Anda di halaman 1dari 8

A.

Biografi Ibnu Khaldun


Nama lengkap Ibn Khaldun adalah Abd Al-Rahman Abu Zaid Waliudin Ibnu Khaldun,
namanya sendiri adalah Abd- Rahman, nama keluarganya adalah Abu Zaid, sedangkan gelarnya
adalah waliuddin, dan dia terkenal dengan Ibn Khaldun. Ibnu Khaldun lahir di Faghirzadeh,
Tunisia, Afrika Utara, pada awal bulan Ramadhan 732 H atau 27 Mei 1332, keluarganya berasal
dari Hadramaut (Yaman) dan silsilahnya sampai kepada salah seorang sahabat nabi SAW yang
bernama Wail Ibnu Hujr dari kabilah Kindah. Salah seorang cucu Wail, Khalid Ibnu Usman
memasuki daerah Andalusia bersama dengan orang Arab penakluk di awal abad ke 3 Hijriyyah.
Kemudian anak cucunya membentuk satu keluarga yang besar dengan nama Bani Khaldun, dan
dari nama Bani Khaldun inilah nama Ibnu Khaldun berasal1.
Bapak buyutnya Khalid atau dikenal sebagai Khaldun masuk ke Andalusia pertama kali
masuk ke kota Caramona dan membangun keluarga di sana. Keturunan Khaldun kemudian
pindah ke Sevilla. Banu Khaldun baru muncul dalam sejarah penting Andalusia pada akhir abad
ke-3 Hijriah ketika pemerintahan Emir Abdullah bin Muhammad, dari Bani Umayyah (274-300
H). Keturunan Banu Khaldun banyak yang terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menguasai
posisi penting di Andalusia dan sekitarnya. 2
Masa kelahiran Ibnu Khaldun merupakan penghujung zaman pertengahan dan permulaan
zaman Renaissance di Eropa. Ia hidup ketika umat Islam berada pada masa kemunduran dan
disintegrasi yang ditandai dengan kejatuhan kekhalifahan Abbasyiah ke tangan pasukan Mongol.
Sedangkan di Afrika Utara yang bersama-sama Andalusia disebut Maghrib, masa tersebut pada
akhir abad VII M merupakan masa runtuhnya dinasti al-Muwahhidun.3 Pada waktu itu, Tunisia
menjadi pusat hijrah para ulama Andalusia yang mengalami kekacauan akibat perebutan
kekuasaan disana. Kehadiran para ulama tersebut bersamaan waktunya dengan naiknya Abu alHasan menjadi pemimpin Daulah Bani Marin pada sekitar tahun 1347 M.
Ibnu Khaldun adalah keturunan dari keluarga terpelajar, terkemuka, dan tertua. Guru
pertamanya adalah ayahnya sendiri. Dia belajar Al-Quran, tafsir, hadis, dan juga fiqh. Dia
diajarkan grammar dan retorika oleh para Professor terkenal di Tunisia yang saat itu menjadi
1

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata, 2010), hal. 225
Muhammad Abdullah Enan dalam Abdul Fatah, Konsep uang, stabilisasi moneter dan teori pembangunan dalam
pemikiran ekonomi ibnu khaldun, hal. 4
3
Zainab al-Khudari, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Pent. Ahmad Rafi Usmani, Pustaka,Bandung, hal.9
2

pusat ilmu pengetahuan dan literature di Afrika Utara selain Mesir 4. Ia juga mempelajari ilmuilmu aqliyah seperti filsafat, tasawuf dan metafisika serta ilmu-ilmu bahasa seperi nahwu, sharaf,
balaghah. Disamping itu, ia juga tertarik pada ilmu politik, sejarah, ekonomi, geografi, fisika dan
matematika. Dalam semua bidang studinya, ia mendapat nilai yang sangat memuaskan dari gurugurunya5.
Akan tetapi, studinya secara tiba-tiba terhenti akibat terjangkitnya penyakit pes pada
tahun 749 H di sebagian besar belahan dunia bagian timur. Wabah itu merenggut ribuan nyawa.
Akibatnya lebih jauh, penguasa bersama ulama hijrah ke Maghrib Jauh (Maroko) pada 750 H.
Oleh karena itu, ia berusaha mendapatkan pekerjaan dan mencoba mengikuti jejak kakekkakeknya di dunia politik. Komunikasi yang dijualnya dengan ulama dan tokoh-tokoh terkenal
banyak membantunya dalam mencapai jabatan-jabatan tinggi6.
Setelah kurang lebih dua dekade aktif di bidang politik, Ibnu Khaldun kembali ke Afrika
Utara. Sehingga, kemudian lahirlah magnum opusnya Kitab al-Ibar tersebut. Karya yang
dihasilkan dari proses melakukan studi dan menulis secara intensif selama 5 (lima) tahun
tersebut dan semakin meningkat kemasyhurannya dan menyebabkan ia diangkat menjadi guru di
pusat studi Islam Universitas Al-Azhar di Kairo. Dalam mengajarkan tentang masyarakat dan
sosiologi, Ibnu khaldun menekankan pentingnya menghubungkan pemikiran sosiologi dengan
observasi sejarah. Menjelang kematiannya tahun 1406, Ibnu Khaldun telah menghasilkan
sekumpulan karya yang mengandung berbagai pemikiran yang mirip dengan sosiologi zaman
sekarang. Ia melakukan studi ilmiah tentang masyarakat, riset empiris, dan meneliti sebab-sebab
fenomena sosial. Ia memusatkan perhatian pada berbagai lembaga sosial (misalnya lembaga
politik dan ekonomi) dan hubungan antara lembaga sosial tersebut. Ia juga tertarik untuk untuk
melakukan studi perbandingan antara masyarakat primitif dan modern. Ibnu Khaldun tidak
berpengaruh secara dramatis terhadap sosiologi klasik, tetapi setelah sarjana pada umumnya dan
sarjana Muslim khususnya meneliti ulang karyanya, ia mulai diakui sebagai sejarawan yang
mempunyai signifikansi historis7.

Abdul Fatah, Op. Cit, hal. 3-4


Euis Amalia, Op. Cit , hal. 226
6
Ensiklopedi Islam jilid II, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve,1997 hal.158.
7
Ritzer dalam Aswad, Kontribusi pemikiran ekonomi islam Ibnu Khaldun terhadap pemikiran ekonomi modern,
AL-FIKR Volume 16 Nomor 2 Tahun 2012
5

Ibnu Khaldun adalah ilmuwan muslim yang memiliki banyak pemikiran dalam berbagai
bidang, seperti ekonomi, politik dan kebudayaan. Salah satu pemikiran Ibnu Khaldun yang
sangat menonjol dan amat penting untuk dibahas adalah pemikirannya tentang ekonomi.
Pentingnya pembahasan pemikiran Ibnu Khaldun tentang ekonomi karena pemikirannya
memiliki signifikansi yang besar bagi pengembangan ekonomi Islam ke depan. Selain itu, tulisan
ini juga ingin menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun adalah Bapak dan ahli ekonomi yang
mendahului Adam Smith, Ricardo dan para ekonom Eropa lainnya 8.
Dari tahun 1375 M sampai 1378 M, ia menjalani pensiunnya di Galat ,sebuah puri di
Provinsi Oran, dan mulai menulis sejarah dunia dengan Muqaddimah sebagai volume
pertamanya9. Kemudian sisa hidupnya dihabiskan di Kairo hingga ia wafat pada tanggal 26
Ramadhan 808 H/16 Maret 1406 M dalam usia 74 tahun menurut hitungan tahun masehi dan 76
tahun menurut hitungan tahun hijriyah10.
Karya terbesar Ibn khaldun adalah Al-Ibar (Sejarah Dunia). Karya ini terdiri dari tiga
buah buku yang terbagi ke dalam tujuh volume, yakni Muqaddimah (satu volume), Al ibar (4
volume) dan Al Tarif bi ibn Khaldun (2 volume). Secara garis besar ,karya ini merupakan
sejarah umum tentang kehidupan bangsa Arab ,Yahudi, Yunani, Romawi, Bizantium, Persia,
Gorth,dan semua bangsa yang di kenal masa itu. Ibn khaldun mencampur pertimbanganpertimbangan filosofis, sosiologis, etis dan ekonomis dalam tulisan-tulisannya. Selain itu ia juga
menulis banyak buku, antara lain: Syarh Al Burdah, sejumlah ringkasan atas buku-buku karya
Ibnu Rasyd, Sebuah catatan atas buku Matiq, Mukhtasar kitab Al- Mahsul karya Fakhr al-Din
alRazi (Usul Fiqh), sebuah buku tentang matematika 11. Ibnu Khaldun juga menulis Wa Diwan alMubtada wal Khabar, Fi Ayyam al-arabi wal ajami wal barbar, wa man asarahum min zawi alSultan al-akbar12.

B. Kunci Kemakmuran Negara

Agustianto, Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun, Sekjend DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Rajawali, Jakarta 2006, hal. 39
10
Euis Amalia, Op. Cit, hal. 230
11
Euis Amalia, Op. Cit hal. 230-233
12
Muhammad Abdullah Enan dalam Abdul Fatah, Op. Cit, hal. 5
9

Menurut Ibnu Khaldun, alat untuk mencapai kesejahteraan dan pembangunan sebuah
bangsa dipengaruhi oleh adanya pembangunan yang adil. Perwujudannya juga dipengaruhi oleh
peranan negara dan masyarakat, serta tingkat pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai syariah
dalam sebuah bangsa. Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan
oleh banyaknya uang di negara tersebut. Menurutnya, kekayaan negara ditentukan oleh dua hal:
(1) Tingkat produksi domestik; dan (2) Neraca pembayaran yang positif dari negara tersebut13.
Pertama, tingkat produksi domestik. Suatu negara boleh saja mencetak uang sebanyakbanyaknya, tetapi bila hal ini tidak merefleksikan pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik
barang maupun jasa), maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang
menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan
menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya.
Kedua, neraca pembayaran yang positif. Ibnu Khaldun juga menegaskan bahwa neraca
pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan Negara tersebut. Hal ini disebabkan
neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal:
1) Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditi lebih tinggi daripada tingkat
permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand,
sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor.
2) Tingkat efisiensi produksi negara tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke
negara lain dengan harga yang lebih kompetitif.

C. Mekanisme Harga
Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran.
Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan standar
moneter. Semua barang-barang lainnya terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila
suatu barang langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang berlimpah,
maka harganya rendah14.
13
14

Adiwarman Karim, Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami. Edisi Kedua. Jakarta: IIIT, 2003 hal. 189-192.
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Rajawali, Jakarta, 2006

Di dalam Al-Muqaddimah , Khaldun menulis secara khusus di bab IV satu sub-bab


berjudul "Harga-Harga di Kota-Kota". Ia membagi jenis barang menjadi barang kebutuhan
pokok dan barang mewah. Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya
akan bertambah banyak, maka harga-harga barang kebutuhan pokok akan mendapat prioritas
pengadaannya. Akibatnya penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Sedangkan untuk
barang-barang mewah, permintaannya akan meningkat sejalan dengan berkembangnya kota dan
berubahnya gaya hidup. Akibatnya harga barang mewah meningkat15.
Ibn Khaldun juga menjelaskan mekanisme penawaran dan permintaan dalam menentukan
harga keseimbangan. Secara lebih rinci ia menjabarkan pengaruh persaingan di antara konsumen
untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan. Setelah itu ia menjelaskan pula pengaruh
meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutan-pungutan lain di kota tersebut, pada
sisi penawaran.
Pada bagian lain, Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran
terhadap harga. Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga akan naik. Namun, bila jarak
antar kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, akan banyak barang yang diimpor
sehingga ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga akan turun 16. Jadi kemudahan
dalam hal pendistribusian akan berpengaruh pada kestabilan harga.
Berikut beberapa faktor menurut Ibnu Khaldun yang dijadikan indikator dalam kegiatan
suatu perekonomian di suatu pasar.
1) Faktor-faktor penentu keseimbangan harga
a. Kekuatan Permintaan dan Penawaran
b. Tinggi rendahnya suatu pajak (bea cukai)
c. Biaya Produksi
d. Perilaku penimbuan (Monopoli)
2) Faktor-faktor penentu Penawaran
a.
15
16

Tingkat Permintaan

Franz Rosenthal dalam Abdul Fatah, Op. Cit, Hal. 6


Euis Amalia, Op. Cit, hal. 236

b.

Tingkat keuntungan relative

c.

Tingkat usaha manusia

d.

Besarnya tenaga buruh (tingkat ketrampilan)

e.

Ketenangan dan Keamanan

3) Faktor-faktor penentu Permintaan


a.

Pendapatan

b.

Jumlah penduduk

c.

Kebiasaan masyarakat (adat istiadat)

d.

Tingkat pembangunan

e.

Tingkat kesejahteraan masyarakat

Fenomena ini dapat disimpulkan sebagai terjadinya proses peningkatan disposable


income (Pendapatan sesudah pajak,) dari penduduk kota-kota. Naiknya disposable income dapat
meningkatkan marginal propensity to consume (proporsi pendapatan untuk konsumsi) terhadap
barang-barang mewah dari penduduk kota tersebut. Hal ini kemudian menciptakan permintaan
baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-barang mewah. Akibatnya harga barang
mewah akan meningkat pula17.
Ibnu Khaldun juga mengakui adanya pengaruh antara permintaan dengan penawaran
dalam membentuk harga. Untuk itu, dia menawarkan konsep harga moderat, dimana harganya
memang tidak memberatkan konsumen dan tidak merugikan produsen. Harga yang moderat bisa
mendorong kesejahteraan bersama. Meski demikian, untuk rakyat miskin harus disubsidi dengan
diberikan harga yang lebih rendah dari harga pasar18.

17

Aswad, Kontribusi pemikiran ekonomi islam Ibnu Khaldun terhadap pemikiran ekonomi modern, AL-FIKR
Volume 16 Nomor 2 Tahun 2012
18
Karnaen A Perwataatmadja. Jejak Rekam Ekonomi Islam; Refleksi Peristiwa Ekonomi dan Pemikiran Para Ahli
Sepanjang Sejarah Kekhalifahan. Cicero Publishing. Jakarta.2008 hal. 169

Daftar pustaka

Aswad, Kontribusi pemikiran ekonomi islam Ibnu Khaldun terhadap pemikiran ekonomi
modern, AL-FIKR Volume 16 Nomor 2 Tahun 2012, diakses dari http://www.uinalauddin.ac.id/download-04%20Aswad.pdf pada tanggal 8 Desember 2014.

Agustianto, Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun, Sekjend DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Indonesia (IAEI), diakses dari https://shariaeconomics.wordpress.com/tag/pemikiranekonomi-ibnu-khaldun/ pada tanggal 8 Desember 2014.

Abdul Fatah, Konsep uang, stabilisasi moneter dan teori pembangunan dalam pemikiran
ekonomi Ibnu Khaldun, Materi Magister Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Dan Hukum
Uin

Syarif

Hidayatullah

Jakarta

2013,

diakses

dari

https://prasastihati.files.wordpress.com/.../pemikiran-ekonomi-ibnu-khaldun pada tanggal


8 Desember 2014

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata, 2010),

Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2006)

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami. Edisi Kedua. Jakarta: IIIT, 2003

Zainab al-Khudari, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Pent. Ahmad Rafi Usmani,
Pustaka,Bandung, 1995

Ensiklopedi Islam jilid II, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve,1997

Perwataatmadja, Karnaen A dan Anis Byarwati. 2008. Jejak Rekam Ekonomi Islam;
Refleksi Peristiwa Ekonomi dan Pemikiran Para Ahli Sepanjang Sejarah Kekhalifahan.
Cicero Publishing. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai