Anda di halaman 1dari 2

Sekilas Tentang Pendidikan Transformatif

Paulo Freire
oleh: Tarsi Hurmali
Pengantar

SALAM #5

desember 2003

Ada penilaian yang keras terhadap pendidikan kita dewasa ini,


bahwa pendidikan itu mengasingkan manusia dari dunia di mana ia
hidup. Pernah ditulis sebuah buku berjudul Bebas dari Sekolah
(Ivan Illich), dan pernah saya lihat sebuah baju kaos yang dipakai
seorang teman dengan tulisan yang berbunyi Sekolah itu Menindas.
Bahkan beberapa aktivis menilai bahwa pendidikan dewasa ini adalah
Dari, Oleh dan Untuk Kapitalis Semata! Pendidikan yang demikian
membiarkan saja situasi sekarang ini sebagaimana ia tampil saat ini,
tanpa bisa dirubah. Pendidikan demikian dinilai tidak transformatif;
transformatif artinya bersifat merubah bentuk/keadaan.
Bapak Paulo Freire, seorang pemikir dan praktisi pendidikan
asal Brasil mewariskan kepada kita sejenis pendidikan yang disebut
Pendidikan Kerakyatan, yang popular di Amerika Latin, Filipina dan
Afrika Selatan. Di dalam model pendidikan seperti ini beberapa hal
yang dikhawatirkan di atas coba diatasi.
Sederhananya, Pendidikan Kerakyatan adalah upaya
masyarakat untuk memperoleh pengetahuan yang ada dan sekaligus
membangun suatu pengetahuan baru untuk menata kembali
masyarakat, sehingga semua akan memperoleh peluang mendapat
hidup yang seutuhnya. Pendidikan
Kerakyatan mengakui adanya energi
dan potensi di dalam diri orang per
orangan dan komunitas, berupaya
memberdayakan energi dan potensi itu
demi terciptanya kontribusi maksimum
bagi proses pembangunan sebuah
masyarakat baru, di mana di dalamnya
semua orang bisa memenuhi kebutuhan
manusiawi yang mendasar.

yang membangkitkan energi alami di dalam diri manusia disebut Freire


sebagai Tema-tema Generatif. Dan untuk membangkitkan tematema generatif ini dikembangkan sebuah metode yakni Survei
Mendengarkan.
3. Pendidikan itu harus mengedepankan dialog, pendidikan bukan bank,
di mana tinggal dipindahkan dari satu sumber (ahli) kepada orang
lain. Saat ini tumbuh kesadaran baru bahwa untuk semua masalah
yang dihadapi manusia, tidak ada ahli yang memiliki semua jawaban.
Dalam bidang pembangunan, tidak jarang ditemukan bahwa mereka
yang disebut ahli juga salah, dan bisa berulang kali nasihatnya
hanya bermuara pada kemiskinan yang lebih besar. Karena tidak
seorang pun punya jawaban yang paling benar, maka kita butuh
setiap orang untuk memberikan jalan keluar. Partisipasi lokal amat
penting untuk pembangunan yang efektif. Seorang pekerjapembangunan tentu saja karena itu amat perlu belajar tentang
bagaimana membangun dialog yang efektif.

4. Pendidikan itu seharusnya menghadapkan seseorang kepada


masalah dan mengajak peserta didik ke penemuan solusi masalah.
Saat kita telah mengumpulkan tema-tema
generatif dari sebuah komunitas maka
berikutnya kita memerlukan suatu cara
konkrit untuk bagaimana mempresentasikan pengalaman-pengalaman
sehari-hari dari yang disebut masalah
itu, kepada kelompok. Di sini bisa
digunakan poster, drama, foto, slide,
nyanyian, permainan simulasi untuk
mencapai perhatian yang sungguh
terfokus dari setiap orang terhadap
suatu masalah. Alat-alat bantu ini
Beberapa Prinsip
disebut Kode-kode. Alat-alat bantu
ini akan sungguh-sungguh tambah
Ada beberapa prinsip dasar dari
membangkitkan lagi energi di dalam
Pendidikan Kerakyatan Freire yang amat
diskusi-diskusi kelompok, ceramah, dll.
berguna diketahui oleh pekerja
Dengan alat-alat bantu ini, petugas
pengembangan, bila mereka ingin
tidak perlu menjelaskan terlalu
memainkan peranan dalam pendidikan yang
banyak, cukup dengan pertanyaan
transformatif:
penuntun diskusi saja. Peserta akan
diajak untuk sungguh-sungguh
1. Tujuan pendidikan itu adalah sebuah
masuk jauh ke akar persoalan dan
transformasi radikal, atas kehidupan kita
menantang
mereka
untuk
sendiri, komunitas, lingkungan dan seluruh
menemukan jalan keluar (bukan
masyarakat. Keadaan yang dialami
fasilitator yang memberi jalan
sekarang di suatu tempat bukan keadaan
keluar). Dalam kata-kata Freire
Foto : Paulo Freire, Bapak Pendidikan (1921-1997).
final yang tak bisa dirubah. Keadaan itu
sendiri: Pendidikan penguakan
dok: PFK-Jerman.
harus dirubah, secara radikal, artinya harus
masalah itu bersifat kenabian,
dirubah dari akar-akarnya, yaitu nilai
dan karena itu mengandung
dominan masyarakat industri barat yang
harapan dan berkaitan dengan
bertampang rakus dan ingin menguasai
alam kesejarahan manusia. Pendidikan seperti itu
segalanya, termasuk manusia lain. Untuk
mempertegas bahwa manusia mengangkat dirinya sendiri (ke
menghadapinya kita perlu masuk jauh ke dalam nilai spiritual dasar
arah lebih baik), bergerak maju dan melihat ke depan bagi yang
yang diperjuangkan oleh semua agama, seperti kerja sama dan
melihat ke belakang, itu seharusnya hanya sebagai sarana
keadilan.
memahami secara lebih jelas apa dan siapakah mereka, sehingga
secara lebih bijaksana mereka membangun masa depan mereka.
2. Pendidikan itu harus relevan, sampai mempertimbangkan emosi
(Buku: Pedagogy of the Oppressed, hal. 57).
dan perasaan manusia demi pemberdayaan. Pada saat ini semua
orang berpikir bahwa pendidikan itu relevan, tetapi siapa yang
5. Bahwa tindakan refleksi-aksi-refleksi, dan seterusnya adalah proses
memutuskan bahwa itu relevan? Relevansi tidak bisa ditentukan
sentral dalam transformasi masyarakat. Di dalam aksi dan refleksi
oleh orang luar, tetapi oleh masyarakat itu sendiri. Untuk itu, Freire
itu orang akan melihat kembali apa yang telah dilakukan dan dicapai,
menggali emosi dan perasaan terdalam/terkuat manusia: harapan,
apa yang berhasil dan gagal dan berpikir tentang bagaimana
kecemasan, ketakutan, kemarahan, kegembiraan dan duka cita. Ini
mengatasi masalah dan meningkatkan keberhasilan, yang kemudian
semua dibawa ke permukaan untuk membunuh sikap apatis, sikap
dikonkretkan dalam rencana baru, dan rencana baru itu dilaksanakan,
yang bagi Freire bukan sikap alami, tetapi yang harus dibunuh
dilihat kembali, dianalisis dan ditemukan jalan keluar baru. Begitu
dengan mengembankan energi alami di dalam diri manusia. Isu-isu
seterusnya sebagai proses tiada henti. Di dalam proses berpikir

itu kelompok bisa belajar dari pengalaman dan pengetahuan dari


luar, sebagai input (misalnya dari slides, video, ayat-ayat Kitab
Suci, dll). Input dari luar tersebut harus hanya berupa titik awal
untuk diskusi berikutnya, bukan kata akhir.

Arah diskusi
Ketika kelompok belajar sudah berada dalam situasi enak,
barulah fasilitator mempresentasikan alat bantu kode-kode. Ada enam
langkah dasar di sini: 1) deskripsi, 2) analisis pertama, 3) hubungkan
dengan situasi hidup nyata, 4) analisis lebih dalam, 5) temukan masalah
dan konsekuensi lain bila hal-hal tersebut tetap seperti itu, 6)
perencanaan aksi oleh mereka sendiri. Keseluruhan proses ini
mengembangkan kesadaran kritis akan situasi kelompok sendiri,
merangsang untuk penemuan solusi untuk masalah mereka sendiri.
Ini adalah dasar dari apa yang disebut konsiensias, penyadaran,
sebuah langkah dasar dalam metode-metode Freire.

6. Bahwa sebetulnya tidak ada pendidikan yang netral begitu saja.


Semua orang sudah dan pasti terkondisi oleh pengalaman dan
pentinglah untuk secara kritis menilai bagaimana semua itu
mempengaruhi orang lain di dalam keseluruhan proses. Kita perlu
mengecek sejauh mana pendidikan kita hanya menjinakkan
masyarakat untuk secara taat tunduk pada suatu budaya dominan,
dan sejauh mana pendidikan itu
membebaskan mereka sehingga
Paulo Freire
mereka kritis, kreatif, bebas, aktif
dan bertanggung jawab. Kalaupun
ada fakta-fakta yang obyektif tidak
terbantahkan, semua itu hanya Mungkin, pemikir yang paling berpengaruh
berarti kalau dilihat hubungannya terhadap pendidikan di abad ke-20 adalah
dalam keseluruhan.
Ringkasan Langkah demi
Langkah Penerapan Metode ini
Survei dengan cara mendengarkan
Perlu dilakukan oleh tim yang
peka, tidak diarahkan kepada
pertanyaan dan hasil jawaban
tertentu, tetapi pada percakapan
tidak terstruktur di mana orang
merasa relaks, santai, tidak takut,
bisa di atas bis, di warung kopi, pasar,
di kali tempat cuci menimba air, dll.
Analisis materi hasil survei
Informasi dari tahap sebelumnya dilihat secara kritis. Apa
informasi yang dibicarakan dengan
penuh semangat dan emosi oleh
orang-orang tadi? Apakah isu-isu
yang terdengar berkaitan dengan
masalah ketahanan hidup, pengambilan keputusan ataukah nilai-nilai?

Paulo Freire. Paulo Freire terutama populer


di kalangan pendidik informal karena
tekanannya pada dialog dan perhatiannya
pada yang tertindas.
Paulo Freire (1921-1997), seorang pendidik
asal Brasilia, berjasa secara berarti
terhadap pemikiran tentang praktek
kemajuan. Sekarang ini bukunya Pedagogy
of the Oppressed (Pedagogi bagi Orang
yang Tertindas) merupakan teks pendidikan
yang paling banyak dikutip (terutama di
Amerika Latin, Afrika dan Asia). Freire
mampu mempergunakan dan merangkaikan
sejumlah aliran pemikiran tentang praktek
pendidikan dan pembebasan. Mungkin saja
Freire bukan pemikir tentang pendidikan
yang paling penting pada abad ke-20, tetapi
beliau pasti membuat sejumlah
pembaharuan teoritis penting, yang
membawa dampak yang cukup besar
terhadap perkembangan praktek pendidikan,
dan khususnya terhadap pendidikan informal
serta pendidikan rakyat. (sumber: INFED)

Persiapan alat bantu penguakan


masalah
Tim kemudian menyiapkan alat
bantu kode-kode untuk membantu
diskusi di dalam kelompok-kelompok
belajar. Bisa berupa poster, gambar
biasa, lagu-lagu, cerita pendek, dll.
Kode itu harus betul memilih tema
paling penting yang menimpa
pengalaman masyarakat dan harus
dipresentasikan sedemikian rupa
sehingga kode itu akrab dengan peserta (misalnya: kalau kodenya
sebuah lagu, jangan pakai lagu berbahasa asing atau lagu dari luar,
yang tidak dikenal oleh orang di sana, betapapun itu representatif) .

Beberapa prinsip dan langkah


Freire dalam uraian singkat di atas
kiranya sudah pernah diterapkan oleh
beberapa aktivis dalam memfasilitasi
diskusi, misalnya fasilitator tidak boleh
banyak bicara. Juga prinsip refleksi
dan aksi, paling kurang di dalam kegiatan-kegiatan evaperca (evaluasi
dan perencanaan).
Yang menarik bagi saya adalah cara Freire untuk membangkitkan
emosi dan perasaan peserta dengan alat bantu kode-kode
penguakkan masalah di atas. Kiranya para penggerak lapangan bisa
belajar atau memperdalam metode ini. Jangan kaget bahwa bisa saja
tema-tema generatif yang diutamakan berada jauh dari proyek yang
anda sedang rencanakan.
Tarsi Hurmali
Yayasan Ayo Indonesia
Jl. Ahmad Yani no. 12
Ruteng, Manggarai, NTT
Disarikan dari:
Anne Hope and Sally Timmel,
Training for Transformation, A Handbook for Community Workers,
Intermediate Technology Publications Ltd, London, 1999.
Bacaan lain yang bagus tentang ringkasan pemikiran Freire adalah
Denis Collins, Paulo Freire, Kehidupan, Karya dan Pemikirannya,
APIR/Pustaka Pelajar, Yogya 1999.

desember 2003

Peran fasilitator
Peran utamanya adalah membantu peserta untuk menguak
situasi. Mereka akan lebih ingat apa yang pernah mereka sebut dan
temukan sendiri daripada apa yang disebut dan ditemukan orang lain.
Karena itu fasilitator tidak boleh banyak bicara, hanya siapkan
beberapa pertanyaan yang tepat. Ia harus sensitif terhadap dinamika
kelompok, bangkitkan yang berdiam diri dan dengan cara baik
mengendalikan yang banyak omong.

Penutup

SALAM #5

Kelompok belajar
Di dalam kelompok belajar orang diberi kemungkinan berbicara
menggunakan kata-kata mereka sendiri, bukan kata-kata orang
lain. Peserta diperbolehkan menolak sebuah ide pada awalnya, karena
kemudian dengan itu ia lebih bebas menerima ide itu kalau masuk akal,
daripada memaksakannya sejak awal. Kesalahan tidak boleh diolokolok (diremehkan), tetapi menjadi landasan untuk belajar lebih lanjut.

Refleksi dan Aksi


Setelah sesuatu yang kongkrit
telah direncanakan untuk mengatasi
suatu masalah, maka fasilitator harus
sungguh mendorong, berperan serta
secara penuh di dalamnya, dan
membantu dalam mengevaluasi
langkah itu setelahnya. Proyek tidak
merupakan tujuan akhir di dalam dirinya
sendiri. Proyek adalah awal dari
sebuah proses untuk sebuah
kesadaran kritis dan selalu perlu dilihat
dalam sorotan seperti itu. Sangat
diperlukan merefleksi faktor lain di luar
yang ikut berpengaruh, seperti
kebijakan pemerintah. Mengkaitkan
misalnya anggaran daerah, kebijakan
sosial dan perdebatan politis dengan
diskusi-diskusi di tingkat lokal kita,
membentuk suatu pertautan vital di
dalam kesadaran komunitas untuk
sebuah perencanaan strategis masa
depan.
Fasilitator berperan amat
penting, khususnya ketika sebuah
rencana aksi ternyata gagal. Tetap
mendorong kelompok agar tidak
menyerah, tetapi kembali membuat
analisis dan perencanaan baru. Ketika
kelompok sudah betul masuk ke dalam
lingkaran refleksi adan aksi, sebuah
proyek akan masuk ke proses
transformasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai