Setiap perusahaan yang terjun dalam bisnis pasti akan merasakan kerasnya persaingan
dalam bertahan hidup dan meraih keuntungan. Berbagai survey menunjukan bahwa
hampir 80 % usaha yang baru tumbuh, harus menyingkir dari arena persaingan pada 23 tahun pertama sejak berdiri dan beroperasi. Meski tidak semuanya berhenti dan
bahkan bangkrut, masih ada beberapa yang beroperasi sebagai usaha kecil dan tidak
tumbuh seperti yang diinginkan semula. Mayoritas perusahaan yang baru berdiri atau
produk yang baru diluncurkan, telah gagal dalam bisnis atau tidak laku dijual dan
bahkan hanya beroperasi pada kondisi yang semakin menurun. Kegagalan dalam bisnis
memang hal biasa, seperti filosofi yang mengatakan bahwa peluang sukses dan gagal
dalam bisnis seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti
bahwa, setiap usaha baik baru maupun lama sama-sama mempunyai peluang yang
sama untuk menuai laba atau merugi.
Beberapa hal yang menjadi faktor penentu kesuksesan atau kegagalan suatu bisnis
diantaranya adalah : (1) tidak adanya strategi yang jelas (strategic intent); (2) diterapkan
atau tidaknya good corporate govenance; (3) kecukupan pendanaan (funding); (4) adanya
rencana bisnis (business plan); (5) adanya kerjasama yang baik antar staf dalam bisnis
tersebut (management team); (6) masalah kepemimpinan atau pelaksanaan (execution)
dan (7) masalah waktu yang tepat (timing). Diantara ketujuh faktor tersebut, faktor
yang paling utama dan perlu menjadi perhatian adalah adanya strategic intent. Suatu
perusahaan dikatakan mampu memperlihatkan strategic intent, jika manajemennya
tetap konsisten dengan tujuan tertentu dalam jangka panjang sesuai dengan visi dan
misinya serta mengkonsentrasikan seluruh tindakannya dalam mencapai tujuan
tersebut. Tidak adanya strategic intent akan mendorong manajemen hanya sekadar
berpikir dan bertindak dalam jangka pendek dan mengabaikan kepentingan jangka
panjang. Padahal bisnis yang kokoh sudah pasti memerlukan waktu yang cukup lama.
Sangat jarang namun tidak mustahil bahwa suatu bisnis dapat sukses seketika.
Semuanya akan memerlukan waktu dan proses dan tentu saja pengorbanan.
Seorang wirausaha atau calon pengusaha, sebelum mulai memasuki bisnisnya perlu
memperhatikan karakteristik bisnis yang tergolong sukses, berdaya saing dan
Departemen Agribisnis FEM IPB | Makalah
2.
3.
4.
bahkan dinamika politik, perusahaan akan tetap unggul, apabila tetap menjaga
keseimbangan lingkungan bisnisnya. Artinya bahwa, lingkungan internal dan
eksternal perusahaan tersebut telah dapat dikendalikan dengan sebaik
mungkin, dan hal ini membuktikan eksistensi yang kuat dari perusahaan yang
bersangkutan. Terlepas dari apakah keuntungan perusahaan di bangun di atas
pengetahuan atau sumberdaya alam tadi, mereka hidup dan adaptif terhadap
lingkukngan sekitarnya.
Perusahaan yang berkesinambungan adalah perusahaan yang menjaga nama
besar serta memiliki kohesivitas/keterikatan yang kuat terhadap identitasnya.
Tidak peduli berapa luasnya diversifikasi usaha yang dijalankan perusahaan,
manajemen, karyawan bahkan mitra bisnisnya merasakan berada dalam satu
entitas. Tiap generasi (pengelola perusahaan) merasa dihubungkan oleh rantai
kesehatan perusahaan. Keanekaragaman yang terdapat dalam lingkungan
internal dan eksternal perusahaan telah dapat dikelola dengan baik. Hal ini
akan turut membentuk suatu kesatuan yang akan mendorong kekuatan
perusahaan dalam persaingannya.
Perusahaan yang berkesinambungan memiliki toleransi dan menghindari
suatu kontrol yang terpusat, ditangan satu orang entah itu eksekutif maupun
owner, melainkan selalu berusaha mengembangkan desentralisasi dan
pembagian wewenang sesuai konsep bisnis yang dikembangkannya. Dalam
hal ini terjadi, dengan alasan bahwa suatu toleransi dan kontrol yang terpusat
cenderung mendorong perusahaan menjadi otoriter dan akan banyak muncul
kontradiktif akibat instruksinya yang mutlak. Selain itu, desentralisasi yang
dilakukan bertujuan untuk memberikan kebebasan dalam pengembangan
variasi dan inovasi dalam perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan yang berkesinambungan adalah perusahaan yang memiliki sikap
konservatif terhadap aspek keuangan. Perusahaan model ini memiliki
pertimbangan bahwa jika mereka memiliki uang di kas, mereka akan dapat
beraktivitas secara fleksibel dan akan lebih banyak mengajukan pilihan dalam
berbisnis dibandingkan pesaingnya. Artinya mereka tidak menngatur resiko
keuangan jika tidak perlu sama sekali.
Perusahaan yang sanggup untuk tetap eksis dan sustainable sebagai sebuah living
company adalah perusahaan yang visioner. Perusahaan model ini tidak terlalu
mengagungkan maksimalisasi kekayaan pemegang saham, meskipun diakui bahwa
profitabilitas adalah suatu keharusan sebagai sarana perusahaan untuk tetap eksis.
Namun profit/laba bukan segalanya, begitu pun dengan konsep bisnisnya bukan
hanya sekedar kegiatan ekonomi, namun cenderung mengutamakan kepentingan
stakeholder, termasuk karyawan.
Perusahaan yang telah sanggup long-lived dan menjadi succesfull survivors memiliki
anggapan bahwa perusahaan bukanlah binatang ekonomi yang bekerja hanya
Departemen Agribisnis FEM IPB | Makalah
Fase start up. Pada fase ini jiwa kepemimpinan yang dituntut adalah kemampuan para
pemilik atau eksekutif perusahaan untuk menciptakan, model bisnis yang unik, pasar
yang riil dan tim manajemen yang handal serta visi dan misi sebagai fondasi yang akan
membawa kearah mana perusahaan tersebut bergerak.
1. Fase Growing. Pada fase ini, titik kritis yang muncul adalah tantangan untuk
mempertahankan sumber pendapatan yang telah ada sekaligus melakukan
suksesi pengendalian perusahaan ke generasi berikutnya.
2. Fase stabilizing. Yaitu fase stabilisasi yang tentu saja dengan beragam persoalan
yang juga tidak ringan. Pada fase ini, perusahaan dituntut untuk terus sanggup
menghasilkan sumber-sumber pertumbuhan baru. Kreativitas berikut inovasi
yang cerdas menjadi sangat diperlukan. Dari aspek organisasional,
membesarnya perusahaan juga akan memunculkan tantangan baru dan
menciptakan kohesivitas diantara anggota organisasai dan stakeholder lainnya.
Dari sisi aspek bisnis, tantangan-tantangan kritis di atas lebih mudah dijawab lewat
keunggulan-keunggulan kompetitif yang disertai upaya mengembangkan sikap senstif
dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. Namun demikian, dari aspek organisasi
akan sedikit menjadi lebih sulit. Pemimpin serta pemuncak bisnis harus sanggup
menciptakan kohesivitas identitas perusahaan.
3.
4.
5.
6.
kemampuan dalam membaca informasi akan berakibat fatal, karena sangat erat
kaitannya dengan posisi perusahaan dalam lingkungan yang akan menjamin
kesinambungan opearsionalnya.
Kemampuan memperoleh dan memanfaatakan SDM dengan tepat. Penggunaan
sumber daya manusia (SDM) yang efektif sangat penting, baik bagi perusahaan
skala besar maupun skala kecil. Para karyawan dapat menjadi sumber informasi
dan pengembagan ide baru yang akan mendukung peningkatan produktivitas
dan kesinambungan perusahaan.
Kemampuan mendapatkan dan menggunakan modal. Secara umum yang
menjadi kendala ketika memulai usaha, terutama untuk usaha kecil, adalah
kekurangan atau kesulitan mencari sumber investasi untuk modal. Oleh karena,
kemampuan memperoleh modal menunjukan suatu kondisi feasible bagi
perusahaan tersebut dalam mendapatkan modal.
Tanggap dan antisipatif terhadap kebijakan pemerintah. Pada awalnya, aktiivitas
sebuah bisnis mungkin tidak akan terlalu banyak berhubungan secara langsung
dengan pihak pemerintah atau bahkan mungkin tidak sama sekali untuk usaha
kecil. Tetapi lambat laun dan dengan pasti peraturan pemerintah itu akan
berlaku juga, terutama berkaitan dengan masalah kemanan kerja, gaji pegawai,
perlindungan lingkungan, hukum, pajak, yang tentunya kan mempengaruhi
biaya operasional perusahaan tersebut. Beberapa kemungkinan yang dapat
diantisipasi oleh para pebisnis diantaranya adalah :
Mempelajari sebanyak mungkin tentang peraturan, terutama apabila
peraturan tersebut dapat membantu aktivitas bisnis di kemudian hari.
Tantangan yang dihadapi jangan dilawan sendirian, tetapi menggunakan
pula organisasi atau asosiasi bisnis yang ada.
Melibatkan diri ke dalam sistem politik yang legal.
Mencari lingkungan kerja yang legal, jika terpaksa dengan pindah lokasi
kerja.
Belajar untuk dapat hidup dengan hukum dan peraturan.
Pemilik usaha dan karyawan/pekerja memiliki keterampilan yang dapat
dimanfaatkan dalam menjalankan usaha Untuk memperoleh kesuksesan dalam
bisnis, tidak cukup hanya bermodalkan ambisi, tujuan dan dorongan (motivasi),
dan jiwa bersaing saja, tetapi masih dibutuhkan adanya kemampuan teknik,
manajerial dan pengalaman untuk menciptakan aktivitas yang sesuai bagi
perjalanan bisnis. Terlebih untuk bisnis yang bersifat teknis dan rumit,
diperlukan keterampilan yang lebih spesifik, yang hanya bisa diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Orientasi
Insting
II
Ekspansi
III
Konsolidasi
IV
Pertumbuhan
V
Integrasi
Memperbaiki
tujuan, terutama
target-target
perputaran
Pola-pola
anggaran untuk
bidang fungsi
individual
Kontrol ketat
Perencanaan
sistem kontrol
terpasang
Pos-pos
pengecekan
yang acak
Perencanaan dan
penerapan strategi
yang fleksibel
Reaksi terhadap
perubahan pasar
Kebijaksanaan
perputaran
Kebijaksanaan
pembiayaan
Pengawasan
penyimpangan
Kebijaksanaan
laba
Perhatian
terhadap
indikator-indikator
finansial
Kebijaksanaan
pendapatan
Kesadaran akan
pasar
Kesadaran akan
persaingan
Menjalankan
perusahaanperusahaan baru
I
Permulaan
II
Ekspansi
III
Konsolidasi
IV
Pertumbuhan
V
Integrasi
1. Strategi
Tidak ada
pertimbangan
strategis
Perjanjian
jangka
pendek
Strategi jangka
menengah
Harmonisasi
strategi-strategi
Strategi-strategi
jangka panjang
yang
berorientasi
pasar
2. Organisasi
Tingginya
tingkat
improvisasi
Membidik
standar
tinggi
Standarisasi
tingkat tinnggi
Lebih banyak
perjanjian
individual
Organisasi
inovatif
3. Staf
Memenuhi
tugas menurut
deskripsi
pekerjaan
Agak bebas
melakukan
manuver
Kelompok kerja
yang
berorientasikan
aksi
Staf
bermotivasi
tinggi
Pegawai
dibawah
entrepreneur
4. Gaya
kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan
natural yang
inheren
Delegasi
lebih luas
Gaya
kepemimpinan
kooperatif
Prinsip-prinsip
dan metodemetode
manajemen
yang cukup
Gaya
kepemimpinan
memastikan
implementasi
strategi yang
optimum
5. Sistem
Informasi
SI membawa
penghematan
biaya
Pemakaian
SI lebih
banyak
Tingkat
kematangan
yang tinggi
dengan aplikasi
standar
Membaiknya
kepuasan
operator
(pemroses
individu)
SI menciptakan
keunggulan
bersaing yang
strategis
6. Orientasi
pelanggan
Pelanggan
merupakan
peluang bisnis
Hubungan
dengan
pelanggan
yang normal
Pelanggan ikut
diperhitungkan
Solusi
ditawarkan
untuk masalah
Tingkatan
tertinggi darin
orientasi
pelanggan
Refferensi
Anonymous. 2003. Business Criteria 2003. Eureka Award for Perfomance Excelence and United States Senate
Productivity Award. The California Award for Perfomance Excelence.
ADIZES, I. 1988. Corporate Lifecycless: How and Why Corporation Grow and Die What To Do About It. Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
DAVID, Fred R. 1993. Strategic management, fourth edition. Macmilan Publishing Co.
DePORTER B, dan HERNACKI M. 2002. Quantum Business: Membiasakan Berbisnis Secara Etis dan
Sehat. Penerjemah Basyrah Nasution. Penerbit Kaifa. Bandung.
De GEUS. A. 1997. The Living Company; Habits For Survival In Turbulent Business Environment. Harvard
Business School Press.
GATES B, H.C. 2000. Business @ Speed of Thought. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
KAY, J. 1995. Foundation of Corporate Succes; How Business Strategies Add Value. Oxford University Press.
MITCHELL C. 2001. Memahami Budaya Bisnis Internasional; Penerjemah Erlinda M. Nusron. Penerbit
PPM. Jakarta.
RICHARDSON, B., ROY. R. 1992. Business Planning; An Approach to Strategic Management. Second edition.
Pitman Publishing. London