Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
REFARAT
Juli 2016
HIPERTENSI ANAK

Disusun Oleh:
Hazrati Mochtar, S.Ked
(10 777 020)
Pembimbing :
dr. Amsyar Praja, Sp.A
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Nama

: Hazrati Mochtar

No. Stambuk

: 10 777 020

Fakultas

: Kedokteran

Program Studi

: Pendidikan Dokter

Universitas

: Alkhairaat

Judul Referat

: Hipertensi Anak

Bagian

: Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSU ANUTAPURA Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat
Mahasiswa

Pembimbing

Hazrati Mochtar,S.Ked

dr. Amsyar Praja Sp.A

Mengetahui
Kepala KPM UNISA

dr.Winarny Abdullah Sp.A


DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II Diskusi

I
Ii
4

1. Definisi............................................................................
2. Etiologi.............................................................................
3. Patofisiologi.......................................................................
4. Manifestasi Klinik...............................................................
5. Pemeriksaan Diagnostik............................................................
6. Evaluasi.............................................................................
7. Terapi................................................................................
8. Pencegahan..........................................................................
9.Prognosis...........................................................................
BAB III Kesimpulan......................................................................
DAFTAR PUSTAKA

5
5
7
7
8
13
13
24
24
25
26

BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini masih terdapat anggapan dalam masyarakat bahwa hipertensi
merupakan penyakit yang hanya terjadi pada orang tua atau dewasa. Padahal meski
kasusnya tidak sesering orang dewasa, serangan hipertensi atau penyakit darah tinggi
pada anak bukannya tidak mungkin, bahkan seringkali hipertensi yang terjadi pada
orang dewasa sudah dimulai sejak masa anak.. Hipertensi merupakan salah satu
penyakit yang paling sering terjadi pada manusia dan diperkirakan prevalensinya
lebih dari satu miliar di seluruh dunia. Meskipun demikian angka kejadian hipertensi
pada anak belum diketahui dengan pasti, salah satu laporan bahwa prevalensi
hipertensi pada anak, khususnya usia sekolah, mengalami peningkatan. Hal ini
mungkin disebabkan meningkatnya prevalensi obesitas pada usia kelompok tersebut. 1

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi atas primer (esensial) dan sekunder.


Penyebab hipertensi pada anak,, umumnya adalah sekunder. Diantara penyebab
sekunder tersebut, penyakit parenkim ginjal merupakan bentuk yang paling banyak
ditemukan (60-70%). Memasuki usia remaja, penyebab tersering hipertensi primer
yaitu sekitar 85-95%.2
Pada hipertensi yang bersifat akut dan berat pada anak, terutama usia sekolah,
disebabkan oleh glomerulonefritis, sedangkan hipertensi kronik terutama disebabkan
oleh penyakit parenkim ginjal. Bayi muda dalam keadaan hipertensi akut dapat
menunjukkan gajala payah jantung kongestif. Setelah masa bayi, hipertensi biasanya
bersifat asimtomatik. Penderita dengan hipertensi berat dapat menunjukkan gejala
nyeri kepala, gangguan penglihatan, perdarahan hidung, dan nausea.

1,2

Hipertensi

pada anak harus mendapat perhatian serius, karena bila tidak ditangani dengan baik,
penyakit ini dapat menetap hingga dewasa. Agar hipertensi dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga dapat ditangani secara cepat, maka pemeriksaan tekanan darah
cermat harus dilakukan secara berkala setiap tahun anak berusia tiga tahun.3
BAB II
DISKUSI

1. DEFINISI
Pada anak, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi
daripada nilai persentil 95 untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Meskipun
belum terdapat bukti cukup, diasumsikan bahwa risiko hipertensi meningkat seiring
dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi pada anak dapat terjadi primer
(esensial) atau sekunder. Saat ini hipertensi esensial merupakan penyebab utama
hipertensi pada dewasa, sedangkan penyakit ginjal merupakan penyebab utama
hipertensi sekunder pada anak.2
2. ETIOLOGI
4

Penyebab hipertensi terbagi atas dua yakni hipertensi primer (esensial) dan
hipertensi sekunder.
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipetensi yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa faktor dapat diperkirakan
berperan menimbulkan seperti faktor keturunan, berat badan, respon terhadap stress
fisik dan psikologis, abnormalitas transport kation, resistensi insulin, dan respon
terhadap masukan garam dan kalsium.3
Hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding orang
dewasa. Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan
parenkim ginjal. Kebanyakan hipertensi akut pada anak berhubungan dengan
glomerulonefritis, sedangkan hipertensi kronis paling sering berhubungan dengan
penyakit parenkim ginjal.3
Adapun beberapa penyebab hipertensi pada anak adalah sebagai berikut: 2
a. Kelainan ginjal kongenital
- Kelainan kongenital
- Dysplasia ginjal
- Ginjal polikistik
- Uropati obstruktif
b. Penyakit ginjal yang didapat
- Tumor Wilms
- Glomerulonefritis
- Sindrom hemolitik uremik
- Nefropati refluks
- Obat dan toksin
- Lupus eritematosus sistemik
c. Kelainan endokrin
- Tumor yang menghasilkan katekolamin
- Sindrom Cushing
- Hiperparatiroidisme
- Nefropati diabetik
d. Kelainan neurologis
- Stress, ansietas
- Sindrom guillain Barre
- Kuadriplegia
- Poliomyelitis
- Ensefalitis
- Neurofibromatosis

e. Penyebab vascular
- Emboli arteri renalis
- Thrombosis vena renalis
- Stenosis arteri renalis
3. PATOFISIOLOGI
Hipertensi pada anak umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi
sekunder). Patogenesis pada anak dengan penyakit ginjal melibatkan beberapa
mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit glomerular diketahui memicu produksi
renin melalui apparatus jukstaglomerular yang mengaktifkan angiotensin I dan
selanjutnya mengaktifkan angiotensin II. Angiotensin II mempunyai 2 efek, yaitu
pertama mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh adarah perifer dan kedua
merangsang korteks kelenjar adrenal untuk memproduksi aldosteron. Aldosteron
bersifat meretensi air dan natrium sehingga mengakibatkan volume darah bertambah.
Kombinasi kedua efek tersebut akan mengakibatkan hipertensi. Sistem hormonal
seperti prostaglandin meduler yang bersifat vasodepressor dapat menurun dan
menyebabkan hipertensi, substansi lipid pada medulla ginjal juga menurun pada
penyakit ginjal. Hipervolemia akibat retensi air dan garam menyebabkan curah
jantung meningkat dan menimbulkan hipertensi. Hipertensi juga bisa disebabkan oleh
farmakoterapi untuk penyakit parenkim ginjal yang diobati dengan kortikosteroid. 3
4. MANIFESTASI KLINIS
Mayoritas anak dengan hipertensi umumnya tidak memperlihatkan gejala;
satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah mengukur tekanan darah.
Tekanan darah harus diukur pada anak berusia di atas 3 tahun pada satiap saat
kunjungan rutin. Pemilihan ukuran manset sangat penting. Riwayat kelahiran dan
periode neonatal (berat badan lahir rendah atau penggunaan kateter arteri
umbilikalis); riwayat hipertensi dalam keluarga, stroke, serangan jantung, dan riwayat
diit( konsumsi garam atau kafein berlebihan, serta obat-obatan), sangat penting.
Tanda dan gejala yang berkaitan dengan hipertensi adalah gagal jantung, stroke,
ensefalopati (kejang, nyeri kepala, koma), poliuria, oligouria, edema, edema papil,
dan retinopati (penglihatan kabur). Temuan tambahan yang dapat memberikan

petunjuk mengenai penyebab hipertensi termasuk abdominal bruit, tekanan


ekstremitas bawah rendah (koarktasio aorta). 2
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tekanan darah sebaiknya diukur dengan menggunakan sfigmomanometer air
raksa, sedangkan sfigmomanometer aneroid memiliki kelemahan yaitu memerlukan
kalibrasi secara berkala.16-18 Osilometrik otomatis merupakan alat pengukur tekanan
darah yang sangat baik untuk bayi dan anak kecil, karena saat istirahat teknik
auskultasi sulit dilakukan pada kelompok usia ini. Sayangnya alat ini harganya mahal
dan memerlukan pemeliharaan serta kalibrasi berkala.

Gambar 1. Lingkaran lengan atas harus diukur tengah-tengah antara


olekranon dan akromion
Ukuran cuff yang terlalu besar akan menghasilkan nilai tekanan darah yang
lebih rendah, sedangkan ukuran cuff yang terlalu kecil akan menghasilkan nilai
tekanan darah yang lebih tinggi.1

Gambar 2. Cuff Pengukur Tekanan darah


Panjang cuff manset harus melingkupi minimal 80% lingkar lengan atas,
sedangkan lebar cuff harus lebih dari 40% lingkar lengan atas (jarak antara
akromion dan olekranon).1
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada Anak usia 1 tahun atau lebih dan usia
remaja

Tekanan darah sebaiknya diukur setelah istirahat selama 3-5 menit, suasana
sekitarnya dalam keadaan tenang. Anak diukur dalam posisi duduk dengan lengan
kanan diletakkan sejajar jantung, sedangkan bayi diukur dalam keadaan telentang.
Jika tekanan darah menunjukkan angka di atas persentil ke-90, tekanan darah harus
diulang dua kali pada kunjungan yang sama untuk menguji kesahihan hasil
pengukuran. Teknik pengukuran tekanan darah dengan ambulatory blood pressure
monitoring (ABPM) menggunakan alat monitor portable yang dapat mencatat nilai
tekanan darah selama selang waktu tertentu. ABPM biasanya digunakan pada
keadaan hipertensi episodik, gagal ginjal kronik, anak remaja dengan hipertensi yang
meragukan, serta menentukan dugaan adanya kerusakan organ target karena
hipertensi. Tekanan darah sistolik ditentukan saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff
ke-1. Tekanan darah diastolik sesungguhnya terletak antara mulai mengecil sampai
menghilangnya bunyi Korotkoff. Teknik palpasi berguna untuk mengukur tekanan
darah sistolik secara cepat, meskipun nilai tekanan darah palpasi biasanya sekitar 10
mmHg lebih rendah dibandingkan dengan auskultasi.1
Pemeriksaan anak yang menderita hipertensi, setelah dikonfirmasi dengan
pemeriksaan tekanan darah beberapa kali, meliputi :2
- Pengkajian adanya kerusakan organ target (ekokardiografi untuk hipertrofi
-

ventrikel kiri)
Pengkajian data dasar untuk menentukan etiologi (urinalisis, kadar
elektrolit, kalsium, rasio blood urea nitrogen [BUN]/kreatinin, dan USG

ginjal)
Pemeriksaan terarah sesuai dengan temuan spesifik (kadar katekolamin

dan metanefrin, pemeriksaan fungi tiroid, dan pemeriksaan Doppler)


Pengkajian faktor risiko kardiovaskular lain (kadar lemak, asam urat)

Tabel 2. Tekanan Darah Untuk Anak Laki-laki Berdasarkan Usia dan Persentil
Tinggi Badan

Tabel 3. Tekanan Darah Untuk Anak Perempuan Berdasarkan Usia dan


Persentil Tinggi Badan

10

6. EVALUASI

11

Setelah hipertensi dapat didiagnosis, maka perlu dilakukan anamnesis dan


pemeriksaan fisis secara teliti agar dapat dideteksi adanya penyebab dasar serta
kerusakan organ target. Informasi yang didapat secara akurat melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisis dapat menghindarkan pemeriksaan laboratorium dan radiologis
yang tidak perlu dan mahal. Evaluasi adanya hipertensi tergantung pada usia anak,
beratnya tingkat hipertensi, adanya kerusakan organ target, dan faktor-faktor risiko
jangka panjang yang bersifat individual.1,5
Anamnesis terhadap pasien dan keluarganya serta pemeriksaan fisis harus
diikuti dengan pemeriksaan urin rutin dan kimia dasar. USG abdomen merupakan alat
diagnostik yang tidak invasif tetapi sangat bermanfaat dalam mengevaluasi ukuran
ginjal, deteksi tumor adrenal dan ginjal, penyakit ginjal kistik, batu ginjal, dilatasi
sistem saluran kemih, ureterokel, dan penebalan dinding vesika urinaria.1,5
7. TERAPI
Tujuan pengobatan hipertensi pada anak adalah mengurangi risiko jangka
pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ
target. Upaya mengurangi tekanan darah saja tidak cukup untuk mencapai tujuan ini.
Selain menurunkan tekanan darah dan meredakan gejala klinis, juga harus
diperhatikan faktor-faktor lain seperti kerusakan organ target, faktor komorbid,
obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, dan intoleransi glukosa.3
Pengobatan

hipertensi

ditujukan

terhadap

anak

yang

menunjukkan

peningkatan tekanan darah di atas persentil ke-99 yang menetap. Tujuan akhir
pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah hingga di bawah persentil
ke-95 berdasarkan usia dan tinggi badan anak. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa pengobatan yang dilakukan secara tepat sejak awal pada anak yang menderita
hipertensi ringan-sedang akan menurunkan risiko terjadinya stroke dan penyakit
jantung koroner di kemudian hari. 3

12

Pengobatan hipertensi pada anak dibagi ke dalam 2 golongan besar, yaitu


nonfarmakologis dan farmakologis yang tergantung pada usia anak, tingkat hipertensi
dan respons terhadap pengobatan. 3
1. Pengobatan Non-farmakologis
Anak dan remaja yang mengalami prehipertensi atau hipertensi tingkat 1
dianjurkan untuk mengubah gaya hidupnya. Pada tahap awal anak remaja
yang menderita hipertensi primer paling baik diobati dengan cara nonfarmakologis. 3
Pengobatan tahap awal hipertensi pada anak mencakup penurunan berat
badan, diet rendah lemak dan garam, olahraga secara teratur, menghentikan
rokok dan kebiasaan minum alkohol. Seorang anak yang tidak kooperatif dan
tetap tidak dapat mengubah gaya hidupnya perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan obat anti hipertensi. 3
Penurunan berat badan terbukti efektif mengobati hipertensi pada anak
yang mengalami obesitas. Dalam upaya menurunkan berat badan anak ini,
sangat penting untuk mengatur kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi. Banyaknya makanan yang dikonsumsi secara langsung akan
mempengaruhi berat badan dan massa tubuh, sehingga juga akan
mempengaruhi tekanan darah. Hindarilah mengkonsumsi makanan ringan di
antara waktu makan yang pokok. Demikian juga makanan ringan yang
mengandung banyak lemak atau terlampau manis sebaiknya dikurangi.
Buatlah pola makan teratur dengan kandungan gizi seimbang dan lebih
diutamakan untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayuran.
Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI
eksklusif memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami obesitas dan
hipertensi dibandingkan dengan anak yang mendapat susu formula. 3
Diet rendah garam yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 4-8
tahun dan 1,5 g/hari pada anak yang lebih besar. Diet rendah garam yang
dikombinasikan dengan buah dan sayuran, serta diet rendah lemak

13

menunjukkan hasil yang baik untuk menurunkan tekanan darah pada anak.
Asupan makanan mengandung kalium dan kalsium juga merupakan salah satu
upaya untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga secara teratur merupakan
cara yang sangat baik dalam upaya menurunkan berat badan dan tekanan
darah sistolik maupun diastolik. Olahraga teratur akan menurunkan tekanan
darah dengan cara meningkatkan aliran darah, mengurangi berat badan dan
kadar kolesterol dalam darah, serta stress. 3
2. Pengobatan farmakologis
Pada saat memilih jenis obat yang akan diberikan kepada anak yang
menderita hipertensi, harus dimengerti tentang mekanisme yang mendasari
terjadinya penyakit hipertensi tersebut.
Di bawah ini dicantumkan beberapa keadaan hipertensi pada anak yang
merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi:
a. Hipertensi simtomatik
b. Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan
proteinuria
c. Hipertensi sekunder
d. Diabetes mellitus
e. Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan
gaya hidup
f. Hipertensi tingkat 2
Golongan diuretik dan -blocker merupakan obat yang dianggap aman dan
efektif untuk diberikan kepada anak. Golongan obat lain yang perlu dipertimbangkan
untuk diberikan kepada anak hipertensi bila ada penyakit penyerta adalah
penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) pada anak yang menderita
diabetes mellitus.5
Penggunaan obat penghambat ACE harus hati-hati pada anak yang mengalami
penurunan fungsi ginjal. Meskipun kaptopril saat ini telah digunakan secara luas pada

14

anak yang menderita hipertensi, tetapi saat ini banyak pula dokter yang menggunakan
obat penghambat ACE yang baru, yaitu enalapril. Obat ini memiliki masa kerja yang
panjang, sehingga dapat diberikan dengan interval yang lebih panjang dibandingkan
dengan kaptopril.5
Setelah diagnosis hipertensi ditegakkan, terapi dapat dimulai meskipun etiologi
belum diketahui. Pada hipertensi ringan tanpa kerusakan target organ, penyakit
sistemik, atau faktor risiko lain, perubahan pola hidup harus dimulai (diet dan
olahraga). Pemberian obat antihipertensi diberikan pada hipertensi sedang, berat, atau
simtomatik.

Gambar 3. Langkah-langkah pendekatan pengobatan hipertensi1


Obat antihipertensi golongan calcium channel blockers, inhibitor angiotensinconverting enzyme, beta blockers, atau kombinasi alfa/beta blockers dapat dipilih
untuk hipertensi ringan sampai sedang. Terapi satu jenis obat biasanya cukup.
Kombinasi terapi obat antihipertensi (diuretic dan calcium channel blocker atau
inhibitor angiotensin-converting enzyme) mungkin diperlukan untuk hipertensi berat.
Hipertensi emergensi (adanya ensefalopati dan gagal jantung kongestif) dan
hipertensi urgensi (peningkatan tekanan darah jantung) memerlukan perawatan

15

dirumah sakit segera dan antihipertensi parenteral dengan nifedipin, labetalol,


esmolol, atau natrium nitroprusid. Angioplasty mungkin diperlukan pada hipertensi
renovaskular. 2
Tabel 4. obat antihipertensi yang digunakan pada anak dan remaja1

Golongan Obat
Angiotensin

Jenis Obat
Kaptopril

Dosis dan Interval


Efek samping
Dosis 0,3 s/d 0,5 Kontraindikasi

pada

Converting

mg/kg/kali. Maksimum ibu

Enzyme Inhibitor Enalapril

6 mg/kg/hari.
Pemeriksaan serum
Dosis 0,08 mg/kg/hari
kreatinin dan kalium.
sampai 5 mg/hari
Hati-hati pemakaian
Dosis 0,2 mg/kg/hari
pada penyakit ginjal
sampai 10 mg/hari
Maksimum
0,6 dengan
proteinuria

(ACEi)

Beazepril

Lisinopril
Fosinopril
Kuinapril

hamil.

mg/kg/hari sampai 40 dan diabetes mellitus.


mg/hari.
Dosis 0.07 mg/kg/hari
sampai

40

mg/hari.

Anak > 50 kg. Dosis 5


s/d 10 m/hari.
Dosis 5 s/d 10 mg/hari
Dosis maksimum 80
Angiotensin

Irbesartan

mg/hari
6 s/d 12 tahun : 75 Semua ARB dikontra

Receptor Blocker

sampai

(ARB)

(satu kali perhari)


13 tahun 150
Losartan

150

mg/hari indikasikan pada ibu


hamil.

Pemeriksaan

s/d

kadar serum kretinin


300mg/hari
dan kalium. Losartan
Dosis 0,7 mg/kg/hari
dapat dibuat menjadi
sampai 50 mg/hari
suspensi
FDA
(satu kali sehari)
Dosis maksimum 1,4 membatasi

16

mg/kg/hari sampai 100 pemakaian


mg

losartan

hanya untuk anak 6


tahun dan kreatinin
klirens 30 ml/min

Calcium

Chanel

Amlodipin

Blocker
Felodipin
Isradipin

Extended release
Nifedipin

Alpha dan Beta

Labetalol

Blocker

Anak usia 6 sampai 17


tahun: 2,5 sampai 5 mg
satu kali sehari
Dosis: 2,5mg/hari
Dosis maksimum: 10
mg/hari
Dosis: 0,15 sampai 0,2
mg/kg/hari (dibagi 3
sampai 4dosis)
Dosis maksimum: 0,8
mg/kg/hari sampai 20
mg/hari
Dosis 0,25 sampai 0,5
mg/kg/hari (satu
sampai dua
kali perhari)
Dosis maksimum: 3

per 1,73 m3
Dapat menyebabkan
takikardi
dan edema

mg/kg/hari
Dosis: 1 s/d 3

Kontraindikasi pada

mg/kg/hari

penderita

Dosis maksimum: 10

asma dan gagal

s/d 12 mg/kg/hari

jantung

sampai 1200 mg/hari

Tidak digunakan pada


pasien
diabetes yang insulin

Beta Blocker

Atenolol

Dosis: 0,5 s/d 1


mg/hari

dependent
Noncardioselective
agents

17

Metoprolol

(satu sampai dua kali


perhari)
Dosis maksimum: 2
mg/kg/
hari sampai

Propanolol

100mg/hari

Tidak digunakan pada


pasien
diabetes mellitus

Dosis: 1 s/d 2 mg/kg/


hari(dua kali perhari)
Dosis maksimum: 6
mg/kg/
hari sampai
200mg/hari
Dosis: 1-2 mg/kg/hari
(dibagi dua sampai tiga
dosis)
Dosis maksimum: 4
mg/kg/
hari sampai 640
Central Alpha
Blocker

Klonidin

Vasodilator

Hidralazin
Minoxidil

mg/hari
Anak 12 tahun:
Dosis: 0,2 mg/hari
(dibagi
dua dosis)
Dosis maksimum: 2,4
mg/
Hari

Dosis: 0,75 mg/kg/hari


Dosis maximal: 7,5
mg/kg/
hari sampai
200mg/hari
Dosis: 0,2 mg/kg/hari
(dibagi satu sampai 3
dosis)

Dapat menyebabkan
mulut
kering atau sedasi
Penghentian terapi
yang tiba
tiba dapat
menyebabkan
rebound
hypertension
Sering menyebabkan
takikardi
dan retensi cairan
Dapat menyebabkan
lupus like
syndrome
Kontraindikasi pada
efusi
18

Dosis maksimum:
50mg/Hari

Diuretik

Hidroklorotiazid
Furosemid

Spironolakton

Dosis: 1 mg /kg/hari
(sekali sehari)
Dosis: 0,5 mg s/d 2
mg/kg/hari
Dosis maksimum: 6
mg/kg/hari

Triamteren
Dosis: 1 mg/kg/hari
(dibagi1-2 dosis)
Dosis: 1 s/d 2
mg/kg/hari
Dosis maksimum: 3 s/d
4mg/hari sampai 300
mg/hari

pericardium,
supraventrikular
takikardia, dan
takidisritmia
Minoxidil biasanya
digunakan
pada pasien hipertensi
yang
resisten terhadap
multiple drug
Harus dimonitor
kadar elektrolit
secara periodik
Diuretik hemat
kalium dapat
menyebabkan
hiperkalemia
berat terutama bila
dikombinasikan
dengan ACEi
atau ARB
Furosemid berguna
sebagai
terapi tambahan pada
penyakit
ginjal

Penanganan Hipertensi Emergensi


Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tekanan darah
yang harus diturunkan dalam waktu satu jam, karena pada penderita didapatkan
kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau payah jantung. Pemberian nifedipin
secara oral atau sublingual sangat membantu pada tahap awal pengobatan, sambil
mencari cara agar obat suntikan dapat segera diberikan.
Pengobatan secara intravena yang harus segera diberikan adalah natrium
nitroprusid atau infus labetolol bila tersedia. Bolus hidralazin secara intravena dapat
19

diberikan bila obat infus tersebut di atas tidak tersedia. Pada anak yang menderita
hipertensi kronik dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah sebesar 20-30% dalam
waktu 60-90 menit.
Anak yang menderita hipertensi urgensi harus diberi nifedipin yang kerjanya
cepat dan harus dirawat untuk memantau keadaan dan melihat efek samping. Tekanan
darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam dengan nifedipin. Meskipun demikian
diperlukan obat-obat lain yang memiliki masa kerja panjang. Hipertensi urgensi
biasanya terjadi pada penderita glomerulonefritis akut, hipertensi akselerasi, dan
setelah dilakukan transplantasi. Salah satu bentuk hipertensi emergensi adalah krisis
hipertensi, yaitu tekanan darah meningkat dengan cepat hingga mencapai sistolik
180 mmHg atau diastolik 120 mmHg, sehingga perlu ditangani dengan obat-obatan
seperti terlihat pada Tabel 3

Tabel 5. Obat-obat Antihipertensi untuk Penanggulangan Krisis hipertensi 1


20

Pada anak dengan hipertensi kronis atau yang kurang terkontrol, masalah
pengobatan menjadi lebih rumit. Beberapa anak dengan keadaan tersebut seringkali
memerlukan obat antihipertensi kombinasi untuk memantau kenaikan tekanan darah.
Prinsip dasar pengobatan anti hipertensi kombinasi adalah menggunakan obat-obatan
dengan tempat dan mekanisme kerja yang berbeda. Pemilihan obat juga harus

21

sesederhana mungkin, yaitu dengan menggunakan obat dengan masa kerja panjang,
sehingga obat cukup diberikan satu atau dua kali sehari.
Lama pengobatan yang tepat pada anak dan remaja hipertensi tidak diketahui
dengan pasti. Beberapa keadaan memerlukan pengobatan jangka panjang, sedangkan
keadaan yang lain dapat membaik dalam waktu singkat. Oleh karena itu, bila tekanan
darah terkontrol dan tidak terdapat kerusakan organ, maka obat dapat diturunkan
secara bertahap, kemudian dihentikan dengan pengawasan yang ketat setelah
penyebabnya diperbaiki. Tekanan darah harus dipantau secara ketat dan berkala
karena banyak penderita akan kembali mengalami hipertensi di masa yang akan
datang. Pada Tabel dibawah ini diperlihatkan petunjuk untuk menurunkan secara
bertahap pengobatan hipertensi bila tekanan darah telah terkontrol.
Tabel 6. Petunjuk untuk Step Down Therapy pada bayi, Anak, atau Remaja1

22

8. PENCEGAHAN 1
Upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi pada anak harus mencakup
pencegahan primer, sekunder, maupun tersier.
Pencegahan primer hipertensi harus dilihat sebagai bagian dari pencegahan
terhadap penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular dan stroke yang merupakan
penyebab utama kematian pada orang dewasa. Penting pula diperhatikan faktor-faktor
risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular seperti obesitas, kadar kolesterol
darah yang meningkat, diet tinggi garam, gaya hidup yang salah, serta penggunaan
rokok dan alkohol.
Pencegahan sekunder dilakukan bila anak sudah menderita hipertensi untuk
mencegah terjadinya komplikasi seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal atau
kelainan organ target. Pencegahan ini meliputi modifikasi gaya hidup menjadi lebih
benar, seperti menurunkan berat badan, olahraga secara teratur, diet rendah lemak dan
garam, menghentikan kebiasaan merokok atau minum alkohol. Asupan makanan
mengandung kalsium dapat dilakukan sebagai pengobatan alternative untuk
mengatasi hipertensi. Kadar kalsium yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar
natrium. Apabila komplikasi sudah terjadi, misalnya stroke dan retinopati, maka
upaya rehabilitatif dan promotif yang merupakan bagian dari pencegahan tersier
dapat dilakukan untuk mencegah kematian dan mempertahankan fungsi organ yang
terkena seefektif mungkin.

9. PROGNOSIS2
Prognosis tergantung etiologi yang mendasari. Hipertensi esensial, bila
mengenai remaja, biasanya tidak menunjukkan morbiditas pada saat awal, namun bila
tidak diterapi bahkan hipertensi esensial asimptomatik dapat menyebabkan
morbiditas kardiovaskular, sistim saraf pusat, dan gangguan ginjal pada masa dewasa.

BAB III
KESIMPULAN

23

1. Hipertensi pada anak adalah rerata tekanan darah sistolik dan atau tekanan
darah diastolik persentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia dan tinggi
badan pada 3 kali pengukuran.1
2. Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor risiko terhadap terjadinya
penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya hipertensi pada anak
mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit jantung koroner
tersebut.1,4
3. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis.1

DAFTAR PUSTAKA

24

1. Sekarwana, N. Rachmadi, D. Hilamnto, D. 2011. Consensus tatalaksana


hipertensi. Bandung: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
2. Marcdante, K.J. Kliegman, R.M. Jenson,H.B, Behrman, R.E. 2011. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi Keenam. Singapore:Elsivier.
3. Supartha, M. Suarta, I.K. Winaya, I.B.A, 2009. Hipertensi pada Anak. Volum:
59, Nomor:5. IDI.
4. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS. Standar pelayanan Medis
KEsehatan Anak, SMF Anak RS dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar, 2015.
5. Pudjiadi HA, et al. pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta; 2009.

25

Anda mungkin juga menyukai