Catatan Agraria
Catatan Agraria
UU pertambangan
-
Minerba
Migas
Panas bumi dan geothermal
Ruang lingkup hukum agrarian Bumi, air, luar angkasa dan segala kekayaan yang
terkandung didalamnya
Tanah Permukaan Bumi
Luar Angkasa Hukum spectrum frekuensi energi elektromagnetin di luar
angkasa fungsinya sebagai transmisi untuk telekomunikasi, navigasi udara dan
laut, Hankam
Hak Bangsa dan Negara
Materi
1.
2.
3.
4.
Pengusaha dapat memperoleh hak erfpach tanah milik Negara dan atau hak
sewa atas tanah milik rakyat atau pemerintah
Hak erfpacht
-
Hak sewa
Pengusaha swasta dapat mempunyai hak sewa dari tanah milik rakyat dan atau
pemerintah terutama pengusaha gula dan tembakau. Mengapa di sewa ? karena
tembakau dan gula itu tanaman musiman, untuk tanaman keras seperti kelapa,
baru menggunakan hak guna usaha
Sektor Agraria
Undang undang nomor 30 tahun 2007 tentang Energi
Hak Tanggungan
Karena bisa dibebankan lebih dari satu orang, penentuan peringkat Hak Tanggungan
hanya dapat ditentukan berdasarkan pada saat pendaftarannya. Dan apabila
pendaftarannya dilakukan pada saat yang bersamaan, barulah peringkat Hak
Tanggungan ditentukan berdasarkan pada saat pembuatan Akta Pembebanan Hak
Tanggungan. Hal ini termuat dalam Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1996.
3. Hak Tanggungan hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada.
Asas ini diatur dalam Pasal 8 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996. Asas ini sebelumnya juga
sudah ada dalam hipotek. Menurut Pasal 1175 KUHPer, hipotek hanya dapat
dibebankan pada benda-benda yang sudah ada. Hipotek atas benda-benda yang baru
akan ada dikemudian hari adalah batal, begitupun juga dengan hak tanggungan.
4. Hak Tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga benda-benda yang
berkaitan dengan tanah.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (4) UU No. 4 Tahun 1996, Hak Tanggungan dapat juga
dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang
telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan
yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas
dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.
Sehingga dapat pula disimpulkan, yang bisa dijadikan jaminan bukan hanya yang
berkaitan dengan tanah saja melainkan juga benda-benda yang merupakan milik
pemegang hak atas tanah tersebut.
5. Hak Tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda yang berkaitan dengan
tanah yang baru akan ada dikemudian hari.
Meskipun Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan tanah yang sudah ada, hak
Tanggungan juga dapat dibebankan pula benda-benda yang berkaitan dengan tanah
sekalipun benda-benda tersebut belum ada dan baru akan ada dikemudian hari.
Contohnya: Tahun 2000 Tn. A berhutang pada Tn. B, yakni perjanjian pokok hutang
piutang sebesar 200jt dan perjanjian accesoir hak tanggungan. Kemudian Tahun 2001
Tn. A membangun sebuah bangunan di tanah yang sudah dibebani Hak Tanggungan.
Secara otomatis bangunan baru tersebut ikut terbebani Hak Tanggungan tanpa perlu
diperjanjikan dulu.
7. Hak Tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk utang yang akan ada.
Hak Tanggungan memperbolehkan menjaminkan hutang yang akan ada, sesuai
dengan Pasal 3 ayat (1) UU No. 4 tahun 1996.
Utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan dapat berupa utang yang sudah ada
maupun yang belum ada tetapi sudah diperjanjikan, misalnya utang yang timbul dari
pembayaran yang dilakukan oleh kreditor untuk kepentingan debitor dalam rangka
pelaksanaan bank garansi. Jumlahnya pun dapat ditentukan secara tetap di dalam
perjanjian yang bersangkutan dan dapat pula ditentukan kemudian berdasarkan cara
perhitungan yang ditentukan dalam perjanjian yang menimbulkan hubungan utangpiutang yang bersangkutan, misalnya utang bunga atas pinjaman pokok dan ongkosongkos lain yang jumlahnya baru dapat ditentukan kemudian. Perjanjian yang dapat
menimbulkan hubungan utang-piutang dapat berupa perjanjian pinjam meminjam
maupun perjanjian lain, misalnya perjanjian pengelolaan harta kekayaan orang yang
belum dewasa atau yang berada dibawah pengampuan, yang diikuti dengan pemberian
Hak Tanggungan oleh pihak pengelola (Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU No. 4 tahun
1996).
10. Diatas Hak Tanggungan tidak dapat diletakkan sita oleh pengadilan.
Tujuan dari Hak Tanggungan adalah untuk memberikan jaminan yang kuat bagi kreditor
yang menjadi pemegang Hak Tanggungan untuk didahulukan dari kreditor-kreditor lain.
Bila dimungkinkan sita, berarti pengadilan mengabaikan bahkan meniadakan
kedudukan yang diutamakan dari kreditor pemegang Hak Tanggungan.
Kedudukan SHT dengan pengadilan adalah sama, sehingga tidak bisa saling
mendahului. Karena di dalam SHT terdapat titel eksekutorial, maka kedudukannya akan
setara dengan pengadilan.
13. Hak Tanggungan dapat diberikan dengan disertai dengan disertai janji-janji tertentu.
Asas Hak Tanggungan ini termuat dalam Pasal 11 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996. Janjijanji yang disebutkan dalam pasal ini bersifat fakultatif (boleh dicantumkan atau tidak,
baik seuruhnya maupun sebagian) dan tidak limitatif (dapat diperjanjikan lain selain
yang disebutkan dalam Pasal 11 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996).
14. Hak Tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki sendiri oleh pemegang Hak
Tanggungan apabila cedera janji.
Pengaturan mengenai asas ini termuat dalam Pasal 12 UU No. 4 Tahun 1996, janji
yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk memiliki
obyek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji, batal demi hukum.
Ketentuan ini diadakan dalam rangka melindungi kepentingan debitor dan pemberi Hak
Tanggungan lainnya, terutama jika nilai obyek Hak Tanggungan melebihi besar-nya
utang yang dijamin. Pemegang Hak Tanggungan dilarang untuk secara serta merta
menjadi pemilik obyek Hak Tanggungan karena debitor cidera janji. Walaupun demikian
tidaklah dilarang bagi pemegang Hak Tanggungan untuk menjadi pembeli obyek Hak
Tanggungan asalkan melalui prosedur yang diatur dalam Pasal 20 UU No. 4 Tahun
1996.
Hak pakai yang tidka bisa di pindah tangankan adalh yang tidka memiliki jangka
waktu
Pembersihan hak tanggungan kepada KPN pihak ke 3 yang telah membeli lelang.
Akan mengajukan permohonan agar tanah yang ia beli dari pelelangan itu untuk di
bersihkan hak tanggugannya, namun sekalipun masih ada hak tanggungan. Jangan
di bebankan kepada si pihak ke 3 yang membeli.
APHT ada janji dari si pemegang hak tanggungna peringkat pertama
1. Ia tidak melakukan pembersihan misalnya.
Jika ia beli secara suka relam jika memang dilakukan pelelangan namun tidak ada
harga yang sesuai. Itu boleh dilakukan penjualan bawah tangan/ namun tahap awal
harus lelang terlebih dahulu.
Rumah susun
1. Asas vertical pembagian satuan rumah susun, pembagian antara 100 unit
itu adalah
2. Asas Horizontal pembagian antara unit individual dengan tahan yang
dimiliki secara bersama sama.