Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. R DENGAN DIAGNOSA


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DIRUANG DELIMA (NIFAS) RSUD KELAS B CIANJUR

OLEH:
Meliani
Budi bakti wijaya
Siti nurhayati
Selamet nurjaman
Retno wijoyo
Frilian erik jayadi

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Pembangunan dibidang kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya


manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup. Peningkatan kualitas hidup ini
perlu dimulai dari dini yaitu sejak berada dalam kandungan. Oleh karena itu kehamilan
yang sehat sangat mempengaruhi potensi dari penerus keturunan di kemudian hari.
( Manuaba; 1998 )
Menurut Leimena 1993 kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang sedang hamil
atau dalam periode 42 hari setelah terminasi kehamilannya tanpa memandang lama dan
lokasi kehamilannya.
Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan salah satu
faktor paling sensitif yang menggambarkan kesehatan ibu dan anak. AKI dan AKB di
Indonesia masih sangat tinggi, terbukti dengan adanya kematian ibu yang sangat bervariasi
antara 5 sampai 100.000 per kelahiran hidup. Dan kematian perinatal yang berkisar antara
25 sampai 750 per kelahiran hidup. Angka kematian ibu tersebut harus dapat ditekan
menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi ditekan menjadi 49,8 per
1000 kelahiran hidup.
Maka dari itu pemeriksaan antenatal perlu sekali dilakukan untuk memastikan keadaan ibu
dan janin secara berkala serta untuk mengetahui secara dini apabila ada penyimpangan
atau kelainan yang ditemukan. Dengan tujuan agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi dengan
sehat.
Pemeriksaan kehamilan secara berkala yang diikuti secara teknis harus dikuasai oleh
setiap pelaksana program KIA di lapangan agar kualitas pelayanan dapat terjamin. Apabila
pada ibu hamil dengan primigravida/ multigravida umumnya banyak masalah yang
berhubungan dengan kehamilannya karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilannya. Oleh karena itu penting bagi ibu hamil primigravida/ multigravida untuk
melakukan kemungkinan faktor resiko tinggi bisa ditemukan.
(angka kejadian KET di cianjur, indonesia, dunia)
1.2.

Tujan penulisan

1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan dapat menerapkan asuhan keperawata pada klien
dengan kasus kehamilan ektopik terganggu.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mengerti mengenai pengkajian yang dialakukan pada klien
dengan kehamilan ektopik terganggu
b. Mahasiswa dapat mengerti dan mampu menentukan diagnosa keperawatan pada
klien dengan kehamilan ektopik terganggu
c. Mahasiswa dapat mengerti mengenai intervensi atau perencanaan pada klien
dengan kehamilan ektopik terganggu
d. Mahasiswa dapat mengerti mengenai implementasi yang dialakukan pada klien
dengan Kehamilan Ektopik Terganggu
e. Mahasiswa dapat mengerti mengenai evaluasi yang dialakukan pada klien dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu
1.3.

Rumusan permasalahan
Berdasakna latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya
yang diambil adalah :
Bagaimana Aplikasi Proses keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa medis
kehamilan ektopik terganggu di ruang delima (nifas) RSUD kelas B cianjur.

1.4.

Kegunaan
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan bisa berguna Sebagai tambahan ilmu,
wawasan dan pengetahuan yang luas dalam upaya penanggulangan kehamilan ektopik
terganggu.

1.5.

Sistematika penulisan
1. Sistematika penulisan pada laporan ini yaitu :
2. BAB I pendahuluan
3. BAB II Tujuan Teoritis
4. BAB III tinjauan kasus
5. BAB IV pembahasan.
6. BAB V penutup.

BAB II
Tujuan Teoritis
2.1.

Konsep dasar Kehamilan Ektopik Terganggu


2.1.1

Pengertian
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang dibuahi melekat pada sembarang
jaringan selain lapisan uterus. (Brenda & Suzanne, 2001: 1530).
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh
di luar endometrium kavum uteri. (Prawirohardjo, 2006: 323).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana ovum yang telah
dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak
semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan
ektopik lebih tepat digunakan daripada istilah kehamilan ekstrauterin, karena
terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang terjadi di dalam uterus tetapi
tidak pada tempat yang normal seperti kehamilan yang terjadi pada pars
interstitialis tuba dan serviks uteri (Prawirohardjo, 2005: 250).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga
rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali.
Jadi, kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana ovum yang telah
dibuahi sperma tumbuh di tempat lain selain uterus.

2.1.2

Klasifikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi
dalam beberapa golongan :
1. Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis

b) Divertikulum
c) Kornua
d) Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus .

2.1.3

Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di
bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan
sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba:
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;
b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping;
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba:
a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba;
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor di luar dinding tuba:
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi

atau lekukan tuba

dapat

menghambat perjalanan telur;


b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain:
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus;

pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi


prematur;
b. Fertilisasi in vitro.
(Prawirohardjo, 2006: 325-326)
2.1.4

Anatomi fisiologi

2.1.5

Faktor resiko

2.1.6

Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada
nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur
bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum
dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan
kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua

(4)

. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel

epitel membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.


Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati
sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga
terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut
sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua
yang degenerative.

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6


sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak
mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan
yang mungkin terjadi adalah
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi
tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi
pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat
dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter
kolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping.Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan kemudian diresorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena
tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba
terganggu

pada

umur

kehamilan

antara

sampai10minggu.

Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi


Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya
kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah
meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba

Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan


menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan
pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga
peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele
retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada
kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah
penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
2.1.7

Manifestasi klinis
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2005: 328-330), gambaran klinik dari
kehamilan ektopik sebagai berikut:
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan
penderita maupun dokternya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan,
sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba. Pada umumnya, penderita
menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit di
perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal
uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan.
Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada
pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya
disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke
dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus
menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah darah masuk

ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut
bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehingga
menyebabkan

nyeri

bahu

dan

bila

membentuk

hematokel

retrouterina,

menyebabkan defekasi nyeri.


Perdarahan per vaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum
uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak
banyak dan berwarna cokelat tua. Perdarahan berarti gangguan pembentukan
human chorionic gonadotropin. Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan
seluruhnya.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.
Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.
Pada kehamilan ektopik terganggu (ditemukan pada pemeriksaan vaginal)
bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, demikian pula
kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada abortus tuba biasanya
teraba dengan jelas suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan
konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di
kavum Douglas. Pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat
menurun dan nadi meningkat; perdarahn lebih banyak lagi menimbulkan syok.
Kehamilan ektopik sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai
gejala-gejala yang samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis.
a.

Gambaran gangguan mendadak

Peristiwa ini tidak sering ditemukan. Penderita, setelah mengalami amenorea


dengan tiba-tiba, menderita rasa nyeri yang hebat di daerah perut bagian bawah dan
sering muntah-muntah. Nyeri dapat demikian hebatnya, sehingga penderita jatuh
pingsan. Penderita tidak lama kemudian masuk ke dalam syok akibat perdarahan
dengan tekanan darah turun, nadi kecil dan cepat, ujung ekstremitas basah, pucat,
dan dingin. Seluruh perut agak membesar, nyeri tekan, dan tanda-tanda cairan
intraperitoneal mudah ditemukan. Pada pemeriksaan vaginal forniks posterior
menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Kadang-

kadang uterus teraba sedikit membesar dengan di sebelahnya suatu adnex tumor,
tetapi biasanya sulit karena dinding abdomen tegang.
b.

Gambaran gangguan tidak mendadak

Gambaran klinik ini lebih sering ditemukan dan biasanya berhubungan dengan
abortus tuba atau yang terjadi perlahan-lahan. Setelah haid terlambat beberapa
minggu, penderita mengeluh rasa nyeri yang tidak terus-menerus di perut bagian
bawah; kadang-kadang rasa nyeri ini dapat hebat pula. Dengan adanya darah dalam
rongga perut, rasa nyeri menetap. Tanda-tanda anemia menjadi nyata karena
perdarahan yang berulang. Mula-mula perut masih lembek, tetapi kemudian dapat
mengembang karena terjadi ileus parsialis. Di sebelah uterus terdapat tumor
(hematosalping) yang kadang-kadang menjadi satu dengan hematokel retrouterina.
Dengan adanya hematokel retrouterina, kavum Douglas sangat menonjol dan nyeri
raba; pergerakan serviks juga menyebabkan rasa nyeri. Selain itu, penderita
mengeluh rasa penuh di daerah rektum dan merasa tenesmus. Setelah seminggu
merasa nyeri, biasanya terjadi perdarahan dari uterus dengan kadang-kadang
disertai oleh pengeluaran jaringan desidua.
2.1.8

penatalaksanaan
1. Medis (operasi)
a. Tubektomi
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang
menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujungujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang
tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit
saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur
tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan
pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan
alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop
berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah
sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan
lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi
Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan.
Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan
teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

b. Laparatomi
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingoovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
c. Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
d. Tanfusi darah
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi,

jika

terjadi pendarahan yang berlebihan.


e. Pemeriksaan laboratorium
Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.
f. Dilatasi kuretase
g. Kuldosintesi
yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum
douglasi terdapat darah. Tehnik kuldosintesi :
a) Baringkan pasien dalam posisi litotomi.
b) Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik.
c) Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam serviks,
lakukan traksi ke depan sehinggah forniks posterior tampak.
d) Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan
penghisapan dengan semprit 10 ml.
e) Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan
kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
h. Ultrasonografi
Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus .
2. Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan
kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi
rasa nyeri dan kecemasan.
Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.
2.2.

Konsep asuhan keperawatan


2.2.1.

Pengkajian

Anamnesis dan gejala klinis:


1.
2.
3.
4.
5.

Riwayat terlambat haid;


Gejala dan tanda kehamilan muda;
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan;
Terdapat amenore;
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama

abdomen bagian kanan / kiri bawah;


6. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Mulut
Payudara
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas
2. Palpasi
Abdomen

: bibir pucat
: hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
: terdapat pembesaran abdomen
: terdapat perdarahan pervaginam
: dingin
: uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri

tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.


Genetalia
: Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3. Auskultasi
Abdomen
: bising usus (+), DJJ (-)
4. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + /
Pemeriksaan fisik umum:
1.
2.
3.
4.
5.

Pasien tampak anemis dan sakit;


Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa;
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar;
Daerah ujung (ekstremitas) dingin;
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tandatanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri

lepas dinding abdomen;


6. Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok;
7. Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
Pemeriksaan fisik khusus:
1.
2.
3.
4.

Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks;


Kavum douglas menonjol dan nyeri;
Mungkin terasa tumor di samping uterus;
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan;

5. Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris
kanan dan kiri.
2.2.2.

DIAGNOSA

Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut.


1. Devisit volume yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Nyeri yang berhubungan dengan

rupture

tuba

falopi,

perdarahan

intraperitoneal.
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
4. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur.

2.2.3. INTERVENSI KEPERAWATAN


No.
1.

Diagnosa
Keperawatan

Devisit volume
cairan yang
berhubungan
dengan ruptur
pada lokasi
implantasi
sebagai.

Tujuan

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x 24
jam,
dihaprapkan
menunjukan
kestabilan/
perbaikan
keseimbangn
cairan dengan
kriteria hasil:
1. tanda-tanda
vital yang
stabil
2. pengisian
kapiler cepat
3. sensorium
tepat
4. serta
frekuensi

Intervensi

1. Lakukan pendekatan

2.

3.

4.
5.

6.

kepada pasien dan


keluarga.
Memberikan
penjelasan mengenai
kondisi pasien saat
ini.
Observasi TTV dan
observasi tanda akut
abdoment.
Pantau input dan
output cairan.
Lakukan kolaborasi
dengan tim medis
untuk penanganan
lebih lanjut.
Pemeriksa kadar Hb.

Rasional

1. Pasien dan keluarga

lebih kooperatif
2. Pasien mengerti

3.

4.

5.
6.

tentang keadaan
dirinya dan lebih
kooperatif terhadap
tindakan
Parameter deteksi
dini adanya
komplikasi yang
terjadi.
Untuk mengetahui
kesaimbangan
cairan dalam tubuh
Melaksanakan
fungsi independent
Mengetahui kadar
Hb klien
sehubungan dengan
perdarahan

2.

Nyeri

berat jenis
urine
adekuat.
Setelah

berhubungan

dilakukan

dan durasi nyeri. Kaji

mendiagnosis dan

dengan ruptur

tindakan

kontraksi uterus

mengatasi atau

tuba falopi,

keperawatan

hemorage atau nyeri

perdarahan

selama

tekan abdomen

pervagina

jam,

-Tentukan sifat, lokasi

x 24

situasi darurat dapat

terhadap kejadian.

teratasi dan klien


dapat memahami
cara mengatasi

yang tenang dan

kriteria hasil :

aktivitas untuk
menurunkan rasa

TTV Normal
Klien dapat

relaksasi.

cara relaksasi Klien tidak

Berikan obat pra

merasa

menunjukan
raut muka

dan nyeri.
-Dapat menurunkan
tingkat ansietas.

Meningkatkan
kenyamanan

nyeri dengan metode

memahami

tidak

ketidaknyamanan

Berikan lingkungan

nyeri dengan

kesakitan dan

memperberat

respon emosional

nyeri pada klien

mengurangi nyeri.
- Ansietas terhadap

-Kaji stres psikologi dan

dihaprapkan

-Membantu untuk

operatif.
Siapkan untuk
prosedur bedah bila
terdapat indikasi.

kesakitan.

3.

Kurangnya

Setelah

1. Menjelaskan

pengetahuan yang

dilakukan

tindakan dan

informasi,

berhubungan

tindakan

rasional yang

menjelaskan

dengan kurang

keperawatan

ditentukan untuk

kesalahan

pemahaman atau

selama

kondisi

konsep pikiran

tidak mengenal

jam,

hemoragia.
2. Berikan

ibu mengenai

x 24

1. Memberikan

sumber-sumber

dihaprapkan ibu

kesempatan bagi

prosedur yang

informasi

berpartisipasi

ibu untuk

akan dilakukan,

dalam proses

mengajukan

dan

belajar,

pertanyaan dan

menurunkan

mengungkapkan

mengungkapkan

stres yang

dalam istilah
sederhana,
mengenai
patofisiologi dan
implikasi klinis.

kesalah konsep.
3. Diskusikan
kemungkinan
implikasi jangka
ependek pada ibu/

berhubungan
dengan
prosedur yang
diberikan
2. Memberikan

janin dari

klasifikasi dari

keadaan

konsep yang

pendarahan.

salah,

4. Tinjau ulang

implikasi jangka
5. panjang terhadap
situasi yang
memerlukan
evaluasi dan
tindakan
tambahan.

identifikasi
masalahmasalah dan
kesempatan
untuk memulai
mengembangka
n ketrampilan
penyesuaian
(koping).
3. Memberikan
informasi
tentang
kemungkinan
komplikasi dan
meningkatkan
harapan realita
dan kerja sama
dengan aturan
tindakan.
4. Ibu dengan
kehamilan
ektropik dapat

memahami
kesulitan
mempertahanka
n setelah
pengangkatan
tuba/ ovarium
yang sakit.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R dengan


POST OP SC A1 KET di RUANG DELIMA
RSUD KELAS B CIANJUR
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
: Ny R
Umur
: 34 tahun
Agama
: islam
Jenis kelamin
: perempuan
Pendidikan
:
: SD
Suku bangsa
: indonesia
Pekerjaan
: ibu rumah tangga
Alamat
: babakan sirna
Tanggal masuk : 13 juni 2016
No medrec
: 748***
Diagnosa medis : G3P2A0 minggu ke 6
Tgl pengkajian
: 14 juni 2016 ( sebelum dilakukan operasi)
2. Identitas penanggung jawab
Nama
: Tn S
Umur
: 38 tahun
Agama
: islam
Jenis kelamin
: laki - laki
Pendidikan
: SD
Suku bangsa
: indonesia
Pekerjaan
: buruh
Alamat
: babakan sirna
Status hubungan dengan klien : suami klien
3. Keluhan utama : nyeri
4. Riwayat kesehatan sekarang
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 14 juni 2016 klien mengatakan sakit
perut dibagian bawah sejak beberapa hari yang lalu, nyeri dirasakan terus
menerus, nyeri bertambah saat klien beraktifitas dan jika ada tekanan pada daerah

nyeri, berkurang ketika klien berbaring.nyeri dirasakan pada bagian perut saja,
skala nyeri yaitu pada angka 6 dari 0 11.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengaku tidak pernah mengalami gangguan saat masa kehamilan, dan klien
tidak memiliki penyakit infeksi dan juga penyakit genetik.
6. Riwayat obstetri ginekologi
a. Riwayat ginekologi
1) Riwayat perkawinan
a) Usia waktu nikah
= 17 tahun
b) Pernikahan
= pertama
c) Jarak pernikahan dan kehamilan
= 5 tahun
2) Riwayat KB
a) Alat kontrasepsi = klien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi
suntik 3 bulan sebelum memiliki anak pertama, dan setelah memiliki
anak pertama klien menggunakan alat kontrasepsi pil.
b) Berapa lama digunakan = alat kontrasepsi suntik 3 bulan digunakan
selama 2 tahun, setelah itu klien memiliki anak pertama dan klien
menggunakan alat kontrasepsi pil sampai sekarang.
c) Alasan penggunaan : klien merasa cocok dengan alat kontrasepsi
d) Anjuran pemilihan : klien mengaku memilih sendiri untuk pemakaian
alat kontrasepsi tersebut
e) Keluhan selama penggunaan : klien mengaku tidak ada keluhan
selama pemakaian alat kontrasepsi yang klien pilih yaitu suntik 3
bulan dan pil.
b. Riwayat obstetri

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


kehamilan
No

ke

ANC

2002 4 kali

2007 6 kali

TT

2 kali

persalinan

nifas

keluhan

jeni
s

penolong

tempat

penyulit

tidak ada

paraji

dirumah

tidak ada

keluhan

paraji

dirumah

penyulit

2) Riwayat kesehatan sekarang.


a) Keluhan yang dirasakan
b) HPHT
c) Gravid ke

lahi
r
lahi
r
lahi
r

keluhan
tidak
ada
keluhan

d) Masturitas
7. Data Biologis
No
.
1

Jenis makanan
Nutrisi
Makan
Pantangan
Minum
Jenis minum
Elimunasi
BAB
Warna
Konsitensi
BAK
Warna
Keluhan
Istirahat dan tidur
Siang hari
Gangguan
Malam hari
Gangguan

5.

Personal hygiene
Mandi
Gosok gigi
Keramas

Pola dirumah

Pola di rumah sakit

2x/hari
Tidak ada
5 gelas/hari
Air putih

3x/hari
Tidak ada
3 gelas/hari
Air putih

1x/hari
Kuning
Berbentuk
5x/hari
Kunung jernih
Tidak ada keluhan

Saat pengkajian klien


belum pernah BAB
3x/hari
Kuning jernih
Tidak ada keluhan

Klien tidak tidur Setengah jam/hari


karena bekerja
Tidak ada
Ramai dan nyeri yang
dirasa
6 jam/hari
5 jam/hari
Tidak ada keluhan
Ramai dan nyeri yang
dirasa
2x/hari
2x/hari
3x/minggu

1x/hari
1x/hari
Belum pernah keramas

Pola kebiasaan yang mmempengaruhi kesehatan : klien tidak memiliki atau


melakukan kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti meroko, minum
minuman keras, ketergantungan terhadap obat dan tidak ada pantangan dalam
makanan.

6.

Rata rata BB sebelum hamil : 45 kg

7.

Pola seksual dan masalah yang dihadapi : klien menolak untuk dikaji.

A. Data Pemeriksaan Umum


2. Pemeriksaan umum

Penampilan umum : klien tampak lemah


Kesadaran

: Compos Mentis
Respon
Buka mata

Nilai
4

Motorik

Verbal
Menurut dari hasil GCS

5
dengan nilai 15 menunjukan kesadaran klien adalah

compos metis atau sadar penuh


Tinggi badan

: 153 cm

Tekanan darah

: 120/90 mmHg

Respirasi

: 18x/mnt

Nadi

: 90x/mnt

Suhu

: 36.8oC

3. Sistem pengihatan

:bentuk mata simetris,conjuntiva

anemis, sklera

anikterik, tidak ada nyeri tekan yang terasa didaerah mata saat ditekan, reaksi pupil
isokhor.
4. Sistem pendengaran : bentuk telingan simetris, tidak ada kotoran pada sistem
pendengaran tidak ada nyeri tekan pada daerah sistem pendengaran saat dilakukan
tekanan, fungsi pendengaran baik.
5. Sistem cardiovasculer

: tekanan nadi klien 90 x/menit, tidak ada keluhan pada

sistem kardiovaskuler, bunyi jantung B1 B2. CRT < 3 detik,


6. Sistem pernapasan

: bentuk dada simetris,pada saat bernafas klien tidak

menggunakan otot bantu atau tidak terdapat retraksi dinding dada , tidak terdengar
ronchi di apeks paru kanan dan kiri, perkusi sonor.
7. Sistem pencernaan : bentuk perut sedikit besar, ada nyeri tekan epigastrium dan
pada perut bagian bawah tepat pada bagian uterus, bising usus positif, DJJ negatif,
8. Sistem muskuloskeletal

: bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris, saat

pengkajian pada ekstermitas atas terpasang infus dengan cairan RL 20 tpm. tidak ada
kelainan, refleks patela +/+, kekuatan otot :

5 5
5 5

9. Sistem Perkemihan : vesica urinaria teraba kosong, tidak ada nyeri tekan pada
vesica urinaria,
10. Sistem Reproduksi : sistem reproduksi tidak dikaji, klien mengatakan terdapat
pengeluaran darah sedikit demi sedikit selama beberapa hari ini.
11. Sistem integumen

: tidak terdapat lesi dan benjolan pada kulit klien, warna

integumen klien pucat, tekstur kulit bagus, tidak ada oedema pada kulit, mukosa
bibir kering, turgon kulit kurang elastis.
12. Sistem endokrin

: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan

kelenjar tiroid
13. Sistem persyarafan

a. N 1 : klien dapat membedakan antara bau kulit jeruk dan kayu putih
b.

N 2 : kedua mata simetris, sklera anikterik, konjungtiva anemis,klien dapat


membaca name tag yang di pegang perawat pada jarak kurang lebih 30 cm,
tanpa menggunakan alat bantu penglihatan.

c. N 3 : klien dapat menggerakan bola matanya ke segala arah dan saaat di sinari
dengan menggunakan penlight, pupil dapat mengecil dan membesar ( isokor )
kelopak mata dapat membuka dan menutup
d. N 4 : klien dapat mengrgerakan bola mata ke bawah dalam
e. N 5 : klien dapat merasakan usapan tangan di pipi , reflekx mata saat di sentuh
dengan kapas masih responsif.
f. N 6 : pergerakan bola mata lateral
g. N 7 : klien dapat mengerutkan dahinya, mimik, mengangkat alis, menutup mata
masih normal, klien dapat menyengir, memonconcongkan bibirnya, klien dapat
memperlihatkan giginya.
h. N 8 : klien dapat mendengar dan menjawab pertanyaan pengkajin dalam jarak 12 m, serta klien dapat mendengar detikan jarum jam pada jarak 20 cm.
i. N 9 : klien dapat membuka mulut dan dapat mengatakan huruf A ,
pengecapan 1/3 posteerior lidah klien masih normal dan responsif
j. N 10 : bersamaan dengan pemeriksaan nervous 9
k. N 11 : klien dapat mengangkat pundaknya,klien dapat menoleh ke kanan dan
kiri.
l. N 12 : klien dapat berbicara dengan baik dan kalimat terdengar jelas,lidah
simetrris,klien dapat menjulurkan lidahnya ke berbagai sisi.

DATA PENUNJANG
1. USG
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
Hemoglobin

Hasil

Nilai Rujukan

9,6

12-16

Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
PDW
MPV

Post tranfusi 1 labu


29,6
3,50
9,7
395
84,5
27,4
32,5
50,6
16,2
7,8

37-47
4,2-5,4
4,8-10,8
150-450
80-94 FL
27-31 Pg
33-37
37-54 FL
9-14 FL

Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eusofil
Basofil

9,6
4,1
85,0
1,5
0,3

26-36
4-8
40-70
1-3
<1

Analisa Data
Data Fokus
DS :
-

Klien mengatakan

Etiologi
Kehamilan Ektopik
Terganggu

mengalami
perdarahan

Post Operasi

pervagina sedikit-

sedikit.
Klien mengatakan
nyeri pada bagian

Luka operasi
(terputusnya kontinuitas
jaringan)

bawah perut,
DO :
-

Merangsang saraf sensoris


TD : 120/90 mmHg
N : 86 x/Menit
R : 18 x/menit
S : 36,8 oC

Nyeri dipersepsikan

Masalah
Gangguan rasa nyaman
nyeri.

Klien tampak lesu


Klien tampak pucat
Ada nyeri tekan
pada bagian perut

DS :
-

Perdarahan

Penurunan kadar hb

kurang pemahaman atau

Kurangnya pengetahuan

Klien mengatakan
mengalami
perdarahan
pervagina sedikit-

sedikit.
Klien mengatakan
perdarahan sudah
beberapa hari ini.

DO :
-

TD : 120/90 mmHg
N : 86 x/Menit
R : 18 x/menit
S : 36,8 oC
Klien tampak pucat
Hb 7,8 mmHg
Klien mendapat
tranfusi prc 1 lbu
gol A

DS :
-

Klien mengaku

tidak mengenal sumber-

tidak tau bahwa dia

sumber informasi

sedang hamil ...


-

minggu
klien mengaku tidak
megerti dengan
kondisi yang dia
alami

DO :
-

klien tampak
kebingungan dengan

kondisi penyakitnya
-

Daftar Masalah Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi
2. Penurunan kadar Hb berhubungan dengan perdarahan
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi

Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Ektopik


No
1

Dx.

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan
Hasil
Gangguan
Setelah dilakukan

Intervensi
-Observasi TTV

Rasio
-Sebagai gambaran

rasa nyaman

tindakan

umum klien dan

nyeri

keperawatan selama -Tentukan sifat, lokasi

sabagian tanda

berhubungan

x 24 jam,

adanya penambahan

dengan luka

dihaprapkan nyeri

post operasi.

pada klien teratasi

dan durasi nyeri.


-Kaji stres psikologi dan

dan klien dapat

respon emosional

memahami cara

terhadap kejadian.
-

yang tenang dan

aktivitas untuk

TTV Normal
Klien dapat

menurunkan rasa

memahami cara

nyeri dengan

relaksasi
Klien tidak
merasa

mengatasi atau

Berikan lingkungan

hasil :

mendiagnosis dan
mengurangi nyeri.
- Ansietas terhadap

mengatasi nyeri
dengan kriteria

nyeri.
-Membantu untuk

situasi darurat dapat


memperberat
ketidaknyamanan
dan nyeri.
-Dapat menurunkan
tingkat ansietas.

metode relaksasi.
-

kesakitan dan

Berikan obat pra


operatif.

tidak

Meningkatkan
kenyamanan

menunjukan raut -

Siapkan untuk

muka kesakitan.

prosedur bedah bila

Penurunan
kadar Hb
berhubungan
dengan
perdarahan

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
x 24 jam,
dihaprapkan
menunjukan
kestabilan/
perbaikan
keseimbangn cairan
dengan kriteria
hasil:
5. tanda-tanda vital
yang stabil
6. pengisian
kapiler cepat
7. sensorium tepat
8. serta frekuensi
berat jenis urine
adekuat.

3.

Kurangnya
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurang
pemahaman
atau tidak
mengenal
sumbersumber
informasi

Setelah dilakukan

terdapat indikasi.
1. Lakukan
pendekatan
kepada pasien
dan keluarga.
2. Memberikan
penjelasan
mengenai
kondisi pasien
saat ini.
3. Observasi TTV
dan observasi
tanda akut
abdoment.
4. Pantau input
dan output
cairan.
5. Lakukan
kolaborasi
dengan tim
medis untuk
penanganan
lebih lanjut.
6. Pemeriksa
kadar Hb.
1. Menjelaskan

1. Pasien dan
keluarga lebih
kooperatif
2. Pasien mengerti
tentang keadaan
dirinya dan lebih
kooperatif terhadap
tindakan
3. Parameter deteksi
dini adanya
komplikasi yang
terjadi.
4. Untuk mengetahui
kesaimbangan
cairan dalam tubuh
5. Melaksanakan
fungsi independent
6. Mengetahui kadar
Hb klien
sehubungan
dengan perdarahan

1. Memberikan

tindakan

tindakan dan

informasi,

keperawatan selama

rasional yang

menjelaskan

x 24 jam,

ditentukan

kesalahan

dihaprapkan ibu

untuk kondisi

konsep pikiran

hemoragia.

ibu mengenai

berpartisipasi dalam
proses belajar,
mengungkapkan
dalam istilah
sederhana,
mengenai
patofisiologi dan
implikasi klinis.

2. Berikan

kesempatan
bagi ibu untuk
mengajukan
pertanyaan dan
mengungkapkan
kesalah konsep.
3. Diskusikan

kemungkinan

prosedur yang
akan dilakukan,
dan
menurunkan
stres yang
berhubungan
dengan
prosedur yang

implikasi jangka
ependek pada
ibu/ janin dari
keadaan
pendarahan.
4. Tinjau ulang
implikasi jangka
5. panjang

terhadap situasi
yang
memerlukan
evaluasi dan
tindakan
tambahan.

diberikan
2. Memberikan
klasifikasi dari
konsep yang
salah,
identifikasi
masalahmasalah dan
kesempatan
untuk memulai
mengembangka
n ketrampilan
penyesuaian
(koping).
3. Memberikan

informasi
tentang
kemungkinan
komplikasi dan
meningkatkan
harapan realita
dan kerja sama
dengan aturan
tindakan.
4. Ibu dengan

kehamilan
ektropik dapat
memahami
kesulitan
mempertahanka
n setelah
pengangkatan
tuba/ ovarium
yang sakit.

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Ny. S


DENGAN KET DIRUANG DELIMA
RSUD KELAS B CIANJUR
Tanggal/jam
16-06-16

Dx. Kep

Tindakan

Nyeri

-Mengkaji tanda-tanda

berhubungan

vital
-Menentukan sifat, lokasi

dengan luka

dan durasi nyeri. Kaji

post oprasi

kontraksi uterus

abdomen

hemorage atau nyeri

bawah

tekan abdomen
-Mengkaji stres psikologi
dan respon emosional
terhadap kejadian.
- Memberikan

Evaluasi
(S-O-A-P)
S : Klien mengatakan
nyeri pada bagian
bawah perut, nyeri
terasa setiap
malam.
O : - TTV
TD : 120/80
mmHg
N : 92 x/menit
R : 20 x/menit

lingkungan yang

S : 36,7 oC

tenang dan aktivitas

meringis

untuk menurunkan
rasa nyeri dengan
-

metode relaksasi.
Memberikan obat pra
operatif.

Klien tampak

kesakitan
Setelah
dilakukan USG
dan dilakukan
pembedahan
tanggal 15 juni
2016.

A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.

Paraf

Lakukan pendekatan
kepada pasien dan
keluarga.
-

Memberikan
penjelasan mengenai
kondisi pasien saat

ini.
Melakukan Observasi
TTV dan observasi

tanda akut abdoment.


Melakukan pemantau
input dan output

cairan.
Melakukan
kolabirasidengan tim

medis lain
Memeriksa kadar HB
klien.

16-06-16

Penurunan HB
berhubungan

1. Mengkaji ttv
2. melakukan

pendarahan
3.

4.

5.

6.

pendekatan
kepada pasien dan
keluarga.
Memberikan
penjelasan
mengenai kondisi
pasien saat ini.
mengobservasi
TTV dan
observasi tanda
akut abdoment.
mengobservasi
input dan output
cairan.
melakukan
kolaborasi dengan
tim medis untuk
penanganan lebih
lanjut.

S : pasien mengatakan
merasa lemas.
O : - TTV
TD : 120/80
mmHg
N : 92 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,7 oC
-

klien tampak

pucat
CRT < 2 detik
Terpasang
tranfusi sel
darah merah
golongan A di

7. memeriksa kadar

tangan sebelah

Hb.

tangan.
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan :
-

Kaji TTV
Observasi

intake output
Memeriksa
kadar Hb

16-06-16

Kurangnya

1. Menjelaskan

S : - Klien

pengetahuan

tindakan dan

mengatakan tidak

berhubungan

rasional yang

tahu dengan

dengan kurang

ditentukan untuk

masalah yang

pemahaman

kondisi

sedang

hemoragia.

dialaminya.

atau tidak
mengenal
sumbersumber
informasi

2. memberikan

kesempatan bagi
ibu untuk
mengajukan

O : - Klien tamapak
gelisah
-

Klien tampak

lemas
TTV

pertanyaan dan
mengungkapkan
kesalah konsep.
3. mendiskusikan

kemungkinan
implikasi jangka
ependek pada ibu/

TD : 120/80
mmHg
N : 92 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,7 oC

janin dari keadaan


pendarahan.
4. meninjau ulang
implikasi jangka
panjang terhadap
situasi yang

A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

memerlukan

evaluasi dan

kepada klien

tindakan
tambahan.

Beri penkes

dan keluarga
Jelaskan
kondisi klien

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang kelompok lakukan pada tanggal 14 juni 2016 diperoleh data
bahawa keluhan utama klien adalah nyeri pada bagian perut bawah, pada pemeriksaan fisik
ditemukan data nyeri
1. Nyeri
4.2 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil kajian dan analisa data yang kelompok lakukan, makan muncul 1 priotitas
diagnosa keperawatan yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan........
Kelompok mengambil prioritas diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena
berdasarkan analisa dan bukti dari keadaan umum klien serta hasil pemeriksaan lab terdapat
penyimpangan. Pada teori penyakit TBC Millier memang tidak ada diagnosa perfusi, tetapi
apabila ditinjau dari kegawat daruratan, Hb 7.0 merupakan suatu kondisi yang memerlukan
penangnan karena klien dengan keadaaan sesak nafas karena penyakit TBC disertai
penurunan kadar Hb akan memperparah kondisi klien akibat hipoksia karena transpoir
oksigen yang tidak adekuat.
4.3 Perencanaan
Perencanaan yang kelompok ambil berdasarkan dari rumusan diagnosa dan intervensi NIC
NOC
4.4 Implementasi
Implementasi yang kelompok lakukan sesuai dengan yang sudah di susun, untuk mengatasi
diagnosa 2 dan 3 sudah teratasi, akan tetapi untuk diagnosa 1 kelompok hanya melakukan
implementasi tidak semuanya karena untuk pemberian transfusi harus berdasarkan advis
dokter penanggung jawab. Akan tetapi dokter tidak menyarankan untuk melakukan transfusi
meskipun perawat dan mashasiswa telah merekomendasikan atau melaporkan kondisi klien
kepada dokter. Sehingga implementasi yang dilakukan hanya terbatas kepada implementasi
keperawatan tanpa kolaborasi.

4.5 Evaluasi
Masalah sudah teratasi sebagian terutama untuk diagnosa 2 dan 3, untuk diagnosa 1
kleompok dan perawat ruangan melakukan pendidikan kesehatan mengenai anemia dan
penangannanya di rumah melalui perbaikan nutrisi.

BAB V
KESIMPULAN
5.1.

Kesimpulan
Dalam kasus NY. R beliu mengalami kehamilan ektopik terganggu yang mengakibatkan

terjadinya pendarahan pervagina selama beberapa hari sebelum masuk ke rumah sakit,
menderita TBC milier yang membuat ke 2 paru-parunya mengalami kerusakan yang kronis,
di sebabkan klien pada waktu dulu menderita TBC namun berhenti pengobatan selama 2
bulan. Ketika terasa amat sesak klien baru di bawa ke RS. Setelah melakukan asusahan
keperawatan selama 3 hari. Dengan diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan sirkulasi darah perifer
ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi sekret
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd anoreksiaSetelah melakukan
asusahan keperawatan sesuai dgn diagnosa keperawatan, dan keadaan pasien dapat
membaik sampai dengan hari ke 3 pasien dapat pulang.
5.2.

Saran

1. Bagi rumah sakit


Bagi pihak rumah sakit hendaknya menyediakan fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap
sehingga dapat menangani klien yang terkena TB Paru.
2. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa hendaknya lebih giat dalam mencari ilmu pengetahuan terutama yang
berhubungan dengan masalah kehamilan ektopik.
3. Bagi Kampus

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas PBK IV di RSUD kelas B
cianjur
Dalam makalah ini, menyajikan materi tentang asuhan keperawatan pada Ny. R
dengan diagnosa medis kehamilan ektopik terganggu diruang delima (NIFAS) RSUD
kelas B cianjur .
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Konsep Dasar Manusia Davi Sundari dan pembimbing ruangan delima
(nifas) kurnia S,kep ners yang telah membimbing dan membantu dalam pembuatan tugas ini.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi di masa
yang akan datang khususnya di bidang pendidikan. Namun, Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan dengan
hati terbuka penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini
Sukabumi, juli 2016
Kelompok 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
Daftar ISI..........................................................................................................
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Tujan penulisan................................................................................
1.3 Rumusan permasalahan....................................................................
1.4 Kegunaan..........................................................................................
1.5 Sistematika penulisan.......................................................................
BAB II. Tujuan Teoritis
2.1...........................................................................................................Konsep dasar
Tuberkulosa Paru..............................................................................
2.1.1............................................................................................Pengertian
2.1.2............................................................................................Klasifikasi
2.1.3............................................................................................Etiologi
2.1.4............................................................................................Anatomi
fisiologi.................................................................................
2.1.5............................................................................................Faktor resiko
..............................................................................................
2.1.6............................................................................................Patofisiologi
..............................................................................................
2.1.7............................................................................................Manifestasi
klinis.....................................................................................
2.2...........................................................................................................Konsep asuhan
keperawatan......................................................................................
2.2.1............................................................................................Pengkajian
2.2.2............................................................................................Pemeriksaan
Fisik......................................................................................
2.2.3............................................................................................Diagnosa
keperawatan..........................................................................
2.2.4............................................................................................Intervensi
keperawatan..........................................................................
BAB III. Tinjauan Kasus

3.1...........................................................................................................Pengkajian
3.2...........................................................................................................Daftar diagnosa
keperawatan......................................................................................
3.3...........................................................................................................Rencana asuhan
keperawaran.....................................................................................
3.4...........................................................................................................Implementasi
keperawatan .....................................................................................
3.5...........................................................................................................Catatan
perkembangan..................................................................................
BAB IV. Pembahasan
4.1 Pengkajian........................................................................................
4.2 Diagnosa keperawatan.....................................................................
4.3 Perencanaan......................................................................................
4.4 Implementasi....................................................................................
4.5 Evaluasi............................................................................................
BAB V. KESIMPULAN
5.1........................................................................................................Kesimpulan
5.2........................................................................................................Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii

Anda mungkin juga menyukai