Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari udara yang kita hirup tentunya harus sehat.
Karena udara yang tercemar dapat mempengaruhi kesehatan kita dan merusak
estetika. Proses pengambilan sampling udara dipembangunan ruko dan apartemen
diperlukan untuk membandingkan hasil dengan baku mutu ambien. Karena
semakin buruk kondisi dan kualitas udara, maka semakin besar pencemarannya.
Baku mutu kualitas udara ambien yang digunakan adalah peraturan
pemerintah republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara. Untuk mengetahui kadar debu yang didapat saat pengujian
sampling maka perlu dilakukan di labolatorium untuk mengetahui kandungannya.
Debu merupakan partikel mikroskopik yang terdapat di udara dan
merupakan polutan yang dilepas ke udara dari berbagai sumber baik secara
alamiah maupun antrofogenik. Komposisinya sangat tergantung pada sumbernya,
biasanya komponen utamanya berupa senyawa atau unsur yang bergabung satu
sama lain membentuk partikel dengan bentuk dan ukuran tertentu. Selain
komponen utama penyusunan debu yang berasal dari sumbernya, komposisi debu
juga dipengaruhi oleh spesi kimianya di udara tempat debu terpapar. Selama
terpapar di udara, debu dapat mengadsorpsi dan atau bereaksi dengan spesi kimia
di udara. Hal ini dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan udara secara
keseluruhan, apakah sudah tercemar atau belum (, 2003).

1.2 Tujuan Kerja Praktek


1. Mengetahui kadar pencemaran udara khususnya partikel/debu dan SO2 di
lokasi pembangunan ruko dan apartemen di karang tengah.

2. Mengetahui seberapa besar pencemaran udara di lokasi tersebut terhadap


baku mutu udara ambien.
3. Mengetahui upaya pengendalian pencemaran udara di lokasi tersebut.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Waktu
: 09 September s/d 31 Oktober 2014
Tempat

: PT. Unilab Perdana JL. Ciledug Raya No. 10 Cipulir


Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230.

BAB II
GAMBARAN UMUM PT. UNILAB PERDANA
2.1 Latar Belakang Perusahaan
Laboratorium lingkungan PT. Unilab Perdana didirikan pada tahun 1990
oleh dua biro konsultan nasional, yaitu PT. Unisystem Utama dan PT. Waseco
Tirta. Masing-masing mempunyai kegiatan yang berorientasi pada pelestarian
lingkungan baik manajemen maupun fisik.
Mengingat masih terbatasnya jumlah laboratorium yang melayani
pemeriksaan tentang pencemaran air, udara dan tanah, maka kehadiran PT.

Unilab Perdana dirasakan sangat penting untuk menunjang program uji


laboratorium. Sebagai laboratorium swasta pertama yang mengkhususkan diri
dalam lingkungan hidup, laboratorium ini menyediakan jasa sampling,
preservasi dan jasa analisis kepada biro-biro konsultan lain, pabrik-pabrik,
instansi-instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan sebagainya.
Laboratorium lingkungan PT. Unilab Perdana telah mendapat sertifikat
dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) sebagai laboratorium lingkungan
terakreditasi dengan NO. LP-195-IDN sejak tanggal 21 Januari 2004 dan
sertifikat registrasi kompetensi laboratorium lingkungan dari kementrian
lingkungan hidup sejak tanggal 28 Desember 2009 dengan nomor
0001/LPI/LABLING-I/LRK/KLH.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Dasar Hukum
a. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, digunakan oleh PT. Unilab Perdana
karena sebagai acuan kegiatan dalam mengendalikan pencemaran udara.
Selain ini peraturan ini juga menjelaskan tentang baku mutu udara ambien.
b. Bapedal No. Kep. 205/Bapedal/07/1996, penetapan lokasi pemantauan
udara ambien, digunakan untuk menentukan lokasi pengukuran kualitas
udara ambien.
c. SNI 19-7119.9-2005 tentang penentuan lokasi pengambilan contoh uji
pemantauan kualitas udara. Standar Nasional Indonesia ini dibuat sebagai
acuan dalam pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara .
d. Keputusan kepala Bapedal NoKep.205/Bapedal/07/1996 tentang pedoman
teknis pengendalian pencemaran udara.
3.2 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara).
Jadi menurut saya pencemaran udara adalah masuknya beberapa zat
pencemar ke udara yang menyebabkan udara tersebut menjadi tercemar,
sehingga mengakibatkan udara tersebut tidak sehat.

Tabel 1. Komposisi udara dalam kondisi normal atau sebelum terkena


kontaminasi
N

Elemen

Formula

Ppm

O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nitrogen
Oksigen
Argon
Karbondioksida
Neon
Helium
Metan
Krypton
Nitrogen Oksida
Hidrogen
Xenon
Uap Organik

N2
O2
Ar
CO2
Ne
He
CH4
Kr
NO
H2
Xe
CxHy

780.90
209.40
9.30
315
18
5.20
1.00-1.20
1.00
0.50
0.50
0.08
0.02

(Soerjani, 1978 dalam Faridha, 2004)

Menurut Budirahardjo (2000), udara dalam kondisi normal merupakan udara yang
mampu mengemban fungsi utama yaitu:

Sebagai unsur pendukung kehidupan bagi manusia dan mahluk hidup

lainnya.
Mempunyai peran aminitas bagi kehidupan manusia.
Sebagai penampung buangan akibat kegiatan dalam jumlah tertentu sesuai
dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan udara.

Budirahardjo (2000) juga menyebutkan udara memiliki kesamaan dengan


komponen lingkungan hidup lainnya, tetapi juga mempunyai sifat kekhususan
yaitu mobilitas yang tinggi, sehingga udara perlu mendapat perhatian
dikarenakan:

Terbatasnya kemampuan udara dalam menerima, serta mendaur ulang

unsur pencemar.
kemampuan mengemban fungsi udara akan memberi dampak negatif yang

besar dan meluas terhadap berbagai macam aspek.


Akan memerlukan biaya yang besar dikarenakan menurunnya kualitas
udara.

Perubahan kualitas udara dengan memperhatikan ciri mobilitas yang


tinggi.

3.2.1 Pengaruh parameter SO2, PM10, dan Debu Terhadap Lingkungan


Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang
sangat tajam, yang dihasilkan melalui pembakaran sulfur atau senyawaan
sulfur di udara atau oksigen, Sulfur dioksida merupakan bahan pereduksi,
sifat ini digunakan sebagai bahan penguji kimia untuk gas. Konsentrasi
gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium
baunya) jika konsentrasinya mendekati kisaran antara 0.3-1 ppm (Scott,
1994 dalam Yulaekah, S, 2007. Paparan Debu Terhirup dan Gangguan
Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Bara ).
Polusi oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida dan sulfur trioksida, keduanya
disebut SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan
tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen
yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan
kedua bentuk sulfur dioksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia
dalam jumlah cukup, SO2 selalu terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah
SO3 yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi reaksi, terutama suhu, dan
bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx (Fardiaz, S, 1992. Polusi Air
dan Udara, Kanisius, Jakarta).

3.2.2

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Lokasi Pengambilan Sampling
Lokasi pengamatan adalah pembangunan ruko dan apartemen metro
garden dan dua lokasi pemantauan udara ambient disekitar pembangunan ruko
dan apartemen metro garden. Lokasi pengamatan tersebut secara administrasi
terletak di propinsi Banten, kabupaten/kotamadya Tangerang, kecamatan
karang tengah. Peta administrasi dapat dilihat pada gambar dan menunjukan
peta lokasi pengamatan.

(Google Earth, 12 September 2014 oleh Muamar Rasman)

4.2.Deskripsi lokasi kegiatan


Pembangunan ruko dan apartemen secara administratif terletak di Kelurahan
karang tengah kota Tangerang Propinsi Banten. Lokasi kegiatan berdekatan
dengan pemukiman penduduk dan juga aktivitas masyarakat setempat.
Disebelah timur dari lokasi tersebut terdapat taman kanak-kanak dan
perumahan warga. Di sebelah barat terdapat fasilitas olah raga dan juga
perumahan warga sebelah selatan terdapat pemukiman warga pribumi.
Keramaian lalulintas cukup padat dan sering terjadi kemacetan pada jam-jam
tertentu, karena merupakan jalur menuju ke tangerang kota yaitu kalideres.

1. Menurut keputusan kepala Bapedal No. Kep.205/Baapedal/07/1996,


penetapan lokasi pemantauan udara ambien meliputi:
a. Penetapan
lokasi
pengamatan
udara
ambien,

dengan

mempertimbangkan arah angin dan luasan sebaran bahan pencemar.


b. Titik lokasi pemantauan dapat dilakukan dengan model disperse atau
pengamatan langsung, pada daerah pemukiman, pada kawasan
kehidupan makhluk hidup lainnya, dan pada tempat-tempat spesifik.
c. Jumlah titik pada arah angin dominan minimum dua titik (diutamakan
daerah pemukiman), arah angin lainnya minimum satu titik.
4.3.Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan dilaksanankan pada hari Jumat tanggal 12 September
2014 dengan kegiatan meliputi survey lapangan, pengumpulan data dan
penulisan.
4.4 Metode Pengukuran Zat Pencemar di Udara
4. 4.1. Sulfur dioksida (SO2)
a. Metode
Metode yang digunakan untuk pengujian kadar SO2 di udara memakai
metode pararosaniline-spectrofotometri.
Acuan: Metode pararosaniline-spectrofotometri (Referensi: methods of
air sampling and analysis 3rd edition James P.Lodge,JR, Metode 704 A
dalam Arief Muhammad Latar, 2010).
b. Prinsip dasar
SO2

di

udara

diserap/diabsoprsi

oleh

larutan

kalium

tetra

kloromercurate (absorben) dengan laju flowrate 1 liter/menit. SO2


bereaksi dengan kalium tetra kloromercurate membentuk komplek
diklorosulfitomercurate. Dengan penambahan pararosaniline dan
formaldehide akan membentuk senyawa pararosaniline mitil sulfonat
yang berwarna ungu ke merahan. Intensitas warna ukur dengan
spectrofotometer pada panjang gelombang 560 Nm.

4. 4.2. Metode Pengujian Partikulat di Udara


Untuk mengumpulkan partikulat/debu dari udara berbeda dengan
pengumpulan gas, yang perlu diperhatikan dalam dalam pengumpulan
partikulat adalah ukuran diameter dari partikulat tersebut.
Ukuran partikulat di dalam matrik gas/udara bervariasi dari ukuran
lebih besar dari ukuran molekul (0.0002 Mikron) sampai mencapai
ukuran 500 m. Setiap teknik pengumpulan mempunyai kemampuan
mengumpulkan range ukuran partikulat yang tertentu.
Teknik filtrasi adalah teknik Pengumpulan debu/partikulat dengan
teknik filtrasi merupakan teknik yang paling popular. Jenis filter yang
digunakan adalah filter fiber glass, cellulose, polyurthen foam. Setiap
jenis filter mempunyai karakteristik tertentu yang cocok untuk
penggunaan tertentu. Filter fiber glass merupakan filter yang paling
banyak digunakan untuk pengukuran SPM (suspended partikulat meter)
atau TSP (total suspended particulate), terbuat dari mikron fiber glass
dengan porositas < 0.3 m, yaitu mempunyai efisiensi pengumpulan
partikulat dengan diameter 0.3 m sebesar 95%. Filter ini tahan korosif
dan dapat digunakan pada temperatur 540c. Tetapi kelemahannya, filter
ini mudah sobek.
4. 4.3. HVS (High volume sampler)
Metode high volume sampling metode ini digunakan untuk
pengukuran total suspended partikel meter (TSP, SPM), yaitu partikel
yang berukuran 100 m, dengan prinsip dasar udara dihisap dengan
flowrate 40 60 cfm, maka suspended partikulat meter (debu) dengan
ukuran < 100 m akan terhisap dan tertahan pada permukaan filter
mikrofiber dengan porositas < 0.3 m. Partikulat yang tertahan di
permukaan filterditimbang secara gravimetrik, sedangkan volume udara
dihitung berdasarkan waktu sampling dan flowrate.
4. 4. 4. Pengukuran PM10

10

Pengukuran PM10 adalah partikulat atau debu dengan diameter


10 mikron. Untuk pengukuran partikulat dengan diameter tersebut di
perlukan teknik pengumpulan impaksi, dengan metode tersebut
memungkinkan dapat memisahkan debu berdasarkan diameternya.
Prinsip pengukuran kertas saring yang telah ditimbang, disimpan.
Selanjutnya udara dilewatkan ke cascade impactor flow rate tertentu dan
dibiarkan selama 24 jam atau lebih tergantung kepada konsentrasi debu
di udara ambien.
4. 4. 5. MVS (middle volume sampler)
Cara ini menggunakan filter yang berbentuk lingkaran (bulat)
dengan porositas 0.3-0.45 m, kecepatan pompa yang digunakan untuk
menangkap suspensi particulate mater ini adaah 50-500 lpm. Oprasional
alat ini sama dengan high volume sampler, hanya yang membedakan
adalah bentuk dan ukuran filter yang digunakan yaitu HVS mempunyai
bentuk A4 dan MVS berbentuk bulat dengan diameter 12 cm (SNI 19
7119.7 2005 dalam Arief Muhammad Latar, 2010).

4.5.Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Tabel. 2 Data hasil pengukuran sulfur dioksida (SO2) ambien pada
tanggal 12/09/2014 yang selesai dianalisis pada tanggal 17/09/2014.
Volume

Volume udara

Kons SO2

Baku mutu udara PP

11

contoh

(L)

uji (ml)

(g/Nm)

41/1999 (g/Nm)

55.82
40.30
56.52
50.88
64.56
46.06
39.19
49.94

365
365
365
365
365
365
365
365

(v)

50
50
50
Rata-rata
50
50
50
Rata-rata

78.46
79.03
90.32
78.46
79.03
90.32

(PT. Unilab Perdana oleh Muamar Rasman)

pemantauan sulfur dioksida (SO2) ambien dilakukan pada tanggal 12


September 2014, data SO2 yang dikumpulkan merupakan data hasil analisis
yaitu pada tanggal 17 September 2014. Data pemantauan SO2 dapat dilihat
pada tabel 2, yaitu SO2 menunjukan bahwa nilai hasil dari analisis semuanya
menunjukan melebihi baku mutu menurut peraturan pemerintah No. 41/1999.
Dan nilai konsentrasi tertinggi terdapat pada 64.56 g/Nm dikarenakan
berdekatan dengan jalan raya dan lokasi kegiatan pembangunan ruko dan
apartemen. Sedangkan nilai konsentrasi terendah yaitu 39.19 g/Nm sebab
titik lokasi sampling berdekatan dengan perumahan metro permata. Faktor
yang mempengaruhi besar dan kecilnya pencemaran SO2 adalah sulfur,
kecepatan angin, arah angin, lokasi sampling dll. Perubahan konsentrasi zat
pencemara di udara terjadi karena perubahan waktu (temporal).

Tabel 3. Data hasil pengukuran partikel udara ambient (PM10) pada


tanggal 12/09/2014 yang selesai dianalisis pada tanggal 17/09/2014.
Berat

Volume udara

Kons. PM10

Baku mutu

12

Awal
0.11000
0.11200
0.11240
Rata-rata
0.11110
0.11000
0.11230

Akhir

(L)
(V)

0.11019
0.11218
0.11263

3303.49
3327.71
3803.09

0.11120
0.11019
0.11260

3303.49
3327.71
3803.09

(g/Nm)

udara PP
41/1999

58
54
60
57
30
57
79
55

(g/Nm)
150
150
150
150
150
150
150
150

(PT. Unilab Perdana oleh Muamar Rasman)

Konsentrasi partikel udara ambien juga dipengaruhi beberapa faktor


seperti yang terjadi pada SO 2, sedangkan partikel dipengaruhi kadar abu pada
bahan bakar diesel dan debu-debu di lokasi pembangunan ruko dan apartemen
yang berterbangan tertiup angin. PM10 merupakan campuran heterogen
bervariasi dalam sifat fisika kimia tergantung pada kondisi meteorologi dan
sumber emisi (WHO 2006).
Partikel halus yang disperse di udara dan dapat bergerak bebas di atas
distances besar. Partikel tidak selalu mendarat di dekat sumber, konsentrasi
partikulat tertinggi di lokasi dekat emisi, seperti jalan raya dan pembangkit
tenaga listrik. PM10 dapat dijadikan wakil zat-zat pencemar lain. Turun atau
naiknya PM10 berasosiasi dengan kadar zat-zat pencemar lain yang bersamasama ada di udara. Berdasarkan hasil tabel analisis diatas menunjukan bahwa
kadar PM10 masih di bawah baku mutu nasional yaitu mengacu pada peraturan
pemerintah No. 41/1999 dengan konsentrasi terbesar yaitu dengan nilai
konsentrasi 79 g/Nm dan nilai konsentrasi terendah yaitu dengan nilai
konsentrasi sebesar 30 g/Nm.

Tabel 4. Data hasil pengamatan partikel tersuspensi total udara ambien


(24 jam) pada tanggal 12/09/2014 yang selesai dianalisis pada tanggal
17/09/2014 .

13

Berat filter

Berat filter

Volume

Kons.

Baku mutu

(g/Nm)

udara PP

Awal

Awal

Akhir

Akhir

udara

(gram)

(gram)

(gram)

(gram)

(liter)

4.6164
4.6150
4.6401

4.6160
4.6153
4.6399

4.6865
4.7523
4.6939

4.6868
4.7527
4.6941

471986
475446
543367

4.6401
4.6172
4.5976

4.6404
4.6168
4.5979

4.7201
4.7441
4.6255

4.7202
4.7444
4.6251

471986
475446
543367

41/1999
149
289
99
179
169
267
51
163

(g/Nm)
230
230
230
230
230
230
230
230

(PT. Unilab Perdana oleh Muamar Rasman)

Partikel yang terdapat diatmosfer berpengaruh terhadap jumlah dan jenis


radiasi sinar matahari yang dapat mencapai permukaan bumi. Pengaruh ini
disebabkan oleh penyebaran dan absorbs oleh partikulat. Salah satu pengaruh
utama

adalah

membahayakan,

penurunan
misalnya

visibilitas.
pada

waktu

Penurunan
mengendarai

Visibilitas
kendaraan

dapat
dan

penerbangan. Sedangkan pengaruh partikulat pada iklim dapat dipengaruhi


oleh polusi partikulat dalam dua cara. Partikulat di dalam atmosfer dapat
mempengaruhi pembentukan awan, hujan dan salju dengan cara berfungsi
sebagai inti dimana air dapat mengalami kondensasi. Selain itu penurunan
jumlah radiasi solar yang mencapai permukaan bumi karena adanya partikulat
dapat mengalami kondensasi. Berdasarkan hasil tabel analisis diatas
menunjukkan ada dua nilai tertinggi yang melebihi baku mutu udara yaitu
yang pertama menunjukan nilai konsentrasi sebesar 289 g/Nm dan yang
kedua yaitu dengan nilai konsentrasi 267 g/Nm sedangkan baku mutu udara
nasional mengacu pada peraturan pemerintah No.41/1999 menunjukan nilai
ambang batas sebesar 230 g/Nm. Nilai besar atau kecilnya konsentrasi
dipengaruhi beberapa faktor yaitu arah angin, jenis bahan pencemar dan lainlain.

BAB V

14

PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1. Pencemaran udara yang di akibatkan SO2 menunjukan bahwa nilai hasil
dari analisis, semua hasil menunjukan melebihi baku mutu menurut
peraturan pemerintah No. 41/1999. Dan nilai konsentrasi tertinggi yaitu
64.56 g/Nm.
2. Kadar PM10 masih di bawah baku mutu Nasional yaitu mengacu pada
peraturan pemerintah No. 41/1999 dengan konsentrasi terbesar yaitu
dengan nilai konsentrasi 79 g/Nm dan nilai konsentrasi terendah yaitu
dengan nilai konsentrasi sebesar 30 g/Nm.
3. Dua nilai tertinggi yang melebihi baku mutu udara yaitu yang pertama
menunjukan nilai konsentrasi sebesar 289 g/Nm dan yang kedua yaitu
dengan nilai konsentrasi 267 g/Nm sedangkan baku mutu udara
Nasional mengacu pada peraturan pemerintah No.41/1999 menunjukan
nilai ambang batas sebesar 230 g/Nm.
4. Kontribusi SO2 dan debu/partikel pembangunan ruko dan apartemen
terhadap kualitas udara ambien masih di bawah baku mutu udara ambien,
sedangkan PM10 masih berada di bawah ambang batas baku mutu.
5. Karena kualitas udara ambien semakin menurun (ditandai dengan
beberapa parameter yang berada di atas baku mutu), maka kualitas udara
ambien tersebut akan berpengaruh bagi kesehatan masyarakat sekitar yang
menghirup udara tersebut dalam jangka waktu panjang.

5.2.Saran
Secara umum saran yang dapat diberikan adalah bahwa upaya
pengendalian pencemaran udara tidak hanya dilakukan oleh pihak pemilik
proyek tetapi juga oleh pihak pemerintah sebagai pembuat peraturan.
Kesinergian antara keduanya akan memberikan upaya yang berarti dalam

15

pelaksanaannya. Saran untuk pemilik proyek sebaiknya dalam pemantauan


kualitas udara dengan dibantu jasa konsultan dalam pemantauan tersebut,
sebaiknya pihak pemilik proyek ikut mendampingi secara teknis karena
pemilik proyek yang bertanggung jawab terhadap hasil dan keakuratan data
hasil pemantauan.
Megingat kondisi beberapa parameter berada diatas baku mutu udara
ambien, pemerintah sebaiknya melakukan upaya terpadu bersama pihak-pihak
yang terkait untuk mencegah semakin buruknya kondisi udara ambien,
mungkin dapat diawali dengan pemantauan yang komprehensif terhadap
kondisi udara ambien tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Faridha, 2004. Kajian pengendalian pencemaran udara khususnya partikulat dan
SO2 dari pembangkit listrik teanaga uap. Program Studi Ilmu Lingkungan
pasca sarjana. Universitas Indonesia, Jakarta.

16

Fardiaz, S, 1992. Polusi Air dan Udara, Kanisius, Jakarta.


Latar Muhammad Arief, Ir, MSc, 2010. Metode sampling. Universitas Esa
Unggul.
Mursid Raharjo, Ir, M.Si, 2009. Dampak pencemaran udara pada lingkungan dan
kesehatan manusia. UNDIP.
PT. Unilab Perdana
Yati B. Yuliyati; Solihudin; Rustaman, 2003. Analisis komposisi debu jatuh di
kampus UNPAD Jatinangor. Lembaga penelitian.
Yulaekah Siti, 2007. Paparan debu terhirup dan gangguan fungsi paru pada
pekerja industri batu kapur. Program studi kesehatan lingkungan pasca
sarjana. Universitas Diponegoro, Semarang.

LAMPIRAN

17

Gambar 1 Anemometer digital


oleh Muamar Rasman 10

Gambar 2 filter penyaring debu/partikel oleh


Muamar Rasman 10 September 2014

September 2014

Gambar 1 proses Pemantauan debu 24

Gambar 2 Staplek alat pengukur

jam oleh Muamar Rasman 12 September

debu/partikel sesaat oleh Muamar

2014

Rasman 10 September 2014

18

Gambar 1 minivol airmetrics alat

Gambar 2 Air sampler impinge oleh Muamar

pengukur debu/partikel PM10

Rasman 12 September 2014

oleh Muamar Rasman 12


September 2014

Gambar 1 filter penyaring debu sesaat

Gambar 2 HVS alat Pengukuran debu

oleh Muamar Rasman 16 Oktober 2014

24 jam oleh Muamar Rasman 12


September 2014

19

20

Dampak Penyimpangan Parameter Kualitas Udara


Katagori

Rentang

Carbon monoksida (CO)

Nitrogen (NO2)

Ozon (O3)

Sulfur oksida

Partikulat

Baik

0-50

Tidak ada efek

Sedikit berbau

Luka pada

(SO2)
Luka pada

Tidak ada efek

beberapa spesies

beberapa spesies

tumbuhan akibat

tumbuhan akibat

kombinasi SO2

kombinasi

setelah empat

dengan O3

jam

setelah empat

Luka pada

jam
Luka pada

Terjadi

tidak terdeteksi

beberapa spesies

beberapa spesies

penurunan pada

Peningkatan pada gejala

Bau dan kehilangan

tumbuhan
Penurunan

tumbuhan
Bau

jarak pandang
Jarak pandang

kardiovaskuler pada perokok

warna. Peningkatan

kemampuan pada

meningkatkan

menurun dan

yang sakit jantung

reaktivitas pembuluh

atlit yang berlatih

kerusakan

terjadi

tenggorokan pada

keras

tanaman

pengotoran debu

Sedang

Tidak

51-100

101-199

sehat

Sangat
tidak

200-299

Perubahan kimia darah tapi

berbau

Meningkatkan gejolak

penderita atsma
Meningkatkan

Olah raga ringan

Meningkatkan

dimana mana
Meningkatkan

kardiovaskuler pada orang

sensitifitas yang

mengakibatkan

sensitifitas pasien

sensitifitas pasien

21

sehat

bukan perokok yang

berpenyakit atsma dan

pengaruh

penyakit atsma

penyakit atsma

berpenyakit jantung dan akan

bronchitis

pernafasan pada

dan bronchitis

dan bronchitis

tambak beberapa kelemahan

pasien yang

yang terlihat secara nyata

berpenyakit paru
paru kronis

Berbahaya: 300-Lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

22

Anda mungkin juga menyukai