Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
PERTANIAN

Nama
NIRM
Kelas

:
:
:

Dohar M. Karatem
07.1.2.12.1409
Pertanian VI/B

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2015

BIOGRAFI ADAM MALIK

Adam Malik yang dijuluki ''si kancil ini dilahirkan di Pematang Siantar,
Sumatra Utara, 22 Juli 1917 dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan
Salamah Lubis. Semenjak kecil ia gemar menonton film koboi, membaca, dan
fotografi. Setelah lulus HIS, sang ayah menyuruhnya memimpin toko 'Murah', di
seberang bioskop Deli. Di sela-sela kesibukan barunya itu, ia banyak membaca
berbagai buku yang memperkaya pengetahuan dan wawasannya.
Nama

: Adam Malik Batubara

Lahir

: Pematang Siantar, 22 Juli 1917 - Jakarta, 5 September 1984

Istri

: Nelly

Anak

: Lima Orang

Pendidikan

Sekolah dasar
Sekolah agama
Otodidak

Penghargaan :

Bintang Mahaputera Kelas IV

Bintang Republik Indonesia


Adhi Pradhana II

Organisasi dan Karir :

Bintang Satya Lencana

Ketua Partai Indonesia di Pematang Siantar dan Medan, (1934-1937)


Kantor Berita Antara di Jakarta, (13 Desember 1937)
Anggota Eksekutif Partai Gerindo, (1940-1941)
Gerakan Pemuda untuk persiapan kemerdekaan di Jakarta, (1945)
Anggota Badan Persatuan Perjoangan di Yogyakarta, (1945-1946)
Deputi dan Badan Eksekutif Harian Komite Nasional Indonesia Pusat,

(1945-1947)
Mendirikan Partai Rakyat, (1946)
Mendirikan Partai Murba, (1948-1956)
Dipilih menjadi Anggota DPR, (1956)
Anggota Dewan Pertimbangan Agung Sementara, (1959)
Duta Besar Luar Biasa Indonesia untuk Uni Soviet dan Polandia, (28

November 1959)
Delegasi RI untuk Perundingan Indonesia dengan Belanda Masalah Irian

Jaya di Washington AS, (Maret 1962)


Delegasi RI untuk Perundingan Indonesia dengan Belanda Masalah Irian

Jaya di Middleburg AS, (September 1962)


Anggota Dewan Eksekutif Kantor Berita Antara, (September 1962)
Menteri Perdagangan di Kabinet Kerja, (13 November 1962)
Menteri Koordinator Ekonomi, (31 Maret 1965)
Menteri Luar Negeri ad interim, (18 Maret 1966)
Menteri Politik dan Sosial/Menteri Luar Negeri, (27 Maret 1966)
Menteri Luar Negeri Kabinet Ampera, (11 Oktober 1967)
Menteri Luar Negeri Kabinet Pembangunan, (6 Juni 1968)
United Nations General Assembly New York, (21 September 1971)
Anggota Independent Commission on International Development Issues

(ICIDI), (Oktober 1967) - Ketua MPR DPR, (Oktober 1977-Maret 1978)


Wakil Presiden RI, (23 Maret 1978)
Adam Malik adalah anak dari pasangan Abdul Malik Batubara dan

Salamah Lubis. Ayahnya, Abdul Malik, adalah seorang pedagang kaya di


Pematangsiantar. Adam Malik adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara.
Adam

Malik

menempuh

pendidikan

dasarnya

di Hollandsch-Inlandsche

School Pematangsiantar. Ia melanjutkan di Sekolah Agama Parabek di


Bukittinggi, namun hanya satu setengah tahun saja karena kemudian pulang
kampung dan membantu orang tua berdagang.
Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa mendorong Adam
Malik untuk pergi merantau ke Jakarta. Pada usia 20 tahun, ia bersama dengan
Soemanang, Sipahutar, Armijn Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna
memelopori berdirinya Kantor Berita Antara.

Ketika usianya masih belasan tahun, ia pernah ditahan polisi Dinas Intel
Politik di Sipirok 1934 dan dihukum dua bulan penjara karena melanggar
larangan berkumpul. Adam Malik pada usia 17 tahun telah menjadi ketua
Partindo di Pematang Siantar (1934- 1935) untuk ikut aktif memperjuangkan
kemerdekaan bangsanya. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa
mendorong Adam Malik merantau ke Jakarta.
Pada usia 20 tahun, Adam Malik bersama dengan Soemanang,
Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, memelopori
berdirinya kantor berita Antara tahun 1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta
Kota. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin
roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional.
Sebelumnya, ia sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan
Majalah Partindo.
Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda
memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni,
Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik pernah melarikan Bung Karno dan Bung
Hatta

ke

Rengasdengklok

untuk

memaksa

mereka

memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia.
Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan
rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam
Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite
Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan
pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat,
pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.
Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk
ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni
Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian
menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk
penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian
Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin
(1965). Pada masanya
semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam
bersama Roeslan Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh
PKI dan dicap sebagai trio sayap kanan yang kontra-revolusi.

Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan Orde Lama, posisi Adam


Malik

yang

berseberangan

dengan

kelompok

kiri

justru

malah

menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebut-sebut dalam trio baru SoehartoSultan-Malik. Pada tahun yang sama, lewat televisi, ia menyatakan keluar dari
Partai Murba karena pendirian Partai Murba, yang menentang masuknya modal
asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan Golkar. Sejak 1966 sampai
1977 ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II / Menlu ad Interim dan Menlu
RI.
Sebagai Menlu dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan
penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain termasuk
rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menlu negaranegara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Ia
bahkan dipercaya menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York.
Ia orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan
dunia itu. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Kemudian tiga bulan
berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil
Presiden Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.
Beberapa tahun setelah menjabat wakil presiden, ia merasa kurang dapat
berperan banyak. Maklum, ia seorang yang terbiasa lincah dan aktif tiba-tiba
hanya berperan sesekali meresmikan proyek dan membuka seminar. Kemudian
dalam beberapa kesempatan ia mengungkapkan kegalauan hatinya tentang
feodalisme yang dianut pemimpin nasional. Ia menganalogikannya seperti tuantuan kebon.
Sebagai

seorang

diplomat,

wartawan

bahkan

birokrat,

ia

seing

mengatakan semua bisa diatur. Sebagai diplomat ia memang dikenal selalu


mempunyai 1001 jawaban atas segala macam pertanyaan dan permasalahan
yang dihadapkan kepadanya. Tapi perkataan semua bisa diatur itu juga
sekaligus sebagai lontaran kritik bahwa di negara ini semua bisa di atur dengan
uang.
Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik
meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian,
isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum
Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan.

Referensi :
- http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/adam-malik/index.shtml

BIOGRAFI ADAM MALIK


Adam Malik yang dijuluki ''si kancil ini dilahirkan di Pematang Siantar,
Sumatra Utara, 22 Juli 1917 dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan
Salamah Lubis. Semenjak kecil ia gemar menonton film koboi, membaca, dan
fotografi. Setelah lulus HIS, sang ayah menyuruhnya memimpin toko 'Murah', di
seberang bioskop Deli. Di sela-sela kesibukan barunya itu, ia banyak membaca
berbagai buku yang memperkaya pengetahuan dan wawasannya.
Ketika usianya masih belasan tahun, ia pernah ditahan polisi Dinas Intel
Politik di Sipirok 1934 dan dihukum dua bulan penjara karena melanggar
larangan berkumpul. Adam Malik pada usia 17 tahun telah menjadi ketua
Partindo di Pematang Siantar (1934- 1935) untuk ikut aktif memperjuangkan
kemerdekaan bangsanya. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa
mendorong Adam Malik merantau ke Jakarta.
Pada usia 20 tahun, Adam Malik bersama dengan Soemanang,
Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, memelopori
berdirinya kantor berita Antara tahun 1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta
Kota. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin
roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional.
Sebelumnya, ia sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan
Majalah Partindo.
Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda
memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni,
Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik pernah melarikan Bung Karno dan Bung
Hatta

ke

Rengasdengklok

untuk

memaksa

mereka

memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia.
Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan
rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam
Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite
Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan
pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat,
pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.
Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk
ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni
Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian

menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk


penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian
Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin
(1965). Pada masa
semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam
bersama Roeslan Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh
PKI dan dicap sebagai trio sayap kanan yang kontra-revolusi.
Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan Orde Lama, posisi Adam
Malik

yang

berseberangan

dengan

kelompok

kiri

justru

malah

menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebut-sebut dalam trio baru SoehartoSultan-Malik. Pada tahun yang sama, lewat televisi, ia menyatakan keluar dari
Partai Murba karena pendirian Partai Murba, yang menentang masuknya modal
asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan Golkar. Sejak 1966 sampai
1977 ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II / Menlu ad Interim dan Menlu
RI.
Sebagai Menlu dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan
penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain termasuk
rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menlu negaranegara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Ia
bahkan dipercaya menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York.
Ia orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan
dunia itu. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Kemudian tiga bulan
berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil
Presiden Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.
Beberapa tahun setelah menjabat wakil presiden, ia merasa kurang dapat
berperan banyak. Maklum, ia seorang yang terbiasa lincah dan aktif tiba-tiba
hanya berperan sesekali meresmikan proyek dan membuka seminar. Kemudian
dalam beberapa kesempatan ia mengungkapkan kegalauan hatinya tentang
feodalisme yang dianut pemimpin nasional. Ia menganalogikannya seperti tuantuan kebon.
Sebagai

seorang

diplomat,

wartawan

bahkan

birokrat,

ia

seing

mengatakan semua bisa diatur. Sebagai diplomat ia memang dikenal selalu


mempunyai 1001 jawaban atas segala macam pertanyaan dan permasalahan
yang dihadapkan kepadanya. Tapi perkataan semua bisa diatur itu juga

sekaligus sebagai lontaran kritik bahwa di negara ini semua bisa di atur dengan
uang.
Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik
meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian,
isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum
Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan.
Referensi :
- http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/adam-malik/index.shtml

Murba atau Musyawarah Rakyat Banyak adalah partai politik Indonesiayang


didirikan

pada 7

Saleh,Sukarni dan Adam

November 1948 oleh Tan


Malik[1].

Partai

ini

Malaka, Chaerul
sempat

dibekukan

pada September1965, akan tetapi setahun kemudian partai ini direhabilitasi oleh
pemerintah yang dalam masa peralihan dari Soekarno ke Soeharto. Pada
tahun 1971, partai ini mengikuti Pemilu 1971 akan tetapi pada Pemilu 1977 partai
ini dilebur dalam Partai Demokrasi Indonesia[2]. Pada era demokrasi dibuka
kembali oleh pemerintah di Pemilu 1999, partai ini muncul kembali dengan nama
Partai

Murba

dengan

nomor

urut

31[3] akan

tetapi

karena

tidak

memenuhi electoral threshold partai ini lenyap kembali. Saat ini partai ini mulai
bangkit kembali dengan nama Partai Murba Indonesia meskipun tidak lolos
seleksi untuk mengikuti Pemilu 2009[4].

Masalah kepemimpinan
Organisasi

MSDM

Ruang lingkup
Model manajemen

Peran Manajemen

Anda mungkin juga menyukai