Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA

DISUSUN OLEH:
Yunitta Muassas Sari
P17420213077
3B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
MELENA
A. Latar Belakang
Melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami buang air
besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Melena merupakan suatu
perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan
merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit
di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum. Delapan
puluh enam persen dari angka kematian akibat pendarahan SCBA di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI)/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berasal dari
pecahnya varises esofagus akibat penyakit sirosis hati dan hepatoma Di
Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis disebabkan oleh pecahnya
varises esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga
prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Perdarahan
akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati penderita, alkohol,
obat-obatan,

virus

hepatitis

dan

penyakit

bilier.

Pendarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena,


atau keduanya. Walaupun perdarahan akan berhenti dengan sendirinya,
tetapi sebaiknya setiap pendarahan saluran cerna dianggap sebagi suatu
keaadaan serius yangs setiap saat dapat membahayakan pasien. Setiap
pasien dengan pendarahan harus dirawat di rumah sakit tanpa kecuali,
walaupun pendarahan dapat berhenti secara spontan. Hal ini harus
ditanggulangi secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah
pendarahan lebih banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang
berhubungan dengan pendarahan tersebut, termasuk kematian pasien.
B. Pengertian

Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam


seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian
atas. BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan
keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk
gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah
berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja
tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber
perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena
itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna
merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversa dan
kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah
tua.
C. Tanda dan gejala
1. Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh),
2. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis),
3. Demam ringan 38-39C,
4. Nyeri di perut,
5. Hiperperistaltik,
6. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam,
7. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan
protein darah oleh bakteri usus.
D.
1.
2.
3.
4.
5.

Etiologi
Adanya luka atau pendarahan di lambung atau usus.
Tukak lambung .
Wasir.
Disentri.
Minuman beralkohol.

E. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk
saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding
abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi

hepar. Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tersebut
menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises).
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif.
Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus
balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi
berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam
berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme
kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat
pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolsime anaerobi, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.

F. Pathway

G. Pemeriksaan diagnosis
1. Laboratorium (pemeriksaan darah)

Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Hmt, peningkatan leukosit.


Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum
dan laktat.

2. Radiologi

Barrium Foloow through.


Barrium enema.

3. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
H. Penatalaksanaan
1. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat.
Dianjurkan untuk menghindari susu.
2. Pengaturan obat-obatan
I. Komplikasi
a. Encelofati
b. Asites
c. Sirosis Hepatis
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese
1) Identitas klien.
2) Riwayat keperawatan.
3) Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
4) Riwayat kesehatan masa lalu.
5) Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
6) Riwayat psikososial keluarga.
7) Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi
Perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan

penurunan berat badan pasien.


Pola istirahat dan istirahat
Terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.

Pola hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya.
Pola aktivitas
Terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.

b. Pemerikasaan fisik
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, pernapasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja, darah lengkap.
2. Diagnosa keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake asupan yang tidak adekuat.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
d. Ansietas berhubungan dengan sakit kritis.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa 1
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan dan kriteria hasil:
Devisit cairan dan elektrolit teratasi.Tanda-tanda dehidrasi tidak ada,
mukosa mulut dan bibir lembab, balance cairan seimbang.
Rencana Tindakan :
Observasi tanda-tanda vital.

Observasi tanda-tanda dehidrasi.


Hitung input dan output cairan (balance cairan).
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan,

pemeriksaan lababoratorium elektrolit.


Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah garam.

b. Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake asupan yang tidak kuat.
Tujuan dan kriteria hasil:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi. Intake nutrisi klien
meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada.
Rencana Tindakan :

Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.

Timbang berat badan klien.

Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.

Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi, dan


auskultasi).

Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

c. Diagnosa 3
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan dan Kriteria hasil :
Nyeri dapat teratasi. Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah
tenang.
Rencana Tindakan :
Observasi tanda-tanda vital.
Kaji tingkat rasa nyeri.
Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Beri kompres hangat pada daerah abdomen.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik sesuai


indikasi.

d. Diagnosa 4
Ansietas berhubungan dengan sakit kritis.
Tujuan dan kriteria hasil :
Rasa cemas pasien teratasi. Pasien tampak rileks.
Rencana tindakan :
Kaji rasa cemas pasien.
Berikan motivasi pada pasien untuk semangat sembuh.
Berikan penjelasan mengenai sakit yang diderita pasien.
Ciptakan suasana yang menyenangkan bagi pasien
4. Implementasi Keperawatan
a. Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang telah
dikerjakan.
b. Identifikasi alat yang digunakan.
c. Be ikan kenyamanan, keamanan, dan perhatikan lingkungan selama
melalukan tindakan keperawatan.
d. Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
tindakan.
e. Catat semua respoinformasi tentang pasien.
5. Evaluasi
a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
c. Rasa nyaman terpenuhi.
d. Rasa cemas pasien teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick (2005). At a Glance Medicine (36-37). Jakarta: Erlangga.

Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta: Media.
Aesculapius.
Mubin (2006).Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi(2ndEd.).
Jakarta: EGC.
Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4.Jakarta : EGC
Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi
6.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai