Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

TRAUMA TUMPUL PADA MATA

DISUSUN OLEH :
IRVAN RAHMAT AMANU 09 - 031
MELISSA RONALDI

09 - 032

JULI JILIANTI

09 - 033

PEMBIMBING :
dr. Helario Hasibuan, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2014

ANATOMI
Sistem mata terbagi atas :
1. Rongga Orbita
2. Bola Mata
3.
Adneksa yang terdiri atas kelopak mata dan sistem air mata (sistem lakrimal) (1) (2) (3)
RONGGA ORBITA
Rongga orbita merupakan suatu rongga yang dibatasi dinding tulang dan berbentuk
seperti piramida berisi empat dengan puncak menuju ke arah foramen optik. Masing-masing
sisi tulang orbita berbentuk lengkung seperti buah peer (jambu) yang menguncup ke arah
apeks dan kanal optik. Dinding medial rongga orbita kanan berjalan kurang lebih sejajar
dengan dinding medial rongga orbita kiri dan berjarak sekitar 25 mm pada orang dewasa. Di
bagian belakang dari ronggaorbita terdapat tiga lubang :
-

Foramen optik yang merupkan ujung bagian orbita kanal optik memberikan jalan

kepada saraf optik,arteri oftalmik dan saraf simpatik


Fisura orbita superior yang dilalui oleh vena oftalmik, saraf-saraf untuk otot-otot mata

(N III, N IV, dan N VI) serta cabang pertama saraf trigeminal


Fisura orbita inferior yang dilalui cabang ke-II N V, saraf maksila serta arteri
infraorbita yang merupakan sensorik untuk daerah kelopak mata bawah, pipi, bibir
atas dan gigi bagian atas. (1) (2) (3)

Sekitar tulang orbita didapatkan ruangan-ruangan seperti rongga hidung dan beberapa sius
yaitu sinus etmoid, sfenoid, frontal, dan maksila. (1) (2) (3)
Isi rongga orbita terdiri atas bola mata dengan saraf optiknya, 6 otot penggerak bola mata,
kelenjar air mata, pembuluh darah cabang arteri oftalmik, saraf kranial III, IV, VI, lemak dan
fasia yang merupakan bantalan untuk bola mata. (1) (2) (3)
Periosteum dinding rongga orbita (periorbita), berjalan dari tepi rongga orbita ke arah kedua
tarsus palpebra bersama dengan ligamen kantus lateral dan medial membentuk septum orbita
yang menutup lubang rongga orbita di bagian depan. (1) (2) (3)
Kapsul Tenon merupakan suatu lapis fasia yang merupakan suatu lapis fasia yang
menyelubungi bola mata dari tepi kornea ke belakang memisahkan bola mata dengan lemak
orbita. (1) (2) (3)

Arteri rongga orbita berasal dari arteri oftalmik sedang venanya masuk ke dalam vena
oftalmik yang melalui fisura orbita superior masuk ke dalam sinus kavernosa. Saraf orbita
bersifat motorik dan sensorik: saraf kranial III, IV dan VI adalah motorik dan mempersarafi
otot pergerakan bola mata. Saraf sensorik adalah cabang pertama dan kedua saraf kranial V.
Ganglion siliar terletak di sebelah luar saraf optik, menerima serabut-serabut motorik saraf
kranial III, sensorik saraf kranial V dan serabut saraf simpatik. (1) (2) (3)

BOLA MATA
Bola mata terdiri atas :
-

Dinding Bola Mata


Isi Bola Mata

1. Dinding Bola Mata


Dinding bola mata terdiri atas:
- Sklera
- Kornea
SKLERA
Sklera merupakan jaringan ikat kolagen, kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm. Di bagian
belakang bola mata saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut lamina
kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul tenon dan di
bagian depan oleh konjungtiva. Di antara stroma sklera dan kapsul tenon terdapat
episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid
oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruang
suprakoroid. (1) (2) (3)

KORNEA
Dinding bola mata bagian depan ialah kornea yang merupakan jaringan yang jernih dan
bening, bentuknya hampir sebagain lingkaran dan sedikit lebih lebar pada arah transversal
(12mm) dibanding arah vertikal. Batas kornea dan sklera disebut limbus. (1) (2) (3)
Tebal kornea (0,6-1,0)mm terdiri atas lima lapisan :
-

Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dan berbentuk epitel gepeng
berlapis tanpa tanduk. Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini.
Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa
sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar sehingga apabila terjadi

kerusakan, akan diperbaikan dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membran tipis
yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk
kornea. Bila terjadi kerusakan pada membran bowran maka akan berakhir dengan

terbentuknya jaringan parut.


Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen
yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea. Di
antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang
menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar
air dalam stroma relatif tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan
penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi
kelebihan kadar air sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam
stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau
jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea
dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan

kornea terlihat keruh.


Membran Descemet
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan
bening; terletak di bawah stroma, lapisan ini merupakan pelindung atau barier infeksi

dan masuknya pembuluh darah.


Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan
kejernihan kornea. Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma

kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan,
endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat
trauma bedah, penyakit intraokular. Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel
berkurang.
Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening selain sebagai dinding, juga
berfungsi sebagai media penglihatan dipersarafi N V. (1) (2) (3)
2. Isi Bola Mata
Isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kaca, dan retina.
-

Lensa
Merupakan badan yang bening, bikonveks dengan ketebalan sekitar 5 mm dan
berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih
melengkung dibanding bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi
lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada
ekuator difiksasi oleh zonula zinn pada badan siliar. Lensa pada orang dewasa terdiri
atas bagian inti(nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras dibanding
korteks. Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin
menipis, sheingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus. Fungsi
lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina. Peningkatan

kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.


Uvea
Walaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan lapisan dinding
kedua dari bola mata setelah sklera dan tenon. Uvea merupakan jaringan yang lunak,
terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan koroid. Iris merupakan membran yang
berwarna, berbentuk sirkular yang ditengahnya terdapat lubang yang dinamakan
pupil. Berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata. Iris
berpangkal pada badan siliar merupakan pemisah antara bilik mata depan dengan bilik
mata belakang. Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai
lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripti.
Jaringan otot iris tersusun longgar dengan otot polos yang berjalan melingkari pupil
(sfringter pupil) dan radial tegak lurus pupil (dilatator pupil). Iris menipis didekat
perlekatannya di badan siliar dan menebal di dekat pupil. Pembuluh darah di
sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang berada dekat badan siliar disebut

sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh nerus nasosiliar cabang dari saraf kranial III yang
bersifat simpatik untuk midriasis dan parasimpatik untuk miosis.
Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai koroid terdiri atas otot-otot
siliar dan prosesus siliaris. Otot-otot siliaris berfungsi untuk akomodasi; jika otot-otot
ini berkontraksi ia menarik proses siliar dan koroid ke depan dan ke dalam,
mengendorkan zonula zinn sehingga lensa menjadi lebih cembung. Fungsi proses
siliar adalah suatu memproduksi cairan mata Humor Akuos. Koroid adalah suatu
membran yang berwarna coklat tua, yang terletak diantara sklera dan retina terbentang
dari ora serata sampai papil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi
-

terutama memberi nutrisi kepada retina bagian luar.


Badan kaca
Mengisi sebagian besar bola mata di belakang lensa, tidak bewarna, bening dan
konsistensinya lunak. Bagian luar merupakan lapisan tipis (membran hialoid). Badan
kaca di tengah-tengah ditembus oleh suatu saluran yang berjalan dari papil saraf optik
ke arah kapsul belakang lensa yang disebut saluran hialoid yang dalam kehidupan
fetal berisi arteri hialoid. Struktur badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan

menerima nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.
Retina
Adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran serabut-serabut
saraf optik letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora
serata. Di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan refleks fovea.
Kira-kira 3 mm ke arah nasal katub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih
kemerah-merahan, disebut papil ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya
masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan
pembuluh darah terminal.
Retina yang mempunyai ketebalan sekitar 1 mm terdiri atas 10 lapisan :
o Membran limitan dalam, merupakan lapisan paling dalam.
o Lapisan serabut saraf, dalam lapisan ini terdapat cabang-cabang utama
o
o
o
o
o

pembuluh retina
Lapisan sel ganglion, merupakan suatu lapisan sel saraf bercabang
Lapisan pleksiform dalam
Lapisan nukleus dalam, terbentuk dari badan dan nukleus sel-sel bipolar
Lapisan pleksiform luar
Lapisan nukleus luar, terutama terdiri atas nuklei sel-sel visual atau sel kerucut

dan batang
o Membran limitan luar
o Lapisan batang dan kerucut, merupakan lapisan penangkap sinar
o Lapisan epitel pigmen

Sel batang lebih banyak dibanding sel kerucut, kecuali di daerah makula, dimana sel
kerucut lebuh banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf
optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta). (1) (2) (3)

Gerakan Bola Mata


Bola mata digerakan oleh enam otot yang disebut otot luar mata (ekstrinsik) terdiri atas empat
otot rektus dan dua otot oblik. Otot rektus terdiri atas otot rektus medial, rektus lateral, rektus
superior dan rektur inferior. Origonya adalah suatu tendon yang melingkari foramen optik
pada puncak orbita, yang disebut anulus zinn. Otot penggerak bola mata dari anulus zinn
menuju kemuka untuk bernserasi pada sklera. Tempat jarak insersinya dari limbus tidak
sama. Rektus medial 5 mm,rektus inferior 6 m, rektus lateral 7mm dan rektus superior 8 mm.
Origo otot oblik superior terletak pada anulus zinn di atas origo otot rektus superior. Otot
oblik ini menuju ke arah bagian nasal atas orbita, melalui troklea kemudian membelok ke
belakang, di bawah otot rektus superior selanjutnya berinserasi pada sklera di belakang
ekuator. Origo otot oblik inferior terletak pada dinding nasal orbita, menyilang bawah otot
rektus dan berinserasi pada sklera kwardan belakang lateral inferior bola mata di bawah otot
rektus lateral. (1) (2) (3)

ADNEKSA
Kelopak Mata
Kelopak mata mempunyai fungsi :
-

Dalam keadaan menutup kelopak mata melindungi bola mata terhadap trauma dari

luar yang bersifat fisik atau kimiawi.


Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata yang

dibutuhkan untuk penglihatan.


Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air

mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata.
Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang terdapat pada permukaan
bola mata. (1) (2) (3)

Dari luar ke dalam kelopak mata terdiri atas kulit, jaringan longgar, jaringan otot tarsus, fasia
dan paling dalam konjungtiva. Membuka dan menutupnya kelopak mata dilaksanakan oleh
otot tertentu dengan persarafannya masing-masing. Menutup mata adalah pekerjaan otot
orbikular yang dipersarafi saraf fasial (N.VII). Otot kelopak mata berfungsi untuk
mengedipkan mata. (1) (2) (3)
Otot orbikular jalannya melingkari celah kelopak mata dan bagian yang letaknya di dalam
kelopak mata berfungsi untuk menutup mata. Membuka mata dikerjakan otot levator palpebra
yang dipersarafi saraf okulomotor (N.III). Otot ini menempel pada batas atas tarsus dan pada
kulit di bagian tengah kelopak mata atas. Di lapisan otot polos dengan insersi pada batas
proksimal tarsus. (1) (2) (3)
Tarsus berperan sebagai kerangka kelopak mata, merupakan suatu keping jaringan tipis, tetapi
padat, tarsus pada kelopak mata atas lebih besar dibanding pada kelopak mata bawah. Di
dalam tarsus terdapat kelenjar meibom yang mengandung sekresi berlemak dan bermuara
pada margo palpebra. (1) (2) (3)
Walaupun merupakan lapisan dalam kelopak mata, konjungtiva menduduki tempat yang agak
khusus, karena meluas dan juga melapisi bila mata bagian luar. Konjungtiva terdiri atas tiga
bagian, yaitu konjungtiva palpebra yang merupakan lapisan terdapat kelopak mata atas,
konjungtiva bulbi melapisi bola mata bagian luar dan forniks konjungtiva, yang merupakan
suatu lipatan peralihan konjungtiva palpebra ke konjungtiva bulbar. (1) (2) (3)
SISTEM AIR MATA (LAKRIMAL)

Terbagi menjadi dua bagian: bagian sekresi yang memproduksi air mata yaitu kelenjar air
mata dan bagian eksresi yang memberi jalan kepada air mata kedalam rongga hidung.
Kelenjar air mata terletak di daerah supero-lateral rongga orbita. Sepanjang forniks terdapat
juga kelenjar-kelenjar yang sangat kecil, dinamakan kelenjar Krause. Bagian eksresi terdiri
atas pungtum lakrimal, kanakuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. (1) (2) (3)

TRAUMA TUMPUL PADA MATA

DEFINISI
Trauma tumpul mata adalah trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda
yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras(kencang)
ataupun lambat. (2)

EPIDEMIOLOGI
Trauma mata dapat menimbulkan keluhan nyeri dan dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan. Dampak trauma mata dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar akibat
hilangnya penglihatan, hilangnya waktu kerja, dan kerugian dalam hal besarnya biaya yang
dikeluarkan. (4) (5)
Di Amerika Serikat dilaporkan kira-kira 2000 orang pekerja per hari mengalami trauma mata
yang berhubungan dengan pekerjaan dan membutuhkan pengobatan. Sepertiga dari kasus
trauma memerlukanpengobtan ke bagian gawat darurat rumah sakit, dan lebih dari 100 orang
diantara yang mengalami trauma kehilangan 1 atau lebih dari satu hari kerja. Benda asing di
dalam mata merupakan jenis yang paling sering terjadi 32 (80%) di antara trauma mata secara
keseluruhan yang diantaranya disebabkan oleh benda asing logam. (4) (5)
Trauma mata dapat menyebabkan kebutaan pada anak dan dewasa muda. Berdasarkan studi
Schein pada the Massachusetts eye and ear infirmary, 8% dari populasi yang mengalami
trauma tumpul pada mata cukup berat adalah anak dibawah usia 15 tahun. Studi Israel
menerangkan bahwa 47% dari 2500 kejadian trauma mata terjadi pada usia dibawah 17
tahun. (4) (5)

JENIS-JENIS TRAUMA TUMPUL PADA MATA


Trauma Orbita
Perdarahan Retrobulbar
Perdarahan pada retrobulbar sering disebabkan oleh trauma tumpul, dapat mengakibatkan
sindrom akut kompartemen orbita, suatu kedaruratan pada mata. (6)
Sindrom kompartemen orbita dapat menyebabkan cairan diruang ketiga masuk kedalam orbit.
Gejala dan tanda pada sindrom ini adalah penglihatan berkurang, nyeri pada bagian mata,
sakit kepala, proptosis, peningkatan TIO (> 40 mmHg), kerusakan pupil, ophtalmoplegia, dan
perdarahan kemosis.
Selain dari gejala klinis, pemeriksaan penunjang untuk membuktikan sindrom kompartemen
dengan Ct scan. (6) (7)
Penatalaksanaan:
-

Kantotomi lateral dan kantolisis inferior.

Trauma pada Palpebra


Hematoma Palpebra
Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya
pembuluh darah palpebra.
Biasanya disebabkan oleh pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya. Keadaan ini dapat
tidak berbahaya ataupun sangat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain dibelakangnya.
Dapat menyebabkan terbentuknya hematoma kaca mata, yaitu bila perdarahan terletak lebih
dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentu kacamata dan menunjukkan keadaan gawat.
Hematoma kacamata ini terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda
fraktur basis kranii, sehingga menyebabkan darah masuk ke dalam kedua rongga orbita
melalui fisura orbita, darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak
mata akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti sedang memakai kacamata. (6) (7) (8)

Pemeriksaan pada trauma kelopak mata harus dilakukan secara teliti mengenai luas dan
dalamnya lesi (luka), karena lesi yang tampaknya kecil di kelopak mata kemungkinan disertai
suatu lesi yang luas di dalam rongga orbita bahkan sampai ke dalam bola mata.
Penatalaksanaan:
-

Kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa sakit


Bila perdarahan telah lama: untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan
kompres air hangat pada kelopak mata. (6)

Edema Konjungtiva
Jaringan Konjungtiva yang bersifat selaput lender dapat menjadi kemotik pada setiap
kelainannya. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin
tanpa dapat mengedip, sehingga mengakibatkan edema pada konjungtiva. (8)
Keadaan ini tidak menyebabkan gangguan penglihatan. Epitel konjungtiva mudah mengalami
regenerasi sehingga luka pada konjungtiva penyembuhannya cepat. (8)
Penatalaksanaan:
-

Diberikan kongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lender

konjungtiva.
Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan insisi dehingga cairan konjungtiva
kemotik keluar melalui insisi tersebut. (8)

Hematoma Subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau
di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecehnya pembuluh
darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca mata), atau
pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah (seperti pada usis lanjut,
hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis, anemia, dan obat-obatan). (6) (7)
Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap penderita dengan perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma. (6)
Penatalaksanaan:
-

Dini dengan kompres air hangat


Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa
diobati. Lama kelamaan perdarahan ini mengalami perubahan warna menjadi
membiru, menipis. (6)

Trauma pada Kornea


Edema Kornea
Edema pada kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi
sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji
plasido yang positif. (9) (10)
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan
neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea.

Penatalaksanaan:
-

Larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukosa 40%

dan larutan albumin.


Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida
Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan
dengan lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi
pengurangan edema kornea. (9) (10)

Erosi Kornea
Merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras
pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membrane basal. Dalam waktu
yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel
tersebut. (9) (10)
Keluhan yang dapat ditimbulkan seperti:
-

Sakit sekali
Mata berair
Lakrimasi
Fotofobia
Penglihatan akan terganggu.

Pada pemeriksaan akan tampak suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan
fluoresein akan berwarna hijau.

Penatalaksanaan:
-

Anestesi topical dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan

menghilangkan rasa sakit.


Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas.
Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spectrum luas

Neosporin, kloramfenikol, sulfasetamid tetes mata.


Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan siklopegik aksi

pendek seperti tropikamida.


Dibebat tekan selama 24 jam, erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah
48 jam. (9) (10)

Erosi Kornea Rekuren


Biasanya tejadi akibat cedera yang merusak membrane basal atau tukak metaherpetik. Epitel
yang menutupi kornea akan mudah lepas kembali diwaktu bangun pagi.
Terjadi erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea.
Sulitnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membrane basal epitel
kornea. Biasanya membrane basal yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu.
Penatalaksanaan:
-

Siklopegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun mengurangi gejala radang uvea

yang mungkin timbul.


Antibiotic diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh

epitel baru dan mencegah infeksi sekunder.


Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan eoris rekuran sangat bermanfaat,
karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan
kelopak mata. (9)

Trauma pada Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks,avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna. Lensa berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Karena bersifat avaskular dan
tidak

memiliki

persyarafan,

nutrisi

lensa

didapat

dari

aqueous

humor.

(6)

(11)

Tebal lensa sekitar 4mm dan diameternya 9mm.Lensa terletak di sebelah posterior iris
dan tergantung pada zonule yang berasal dari corpus ciliare.Serat zonule menyisip pada

bagian equator kapsul lensa, menyangga lensa dan menghubungkannya pada corpus ciliare.
Disebelah anterior lensa terdapat aqueous humor dan diseblah posteriornya terdapat vitreous
(6)

humor.

(11)

Kapsul lensa merupakan membran semipermiabel (sedikit lebih permiabel daripada


dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang, nukleus lensa lebih keras dari korteks lensa.
Seiring bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sel-sel epitel dekat
equator terus berdifferensiasi membentuk serat-serat lensa baru.Serat-serat lensa lama yang
lebih tua ditempatkan ke nucleus sentral, sedangkan serat-serat muda yang kurang padat di
sekeliling nucleus menyusun korteks lensa. Hal inilah yang menyebabkan nucleus lensa lebih
keras dari korteks lensa, dan hal ini juga yang menyebabkan lensa menjadi lebih besar dan
kurang

elastik

perlahan-lahan

seiring

bertambahnya

usia.

(6)

(11)

Kemampuan mata untuk mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke objek jarak
dekat bergantung pada kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, kemampuan ini
disebut daya akomodasi. Daya akomodasi bergantung pada elastisitas lensa , tegangan
zonule, dan kontraksi musculus cilliaris. Pada saat musculus cilliaris berkontraksi, tegangan
zonule akan mengendur, lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat
untuk memfokuskan objek-objek yang lebih dekat. Sebaliknya, relaksasi musculus cilliaris
akan membuat kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa tersebut, membuat lensa menjadi lebih
mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh terfokus.Seiring dengan bertambahnya usia
lensa akan semakin besar dan berkurang elastisitasnya, sehingga daya akomodasi pun ikut
menurun. (6)
Dislokasi Lensa Traumatik

Dislokasi Lensa Traumatik terbagi atas dislokasi parsial dan dislokasi total. Dislokasi
parsial (sublukasi) atau dislokasi total ( luksansi ) dapat terjadi setelah cedera kontusio.
Pasien dengan subluksasi lensa atau dislokasi dapat datang dengan riwayat trauma mata , visi
terdistorsi , diplopia monokuler , dan nyeri . Temuan penting termasuk lensa pengungsi pada
oftalmoskopi langsung , phacodonesis (yaitu , lensa yang bergetar ) , dan iridodonesis (yaitu ,
iris yang bergetar ) . Temuan tambahan termasuk katarak , acute pupillary block glaucoma,
dan acquired myopia. Gangguan parsial dari zonularfibers yang menahan lensa akan
menghasilkan subluksasi . Lensa yang tersublukasi masih bisa terlihat melalui aperture pupil .
Gangguan lengkap dari serat zonula adalah dislokasi lensa , dimana lensa mungkin tidak lagi

terlihat

melalui

aperture

pupil

(6)

(7)

Uveitis dan glaucoma merupakan komplikasi yang sering pada dislokasi lensa,
khususnya bila dislokasinya total. (6)

Trauma

pada

Pupil

dan

Iris

Trauma tumpul pada mata dapat menyebabkan iritasi pada iris dan cilliary
body,memancing reaksi inflamasi dalam anterior chamber yang dikenal dengan traumatic
iritis atau iridocyclitis. Gejala meliputi deep eye pain, fotopobia,dan penglihatan kabur.
Gejala-gejala tersebut dapat tertunda selama 24 48 jam setelah cedera.

(8)

Evaluasi pasien ini harus mencakup pemeriksaan lengkap slit-lamp , ujian fundoscopic , dan
dokumentasi IOP . Kunci Temuan pemeriksaan fisik adalah reaksi anterior chamber dari
ringan sampai berat,yang seperti yang telah disebutkan sebelumnya, paling baik dengan
oblique

slit

beam

melalui

slit-lamp

biomicroscope

(8)

Temuan tambahanmeliputi perilimbal injection(yaitu, ciliaryflush), fotofobia,


consensual photophobia (yaitu, nyeripada mata yang terkenaketika cahayabersinardi
mataberlawanan), dan kadang-kadangpenurunan penglihatan. Selain itu petunjuk lain
diagnosistermasuk rasa sakityangtidak membaik dengananestesitopikaldan nyeri dengan
(8)

akomodasi.

Iritistraumaterisolasi"selflimited" danmemilikiprognosis yang baik, dan tidak


adanyatemuan memberi kesan cedera ocular akan dikelola pada fasilitas level I atau II

Evaluasi ophthalmologic diindikasikan Jika gejala memburuk atau gagal untuk diselesaikan
dalam

waktu

satu

(8)

minggu.

Bila trauma tumpul yang mengenai mata itu ringan, m.sfingter pupil akan
berkontraksi dan pupil akan menyempit. Pada trauma berat, maka pupil akan melebar dan
reaksi terhadap cahaya akan menjadi lambat atau hilang disebabkan kelumpuhan m.sfingter
pupil dan disebut sebagai oftalmoplegia interna. Iridoialisis ialah keadaan dimana iris terlepas
dari pangkalnya, sehingga bentuk pupil tidak bulat, dan pada pangkal iris terdapat lubang.
Lubang pupil yang baru di pangkal iris itu dapat terjadi di setiap bagian pangkal iris dan
merupakan lubang permanen,sebab iris tidak memiliki kemampuan untuk beregenerasi. (7)
Trauma

pada

Retina

Trauma pada mata dapat mengakibatkan berbagai cedera retina termasuk retinal

breaks , ablasio retina , perdarahan koroid , dan ruptur koroid. Pasien dengan cedera retina
mungkin datang dengan riwayat trauma okular . Gejala trauma retina termasuk floaters ,
photopsias ( kilatan cahaya ) , tirai atau bayangan di atas lapangan pandang , dan berbagai
tingkat kehilangan penglihatan . Peripheral retinal breaks awalnya mungkin asimtomatik
hanya untuk memimpin kemudian ablasi retina . Detil dilatasi fundoscopic pemeriksaan oleh
dokter

mata

diperlukan

untuk

mendiagnosa

mayoritas

cedera

retina

Commotio retinae ( edema Berlin ) adalah cedera retina akibat mekanisme cedera
contrecoup . Cedera ditandai dengan transient whitening dari retina sensorik yang mendalam
diikuti oleh trauma okular , yang terlihat pada oftalmoskopi langsung atau tidak langsung.
Pasien datang dengan derajat kehilangan penglihatan yang berubah-ubah, yang sksn lebih
parah dengan keterlibatan makula . Meskipun tidak ada pengobatan khusus untuk commotio
retinae , sebagian besar kasus yang selflimited dan mereka jarang menyebabkan kehilangan
penglihatan permanen . (8)
Trauma pada Bilik Mata Depan
Himfema atau adanya darah pada bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul
pada mata. Trauma tumpul pada mata menyebabkan robeknya iris atau badan ciliar yang
menyebabkan terjadinya perdarahan sekunder.Perdarahan sekunder dapat terjadi sesudah hari
ketiga terjadinya trauma. (8)
Hifema biasanya akan mengalami penyerapan spontan. Bilamana hifema penuh dan
penyerapannya sukar, dapat terjadi hemosiderosis kornea ( penimbunan pigmen darah dalam
kornea), atau glaucoma sekunder.Apabila hifema tidak mengurang dalam 5 hari dan tekanan
bola mata meninggi, dilakukan tindakan pembedahan mengeluarkan darah dari bilik mata
depan (parasentesis) .10

Daftar Pustaka

1. Riordan-Eva P. Anatomi&Embriologi Mata. In Riordan-Eva P, Whitcher JP.


Vaughan&Asbury Oftalmologi Umum. 17th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2002. p.
1-27.
2. Ilyas HS. Anatomi dan Fisiologi Mata. In Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2010. p. 1-13.
3. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, editors. Ilmu
Urai-Faal Mata-Embriologi dan Imunologi Mata. In Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2002. p. 1-12.
4. Soeroso A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Rudapaksa (Traumatic
Hyphaema). Cermin Dunia Kedokteran. 1980; 19.
5. Tana L. Hubungan antara Faktor Trauma Tumpul pada Mata dengan Katarak pada Petani
di Empat Desa Kecamatan Teluk Jambe Barat Kabupaten Karawang. Media Litbang
Kesehatan. 2010; XX.
6. Ilyas HS. Trauma Mata. In Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
2010. p. 259-276.
7. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, editors.
Trauma Tumpul Mata. In Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2010. p. 263-269.
8. Cho RI, Savitsky E. Ocular Trauma. 2007; 7.
9. Rappon J. Primary Care Ocular Trauma Management. 2010.
10. Sukati V. Ocular Injuries - a review. The South African Optometrist. 2012 May;
71(USA).
11. Augsburger J, Asbury T. Trauma Mata&Orbita. In Susanto D, editor. Vaughan&Asbury
Oftalmologi Umum. 17th ed. Jakarta: Penerit Buku Kedokteran EGC; 2010. p. 372-380.

Anda mungkin juga menyukai

  • Wahana
    Wahana
    Dokumen1 halaman
    Wahana
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Pengumuman Jadwal SKD
    Pengumuman Jadwal SKD
    Dokumen85 halaman
    Pengumuman Jadwal SKD
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Report PDF
    Report PDF
    Dokumen1 halaman
    Report PDF
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Case Cahyo
    Case Cahyo
    Dokumen9 halaman
    Case Cahyo
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Puasa Dan Kesehatan
    Puasa Dan Kesehatan
    Dokumen15 halaman
    Puasa Dan Kesehatan
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Rsu Sari Asih
    Surat Lamaran Rsu Sari Asih
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran Rsu Sari Asih
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Biodata ATLS
    Biodata ATLS
    Dokumen1 halaman
    Biodata ATLS
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Saran Finale
    Saran Finale
    Dokumen1 halaman
    Saran Finale
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • GRANULOMA INGUINALE
    GRANULOMA INGUINALE
    Dokumen22 halaman
    GRANULOMA INGUINALE
    Nurcahyo Tri Utomo
    100% (2)
  • Antihistamin H1 Non Sedatif
    Antihistamin H1 Non Sedatif
    Dokumen8 halaman
    Antihistamin H1 Non Sedatif
    Pei Wen
    100% (2)
  • Referat ONIKOMIKOSIS
    Referat ONIKOMIKOSIS
    Dokumen11 halaman
    Referat ONIKOMIKOSIS
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Difteri Cahyo
    Difteri Cahyo
    Dokumen14 halaman
    Difteri Cahyo
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Perforasi
    Perforasi
    Dokumen39 halaman
    Perforasi
    Zega Agustian
    Belum ada peringkat
  • Referat Gabungan 2
    Referat Gabungan 2
    Dokumen19 halaman
    Referat Gabungan 2
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Atlas Kulit
    Atlas Kulit
    Dokumen107 halaman
    Atlas Kulit
    Bincar Pardomuan
    89% (19)
  • Nurcahyo Atrial Flutter
    Nurcahyo Atrial Flutter
    Dokumen14 halaman
    Nurcahyo Atrial Flutter
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Visum
    Visum
    Dokumen4 halaman
    Visum
    Bayu Adiputro
    Belum ada peringkat
  • Luka Tembak
    Luka Tembak
    Dokumen7 halaman
    Luka Tembak
    Ferji Rhenald Arditya
    Belum ada peringkat
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen8 halaman
    Chapter I
    Ryan Kusumawardani
    Belum ada peringkat
  • Panduan Akreditasi Dr. Banggas
    Panduan Akreditasi Dr. Banggas
    Dokumen18 halaman
    Panduan Akreditasi Dr. Banggas
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Ciracas DR Herke
    Ciracas DR Herke
    Dokumen90 halaman
    Ciracas DR Herke
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Respiratory
    Respiratory
    Dokumen44 halaman
    Respiratory
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Penyulit Persalinan
    Penyulit Persalinan
    Dokumen35 halaman
    Penyulit Persalinan
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Difteri Cahyo
    Difteri Cahyo
    Dokumen14 halaman
    Difteri Cahyo
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Draft MM Cahyo
    Draft MM Cahyo
    Dokumen16 halaman
    Draft MM Cahyo
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Ketuban Pecah Dini PDF
    Ketuban Pecah Dini PDF
    Dokumen19 halaman
    Ketuban Pecah Dini PDF
    S
    Belum ada peringkat
  • Aids
    Aids
    Dokumen7 halaman
    Aids
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Praktikum 1
    Praktikum 1
    Dokumen9 halaman
    Praktikum 1
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Dasar Persalinan Phantom
    Dasar Persalinan Phantom
    Dokumen17 halaman
    Dasar Persalinan Phantom
    Nurcahyo Tri Utomo
    Belum ada peringkat
  • Visum Gantung Tika
    Visum Gantung Tika
    Dokumen4 halaman
    Visum Gantung Tika
    Stefani Larasati
    Belum ada peringkat