Anda di halaman 1dari 3

Jantung koroner, jangan berujung gagal

jantung
Written by Irfan Arief
Wednesday, 07 January 2009
WHO memperkirakan 15 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung setiap
tahun, sama dengan 30 persen total kematian di dunia. Tujuh juta orang lebih kematian
diantaranya akibat penyakit jantung koroner, 500 ribu akibat stroke dan 691 juta
mengalami hipertensi.
Wimar Witoelar kini giat berenang setiap hari. Namun mantan juru bicara Presiden
Abdurachman Wahid ini tak lagi menekuni tenis kegemarannya karena masalah
punggung. Mantan pembawa acara Perspektif berolahraga ini memang ingin lebih sehat
setelah didera penyakit jantung. Setahun lebih terakhir ini ia tidak terlalu aktif bekerja.
Penyakit jantung pernah diderita ketika masih sibuk bekerja. Dalam general check up
tahun 1990 ia didiagnosis mengalami penyempitan pembuluh darah. Saat itu saya
kelebihan berat badan, merokok dan bekerja yang mendatangkan stres, tututnya. Atas
rekomendasi dr. Kaligis dari RS Pondok Indah Jakarta, Wimar dioperasi bypass di RS
Saint Vincent, Sydney, Australia.
Sejak itu Wimar mendisplin pola makanannya, menghindari lemak dan gula, serta segala
jenis makana yang menimbulkan pengendapan pada pembuluh darah. Ia menkonsumsi
sayuran dan makanan rendah kolesterol. Setiap hari ia juga selalu minum lima macam
obat dari dokter. Kesibukan kerjanya kadang-kadang membuat membuat disiplinnya
melonggar, tidak lagi berolahraga, kurang istirahat, makan banyak dan mengkonsumsi
obat anti depresan.
Akibatnya pada Mei 2001, Wimar terkena serangan jantung itu dan terpaksa dirawat di
ruang perawatan intensif RS Pondok Indah dan kemudian pindah ke RS Jantung Harapan
Kita. Hampir dua bulan perawatan dijalani. Kini Wimar lebih disiplin dalam pola
hidupnya. Tubuhnya tampak lebih langsing dan segar. Gagal jantung yang mengancam
Wimar, dipacu jantung koroner yang sudah terakumulasi sejak lama. Umumnya gagal
jantung yang sering terjadi disebabkan jantung koroner, penyakit yang sampai sekarang
belum tuntas penyelesaiannya, baik di negara maju, maupun di Indonesia.
Jantung yang berukuran sedikit lebih besar daripada kepalan tangan masing-masing ini,
terdiri dari otot yang kuat dan berfungsi sebagai pompa. Jantung memompa darah terus
menerus melalui sistim sirkulasi. Dengan berdenyut kurang lebih 100 ribu kali, jantung
memompa sekitar 2.000 galon (38.000 liter) darah setiap hari. Jantung orang yang berusia
70 tahun berdenyut rata-rata lebih dari 2,5 miliar kali.
Darah yang beredar akan membawa makanan dan oksigen ke semua organ dan jaringan
tubuh, termasuk jantung itu sendiri. Darah ini juga akan membawa produk sisa-sisanya
dari sel-sel tubuh. Produk sisa ini dikeluarkan dari tubuh setelah disaring diginjal, hati dan
paru-paru. Betapa pentingnya fungsi jantung bagi kehidupan. Bayangkan akibatnya bila
daya pompa jantung menurun.

Ada empat faktor risiko jantung koroner yang memacu gagal jantung, yaitu Diabetes
Mellitus (DM), kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) dan merokok.
Semuanya mempercepat perlemakan dan pengapuran pembuluh darah (aterosklerosis),
membuat penyempitan di pembuluh darah koroner (yang mengelilingi otot jantung), otak
(terjadi stroek), atau tungkai (kaki sakit kalau berjalan). Kalau kondisi ini dibiarkan akan
mengakibatkan penyakit jantung koroner dan bila tiba-tiba pembuluh darah tersumbat
akan mengakibatkan serangan jantung (infark miokard akut). Ini yang paling gawat.
Penyakit ini sering berujung maut sebelum penderitanyan dibawa ke rumah sakit.
Umumnya pasien yang sempat dibawa ke rumah sakit tetapi tidak mendapat pengobatan
jantung standar, angka kematiannya 20-30%. Dengan pengobatan khusus, angka kematian
bisa menurun sampai enam persen, kata Ketua PP PERKI, Dr. Sunarya Sorianata, SpJP.
Namun bila kemudian terjadi gangguan irama jantung, pasien bisa meninggal mendadak.
Atau pasien yang sembuh dan keluar dari rumah sakit, tetapi kemampuan jantungnya
memompa darah menurun karena jantungnya membesar, bisa pula gagal jantung.
Kini sekitar 61 juta orang di Amerika Serikat, menderita penyakit kardiovaskular, di
antaranya sakit jantung. Prevalensi kasus gagal jantungnya mencapai dua juta orang
dengan 400 ribu kasus pertahun. Di Indonesia belum ada gambaranpasti tentang
prevalensi penyakit jantung, tutur Sunarya dalam sebuah seminar tentang pencegahan
gagal jantung. Ia melihat di RS Jantung Harapan Kita misalnya, setiap hari ada sekitar
400-500 pasien berobat jalan. Sekitar 65% adalah pasien gagal jantung.
Gejala jantung koroner yang sering muncul adalah sesak nafas karena bila pompa jantung
terganggu, darah dari paru-paru pun tidak mudah mengalir ke jantung, sehingga
terbendung diparu-paru dan menyesakkan nafas. Gejala lain adalah pembengkakan di
perut (karena berisi cairan) atau sulit berjalan. Ini terjadi karena aliran darah ke perut dan
tungkai ketika kembali ke jantung, terhambat oleh daya pompa jantung yang terganggu.
Untuk hipertensi, penduduk Indonesia perlu berhati-hati. Sunarya mengatakan sering
pasien berusia 40 yang terbiasa dengan tekanan darah yang meninggi. Tapi pada usia 55
tahun, hipertensi sudah membuat jantungnya menebal dan melebar, sulit kembali
keukuran normal. Akibatnya daya pompanya menurun terjadilah gagal jantung, tuturnya.
Tentu gaya hidup sehat dapat mencegah semua penyakit ini sejak dini. Pasalnya hampir
semua penyebab faktor risiko itu adalah pola hidup yang buruk, makanan tidak sehat dan
kacau, sert aktivitas fisik kurang. Namun bila penyakit sudah mendera, pasien mesti
menjalani terapi obat, selain kembali ke gaya hidup sehat.
Penelitian dan riset tentang obat jantung sudah menjadi perhatian para ahli sejak lama.
Penyakit kardiovaskular, antara lain penyakit jantung, memang telah mencapai tingkat
epidemi tinggi dan pembunuh nomor satu dunia. Ada beberapa strata terapi obat, yaitu
strata ringan, sedang dan berat. Ada obat yang menangani pembengkakan akibat
akumulasi cairan tubuh sehingga cairan harus dikeluarkan dengan diberi obat yang
menyebabkanb paisen banyak buang air kecil. Ada juga obat yang menguatkan daya

pompa jantung.
Dari dunia pengobatan sudah berhembus angin segar. Misalnya sudah ada obat pencegah
gagal jantung terutama akibat hipertensi dan gangguan koroner, yang digolongkan sebagai
inhibitors ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Obat ini masuk ke Indonesia pada
tahun 1981, dan sudah diadopsi hampir semua tenaga medis yang menangani penyakit
jantung di Indonesia. Obat ini mencegah gagal jantung pada pasien-pasien kardiovaskular
berisiko tinggi.
Penelitian ekperimental dalam studi HOPE (Heart Outcomes Prevention Evaluation)
terhadap lebih dari 9.500 orang paisen di Amerika dan Kanada pada tahun 1993-1999
mengungkapkan, obat ini mampu mengurangi gagal jantung 23%, serta mengurangi
kombinasi kematian kardiovaskular dan gagal jantung 24%. Terbukti obat ini bisa
diberikan kepada pasien ketika penyakit jantung koroner sudah mencapai tahap
penyempitan pembuluh darah, atau sesudah serangan jantung. Artinya, Inhibitors ACE
bisa dicegah serangan jantung atau gagal jantung sejak dini, tanpa perlu menanti gagal
jantung.
Meskipun harganya relatif lebih mahal daripada obat jantung lainnya, penambahan obat
ini ke dalam regimen pengobatan pasien berisiko tidak menambah biaya perawatan,
karena adanya penghematan berupa berkurangnya perawatan rumah sakit dan tindakan
kardiologis. Memang mahal biaya pengobatan penyakit jantung. Tindakan bypass saja,
bisa Rp.90 juta. Biaya pemasangan stent pada penderita penyumbatan pembuluh darah
koroner mencapai Rp.34 juta. Di Amerika tahun lalu, jumlah biaya yang terkait dengan
penyakit ini Rp.329 miliar, termasuk pengobatan dan hilangnya produktivitas.
Terobosan lainnya yang relatif lebih efisien dan aman adalah ozone therapy. Tubuh diberi
ozon dan oksigen dalam jumlah besar terkendali selama sejam, melalui aliran darah lewat
metode apheresis (dialysis), atau cairan infus yang diberi ozon terlebih dahulu. Didalam
tubuh, bakteri, virus, parasit, jamur, atau sel kanker yang dibanjiri oksigen murni
berenergi tinggi dalam jangka waktu tertentu, akan musnah. Dilain pihak oksigen
mengoptimalkan fungsi organ-organ tubuh.
Selama terapi, total darah yang diberi masukan ozon-oksigen itu bisa mencapai 3-4 liter
agar hasilnya lebih optimal. Penurunan kadar kolesterol, asam urat dan kadar gula darah
yang dicapai cukup signifikan. Plak dan kolesterol di saluran pembuluh darah bisa
dihilangkan. Ini sangat baik bagi penderita penyakit jantung dan diabetes. Setelah 5-10
kali terapi, penyempitan pembuluh darah itu akan berkurang tajam, operasi bypass bisa
dihindari dan serangan jantung dapat dicegah. Melihat manfaatnya, Ikatan Dokter
Indonesia DKI Jakarta telah mengeluarkan rekomendasi untuk izin pengoperasian terapi
ozon di Jakarta. (SUSANDIJANI, DANIS PURWONO, DEDDY MACHDAN. Sumber:
Suplemen Koran Tempo, Jumat 26 September 2003, Info kesehatan Hal 5)

Anda mungkin juga menyukai