.

Tempat dan Tanggal Lahir

Kediri, 15 Mei 1998

6.

E-mail

mifrotul1998@gmail.com

7.

Nomor Telepon/HP

085646172646

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi

SD

SMP

SMA

SDN

SMPN 2 Kepung SMAN 1 Kandangan

Damarwulan 2
Jurusan

Tahun Masuk-Lulus 2003-2009

IPA

2009-2012

2012-2015

C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi


atau stitusi lainnya)
No

Jenis Penghargaan

Institusi

pemberi Tahun

penghargaan
1
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Full Paper Pekan Riset dan Ilmiah Mahasiswa
(PRISMA) 2016.
Malang, 21 Juli 2016
Pengusul,

(Mifrotul Komariyah)

Anda mungkin juga menyukai