Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk menciptakan
M. Rizal Arif, Analisis Kepemilikan Hak Atas Tanah Satuan Rumah Susun Dalam
Kerangka Hukum Benda, Bandung, Nuansa Aulia, 2009, hlm 13.
5
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Dr. Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta, Kencana
Prenada Group, 2010, hlm 75.
7
A.P.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman dan
Undang-Undang Rumah Susun, Bandung, Mandar Maju, 2001, hlm 91.
8
M. Rizal Arif, Analisis.Op.Cit., hlm 15
penataan atas tanah sehingga pemanfaatannya betul- betul dapat dirasakan oleh
masyarakat banyak. Dengan demikian di kota-kota besar perlu diarahkan
pembangunan perumahan dan permukiman yang diutamakan sepenuhnya pada
pembangunan rumah susun. 9
Pembangunan rumah susun menjadi solusi bagi penataan kawasan kumuh.
Menurut Lampiran Perpres No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM), menyebutkan bahwa di wilayah perkotaan telah
meningkat luas permukiman kumuh dari 40.053 Ha pada tahun 1996 menjadi
47.500 Ha pada tahun 2000. Pembangunan rumah susun juga akan membantu
mengatasi kemacetan lalu lintas dan dapat menekan serta menghemat biaya
transportasi yang pada akhirnya dapat menekan inefisiensi di dalam pembangunan
ekonomi Indonesia. 10
Di samping itu, rumah susun dibangun sebagai upaya pemerintah guna
memenuhi masyarakat perkotaan akan papan yang layak dalam lingkungan yang
sehat. Selain itu, hal ini juga dijadikan sebagai salah satu alternatif pemecahan
masalah pengadaan lahan yang sangat sulit didapat di wilayah- wilayah kota-kota
besar di Negara berkembang, seperti Indonesia yang sangat padat penduduknya
akibat urbanisasi, misalnya yang terjadi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang,
dan Medan.
Guna memenuhi kebutuhan penting masyarakat perkotaan tersebut di atas,
dibentuklah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.
10
11
11
rumah untuk rakyat kebanyakan yang digunakan sebagai tempat hunian menjadi
pertimbangan diterbitkannya undang-undang tersebut. 12
Berdasarkan tujuan pembentukan UURS, sekaligus diketahui bahwa latar
belakang pembangunan rumah susun adalah sebagai berikut
1.
13
UURS
menegaskan
keberpihakan
untuk
mengutamakan
tersebut tidak hanya untuk hunian namun juga untuk usaha ataupun perindustrian.
Berbeda pendapat dengan A.P Parlindungan sebelumnya, Boedi Harsono
mengatakan bahwa walaupun tujuan utama disusunnya UURS adalah untuk
12
untuk
dihuni,
terutama
bagi
golongan
masyarakat
berpenghasilan rendah, namun ketentuan-ketentuannya dengan penyesuaianpenyesuaian seperlunya, menurut pasal 24 undang-undang rumah susun ini dapat
diberlakukan juga untuk bangunan-bangunan bagi keperluan lain, seperti
perkantoran dan pertokoan, dan lain sebagainya. Demikian pun ketentuanketentuan undang-undang rumah susun tersebut dapat diberlakukan juga bagi
pembangunan rumah susun yang terdiri atas satuan rumah susun mewah. 14
Pertumbuhan bangunan bertingkat untuk hunian atau usaha akan semakin
bertambah pesat, seiring semakin pesatnya pertumbuhan penduduk perkotaan
yang semakin meningkat pendapatan per kapitanya. Di Kota Medan misalnya,
bangunan bertingkat telah menjamur memenuhi kota. Di antaranya merupakan
tempat usaha atau pusat perbelanjaan yang juga dikategorikan sebagai rumah
susun, seperti Cambridge Square City, J.W Marriot dan lain-lain. Dikatakan
demikian karena sertifikat atas bangunan bertingkat tersebut merupakan sertifikat
rumah susun yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan.
Namun peraturan yang ada saat ini tidaklah melaju secepat perkembangan
jaman. Undang Undang Nomor 16 tahun 1985 tersebut dianggap tidak memadai
lagi untuk menghadapi tuntutan demi tuntutan akan kebutuhan setiap orang
terutama tempat tinggal yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah
dan partisipasi masyarakat serta tanggung jawab dan kewajiban Negara dalam
penyelenggaraan rumah susun. Untuk itu perlu diadakan penyempurnaan
14
Ibid, hlm. 1
B.
Permasalahan
Berdasarkan pada pengamatan penulis yang bersumber dari beberapa
1.
2.
3.
C.
berikut:
a. Untuk
mengetahui
perkembangan
pengaturan
hukum
tentang
b. Secara praktis
Secara praktis penulisan skripsi diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi siapapun yang memiliki ketertarikan pada bidang
agraria, khususnya mengenai pelaksanaan pembangunan rumah susun di
Indonesia.
D.
Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
E.
Tinjauan Kepustakaan
Untuk memberikan pemahaman terhadap penelitian ini, berikut akan
Metode Penelitian
Untuk dapat merampungkan penyajian skripsi ini dan agar dapat
memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah, diperlukan data yang relevan dengan
skripsi ini. Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan itu, maka diterapkan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
1.
Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris, menggunakan studi lapangan
(field research) sebagai sumber data utama dari penelitian, dan menggunakan
studi literature sebagai data sekunder, mengambil lokasi kota Medan yang
mencakup 21 kecamatan dengan luas wilayah 265,10 km2.
2.
Sumber data
Isi atau materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder. Adapun data
15
Roni Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 1988, hlm 64.
oleh pihak yang berwenang. 16 Bahan hukum primer dalam tulisan ini
diantaranya UUD 1945.
3.
berupa:
a. Studi dokumen (Library Research)
16
Yaitu dengan mempelajari, mengumpulkan dan/atau mengutip bahanbahan bacaan yang bersifat teoritis ilmiah baik milik umum maupun milik
instansi terkait terkait, data dari arsip instansi pemerintahan yang
berwenang dalam bidang pembangunan bangunan bertingkat, dan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bangunan bertingkat.
b. Wawancara dan observasi (Field Research)
Yaitu dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan pejabat
dari instansi yang berwenang dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional
Kantor Wilayah Sumatera Utara dan Kantor Pertanahan Medan mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan pendaftaran bangunan bertingkat di
Kota Medan.
4.
Analisis penelitian
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau bahan yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku
baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil
dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk
peraturan perundang-undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai
berikut: 19
19
elektronik,
dokumen-dokumen
pemerintah
dan
peraturan
perundang-undangan
c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah
yang menjadi objek penelitian.
G.
Sistematika Penulisan
Sebagai karya ilmiah, skripsi ini memiliki sistematika yang teratur,
2.
Rumah Susun, Penerapan Asas dalam Hukum Tanah pada Konsep Rumah
Susun, Tanah Untuk Pembangunan Rumah Susun, serta Prinsip Nasionalitas
Pembangunan Rumah Susun.
3.
BAB
III
BANGUNAN
BERTINGKAT
DAN
PENGATURAN
5.
BAB V PENUTUP, dalam bab ini memuat Kesimpulan dan Saran sebagai
hasil dari pembahasan skripsi ini secara keseluruhan.