PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari udara yang kita hirup tentunya harus sehat.
Karena udara yang tercemar dapat mempengaruhi kesehatan kita dan merusak
estetika. Proses pengambilan sampling udara dipembangunan ruko dan apartemen
diperlukan untuk membandingkan hasil dengan baku mutu ambien. Karena
semakin buruk kondisi dan kualitas udara, maka semakin besar pencemarannya.
Baku mutu kualitas udara ambien yang digunakan adalah peraturan
pemerintah republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara. Untuk mengetahui kadar debu yang didapat saat pengujian
sampling maka perlu dilakukan di labolatorium untuk mengetahui kandungannya.
Debu merupakan partikel mikroskopik yang terdapat di udara dan
merupakan polutan yang dilepas ke udara dari berbagai sumber baik secara
alamiah maupun antrofogenik. Komposisinya sangat tergantung pada sumbernya,
biasanya komponen utamanya berupa senyawa atau unsur yang bergabung satu
sama lain membentuk partikel dengan bentuk dan ukuran tertentu. Selain
komponen utama penyusunan debu yang berasal dari sumbernya, komposisi debu
juga dipengaruhi oleh spesi kimianya di udara tempat debu terpapar. Selama
terpapar di udara, debu dapat mengadsorpsi dan atau bereaksi dengan spesi kimia
di udara. Hal ini dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan udara secara
keseluruhan, apakah sudah tercemar atau belum (, 2003).
BAB II
GAMBARAN UMUM PT. UNILAB PERDANA
2.1 Latar Belakang Perusahaan
Laboratorium lingkungan PT. Unilab Perdana didirikan pada tahun 1990
oleh dua biro konsultan nasional, yaitu PT. Unisystem Utama dan PT. Waseco
Tirta. Masing-masing mempunyai kegiatan yang berorientasi pada pelestarian
lingkungan baik manajemen maupun fisik.
Mengingat masih terbatasnya jumlah laboratorium yang melayani
pemeriksaan tentang pencemaran air, udara dan tanah, maka kehadiran PT.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Dasar Hukum
a. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, digunakan oleh PT. Unilab Perdana
karena sebagai acuan kegiatan dalam mengendalikan pencemaran udara.
Selain ini peraturan ini juga menjelaskan tentang baku mutu udara ambien.
b. Bapedal No. Kep. 205/Bapedal/07/1996, penetapan lokasi pemantauan
udara ambien, digunakan untuk menentukan lokasi pengukuran kualitas
udara ambien.
c. SNI 19-7119.9-2005 tentang penentuan lokasi pengambilan contoh uji
pemantauan kualitas udara. Standar Nasional Indonesia ini dibuat sebagai
acuan dalam pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara .
d. Keputusan kepala Bapedal NoKep.205/Bapedal/07/1996 tentang pedoman
teknis pengendalian pencemaran udara.
3.2 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara).
Jadi menurut saya pencemaran udara adalah masuknya beberapa zat
pencemar ke udara yang menyebabkan udara tersebut menjadi tercemar,
sehingga mengakibatkan udara tersebut tidak sehat.
Elemen
Formula
Ppm
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nitrogen
Oksigen
Argon
Karbondioksida
Neon
Helium
Metan
Krypton
Nitrogen Oksida
Hidrogen
Xenon
Uap Organik
N2
O2
Ar
CO2
Ne
He
CH4
Kr
NO
H2
Xe
CxHy
780.90
209.40
9.30
315
18
5.20
1.00-1.20
1.00
0.50
0.50
0.08
0.02
Menurut Budirahardjo (2000), udara dalam kondisi normal merupakan udara yang
mampu mengemban fungsi utama yaitu:
lainnya.
Mempunyai peran aminitas bagi kehidupan manusia.
Sebagai penampung buangan akibat kegiatan dalam jumlah tertentu sesuai
dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan udara.
unsur pencemar.
kemampuan mengemban fungsi udara akan memberi dampak negatif yang
3.2.2
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Lokasi Pengambilan Sampling
Lokasi pengamatan adalah pembangunan ruko dan apartemen metro
garden dan dua lokasi pemantauan udara ambient disekitar pembangunan ruko
dan apartemen metro garden. Lokasi pengamatan tersebut secara administrasi
terletak di propinsi Banten, kabupaten/kotamadya Tangerang, kecamatan
karang tengah. Peta administrasi dapat dilihat pada gambar dan menunjukan
peta lokasi pengamatan.
dengan
di
udara
diserap/diabsoprsi
oleh
larutan
kalium
tetra
10
Volume udara
Kons SO2
11
contoh
(L)
uji (ml)
(g/Nm)
41/1999 (g/Nm)
55.82
40.30
56.52
50.88
64.56
46.06
39.19
49.94
365
365
365
365
365
365
365
365
(v)
50
50
50
Rata-rata
50
50
50
Rata-rata
78.46
79.03
90.32
78.46
79.03
90.32
Volume udara
Kons. PM10
Baku mutu
12
Awal
0.11000
0.11200
0.11240
Rata-rata
0.11110
0.11000
0.11230
Akhir
(L)
(V)
0.11019
0.11218
0.11263
3303.49
3327.71
3803.09
0.11120
0.11019
0.11260
3303.49
3327.71
3803.09
(g/Nm)
udara PP
41/1999
58
54
60
57
30
57
79
55
(g/Nm)
150
150
150
150
150
150
150
150
13
Berat filter
Berat filter
Volume
Kons.
Baku mutu
(g/Nm)
udara PP
Awal
Awal
Akhir
Akhir
udara
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
(liter)
4.6164
4.6150
4.6401
4.6160
4.6153
4.6399
4.6865
4.7523
4.6939
4.6868
4.7527
4.6941
471986
475446
543367
4.6401
4.6172
4.5976
4.6404
4.6168
4.5979
4.7201
4.7441
4.6255
4.7202
4.7444
4.6251
471986
475446
543367
41/1999
149
289
99
179
169
267
51
163
(g/Nm)
230
230
230
230
230
230
230
230
adalah
membahayakan,
penurunan
misalnya
visibilitas.
pada
waktu
Penurunan
mengendarai
Visibilitas
kendaraan
dapat
dan
BAB V
14
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1. Pencemaran udara yang di akibatkan SO2 menunjukan bahwa nilai hasil
dari analisis, semua hasil menunjukan melebihi baku mutu menurut
peraturan pemerintah No. 41/1999. Dan nilai konsentrasi tertinggi yaitu
64.56 g/Nm.
2. Kadar PM10 masih di bawah baku mutu Nasional yaitu mengacu pada
peraturan pemerintah No. 41/1999 dengan konsentrasi terbesar yaitu
dengan nilai konsentrasi 79 g/Nm dan nilai konsentrasi terendah yaitu
dengan nilai konsentrasi sebesar 30 g/Nm.
3. Dua nilai tertinggi yang melebihi baku mutu udara yaitu yang pertama
menunjukan nilai konsentrasi sebesar 289 g/Nm dan yang kedua yaitu
dengan nilai konsentrasi 267 g/Nm sedangkan baku mutu udara
Nasional mengacu pada peraturan pemerintah No.41/1999 menunjukan
nilai ambang batas sebesar 230 g/Nm.
4. Kontribusi SO2 dan debu/partikel pembangunan ruko dan apartemen
terhadap kualitas udara ambien masih di bawah baku mutu udara ambien,
sedangkan PM10 masih berada di bawah ambang batas baku mutu.
5. Karena kualitas udara ambien semakin menurun (ditandai dengan
beberapa parameter yang berada di atas baku mutu), maka kualitas udara
ambien tersebut akan berpengaruh bagi kesehatan masyarakat sekitar yang
menghirup udara tersebut dalam jangka waktu panjang.
5.2.Saran
Secara umum saran yang dapat diberikan adalah bahwa upaya
pengendalian pencemaran udara tidak hanya dilakukan oleh pihak pemilik
proyek tetapi juga oleh pihak pemerintah sebagai pembuat peraturan.
Kesinergian antara keduanya akan memberikan upaya yang berarti dalam
15
DAFTAR PUSTAKA
Faridha, 2004. Kajian pengendalian pencemaran udara khususnya partikulat dan
SO2 dari pembangkit listrik teanaga uap. Program Studi Ilmu Lingkungan
pasca sarjana. Universitas Indonesia, Jakarta.
16
LAMPIRAN
17
September 2014
2014
18
19
20
Rentang
Nitrogen (NO2)
Ozon (O3)
Sulfur oksida
Partikulat
Baik
0-50
Sedikit berbau
Luka pada
(SO2)
Luka pada
beberapa spesies
beberapa spesies
tumbuhan akibat
tumbuhan akibat
kombinasi SO2
kombinasi
setelah empat
dengan O3
jam
setelah empat
Luka pada
jam
Luka pada
Terjadi
tidak terdeteksi
beberapa spesies
beberapa spesies
penurunan pada
tumbuhan
Penurunan
tumbuhan
Bau
jarak pandang
Jarak pandang
warna. Peningkatan
kemampuan pada
meningkatkan
menurun dan
reaktivitas pembuluh
kerusakan
terjadi
tenggorokan pada
keras
tanaman
pengotoran debu
Sedang
Tidak
51-100
101-199
sehat
Sangat
tidak
200-299
berbau
Meningkatkan gejolak
penderita atsma
Meningkatkan
Meningkatkan
dimana mana
Meningkatkan
sensitifitas yang
mengakibatkan
sensitifitas pasien
sensitifitas pasien
21
sehat
pengaruh
penyakit atsma
penyakit atsma
bronchitis
pernafasan pada
dan bronchitis
dan bronchitis
pasien yang
berpenyakit paru
paru kronis
Berbahaya: 300-Lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
22