Ahmad Fatoni
Pengajar Pendidikan Bahasa Arab UMM
Saat seorang anak mulai tumbuh dan berkembang menuju tahap remaja, ia
sedang mengalami perubahan status sosial dari anak menjadi remaja. Pada perubahan
setatus itulah seorang remaja mengalami krisis identitas sehingga mudah sekali
terinfeksi oleh berbagai virus informasi yang ada di sekitarnya. Tidak jadi soal bila
informasi yang diterimanya bersifat positif, namun yang sering terjadi adanya
informasi negatif yang diserap kaum remaja sehingga mendorong melakukan
perbuatan yang justru membahayakan dirinya, seperti pacaran yang kelewat batas,
mengonsumsi narkoba, kebut-kebutan, menonton film porno dan perilaku tak pantas
lainnya. Keadaan ini akan semakin parah jika para remaja kurang mendapat perhatian
penuh dari orangtuanya.
Kenakalan remaja senyatanya bukanlah suatu problem sosial yang hadir di
ruang hampa, akan tetapi timbul karena beberapa kondisi yang berkaitan, bahkan
mendukung kenakalan tersebut. Di antaranya, kehidupan keluarga yang broken home
dan tidak harmonis memberi dorongan kuat sehingga anak mejadi nakal. Selain itu,
kondisi lembaga pendidikan formal yang buruk juga berpengaruh terhadap terjadinya
kenakalan remaja.
Pada lembaga-lembaga pendidikan formal, terdapat anak-anak baik kemudian
menjadi nakal karena pengaruh teman-teman di sekolah yang memang sudah nakal
duluan. Demikian pula keadaan lingkungan dengan kondisi negatif akan memicu
proses terjadinya kenakalan remaja. Anak-anak dikatakan nakal apabila melakukan
tindakan tercela yang bertentangan dengan nilai-nilai susila dan agama.
Solusi Mengatasi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja apa pun bentuknya mempunyai dampak negatif, baik bagi
masa depan remaja itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Karena itu, setelah diketahui bentuk-bentuk kenakalan remaja dan faktor
penyebabnya, langkah yang tepat selanjutnya adalah mencari cara terbaik untuk
menemukan jalan keluarnya.
Ada tiga tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu:
(1) Tindakan preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya
kenakalan remaja. Usaha-usaha yang dilakukan bisa melalui pendidikan informal
(keluarga) seperti menanamkan pendidikan agama sejak dini sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, pendidikan formal (sekolah) seperti pelaksanaan kurikulum
yang memerhatikan keseimbangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, atau
juga melalui pendidikan nonformal seperti mengisi waktu senggang dengan aktivitas
yang bermanfaat.
(2) Tindakan represif, yakni tindakan untuk menindak kenakalan remaja
seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan remaja yang lebih
berat. Tindakan represif ini ditujukan kepada remaja yang melakukan kenakalan dan
melanggar hukum, atau orang yang secara langsung membantunya, atau menjadi
penyebab sehingga remaja berbuat pelanggaran.
(3) Tindakan kuratif, yakni melakukan rehabilitasi akibat perbuatan nakal,
terutama indvidu yang telah melakukan pelanggaran. Tindakan ini merupakan
pembinaan khusus untuk menanggulangi problem kenakalan remaja sembari
memberikan fasilitas agar remaja tersebut dapat kembali bersikap secara wajar dan
memeroleh kedudukannya yang layak di tengah pergaulan sosial.
Tanggungjawab Keluarga
Mengutip
Zakiah
Dadjat
(1997),
terdapat
tiga
lingkungan
yang
paling menentukan, apakah seorang anak akan tumbuh menjadi remaja yang
bermanfaat atau tidak bagi masyarakat.
Keluarga adalah lingkungan pertama tempat remaja melakukan komunikasi dan
sosialisasi dengan manusia lain selain dirinya. Di dalam keluarga pula, remaja untuk
pertama kalinya dibentuk, baik sikap maupun kepribadiannya. Keluarga memang
mempunyai fungsi yang sangat unik sekaligus dinamis, ia memiliki peran sosial,
peran pendidikan, juga peran penanaman nilai-nilai keagamaan. Demi mengatasi
kerusakan moral yang melanda sebagian besar kaum remaja diperlukan pembinaan
yang intensif, salah satunya melalui pendidikan akhlak dalam keluarga.
Yang
pasti,
kondisi
kenakalan
remaja
belakangan
ini
memerlukan
penanggulangan secara serius. Berbagai pihak seperti orangtua, guru, pendidik dan
siapa pun saling bersinergi dalam membentuk akhlak remaja hingga menjadi generasi
yang cerdas otaknya dan cerdas budi pekertinya. Tanpa sinergitas semua pihak, sulit
dibayangkan begaimana kondisi remaja mendatang sebagai pengganti orangtua
sekarang. Bahkan jika kondisi remaja selama ini dibiarkan, harapan akan lahirnya
remaja ideal yang kelak mampu memimpin bangsa tampaknya hanya utopis belaka.