Biografi Adam Malik
Biografi Adam Malik
Mata Kuliah
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
PERTANIAN
Nama
NIRM
Kelas
:
:
:
Dohar M. Karatem
07.1.2.12.1409
Pertanian VI/B
Adam Malik yang dijuluki ''si kancil ini dilahirkan di Pematang Siantar,
Sumatra Utara, 22 Juli 1917 dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan
Salamah Lubis. Semenjak kecil ia gemar menonton film koboi, membaca, dan
fotografi. Setelah lulus HIS, sang ayah menyuruhnya memimpin toko 'Murah', di
seberang bioskop Deli. Di sela-sela kesibukan barunya itu, ia banyak membaca
berbagai buku yang memperkaya pengetahuan dan wawasannya.
Nama
Lahir
Istri
: Nelly
Anak
: Lima Orang
Pendidikan
Sekolah dasar
Sekolah agama
Otodidak
Penghargaan :
(1945-1947)
Mendirikan Partai Rakyat, (1946)
Mendirikan Partai Murba, (1948-1956)
Dipilih menjadi Anggota DPR, (1956)
Anggota Dewan Pertimbangan Agung Sementara, (1959)
Duta Besar Luar Biasa Indonesia untuk Uni Soviet dan Polandia, (28
November 1959)
Delegasi RI untuk Perundingan Indonesia dengan Belanda Masalah Irian
Malik
menempuh
pendidikan
dasarnya
di Hollandsch-Inlandsche
Ketika usianya masih belasan tahun, ia pernah ditahan polisi Dinas Intel
Politik di Sipirok 1934 dan dihukum dua bulan penjara karena melanggar
larangan berkumpul. Adam Malik pada usia 17 tahun telah menjadi ketua
Partindo di Pematang Siantar (1934- 1935) untuk ikut aktif memperjuangkan
kemerdekaan bangsanya. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa
mendorong Adam Malik merantau ke Jakarta.
Pada usia 20 tahun, Adam Malik bersama dengan Soemanang,
Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, memelopori
berdirinya kantor berita Antara tahun 1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta
Kota. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin
roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional.
Sebelumnya, ia sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan
Majalah Partindo.
Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda
memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni,
Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik pernah melarikan Bung Karno dan Bung
Hatta
ke
Rengasdengklok
untuk
memaksa
mereka
memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan
rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam
Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite
Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan
pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat,
pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.
Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk
ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni
Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian
menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk
penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian
Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin
(1965). Pada masanya
semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam
bersama Roeslan Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh
PKI dan dicap sebagai trio sayap kanan yang kontra-revolusi.
yang
berseberangan
dengan
kelompok
kiri
justru
malah
menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebut-sebut dalam trio baru SoehartoSultan-Malik. Pada tahun yang sama, lewat televisi, ia menyatakan keluar dari
Partai Murba karena pendirian Partai Murba, yang menentang masuknya modal
asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan Golkar. Sejak 1966 sampai
1977 ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II / Menlu ad Interim dan Menlu
RI.
Sebagai Menlu dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan
penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain termasuk
rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menlu negaranegara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Ia
bahkan dipercaya menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York.
Ia orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan
dunia itu. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Kemudian tiga bulan
berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil
Presiden Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.
Beberapa tahun setelah menjabat wakil presiden, ia merasa kurang dapat
berperan banyak. Maklum, ia seorang yang terbiasa lincah dan aktif tiba-tiba
hanya berperan sesekali meresmikan proyek dan membuka seminar. Kemudian
dalam beberapa kesempatan ia mengungkapkan kegalauan hatinya tentang
feodalisme yang dianut pemimpin nasional. Ia menganalogikannya seperti tuantuan kebon.
Sebagai
seorang
diplomat,
wartawan
bahkan
birokrat,
ia
seing
Referensi :
- http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/adam-malik/index.shtml
ke
Rengasdengklok
untuk
memaksa
mereka
memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan
rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam
Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite
Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan
pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat,
pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.
Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk
ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni
Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian
yang
berseberangan
dengan
kelompok
kiri
justru
malah
menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebut-sebut dalam trio baru SoehartoSultan-Malik. Pada tahun yang sama, lewat televisi, ia menyatakan keluar dari
Partai Murba karena pendirian Partai Murba, yang menentang masuknya modal
asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan Golkar. Sejak 1966 sampai
1977 ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II / Menlu ad Interim dan Menlu
RI.
Sebagai Menlu dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan
penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain termasuk
rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menlu negaranegara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Ia
bahkan dipercaya menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York.
Ia orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan
dunia itu. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Kemudian tiga bulan
berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil
Presiden Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.
Beberapa tahun setelah menjabat wakil presiden, ia merasa kurang dapat
berperan banyak. Maklum, ia seorang yang terbiasa lincah dan aktif tiba-tiba
hanya berperan sesekali meresmikan proyek dan membuka seminar. Kemudian
dalam beberapa kesempatan ia mengungkapkan kegalauan hatinya tentang
feodalisme yang dianut pemimpin nasional. Ia menganalogikannya seperti tuantuan kebon.
Sebagai
seorang
diplomat,
wartawan
bahkan
birokrat,
ia
seing
sekaligus sebagai lontaran kritik bahwa di negara ini semua bisa di atur dengan
uang.
Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik
meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian,
isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum
Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan.
Referensi :
- http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/adam-malik/index.shtml
pada 7
Partai
ini
Malaka, Chaerul
sempat
dibekukan
pada September1965, akan tetapi setahun kemudian partai ini direhabilitasi oleh
pemerintah yang dalam masa peralihan dari Soekarno ke Soeharto. Pada
tahun 1971, partai ini mengikuti Pemilu 1971 akan tetapi pada Pemilu 1977 partai
ini dilebur dalam Partai Demokrasi Indonesia[2]. Pada era demokrasi dibuka
kembali oleh pemerintah di Pemilu 1999, partai ini muncul kembali dengan nama
Partai
Murba
dengan
nomor
urut
31[3] akan
tetapi
karena
tidak
memenuhi electoral threshold partai ini lenyap kembali. Saat ini partai ini mulai
bangkit kembali dengan nama Partai Murba Indonesia meskipun tidak lolos
seleksi untuk mengikuti Pemilu 2009[4].
Masalah kepemimpinan
Organisasi
MSDM
Ruang lingkup
Model manajemen
Peran Manajemen