Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan, kesabaran, serta kekuatan kepada penulis dalam menyusun produk mata kuliah
Studio Perencanaan ini. Dalam menyelesaikan produk mata kuliah Studio Perencanaan ini tidak
lepas dari pihak-pihak yang telah mendukung, membantu, serta memberi masukan untuk
menjadikan produk mata kuliah Studio Perencanaan ini lebih baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Fajar Hari Mardiansyah, Dr. Ing. Wisnu Pradoto, Dr. Ing. Wiwandari Handayani,
Sariffuddin, MT, dan Anang Wahyu Sejati, MT selaku tim dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan akhir ini;
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dalam semangat dan doa untuk
kelancaran penyusunan produk mata kuliah Studio Perencanaan ini;
3. Pak Komaris yang telah meminjamkan rumahnya sebagai tempat tinggal sementara
kelompok Bondokenceng selama satu minggu di Kabupaten Kendal;
4. Serta masih banyak lagi pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
akhir ini yang tidak dapat disebut satu per satu.
Dalam penyusunan produk mata kuliah Studio Perencanaan ini, penulis menyadari
bahwa produk yang telah tersusun ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap,
produk perencanaan yang telah disusun dapat bermanfaat untukbekal pembelajaran
kedepannya.
Semarang, 6 Januari 2016
Penulis
Kelompok 2B Studio Perencanaan
STUDIO PERENCANAAN
BONDOKENCENG, KABUPATEN KENDAL
(TKP 437P)
Kelompok 2B
Septian Edo A P
Arief Adhika Widyatama
Sari Sadtyaningrum
Kiki Andriani
Guntur Pamungkas
Ahmad Dayrobi
Halimatussadiah
Putri Auliza Wulandari
Rizka Nur Oktafiani
Aida Ulfa Faza
Deanira Chikita Edelweis
Dhita Mey Diana
Aqib Abdul Aziz
Bayu Rizqi
Nafisah Anas
Intan Hasiani Pasaribu
21040113130136
21040112170001
21040112170002
21040113120006
21040113120010
21040113120012
21040113120016
21040113120018
21040113120020
21040113120028
21040113120034
21040113120038
21040113120040
21040113120050
21040113120054
21040113120056
Siti Kurniawati
Godlive Handel Immanuel
Intan Hapsari Hasmantika
Brillian Syafiria
Iswahyudi Anton
Mazaya Ghaizani N
Noval Pinasthika
Artha Segnita
Sally Indah N
Ayu Setya Kemalasari
Nurul Almira
Yoshe Rezky A M P
Laras Kun Rahmanti
Yoga Bagas Saputra
Ahmad Aulia Nur Haq
21040113120062
21040113120064
21040113130068
21040113140076
21040113130082
21040113140086
21040113130090
21040113130094
21040113130096
21040113140102
21040113130104
21040113130106
21040113130114
21040113130116
21040113130120
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
1.3.2 Sasaran
1.4 Ruang Lingkup Perencanaan
1.4.1 Ruang Lingkup Substansi
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
1.5 Kerangka Pikir
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II PROFIL WILAYAH
2.1 Konstelasi Wilayah
2.2 Aspek Keruangan
2.2.1 Karakteristik Fisik Lahan
2.2.2 Infrastruktur
2.2.3 Karakteristik Keruangan Wilayah
2.3 Aspek Non-Fisik
2.3.1 Kependudukan
2.3.2 Perekonomian
2.3.3 Kebijakan Pemerintah
BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN
3.1 Potensi Wilayah
3.2 Masalah Wilayah
BAB IV TUJUAN DAN KONSEP PERENCANAAN
4.1 Tujuan
4.2 Konsep Perencanaan Wilayah
4.2.1 Justifikasi Konsep
4.2.2 Best Practice Smart Growth
4.3 Sasaran
BAB V STRATEGI DAN INDIKASI PROGRAM
5.1 Sasaran 1
5.1.1 Strategi 1
5.1.2 Strategi 2
5.2 Sasaran 2
5.2.1 Strategi 1
5.3 Sasaran 3
5.3.1 Strategi 1
5.4 Sasaran 4
5.4.1 Strategi 1
5.5 Sasaran 5
ii
iii
v
vii
1
1
2
3
3
3
3
3
3
5
5
7
8
8
8
12
24
26
26
30
36
41
41
44
51
51
52
54
55
56
57
57
57
59
60
60
63
63
66
66
67
iv
5.5.1 Strategi 1
5.5.2 Strategi 2
5.6 Sasaran 6
5.6.1 Strategi 1
5.6.2 Strategi 2
5.6.3 Strategi 3
5.6.4 Strategi 4
BAB VI STRUKTUR DAN POLA RUANG
6.1 Dasar Penyusunan Rencana Struktur dan Pola Ruang
6.1.1 Proyeksi Penduduk Bondokenceng
6.1.2 Rencana Pusat Permukiman
6.2 Rencana Struktur Ruang
6.3 Rencana Pola Ruang
DAFTAR PUSTAKA
67
67
68
68
69
70
71
73
73
73
73
75
78
81
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Gambar 2.19
Gambar 2.20
Gambar 2.21
Gambar 2.22
Gambar 2.23
Gambar 2.24
Gambar 2.25
Gambar 2.26
Gambar 2.27
Gambar 2.28
Gambar 2.29
Gambar 2.30
Gambar 2.31
Gambar 2.32
Gambar 2.33
Gambar 2.34
Gambar 2.35
Gambar 2.36
Gambar 2.37
Gambar 2.38
Gambar 2.39
Gambar 2.40
Gambar 2.41
4
5
7
8
8
9
9
10
11
11
11
13
14
14
15
15
16
17
18
19
19
20
21
21
21
22
23
24
25
25
26
26
27
28
28
28
29
29
30
30
32
33
33
vi
Gambar 2.42
Gambar 2.43
Gambar 2.44
Gambar 2.45
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 4.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Gambar 5.9
Gambar 5.10
Gambar 5.11
Gambar 5.12
Gambar 5.13
Gambar 5.14
Gambar 5.15
Gambar 5.16
Gambar 5.17
Gambar 5.18
Gambar 5.19
Gambar 5.20
Gambar 6.1
Gambar 6.2
Gambar 6.3
Gambar 6.4
34
34
35
36
43
44
48
49
52
58
58
60
61
62
62
63
64
64
64
65
65
66
68
68
69
70
70
70
71
73
74
76
78
vii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
Tabel II.4
Tabel II.5
Tabel II.6
Tabel II.7
Tabel II.8
Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel VI.1
Tabel VI.2
Tabel VI.3
10
13
18
20
27
31
32
38
41
44
49
74
75
76
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber:www.2indonesia.com
2
permasalahan dan tujuan dari masingmasing fokus area.
Bondokenceng
Bondokenceng./Bon.do.ken.ceng/(n.)
merupakan wilayah perencanaan yang
terdiri dari lima kecamatan, yaitu
Kecamatan Patebon, Kecamatan Pegandon,
Kecamatan Kota Kendal, Kecamatan
Cepiring, dan Kecamatan Ngampel, yang
memiliki luas wilayah 166,87 km2, dimana
berbatasan langsung dengan Kawasan
Industri Kendal (KIK) yang berada di
Kaliwungu. Bondokenceng sebagai orde 1
di Kabupaten Kendal memiliki dua fokus
area yaitu Fokus Area Kota Kendal dengan
konsep perencanaan superblock dan Fokus
Area Pegandon-Ngampel dengan konsep
perencanaan new urbanism.
Setelah menentukan semua kebutuhan
terkait perencanaan baik Regional maupun
Fokus Area, kemudian dibentuk sasaransasaran serta indikasi-indikasi program dari
tiap sasaran. Selain itu, ditentukan pula
jangka waktu pelaksanaan tiap program
serta pihak-pihak terkait sesuai dengan
perannya
agar
perencanaan
dapat
dilaksanakan dengan sistematis, terorganisir,
efektif, dan efisien. Hasil dari perencanaan ini
kemudian divisualisasikan ke dalam Rencana
Strukur Ruang, Rencana Jaringan, Rencana
Pola Ruang, serta Rancangan Desain
Perkotaan bagi masing-masing Fokus Area.
3
(LP2B). Selain itu konsep tersebut nantinya
diharapkan mampu untuk mengatasi semua
permasalahan yang ada di masa sekarang
serta dapat menjawab tantangan-tantangan
di masa mendatang yang ada di Bondokenceng.
1.3.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan diperlukan beberapa
sasaran, yaitu:
1. Menyusun profil wilayah secara lengkap
dan
benar,
sehingga
mampu
menggambarkan kondisi wilayah dengan
tepat pada tiga aspek utama, yaitu
ekonomi dan sosial, keruangan, dan
kelembagaan;
2. Menentukan isu-isu strategis dan
permasalahan yang ada di wilayah
perencanaan;
3. Membagi
ruang
lingkup
wilayah
perencanaan menjadi ruang lingkup
Regional dan Fokus Area;
4. Menentukan tujuan perencanaan;
5. Merumuskan konsep perencanaan;
6. Menyusun sasaran serta indikasi
program;
7. Menentukan jangka waktu pelaksanaan
program dan pihak pelaksana;
Rencana
Strukur
Ruang,
Rencana
Jaringan, Rencana Pola Ruang, serta
Rancangan Desain Perkotaan bagi masingmasing Fokus Area.
Gambar 1.1
Peta Administrasi Bondokenceng
5
1.5 Kerangka Pikir
Berikut merupakan alur atau proses perencanaan di wilayah Bondokenceng guna mengatasi
permasalahan serta mengembangkan potensi yang ada.
Gambar 1.2
Kerangka Pikir
6
permasalahan ditinjau dari hubungan
antara satu aspek dengan aspek lain serta
prioritasi permasalahan.
BAB IV TUJUAN DAN KONSEP PERENCANAAN
Bab ini berisi tentang tujuan perencanaan di
Bondokenceng serta konsep yang akan di
terapkan guna untuk mencapai tujuan
dalam perencanaan.
BAB V STRATEGI DAN INDIKASI
PROGRAM
Bab ini berisi tentang strategi dan indikasi
program
dalam
perencanaan
di
Bondokenceng yang didapatkan.
BAB VI STRUKTUR DAN POLA RUANG
Bab ini berisi tentang Struktur Ruang
berdasarkan Permen 17 Tahun 2009 serta
Pola Ruang berdasarkan Permen 17 Tahun
2009 dan PP No 8 Tahun 2013.
Sumber: www.pinterest.com
7
BAB II
PROFIL WILAYAH
Provinsi Jawa
Tengah
Kabupaten
Kendal
Wilayah
Bondokenceng
Sumber: Analisis Kelompok 2B Studio Perencanaan, 2015
Gambar 2.1
Konstelasi Wilayah
8
2.2 Aspek Keruangan
Pembahasan aspek keruangan meliputi karakteristik fisik alamiah, infrastruktur, dan
karakteristik keruangan wilayah.
B. Hidrologi
Pada Bondokenceng, terdapat tiga sub
daerah aliran sungai, yaitu sub DAS
Gambar 2.2
Peta Hidrogeologi Bondokenceng
Gambar 2.3
Peta Hidrologi Bondokenceng
9
C. Rawan Bencana Banjir
Terdapat 44% luas lahan dari wilayah
Bondokenceng yang merupakan daerah
rawan bencana banjir. Presentase
tersebut
tergolong
dalam
angka
kerawanan banjir yang tinggi. Daerah
rawan bencana banjir tersebar di bagian
utara Bondokenceng yang merupakan
daerah pusat perkembangan Kabupaten
Kendal.
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
wawancara, penyebab bencana banjir di
Bondokenceng adalah masih buruknya
sistem drainase yakni adanya sedimentasi
dan
pencemaran
sungai
oleh
sampah.Kerawanan
bencana
banjir
menjadi salah satu pertimbangan
perencanaan pengembangan wilayah
Gambar 2.4
Peta Rawan Bencana Banjir Bondokenceng
Bondokenceng.Pertimbangan
tersebut
ditujukan agar pengembangan wilayah
Bondokenceng dapat memberikan solusi
terhadap kerawanan banjir.
LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) merupakan lahan pertanian
pangan yang menjadi salah satu potensi
dalam mewujudkan ketahanan pangan di
Bondokenceng. Namun, jika melihat peta
dalam Gambar 2.4, terlihat bahwa
terdapat LP2B yang termasuk dalam
daerah rawan bencana banjir. Hal ini
berdampak pada kemungkinan gagal
panen oleh para petani. LP2B yang rawan
banjir ini menjadi salah satu masalah
yang
dapat
menggangu
rencana
pengembangan pertanian yang ada di
Bondokenceng.
Gambar 2.5
Peta LP2B Bondokenceng yang Rawan
Bencana Banjir
10
D. Daya Dukung Lahan
Berdasarkan hasil skoring antara
topografi, klimatologi, dan litologi
Bondokenceng didominasi oleh kawasan
budidaya. Sehingga seluruh Bondokenceng dapat dimanfaatkan untuk
aktivitas manusia, baik aktivitas per-
Tabel II.1
Tabel Skoring Daya Dukung Lahan Bondokenceng
Topografi
Litologi
Klimatologi
KemiJenis
Curah
Kelas
Skor
Kelas
Skor
Kelas
Skor
ringan
Tanah
Hujan
Jumlah
Fungsi
0-8%
20
Aluvial
15
20,8
mm/thn
III
30
65
Kawasan
budidaya
8-15%
II
40
Latosol
II
30
21,7
mm/thn
III
30
100
Kawasan
budidaya
Medite
ran
III
45
22
mm/thn
III
30
Gambar 2.6
Peta Daya Dukung Lahan
Bondokenceng
Kawasan
budidaya
11
E. Penggunaan Lahan
Berdasarkan karakteristik penggunaan
lahan, mayoritas lahan di Bondokenceng
dimanfaatkan untuk kegiatan agraris,
seperti pertanian, perkebunan, dan
tegalan. Hal tersebut dapat dilihat dari
persentase penggunaan lahan mayoritas
yaitu sawah irigasi sebanyak 37%. Sesuai
dengan
karakteristik
aktivitasnya,
Bondokenceng didominasi lahan non
terbangun. Hal tersebut dibuktikan
dengan perbandingan persentase lahan
terbangun dan lahan non terbangun
meliputi pertanian dan pertambakan
yang cukup besar, yaitu 20,90%
berbanding 79,10%. Pemanfaatan lahan
sebagai pertambakan terdapat pada
bagian utara karena lokasinya yang
berdekatan dengan laut. Lahan pertanian
tersebar secara merata di wilayah
Bondokenceng dengan berbagai macam
komoditas. Kecamatan Kota Kendal,
Gambar 2.7
Peta Penggunaan Lahan Bondokenceng
Gambar 2.8
Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B) Bondokenceng
12
F. Kesesuaian Lahan
Berdasarkan penggunaan lahan yang ada,
tidak ada lahan terbangun yang terdapat di
kawasan penyangga ataupun kawasan
lindung sehingga persentase lahan yang
tidak sesuai adalah 0%. Dari hasil analisis
ini dapat disimpulkan bahwa di wilayah
Bondokenceng dalam penggunaan lahannya
sudah sesuai dengan karakteristik fisik
wilayah.
Gambar 2.9
Peta Kesesuaian Lahan Bondokenceng
2.2.2 Infrastruktur
A.
Jaringan Transportasi
Pembahasan mengenai jaringan transportasi meliputi jaringan jalan dan sistem transportasi
umum.
1. Jalan
lebih cepat pada kecamatan yang dilewati
Jenis Jalan Berdasarkan Fungsi Jalan
Berdasarkan
fungsinya,
jalan
di
jalan Pantura (Kecamatan Kota Kendal,
Bondokenceng terdiri atas jalan arteri
Patebon serta Cepiring) dibandingkan 2
primer, jalan kolektor, jalan lokal, serta
kecamatan yang tidak dilewati jalur
jalan
lingkungan
(Gambar
2.10).
pantura, yaitu Kecamatan Pegandon dan
Keberadaan jalan arteri primer atau jalan
Ngampel. Aktivitas yang berkembang pada
Pantura ini telah berpengaruh terhadap
daerah yang dilewati jalan Pantura lebih
perkembangan
Kabupaten
Kendal,
condong pada aktivitas perdagangan,
khususnya Bondokenceng. Hal tersebut
pelayanan dan jasa, pendidikan skala
ditunjukkan dengan perkembangan yang
regional, kesehatan skala regional,dan
13
Tabel II.2
Panjang Jalan Rusak Per Kecamatan Bondokenceng
Panjang jalan
Panjang jalan
Panjang jalan
rusak sedang(km)
rusak berat(km)
total (km)
Kota Kendal
7,86
84,2
Persentase
jalan rusak (%)
9,33
Patebon
11,8
0,8
140,7
8,95
Cepiring
9,4
4,7
85,4
16,51
Pegandon
1,3
12,2
43
31,39
Ngampel
0,7
6,6
74,59
9,78
Total
31,06
24,3
427,89
13,4
Kecamatan
14
Berdasarkan Gambar 2.11, dapat dilihat
bahwa jalan rusak berat terpanjang ada di
Kecamatan Pegandon, yaitu
Jalan
Pegandon Raya. Jalan kolektor ini
memiliki kondisi jalan yang berlubang
serta perkerasan aspal yang mengelupas
menyebabkan adanya genangan air saat
musim
hujan.
Berdasarkan
hasil
wawancara dari masyarakat sekitar,
pengaduan masyarakat terkait kerusakan
jalan belum dapat dipenuhi dengan
maksimal dan cepat karena terbatasnya
dana APBD.
Gambar 2.11
Peta Jalan Rusak Berdasarkan Fungsi di
Bondokenceng
(a)
(b)
Gambar 2.12Kondisi jalan rusak berat di Jalan Pegandon Raya (a); dan Kondisi jalan rusak sedang
di Jalan Lokal Penghubung Donosari-Bulugede (b)
Sementara itu, kondisi jalan rusak sedang ditemui di jalan lokal penghubung desa di Kecamatan
Patebon bagian barat, yaitu Desa Bulugede, Margosari, Tambakrejo, maupun Donosari. Kondisi
jalan lokal penghubung desa-desa tersebut bergelombang, berlubang serta perkerasannya
mengelupas. Jalan rusak menyebabkan mobilitas masyarakat menjadi terhambat, kegiatan
pengangkutan hasil komoditas pertanian terganggu, resiko kecelakaan hingga menyebabkan
trayek kurus. Trayek yang melewati jalan-jalan rusak tersebut memiliki pelayanan yang tidak
optimal serta jam operasinya hanya setengah hari.
15
Sistem Transportasi Umum
Terdapat total 7 trayek angkutan umum
dengan 3 di antaranya merupakan trayek
kurus, yaitu trayek dengan frekuensi
perjalanan dan jumlah armada yang
rendah. Ketiga trayek tersebut adalah
trayek 1 di Kecamatan Ngampel, trayek 7
di Kecamatan Cepiring, dan trayek 20 di
Kecamatan Pegandon-Ngampel (Gambar
2.13). Ketiga trayek kurus tersebut
berada pada jalan dengan kondisi rusak
berat, hal tersebut dapat menjadi penyebab
rendahnya frekuensi perjalanan dan
jumlah armada yang melayani trayek.
Pelayanan trayek angkutan umum yang
terbatas tersebut mengakibatkan belum
puasnya masyarakat terhadap pelayanan
angkutan umum.
Sumber: www.pinterest.com
16
(b)
(a)
(b)
Gambar 2.15 Peta Lokasi Stasiun Kalibodri di Kelurahan Tegorejo, Pegandon (a); dan Stasiun
Kalibodri di Kelurahan Tegorejo, Pegandon (b)
17
B. Analisis Jaringan Infrastruktur
Analisis jaringan permukiman perkotaan
meliputi jaringan air bersih, jaringan
drainase, jaringan persampahan, jaringan
sanitasi,
jaringan
listrik,
dan
telekomunikasi.
Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih di Bondokenceng
adalah PDAM dan sumur gali. Menurut
telaah dokumen dari setiap kelurahan,
diketahui bahwa persentase pengguna
air bersih dari PDAM dibandingkan
dengan sumur gali, yaitu 52% dan 48%.
Sementara, berdasarkan konsep RPAM,
diharapkan dapat tercapai pelayanan air
minum yang memiliki syarat kualitas,
yaitu standar air minum yang sesuai
dengan Permenkes No. 429/Menkes/
Per/V/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kemudian secara
kuantitas pasokan air minum mengacu
pada Standar Kebutuhan Pokok Air
Minum
mengacu
pada
standar
Kebutuhan Pokok Air Minum sebesar 10
m3 per kepala keluarga per bulan atau
60 liter per orang per hari (Kementrian
PU, 2013). Jaringan permukiman
perkotaan yang ideal memiliki jaringan
air bersih yang aman dan berkelanjutan.
Setiap rumah tangga yang mengakses
air minum dari sistem perpipaan,
karena sumber air melalui sistem
perpipaan memiliki keunggulan pada
aspek
kuantitas
dan
kualitas
penyediaan air yang dapat diandalkan.
Keunggulan sumber air perpipaan
adalah dapat meminimalisasi efek dari
perubahan cuaca dan iklim serta faktor
lainnya di luar kontrol manusia yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas air dengan perencanaan teknik
yang baik. Sehingga, kondisi yang ada
saat ini belum menunjukkan kondisi
jaringan perpipaan yang ideal untuk
permukiman perkotaan.
48%
PDAM
52%
Sumur Gali
Gambar 2.16
Presentase Pengguna Air Bersih Bondokenceng
18
Jaringan Drainase
Jaringan Persampahan
Berdasarkan analisis standar pelayanan persampahan dari data sekunder BPS Kabupaten
Kendal (2013), pelayanan TPS di Wilayah Bondokenceng belum menjangkau keseluruhan
wilayah. Hanya terdapat 26 TPS di Wilayah Bondokenceng. Pola persebaran TPS
cenderung terkonsentrasi di Kecamatan Kota Kendal. Mengacu pada ketentuan SNI
Nomor 2003-1733 Tahun 2004, kinerja jaringan persampahan di Wilayah Bondokenceng
dapat dilihat pada Tabel II.3.
Tabel II.3
Penyediaan Prasarana Persampahan Bondokenceng
Jumlah
Kecamatan
Ketersediaan TPS
TPS berdasarkan SNI
Penduduk
Kota Kendal
55.518
26 (tidak merata)
27
Cepiring
28.929
0
14
Patebon
50.534
0
25
Pegandon
37.193
0
19
Ngampel
34.564
0
17
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2B Studio Perencanaan, 2015
19
Gambar 2.18 memperlihatkan kondisi TPS
yang ada pada Kecamatan Kota Kendal.
Terlihat pada foto tersebut TPS tidak mampu
menampung volume sampah yang ada.
Jaringan Sanitasi
Pada wilayah Bondokenceng, terdapat 17.63% penduduk yang belum memiliki jamban
pribadi dan belum ada IPAL serta Bio Digester sebagai sarana sanitasi.Hal tersebut juga
didukung oleh data hasil observasi dan wawancara mengenai perilaku masyarakat dimana
masih ada yang membuang air limbah di sungai karena kurangnya suplai air bersih dan
tidak memiliki jamban pribadi serta ketidakterjangkauan MCKumum pada seluruh wilayah
Bondokenceng khususnya di Kecamatan Cepiring dan Kecamatan Pegandon. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa sarana infrastruktur permukiman perkotaan belum layak
pada kawasan perencanaan.
(a)
(b)
Gambar 2.19
(a) dan (b) Jamban pada Pinggir Sungai
Jaringan Listrik
Berdasarkan hasil survei, seluruh wilayah Bondokenceng 100% sudah terlayani oleh
jaringan listrik dari PLN dengan aliran daya sebesar 450 Watt, 900 Watt, dan juga 1.300
Watt. Tabel II.4 adalah data hasil survei terkait presentasi daya listrik yang digunakan
oleh penduduk di Bondokenceng.
20
Tabel II.4
Persentase Besaran Daya Listrik Yang
Digunakan Oleh Penduduk Bondokenceng
Indikator
Kondisi
(Persentase terhadap total KK) eksisting
Pengguna daya listrik 450 Watt
34%
Pengguna daya listrik 900 Watt
46%
20%
2B
Studio
mengindikasikan
adanya
kesulitan
masyarakat untuk mengakses pendidikan
lanjutan setelah SD. Sulitnya akses tersebut
akan berdampak pada tingkat pendidikan
akhir masyarakat dan dayasaing SDM di
Bondokenceng. Selain dampak terhadap
kualitas masyarakat di Bondokenceng,
belum menjangkaunya pelayanan fasilitas
pendidikan SMP mengindikasikan bahwa
Wilayah Bondokenceng belum mampu
menjalankan fungsinya sebagai pusat
pelayanan yang mampu memberikan
kemudahan akses terhadap pendidikan.
21
(a)
(b)
(c)
b. Sarana Kesehatan
Wilayah Bondokenceng memiliki fasilitas
kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas,
posyandu,
klinik
bersalin,
balai
pengobatan, dan apotek.
Berdasarkan peta jangkauan sarana
kesehatan dapat disimpulkan bahwa
jangkauan pelayanan sarana kesehatan
berupa puskesmas belum menjangkau
seluruh masyarakat yang ada di Bondokenceng. Hal tersebut diketahui dari
belum terjangkaunya beberapa kawasan
permukiman oleh eksisting puskesmas
dan rumah sakit, khususnya di bagian
selatan Bondokenceng. Belum terjangkaunya pelayanan puskesmas di Bondokenceng menunjukkan adanya ketimpangan dalam akses infrastruktur kesehatan
yang mengindikasikan belum baiknya
pelayanan kesehatan Bondokenceng yang
dalam hal ini menunjang permukiman di
Bondokenceng.
Gambar 2.22
Peta Jangkauan Sarana Kesehatan di Bondokenceng
22
c. Sarana Peribadatan
Pemenuhan kebutuhan sarana peribadatan didasarkan oleh ketentuan standar penyediaan
sarana peribadatan dan disesuaikan oleh karakteristik agama dari masyarakat yang
bersangkutan. Sarana peribadatan di Wilayah Bondokenceng adalah masjid, musholla, dan
gereja. Hal tersebut dikarenakan karakter agama dari masyarakat yang dominan adalah
penduduk dengan agama Islam, Kristen, dan Katolik. Adapun berdasarkan analisis
jangkauan pelayanan, sarana peribadatan di di Bondokenceng sudah menjangkau seluruh
wilayah.
(a)
(b)
d.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.24 Masjid di Kecamatan Kota Kendal; (b) Gereja di Kecamatan Patebon; (c) Masjid di
Kecamatan Ngampel
23
d. Sarana Pemerintahan
Kebutuhan
ruang
untuk
sarana
pemerintahan dalam hal ini kantor desa
minimal adalah 1000 m2 dengan luas
lantai minimal 500 m2 dengan lokasi
yang dapat dijangkau oleh kendaraan
umum dan berada di tengah hunian
warga, dapat diakses keluar/masuk
bangunan dan dapat berintegrasi
dengan bangunan yang ada di
sekitarnya. Sarana pemerintahan yang
tersedia di Bondokenceng berupa
kantor kecamatan dan untuk sarana
pemerintahan
di
masing-masing
kelurahan di Bondokenceng berupa
kantor kelurahan atau kantor desa.
(a)
(b)
Gambar 2.25
(a) Kantor Kelurahan Korowelang Kulon, Kecamatan Cepiring; (b) Kantor Urusan Agama
di Kecamatan Patebon
24
e. Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian merupakan indikator kualitas pelayanan dari fungsi penunjang
permukiman. Sarana perekonomian dapat menjadi trigger dari aktivitas-aktivitas
masyarakat. Adapun dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan
dilayani juga mempertimbangkan bentukan grup sesuai konteks lingkungannya.
Penempatan sarana perekonomian mempertimbangkan jangkauan radius area layanan
terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area
tertentu. Sarana perekonomian yang tersedia di Bondokenceng berupa bank, pasar,
pertokoan, mini market, dan lain lain.
2.2.3 Karakteristik Keruangan Wilayah
A. Identifikasi Kawasan Pusat Permukiman
Berdasarkan hasil analisis sistem pusat
pemukiman di wilayah Bondokenceng
menggunakan
analisis
skalogram,
terdapat beberapa wilayah sebagai
pusat permukiman dengan hirarki
pelayanan yang berbeda-beda.
Pusat
permukiman
di
wilayah
Bondokenceng dibagi menjadi tiga orde,
orde 1 merupakan daerah yang
memiliki kelengkapan sarana yang
paling lengkap dibandingkan wilayah
lainnya sehingga mampu melayani
wilayah di sekitarnya, yang termasuk
orde 1 yaitu Kelurahan Kebondalem.
Pusat Permukiman orde 2 meliputi
Kelurahan
Pegandon,
Kelurahan
Tegorejo, dan Kelurahan Penanggulan.
Orde 3 meliputi Kelurahan Purokerto,
Kelurahan
Cepiring,
Kelurahan
Buganging, Kelurahan Pakauman, dan
Kelurahan Langenharjo.
Interaksi antar pusat pelayanan orde 1,
orde 2, dan orde 3 dipengaruhi oleh
aksesibilitas. Interaksi tersebut dihubungkan melalui jaringan jalan arteri
yaitu Jalan Pantura serta jalan lokal
yaitu Jalan Patebon-Pegandon yang
didukung kondisi jalan yang baik serta
ketersediaan angkutan umum yang
mudah dijangkau sehingga akan
memberikan kemudahan bagi masya-
Kelompok
2B
Studio
Gambar 2.26
Peta Pusat Kawasan Permukiman
Bondokenceng
B. Struktur Ruang
Dalam beberapa tahun ke depan, terdapat
beberapa tantangan yang akan dihadapi
Bondokenceng yaitu pembangunan Trans Tol
Jawa Semarang-Batang dengan pintu keluar
masuk di Kelurahan Margomulyo, Kecamatan
Pegandon serta penyediaan permukiman dan
layanan penyediaan permukiman akibat adanya
isu pembangunan KIK di Kaliwungu. Gambar
2.27 adalah rencana struktur ruang Bondokenceng tahun 2015-2035:
25
Kelompok
2B
Studio
Gambar 2.27
Struktur Ruang Eksisting Bondokenceng
C. Pola Ruang
Berdasarkan pola ruang eksisting, wilayah
Bondokenceng memiliki 13 peruntukan
kawasan yang terdiri dari 12 Kawasan
Budidaya berupa Kawasan Permukiman,
Kawasan Perkantoran, Kawasan Pemerintahan, Kawasan HANKAM, Kawasan
Peruntukkan Industri, Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Tambak, Kawasan
Hutan Produksi Tetap, Kawasan Rawa
Budidaya, Kawasan Perkebunan, Kawasan
Pertanian Beririgasi dan Kawasan Pertanian
Pangan Lahan Kering serta 1 Kawasan
Lindung berupa RTH Kota. Dari 13
peruntukkan kawasan tersebut dapat
dilihat bahwa wilayah Bondokenceng
didominasi oleh kawasan pertanian
beririgasi, pertanian lahan kering serta RTH
Kota sehingga berpotensi untuk dilakukan
pembangunan di masa depan.
Menurut PERMEN 17
Tahun 2009, Pola
ruang adalah
distribusi
peruntukanruang
dalam suatu
Gambar 2.28
Pola Ruang Eksisting Bondokenceng
26
2.3 Aspek Non-Fisik
Aspek non-fisik membahas berkaitan
dengan kependudukan, perekonomian, dan
kebijakan pemerintah.
2.3.1 Kependudukan
A. Jumlah Penduduk
Pada aspek kependudukan wilayah
Bondokenceng,
jumlah
penduduk
mengalami fluktuasi. Umumnya setiap
tahun jumlah penduduk di wilayah
Bondokenceng meningkat, hanya saja
pada tahun 2010 dan 2013 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya,
kemudian jumlahnya meningkat kembali di tahun 2014. Kenaikan jumlah
penduduk dari tahun 2013 ke tahun
2014 mengindikasikan bahwa adanya
jumlah
kematian
yang
semakin
berkurang sehingga dapat menunjukkan bahwa kualitas kesehatan di
wilayah Bondokenceng sudah mulai
mengalami peningkatan, dan disertai
dengan peningkatan kuantitas dan
kualitas jumlah fasilitas kesehatannya.
B. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan salah satu unsur
penting dalam perencanaan wilayah, yakni berkaitan
dengan skenario pengembangan suatu wilayah.
Berdasarkan peta kepadatan penduduk (Gambar
2.28), kepadatan penduduk di Bondokenceng terpusat di Kecamatan Kota Kendal serta sebagian di
Kecamatan Patebon, dan KecamatanCepiring.
Pemusatan kepadatan penduduk tersebut dikarenakan ketiga kecamatan tersebut merupakan
pusat kegiatan Bondokenceng yang juga dilalui oleh
jalur Pantura. Secara eksisting banyak lahan
terbangun di wilayah dengan kepadatan tinggi, yakni
Kecamatan Kota Kendal, Patebon, dan Cepiring,
khususnya di sekitar jalur pantura. Adapun wilayah
dengan kepadatan terendah yakni Kecamatan
Pegandon secara eksisting masih didominasi oleh
lahan non terbangun berupa sawah.
Gambar 2.30
Peta Kepadatan Penduduk Bondokenceng Tahun 2014
27
C. Jumlah Penduduk
Kelompok Umur
menurut
lainnya.
Hal
tersebut
dapat
menyebabkan adanya bonus demografi
di wilayah Bondo-kenceng.
Gambar 2.31
Piramida Penduduk tiap Kecamatan di
Bondokenceng Tahun 2014
Kecamatan
Tidak/Belum
Tamatan SD
Tamat SD
Sederajat
1.
Patebon
11.307
13.660
2.
Pegandon
13.236
11.692
3.
Kota Kendal
10.714
11.876
4.
Cepiring
8.229
11.115
5.
Ngampel*
12.072
16.636
Sumber: BPS Kabupaten Kendal, 2015 (Olah Data)
Tingkat Pendidikan
Tamatan SMP
Tamatan SMA
Sederajat
Sederajat
12.570
10.722
9.970
6.469
9.400
11.168
7.192
7.392
8.173
6.406
Tamatan
Akademi/PT
3.319
1.522
3.907
1.332
1.407
28
Gambar 2.32
Persentase Jumlah Penduduk menurut
Tingkat Pendidikan
di Bondokenceng Tahun 2014
Sumber: BPS Kabupaten Kendal, 2015 (Olah Data)
Gambar 2.33
Grafik Jumlah Pengangguran di
Bondokenceng Tahun 2014
Gambar 2.34
Persentase Jumlah Pengangguran di
Bondokenceng terhadap Kabupaten Kendal
Tahun 2014
29
Berdasarkan Gambar 2.33, diketahui bahwa pada tahun 2014 jumlah pengangguran
paling banyak terdapat di Kecamatan Kota
Kendal, yaitu sebesar 18.585 jiwa. Sedangkan jumlah pengangguran paling rendah
terdapat di Kecamatan Patebon, yaitu
sebesar 0 jiwa. Hal itu dikarenakan jumlah
penduduk yang bekerja lebih banyak
daripada jumlah penduduk usia kerja.
Sedangkan Kecamatan Ngampel tidak
terdapat data penduduk menurut mata
pencaharian. Jumlah pengangguran di
Bondokenceng berkontribusi sebanyak
36,05% dari jumlah pengangguran di
c. Angka Kemiskinan
Jumlah kemiskinan di Bondokenceng dapat
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
kesejahteraan yang ada di wilayah tersebut.
Tingkat kemiskinan yang tinggi di suatu
daerah akan menimbulkan permasalahan
yang terkait dengan kualitas sumber daya
manusia. Gambar 2.35 adalah diagram
jumlah keluarga miskin di Bondokenceng
tahun 2014 pada tiap kecamatan.
Gambar 2.35
Grafik Jumlah Keluarga Miskin di
Bondokenceng Tahun 2014
Gambar 2.36
Persentase Jumlah Penduduk Miskin di
Bondokenceng
Terhadap Kabupaten Kendal Tahun 2014
30
2.3.2 Perekonomian
A. Usaha Mikro Kecil Menengah
Terdapat berbagai jenis Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) yang tersebar di
Bondokenceng. Adapun jenis UMKM yang
berpotensi untuk dikembangkan tersebut
meliputi industri batik Jambe Kusuma,
industri makanan ringan, industri batu
bata, dan industri hasil pengolahan ikan.
Pertama
industrybatik
Jambe
Kusuma,pada awalnya digagas oleh Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
(Disperindag) melalui pelatihan keterampilan
membatik
yang
kemudian
dikembangkan oleh salah satu warga, Ibu
Lestari, pada tahun 2010. Industri ini
dianggap potensial karena beberapa kali
telah mengikuti pameran karya di
berbagai kota serta mendapatkan
penghargaan dari ajang-ajang yang
diadakan oleh pemerintah setempat.
Gambar 2.38
UMKM Unggulan di Bondokenceng
Gambar 2.37
Peta Sebaran UMKM
31
Ketiga, industri batu bata di sempadan
Sungai Bodri, Kelurahan Ketapang.
Pelaku usaha industri batu bata
tersebut memanfaatkan tanah endapan
Sungai Bodri sebagai bahan baku
pembuatan batu bata. Meski telah
mendapatkan dukungan serta bantuan
dari Dinas PSDA, tetapi para pelaku
usaha masih menemui kendala pada
proses penjemuran batu bata yang
masih membutuhkan waktu yang lama.
Terakhir, industri bandeng presto di
No
Jenis
UMKM
Lokasi
Kelurahan
Bandengan.
Lokasi
Kelurahan Bandengan yang berbatasan
langsung dengan laut membuat
keberadaanbudidaya tambak menjamur dan menjadi salah satu peluang
usaha.
Tabel II.6
UMKM Unggulan di Bondokenceng
Tenaga Kerja
Tahun
Asal Bahan
Berdiri
Baku
Jumlah
Asal
Batik
Jambe
Kusuma
Kelurahan
Jambearum
2010
15
Warga
setempat
Pekalongan
Kerupuk
Petis
Kelurahan
Jotang
2000
12
Warga
setempat
Kendal
Batu
Bata
Kelurahan
Ketapang
2005
10
Tersebar
di Kab.
Kendal
Tanah dari
Kali Bodri
Bandeng
Presto
Kelurahan
Bandengan
2003
Warga
setempat
Kelurahan
Bandengan
Alat
Produk
si
Lokasi
Pemasaran
Kab. Kendal
Semarang
Wajan
Jakarta
Canting
Surabaya
Malam
Hongkong
Kompor
Korea
Malaysia
Kab. Kendal
Tungku Semarang
Cetakan Pemalang
Kalimantan
Cetakan
batu
Kab. Kendal
bata
Semarang
Tungku
Kab. Kendal
Dandan
Semarang
g preto
Sidoarjo
Kompor
Bandung
B. Pertanian
Komoditas sektor pertanian di Bondokenceng merupakan komoditas utama yang
menyumbangkan
kontribusi
pada
perekonomian wilayah, tergambar pada
PDRB Bondokenceng dengan kontribusi
sebesar 18%. Komoditas sektor pertanian
tersebut terdiri dari penggunaan
32
Gambar 2.39
Kegiatan Pertanian di Bondokenceng
Komoditas padi merupakan komoditas yang paling besar disumbangkan oleh sektor
pertanian dengan penggunaan lahan sebesar 54,29%. Produksi pertanian padi ini menyebar
ke lima kecamatan di Bondokenceng.
Tabel II.7
Tingkat Produktivitas Padi Sawah Bondokenceng tahun 2010 - 2014
Tahun
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
Padi Sawah
Luas Areal
(Ha)
9.412
9.664
9.781
10.360
10.082
Produksi
(Ton)
52.465
57.011
57.235
55.381
56.564
Produktivitas
(Ton/Ha)
55,74
58,99
58,52
53,46
56,1
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Ketuhanan Kabupaten Kendal, 2015
33
Gambar 2.40
Peta Prioritas Pengembangan
Komoditas Padi Sawah Sektor
Pertanian di Bondokenceng
Sumber: www.pinterest.com
Gambar 2.41
Peta LP2B di Bondokenceng
34
C. Perikanan
Perikanan merupakan salah satu sektor yang cukup berkembang di Kecamatan
Bondokenceng. Terdapat tujuh jenis komoditas perikanan yang dihasilkan di Kecamatan
Bondokenceng diantaranya adalah lele, nila, gurame, patin, karper, bawal, dan tawes.
Gambar 2.42 merupakan grafik batang yang menggambarkan hasil perikanan di
Kecamatan Bondokenceng.
Jumlah (Kg)
45000
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
33500
29000
29000
31000
Lele
Karper
Nila
1600
1000 650
Kota Kendal
900
Patebon
1500
600
Cepiring
200 500
Pegandon
Gurame
Bawal
Ngampel
Kecamatan
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Kendal, 2015
Gambar 2.42
Produksi Hasil Perikanan Air Tawar Bondokenceng
Pada Gambar 2.43, dapat disimpulkan bahwa penghasil ikan air tawar yang paling banyak
di Wilayah Bondokenceng adalah Kecamatan Kota Kendal dengan 41.000 ekor ikan lele. Hal
ini ditandai dengan banyaknya budidaya ikan oleh masyaakat Bondokenceng. Berdasarkan
hasil kegiatan lapangan, ikan lele merupakan ikan yang cepat untuk berkembang biak
dengan 45 hari dan waktu yang dibutuhkan untuk budidaya ikan lele dari kecil hingga
dewasa. Selain itu, pembudidayaannya juga mudah karena bibit ikan nya murah dan banyak
yang jual serta makanan ikan lele (pellet) mudah dibuat. Sedangkan ikan karper merupakan
ikan tawar yang paling sedikir di Bondokenceng.
Jumlah (Kg)
867671
649300
538700
Kota Kendal
327500
171814
1400
10400
49000
3000
Bandeng
U. Windu
U.
Vannamel
Ikan Payau
Patebon
5000 0
Nila
Cepiring
4850 4450 510
Kepiting
Sumber: Dinas Perikanan
Kabupaten Kendal, 2015
Gambar 2.43
Produksi Hasil Perikanan
Air Payau Bondokenceng
35
Pada hasil Gambar 2.43, dapat disimpulkan bahwa penghasil ikan payau yang paling
banyak di Bondokenceng adalah ikan bandeng 1.515.500 ekor. Penghasil ikan bandeng
terbesar terdapat di Kecamatan Kota Kendal. Hal ini ditandai oleh banyaknya lahan di Kota
Kendal yang dijadiin sebagai daerah tambak. Akan tetapi pada Kecamatan Pegandon dan
Ngampel tidak terdapat hasil ikan payau karena kecamatan tersebut tidak memilki daerah
tambak.
D. Pariwisata
Berdasarkan hasil observasi, Bondokenceng memiliki tiga wisata alam yang berpotensi
untuk dijadikan obyek pariwisata. Potensi alam tersebut berupa pantai dan bendungan. Titik
lokasi wisata alam yang terdapat di Bondokenceng dapat dilihat pada Gambar 2.42.
Pantai yang berpotensi menjadi objek
pariwisata adalah Pantai Kartikajaya
dan Pantai Muara Kencana yang
terdapat di Kecamatan Patebon.
Vegetasi yang terdapat di pantai
tersebut adalah tanaman cemara,
mangrove,
bakau,
dan
sangon.
Ketersediaan tempat parkir juga hanya
terdapat di Pantai Muara Kencan
dengan harga 2000 rupiah untuk motor
dan 3000 rupiah untuk mobil.
Sementara di Pantai Kartikajaya tidak
terdapat tempat parkir. Kondisi kedua
pantai ini tidak terawat, ditandai
dengan tidak tersedianya tempat
sampah dan kondisi toilet umum yang
kotor.
Kelompok
2B
Studio
Gambar 2.44
Peta Potensi Wisata Alam diBondokenceng
Kondisi
tersebut
mengindikasikan
bahwa kedua pantai ini belum
dikatakan layak untuk dijadikan obyek
pariwisata saat ini. Padahal, kedua
pantai ini sangat berpotensi untuk
dijadikan obyek pariwisata hanya saja
perlu adanya rencana pengembangan
untuk memperbaiki kondisi Pantai
Kartikajaya dan Pantai Muara Kencana.
36
(a)
(b)
Gambar 2.45
(a) Pantai Kartikajaya, (b) Pantai Muara Kencana
Potensi alam selanjutnya yaitu berupa Bendungan Kedung Pengilon yang terdapat di Kecamatan
Ngampel. Bendungan Kedung Pengilon ini berfungsi sebagai pintu air dan tempat untuk
menampung air hujan sehingga meminimalisir kemungkinan banjir di daerah sekitarnya. Pada
mulanya, Kedung Pengilon dijadikan obyek wisata warga setempat karena terkenal banyak
ditumbuhi pohon jambu mete. Banyak pemuda-pemudi yang mengunjungi tempat ini selain
suasana alamnya yang indah juga karena buah jambu mete yang mudah didapatkan di sekitar
Bendungan. Meskipun pohon jambu mete sudah ditebangi oleh warga, kondisi Bendungan
Kedung Pengilon cukup bersih dan memiliki pemandangan yang alami, tumpukan sampah
hanya berupa daun pepohonan yang gugur bukan sampah masyarakat sehingga lokasi ini masih
menarik pengunjung. Karena berpotensi sebagai obyek wisata, warga setempat mengusulkan
kepada Pemerintah Daerah untuk mengembangkan Bendungan Kedung Pengilon sebagai obyek
wisata yang resmi di Kabupaten Kendal. Namun, pemerintah belum memberikan respon dan
dana pembangunan terkait pengembangan pariwisata di Bendungan Kedung Pengilon. Selain
itu, penyediaan insfrastruktur penunjang untuk lokasi wisata seperti aksesibilitas, tempat
parkir, dan toilet umum perlu dikembangkan.
37
1. Kecamatan Kota Kendal
Kecamatan Kota Kendal merupakan
kecamatan yang menjadi Ibukota
Kabupaten Kendal. Senada dengan itu
Kecamatan Kota Kendal pun ditetapkan
sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kota
Kendal yang berfungsi sebagai PKL
diharuskan untuk dapat melayani seluruh
Kabupaten Kendal. Bentuk pelayanan
yang
diberikan
berbentuk
pusat
pelayanan pemerintah tingkat daerah,
pusat perdagangan dan jasa yang dapat
melayani regional, dan pendidikan.
Sementara itu, dalam bentuk arahan
kebijakan terkait dengan kegiatan yang
dapat dilakukan di Kecamatan Kota
Kendal adalah:
38
hortikultura yang berkembang cukup
pesat. Kecamatan Pegandon ditetapkan
sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
Sebagai
PPK,
Pegandon
dalam
pelaksanaan kegiatan yang berlangsung
di dalamnya diharuskan untuk melayani
kegiatan skala kecamatan. Bentuk arahan
kebijakan terkait dengan kegiatan yang
dilakukan Kecamatan Pegandon adalah
kegiatan
pengembangan
fasilitas
perkotaan berupa:
Perdagangan
dan
jasa
skala
menengah yang dapat melayani
secara
keseluruhan
Kecamatan
Pegandon;
Nama Organisasi
Status
Peran
Bappeda
Kabupaten Kendal
Pemerintah
BPS
Kabupaten
Kendal
Pemerintah
Dinas
Pertanian,
Perkebunan, dan
Kehutanan
Pemerintah
Dishubkominfo
Pemerintah
Dinas
Umum
Pemerintah
Pekerjaan
39
No
Nama Organisasi
Status
Peran
Pemerintah
Ciptaru
Pemerintah
Dispendukcapil
Pemerintah
Disperindag
Pemerintah
10
DinasKetenagakerjaan
Pemerintah
11
Non Pemerintah
12
Gerakan Pemuda
Ansor Kabupaten
Kendal
Non Pemerintah
13
Forum
Pemberdayaan
Perempuan
Indonesia
Kabupaten Kendal
15
Lembaga
Penelitian
Pengembangan dan
Konservasi
Lingkungan Hidup
Non Pemerintah
Non Pemerintah
Sumber: www.kabkendal.go.id
40
aparatur penyelenggara pelayanan
publik dengan membandingkan antara
harapan dan kebutuhannya (Keputusan
MENPAN
Nomor
25/2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
sampel random, tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan publik
yaitu 35,27% menyatakan puas, 24,11%
menyatakan cukup puas, serta 40,63%
menyatakan tidak puas.
Tabel II.9
Respon dari Pelayanan Pemerintah
Kategori
Frekuensi
Presentase
Puas
79
35,27
Cukup Puas
54
24,11
Sudah Memenuhi
135
60,27
Tidak Puas
91
40,63
Belum Memenuhi
89
39,73
Total
224
100,00
Total
224
100,00
If plan A didnt
25 more
letters.
Sumber: www.pinterest.com
41
BAB III
POTENSI DAN PERMASALAHAN
3.1 Potensi Wilayah
Berdasarkan
hasil
survei
lapangan,
didapatkan beberapa hal yang potensial
untuk dikembangkan yang mendukung
tujuan Bondokenceng, yaitu sebagai pusat
aktivitas dan permukiman yang terintegrasi
dan berdaya saing. Potensi yang dimiliki
Bondokenceng meliputi adanya lahan LP2B,
peran Kota Kendal sebagai ibukota
kabupaten, keberadaan pasar induk di Kota
Tabel III.1
Potensi, Kendala, dan Tantangan di Bondokenceng
No
Potensi
Kendala
Tantangan
Terdapat berbagai
UMKM di
Bondokenceng seperti
industri makanan
ringan, industri batik,
industri bata, dan
industri tambak
42
No
Potensi
Kendala
Bendungan Kedung
Pengilon sebagai objek
wisata dan sumber air
cadangan
Tantangan
Adanya rob
Adanya abrasi
Munculnya pusat-pusat
aktivitas baru disekitar
kawasan KIK
Terdapat stasiun
kereta api penumpang
di Weleri
43
Gambar 3.1
Peta Potensi Bondokenceng
44
Gambar 3.2
Skema Potensi Bondokenceng
Masalah
Fakta
Nilai
Prioritas
Resiko terhambatnya
aksesibilitas
20
19
45
No
Masalah
Pelayanan transportasi
umum yang belum
maksimal
Ditemukannya trayek
kurus sehingga belum
mendukung konsep smart
growth (transportasi yang
terintegrasi)
Fakta
Waktu tunggu yang mencapai 20 menit, biaya angkutan
umum yang dinilai mahal (Rp5.000), dan belum
terintegrasi dengan moda transportasi lain
Terdapat 3 dari 21 trayek merupakan trayek kurus
(trayek 1, trayek 7, dan trayek 20)
Nilai
Prioritas
19
19
18
18
18
17
17
46
No
Masalah
Nilai
Prioritas
Fakta
Berdasarkan pendekatan supply-demand terdapat
ketimpangan antara jumlah penawaran dan
permintaan dari fasilitas pendidikan (kurang 68 SD
dan 32 SMP) dan fasilitas puskesmas (kurang 3
puskesmas)
Berdasarkan pendekatan spasial, jangkauan pelayanan
SMP, SMA dan puskesmas belum dapat melayani
seluruh wilayah di Bondokenceng
10
11
12
Jumlah penawaran
(supply) fasilitas
pendidkan (SD, SMP, SMA)
dan fasilitas kesehatan
(puskesmas) belum
mampu memenuhi
permintaan dari jumlah
penduduk yang ada
Minimnya sarana
perekonomian kebutuhan
tersier
Lambatnya respon
pemerintah terhadap
pengaduan masyarakat
16
belum
puas
terhadap
16
respon
14
13
Kurangnya lembaga
pelatihan keterampilan
dari pemerintah yang
mewadahi minat
masyarakat
14
14
Terdapatnya penduduk
yang kurang berdaya saing
14
15
58,6% masyarakat
pemerintah
16
Masih terdapatnya
penduduk miskin
belum
puas
dengan
kinerja
13
13
47
Fakta
Nilai
Prioritas
17
Produktivitas pertanian
(komoditas padi,
jagungdan tembakau)
rendah dan kurang
berdaya saing
10
18
10
Belum berkembangnya
UMKM yang ada
Resiko penurunan
produktivitas tambak
akibat adanya bencana rob
No
19
20
Masalah
Sumber: www.pinterest.com
48
Gambar 3.3
Skema Masalah Bondokenceng
49
3.3Tantangan
Tabel III.3
Tantangan
No
1
Tantangan
Driving Factors
Tahun
Prediksi
Dasar Tahun
Prediksi
2025
2020
Pembangunan Tol
Trans Jawa pada
tahun 2018
Pembangunan KIK
dan pembangunan
pintu
keluarmasuk Tol Trans
Jawa di Pegandon
Gambar 3.4
Skema Tantangan Bondokenceng
50
51
BAB IV
TUJUAN DAN KONSEP PERENCANAAN
4.1 Tujuan
Sebagai Ibukota Kabupaten Kendal, Wilayah
Bondokenceng
berpotensi
untuk
dikembangkan sebagai pusat pelayanan dan
permukiman
yang
dapat
memenuhi
kebutuhan masyarakat Bondokenceng.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan
adanya integrasi antara unsur-unsur
pembangunan. Hal tersebut dimaksudkan
agar tujuan perencanaan dapat tercapai.
Tujuan perencanaan pembangunan Bondokenceng adalah sebagai berikut:
Mewujudkan Bondokenceng sebagai pusat
pelayanan dan permukiman yang terintegrasi dan berdaya saing pada tahun
2035
Pada tujuan perencanaan Wilayah Bondokenceng tersebut, tedapat tiga kata kunci
sebagai target pencapaian perencanaan,
yaitu pusat pelayanan dan permukiman,
wilayah yang terintegrasi, dan Bondokenceng yang berdaya saing.
Pembangunan di Bondokenceng yang
berorientasi pada pembangunan pusat
pelayanan dan permukiman, terintegrasi,
dan berdaya saing diwujudkan dalam
perencanaan jangka panjang dengan kurun
waktu 20 tahun. Ketiga hal tersebut
dibutuhkan sebagai persiapan menghadapi
tantangan isu pembangunan KIK (Kawasan
Industri Kendal), Pelabuhan Niaga, dan Tol
Trans Jawa di Kabupaten Kendal.
Pusat pelayanan dan permukiman dibangun
guna
memenuhi
masyarakat
dalam
bermukim dan beraktivitas. Masyarakat yang
akan menggunakan pusat pelayanan dan
bertempat tinggal dalam permukiman ini
ialah masyarakat Bondokenceng sendiri yang
diprediksi akan terus meningkat serta
52
kemampuan Bondokenceng untuk turut
memiliki andil dalam persaingan kesempatan kerja yang lebih luas nantinya.
Hal tersebut dapat dilihat dari kebijakankebijakan yang diambil, implementasi
masing-masing kebijakan, serta kemampuan
dalam hal administratif dengan menggunakan teknologi.Kemudian masyarakat
yang berkompeten ialah masyarakat yang
memiliki pendidikan, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan mengorganisasi
pekerjaan yang tinggi sehingga masyarakat
dapat mempergunakan potensi lokal untuk
berproduksi.
Gambar 4.1
Skema Konsep Bondokenceng
53
Dari masalah-masalah, driving factors, serta
potensi lokal yang ada, konsep yang diambil
dalam perwujudan tujuan tersebut ialah
pendekatan konsep smart growth. Beberapa
indikator dari konsep smart growth yang
dapat mendukung tujuan perencanaan ialah:
mixed use land, lahan terbangun yang
compact, walkable city (yang diterapkan di
Fokus Area), spesialisasi wilayah, preservasi
alam, pengembangan SDM, penyediaan
transportasi publik yang terintegrasi,
pembangunan yang efektif dan efisien, serta
menggandeng stakeholder.
Berikut adalah tujuan utama dan tujuan
khusus dari konsep Smart Growth:
Tujuan umum : Untuk mengantisipasi dan
mengatasi urban sprawl
a. Tujuan khusus :Menciptakan keunikan
suatu tempat (spesialisasi wilayah)
b. Memperbaikidan memperluas jaringan transportasi
c. Pemerataan pembangunan
d. Preservasi lingkungan
Secara teoritis, ada 9 prinsip Smart Growth:
1. Mixed use land, yakni penggunaan
lahan yang bervariasi, dimana dalam
satu zonasi, terdapat beberapa
penggunaan lahan yang bervariasi. Hal
demikian dapat memudahkan manusia
dalam
mendapatkan
pelayanan
dengan jarak terjangkau, sehingga
dapat mengurangi jarak tempuh dalam
menuju fasilitas dan mengefektifkan
transportasi.
2. Lahan terbangun yang compact,
yaitu lahan yang masih dapat dibangun
digunakan sebagai fungsi budidaya
permukiman sehingga masyarakat
tidak menempuh jalan yang jauh untuk
mendapatkan pelayanan suatu fasilitas
dan agar perkotaan yang ada menjadi
tidak terpencar (sprawl). Hal ini
terutama diterapkan pada fokus area.
54
kualitas, dan biaya yang memuaskan
sehingga pergerakan secara internal
dan eksternal dapat berjalan lancar.
Transportasi publik ini meliputi
angkot untuk pergerakan internal dan
sekitar meliputi seluruh wilayah
Bondokenceng termasuk fokus area,
serta bus untuk pergerakan antar
kabupaten.Penyediaan transportasi
publik ini tidak hanya pada moda
melainkan juga pada sarana dan
fasilitas
seperti
halte
dan
terminal.Setiap
angkutan
harus
melewati terminal agar dapat terjadi
pergantian antar moda dengan baik,
sehingga pergerakan akan lebih
mudah.
8. Pembangunan yang efektif dan
efisien, yaitu pembangunan yang
dilakukan sesuai dengan urgensi atau
prioritas dan dilaksanakan dengan
tidak membuang-buang sumber daya
(boros). Pembangunan ini meliputi
program-program
yang
akan
dilakukan untuk mewujudkan tujuan
perencanaan.
9. Menggandeng stakeholder, yakni
program-program pembangunan yang
dilakukan
dilaksanakan
dengan
kerjasama dengan stakeholder seperti
swasta melalui KPS (kerjasama
pemerintah-swasta) maupun dengan
masyarakat
melalui
kegiatan
partisipasi.
Sedangkan dalam fokus area, konsep ini
diterapkan dengan konsep Superblock untuk
fokus area Kota Kendal dan New Urbanism
untuk fokus area Pegandon-Ngampel.
55
Sumber: www.pinterest.com
dilakukan oleh
56
Smart Growth
Dalam perkembangannya
telah terjadi peralihan dari
suatu upaya yang reaksioner
menjadi suatu upaya yang
proaktif membahas
bagaimana dan dimana
pembangunan baru perlu
diakomodasikan.
Berdasarkan konsep smart
growth ini pembangunan
dan implementasi dari
rencana-rencana lokal yang
komprehensif, akan
mengikuti prinsip-prinsip
smart growth
terbuka lahan
pertanian,keindahan alam
dan pelestarian lingkungan
yang kritis; (vii)
pembangunan ang ditujukan
pada kbutuhan masarakat;
(vii) memberikan sejumlah
pilihan transportasi; (ix)
keputusan pembangunan
ang adil dan efektif biaya; (xi)
kerjasama antar pemangku
kepentingan dalam
pembuatan keputusan
pembangunan.
(sumber: smart growth
website)
57
4.3 Sasaran
Sasaran
dari
perencanaan
Wilayah
Bondokenceng dibuat dari kata kunci pada
tujuan perencanaan wilayah, yaitu sebagai
berikut:
A. Dari kata kunci pusat pelayanan dan
permukiman :
Sasaran untuk mewujudkan Wilayah
Bondokenceng sebagai pusat pelayanan dan
permukiman adalah sebagai berikut.
Terwujudnya penggunaan lahan yang
sesuai dengan karakteristik fisik wilayah
Secara fisik, setiap wilayah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.Karakteristik fisik ini dipengaruhi oleh kondisi
geologi seperti topografi, jenis tanah, curah
hujan, hidrogeologi, hidrologi, serta
kerawanan
terhadap
bencana.Setiap
penggunaan lahan harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.Hal ini dilakukan
agar perwujudan dari setiap guna lahan
termasuk pusat pelayanan dan permukiman
dapat terhindar dari permasalahanpermasalahan fisik serta mampu melakukan
adaptasi terhadap permsalahan fisik yang
ada menggunakan strategi-strategi yang
ditetapkan.
Terciptanya pusat-pusat aktivitas yang
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bondokenceng dan sekitarnya
Saat ini Bondokenceng menghadapi isu-isu
pembangunan seperti Kawasan Industri
Kendal, Pelabuhan di Kaliwungu, serta
proyek pembangunan Tol Trans Jawa yang
melewati beberapa kelurahan di Kecamatan
Ngampel dan Kecamatan Pegandon.
Pembangunan KIK (Kawasan Industri
Kendal) akan berdampak pada peningkatan
kebutuhan akan service, perumahan,
perdagangan dan jasa, perhotelan, pusat
perbelanjaan dan sebagainya.
sistem
regulasi
yang
Untuk menjadi
Bondokenceng yang
terintegrasi, satu aspek yang penting untuk
dilakukan adalah mewujudkan sistem
regulasi yang terpadu. Regulasi yang
dimaksud cenderung kepada perencanaan
dan pengembangan wilayah, pengadaan
program-program
untuk
peningkatan
kualitas SDM, serta peningkatan ekonomi
lokal. Perlu adanya kerja sama yang solid
58
antar stakeholders agar dalam pembangunan
tidak terjadi hambatan yang memperlambat
pembangunan.
57
BAB V
STRATEGI DAN INDIKASI PROGRAM
5.1 Sasaran 1 Terwujudnya Penggunaan Lahan yang Sesuai dengan
Karakteristik Fisik Wilayah
5.1.1 Strategi 1
Menciptakan Fungsi Kawasan Permukiman dan Pertanian yang
Berwawasan Lingkungan
Dasar penyusunan strategi 1 adalah adanya resiko banjir dan terganggunya fungsi LP2B akibat
bencana banjir.Terdapat dua indikator pencapaian dari strategi ini. Indikator pencapaian
pertama adalah mewujudkan kawasan permukiman dan pertanian yang terbebas dari bencana
banjir dengan meresapkan air hujan kedalam tanah yang dapat menjadi cadangan air. Indikator
pencapaian kedua ialah mengarahkan pengembangan kawasan permukiman ke pusat kota
(fokus area). Berikut merupakan program-program yang merealisasikan strategi 1.
A. Program Normalisasi dan Revitalisasi Saluran Drainase
Program ini dibagi menjadi dua subprogram yaitu program normalisasi dan
program revitalisasi saluran drainase.
Dalam
pelaksanaannya,
program
normalisasi sungai akan dilakukan
terlebih dahulu. Dengan adanya program
ini diharapkan resiko banjir dapat
diminimalisir. Karena idealnya tidak ada
wilayah yang ingin mengalami bencana
banjir. Program normalisasi saluran
drainase ini memiliki tujuan untuk
membersihkan saluran drainase dari
sedimentasi, sampah maupun tumbuhan
liar; yang lebih difokuskan untuk sungaisungai besar yang ada di Bondokenceng,
yaitu Bodri, Lutut dan Blorong. Kegiatan
dalam program ini berupa pengerukan
sedimentasi sungai, pembersihan saluran
drainase sekunder dan tersier dengan
metode partisipatif masyarakat, serta
pembuatan tanggul.
Selanjutnya program revitalisasi saluran
drainase merupakan upaya pengembalian fungsi saluran drainase sebagaimana mestinya dengan tujuan agar
saluran tersebut lebih optimal dalam
mengalirkan air limpasan. Program
58
Dilanjutkan dengan aksi sejuta biopori yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada
tiap-tiap kelurahan. Harapannya setiap rumah memiliki minimal tiga lubang resapan
biopori.Sebagai contoh hasil penerapan biopori ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sumber : bioporibdg.wordpress.com
Gambar 5. 1
Dokumentasi Gerakan Sejuta Biopori Kota Bandung
Gambar 5.2
Peta Rencana Persebaran Embung
Bondokenceng
pengembangan
pertanian
pangan.
Sementara itu, 44% dari Bondokenceng
merupakan LP2B. Menyikapi hal
tersebut, perlu adanya perlindungan
59
terhadap kegiatan pertanian yang ada di
sana. Sampai dengan tahun 2035,
Kabupaten
Kendal
akan
terus
berkembang yang ditandai dengan
peningkatan jumlah penduduk akibat
driving factors berupa pembangunan KIK
di Kaliwungu dan Trans Tol Jawa dengan
salah satu pintu keluar masuk di
Margomulyo. Agar sejalan dengan RTR
Pulau Jawa Bali, adalah melakukan
pembangunan fisik perkotaan dengan
meminimalisir konversi LP2B dengan
men-konsentrasikan pembangunan fisik
di Fokus Area Kota Kendal dan Fokus
Area Pegandon Ngampel menjadi daerah
dengan kepadatan tinggi melalui konsep
vertical building. Program ini diwujudkan
dalam bentuk pembangunan rusunawa
yang menjadi tanggung jawab dari Dinas
Cipta Karya Kabupaten Kendal.
5.1.2 Strategi 2
Mewujudkan Sistem Irigasi
yang dapat Melayani Lahan
Pertanian Regional
Dasar penyusunan strategi 2 adalah dari
adanya permasalahan belum optimalnya
LP2B karena sistem irigasi pertanian yang
belum berfungsi optimal dan potensi LP2B
yang menjadi potensi ketahanan pangan.
Indikator pencapaiannya adalah terpenuhinya kebutuhan air bagi sawah-sawah
melalui sistem irigasi. Program-program
yang merupakan perwujudan dari strategi
ini berjumlah tiga program dengan
penjelasan sebagai berikut:
60
5.2 Sasaran 2 Terciptanya PusatPusat Aktivitas yang Mampu
Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Bondokenceng dan Sekitar
5.2.1 Strategi 1
Mewujudkan jaringan sarana
dan prasarana wilayah yang
Terpadu
Dasar penyusunan strategi 2 adalah
jaringan sarana dan prasarana yang belum
terpadu serta belum menjangkau seluruh
wilayah. Indikator pencapaian strategi ini
adalah seluruh sarana dan prasarana
memiliki hirarki yang saling berhubungan
dan dapat menjangkau seluruh wilayah.
Berikut merupakan program-program yang
merealisasikan strategi 2
.
Sumber: Hasil Analisis
Perencanaan, 2015
Kelompok
2B
Studio
Gambar 5.3
Peta Rencana Jaringan Persampahan
Bondokenceng
61
C. Program Peningkatan Jangkauan Jalur
Kolektor
Penghubung
Perkotaan
Bondokenceng
Berdasarkan rencana, terdapat dua
kawasan perkotaan di Bondokenceng,
yakni kawasan Kota Kendal dan
Pegandon-Ngampel. Adapun Kota Kendal
berfungsi sebagai kawasan pusat
pelayanan
sedangkan
PegandonNgampel berfungsi sebagai kawasan
pusat permukiman. Pengembangan jalur
kolektor penghubung kawasan perkotaan di wilayah Bondokenceng, yakni
dari kawasan pusat pelayanan Kota
Kendal dan kawasan pusat permukiman
Pegandon-Ngampel dituju-kan untuk
mempermudah mobilitas dari dua
kawasan perkotaan tersebut.
Program ini direalisasikan melalui
beberapa tahap, yaitu penentuan jalan
yang semula jalan lokal maupun
lingkungan yang menghubungkan kedua
pusat perkotaan, kemudian jalan
tersebut ditingkatkan kelasnya menjadi
jalan kolektor. Selain itu, pengembangan
jalur kolektor penghubung Kota Kendal
dan Pegandon-Ngampel yang akan
dinaungi oleh Dinas Perhubungan ini
juga ditujukan untuk menghubungkan
kedua kawasan perkotaan tersebut
secara lebih tegas sehingga dapat
mempermudah mobilisasi masyarakat.
D. Program Revitalisasi Pasar
Program revitalisasi pasar dilakukan
untuk memperbaiki kualitas serta
kuantitas. Peremajaan dalam hal kualitas
yaitu untuk meningkatkan kebersihan
sehingga pembeli nyaman berbelanja di
pasar tersebut. Pengadaan fasilitas
khusus untuk pengolahan sampah
organik menjadi pupuk organik cair atau
meggunaka pendekatan pengelolaan 3R.
Sedangkan untuk peningkatan kuantitas
yaitu penambahan jumlah kios atau loslos yang ada. Program ini akan
dilaksanakan di Kelurahan Pegulon
Sumber : jateng.tribunews.com
Gambar 5. 4
Pasar Segaman Purbalingga
E. ProgramPembangunan
Sarana
Perekonomian Tersier
Berdasarkan
hasil
observasi,
Bondokenceng belum memiliki sarana
perekonomian tersier seperti department
store.
Program pengembangan sarana perekonomian tersier di wilayah Bondokenceng ditujukan untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
sarana perekenomian di dalamnya.
62
Berdasarkan
hasil
survei,
70%
masyarakat di Bondokenceng setuju
terhadap rencana pengadaan sarana
perekonomian tersier berupa pusat
perbelanjaan seperti department store.
Hal tersebut
menandakan bahwa
rencana program pengembangan sarana
perekonomian tersier telah mendapatkan dukungan dari masyarakat dan
masyarakat membutuhkan pusat per-
Kelompok
2B
Gambar 5.5
Peta Rencana Persebaran SMP di
Bondokenceng
Studio
Kelompok
2B
Gambar 5.6
Peta Rencana Persebaran SMA di
Bondokenceng
Studio
63
G. Program Peningkatan Fasilitas
Kesehatan
Program
peningkatan
pelayanan
puskesmas ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan fasilitas
kesehatan skala puskesmas. Berdasarkan
analisis spasial jangkauan pelayanan
puskesmas, masih ada sekitar 12.50%
wilayah yang belum terjangkau dalam
pelayanan puskesmas. Adapun secara
jangkauan kuantitas berdasarkan SNI 031733-2004
tentang
tata
cara
perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan dengan standar 1 unit
puskesmas/30.000 jiwa. Program ini
direalisasikan dalam kegiatan penentuan
lokasi agar menjangkau seluruh wilayah,
pembebasan lahan (jika dibutuhkan) dan
pembangunan fasilitas. Peta rencana
lokasi fasilitas puskesmas ini dapat
dilihat pada Gambar 5.7.
Kelompok
2B
Studio
Gambar 5.7
Peta Rencana Persebaran Puskesmas di
Bondokenceng
64
kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
tujuan program ini adalah dengan
melakukan pembangunan halte dan
terminal pada jalan yang menghubungi
antar kawasan strategis.
Sumber : www.wricities.org
Gambar 5.9
Multimodal Mexico City
Kelompok
2B
Studio
Gambar 5.8
Peta Rencana Perbaikan Jalan Rusak
Bondokenceng
C.
Program Optimalisasi Stasiun
Kalibodri
Program optimalisasi Stasiun Kalibodri
ditujukan untuk wujud nyata pelayanan
integrasi
transportasi
publik
di
Bondokenceng, yang merupakan lanjutan
dari program sebelumnya (PTD). Stasiun
Kalibodri sebagai titik potensial, dijadikan
sebagai simpul utama dalam pengintegrasian transportasi publik di Bondokenceng. Optimalisasi stasiun kalibodri yang
ditanggungjawabi oleh Dinas Bina Marga
Kabupaten Kendal dan PT. KAI ini meliputi
peremajaan penyediaan prasarana perkeretaapian seperti jalur, stasiun dan fasilitas
operasi kereta rencananya akan dibangun
dalam satu tahapan. Pada tahapan
pengoptimalan ini dilakukan pengembangan jaringan dan layanan kereta api
yang menghubungkan Bondokenceng dan
wilayah sekitar Kabupaten Kendal.
Sumber : www.matthewweathers.com
Gambar 5.10
Metro di Las Vegas
65
D. Program Peningkatan Jangkauan
Trayek Angkutan Umum
Program
pengembangan
trayek
angkutan umum ditujukan untuk
mewujudkan rencana sistem transportasi Bondokenceng. Program yang
ditanggung-jawabi oleh Dinas Bina
Marga Kabupaten Kendal ini targetnya
akan menyediakan tiga moda angkutan
massal
transportasi
yang
akan
dikembangkan di Bondokenceng.
Pertama, angkutan kota yang menjangkau dan terintegrasi antar wilayah,
memberikan kenyamanan, keamanan,
serta ketepatan waktu. Kedua, Bus Rapid
Transi (BRT) yang diberi nama Trans
Kendal terdiri dari 2 koridor (Koridor
Weleri Kota Kendal Kaliwungu dan
Koridor Cepiring - Purwosari Lanji
Penanggulan Pegandon -Tegorejo)
dilengkapi dengan halte-halte tempat
pemberhentian
dan
pengangkutan
penumpang di tempat strategis, dapat
dilihat pada Gambar 5.11. Ketiga, yaitu
kereta api yang menghubungkan
Kelompok
2B
Studio
Gambar 5.11
Peta Rencana Trayek Angkutan Umum
Bondokenceng
Gambar 5.12
Electric Road Pricing di Singapura
Sumber : www.weltrekordreise.ch
66
5.4 Sasaran 4 Terwujudnya sistem
Regulasi yang Terpadu
5.4.1 Strategi 1
Mewujudkan good governance
Penyusunan strategi tersebut didasarkan
oleh permasalahan yang ada, yakni
lambatnya respon pemerintah terhadap
pengaduan masyarakat serta belum
optimalnya kinerja pemerintah. Iindikator
dari strategi ini ialah pemerintah memiliki
daya tanggap yang tinggi terhadap
pengaduan masyarakat serta meningkatnya
kinerja
aparatur
pemerintah
(profesionalisme dan kompetensi). Berdasarkan hal tersebut disusunlah indikasi
program berdasarkan strategi yang ada
untuk mencapai sasaran.
A. Program e-government
Program e-government merupakan bentuk
layanan untuk mendapatkan data dinas di
pemerintahan, akses peman-tauan proses
pembuatan dokumen sipil dan laporan
pengaduan terhadap permasalahan yang
ada secara online seperti yang di terapkan di
Korea Selatan. Setiap masyarakat yang
memiliki KTP dapat meregistrasikan nomor
KTP-nya kemudian log in untuk mendapatkan akses tersebut. Hal ini dilakukan untuk
membuka kesempatan yang sebesarbesarnya
bagi
masyarakat
dalam
menyampaikan aspirasinya secara cepat
sehingga mampu mengatasi permasalahan
lambatnya respon pemerintah terhadap
pengaduan, seperti pengaduan jalan rusak
di Kendal yang hingga 15 tahun belum
mendapat perhatian.
Program ini akan dinaungi oleh Sekda,
dengan dilaksanakannya program ini
diharapkan akan terbentuknya sistem
pemerintahan yang responsif terhadap
pengaduan masyarakat sehingga dapat
melayani masyarakat secara maksimal
dalam mewujudkan sistem regulasi yang
terpadu. Ilustrasi contoh penerapan e-
Sumber: www.epeople.go.kr
Gambar 5.12
Tampilan Menu Website Pemerintahan
Korea Selatan (versi Google Translate)
67
5.5 Sasaran 5 Terwujudnya SDM
yang kompeten
5.5.1 Strategi 1
Mewujudkan good governance
Penyusunan strategi tersebut didasarkan
oleh permasalahan yang ada, yakni
kurangnya lembaga pelatihan keterampilan
dari pemerintah yang mewadah minat
masyarakat. Indikator dari strategi ini ialah
pelayanan pemerintah yang responsif
terkait kondisi kualitas SDM. Berdasarkan
hal tersebut disusunlah indikasi program
berdasarkan strategi yang ada untuk
mencapai sasaran.
A. Program
Perlindungan
dan
Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Program perlindungan dan pengembangan
lembaga
ketenaga-kerjaan
merupakan
program yang dinaungi oleh Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi untuk membentuk
LKP pada 52% desa/kelurahan yang belum
memilikinya. Selain itu akan ditingkatkannya standar kesehatan dan keselamatan
bagi pekerja serta menjaga lembaga
keterampilan dan pendidikan yang ada dan
yang akan diadakan menjadi rutin
dilaksanakan pada seluruh desa/kelurahan
sehingga
setiap
generasi
memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh
keterampilan.
B.
5.5.2 Strategi 2
Mengadakan dan meningkatkan efektivitas program pelatihan
Penyusunan strategi tersebut didasarkan
oleh permasalahan dan potensi yang ada,
yakni banyaknya UMKM yang ada namun
memiliki penduduk yang kurang berdaya
saing. Indikator dari strategi ini ialah
peningkatan
intensitas
pelaksanaan
program pelatihan keterampilan bagi
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut
disusunlah indikasi program berdasarkan
strategi yang ada untuk mencapai sasaran.
A. Fasilitasi Bisnis Inkubator (Pembinaan Pelaku Usaha Kecil Menengah)
Program
fasilitasi
bisnis
inkubator
merupakan program yang berangkat dari
potensi banyaknya UMKM yang ada di
Bondokenceng namun pelaku usaha yang
kurang berdaya saing. Program ini akan
dinaungi oleh Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi untuk membentuk dan
meningkatkan program pelatihan yang akan
dilakukan secara rutin pada seluruh
desa/kelurahan dimana kondisi awal
terdapat 32% kelurahan belum memiliki
program pelatihan rutin dari pemerintah.
Pelatihan tersebut
dimulai dari tahap
pelatihan (materi), evaluasi kelayakan ide
bisnis, fasilitasi investasi, manajemen,
membangun
kemitraan
hingga
pengendalian dan penciptaan atmosfir
kewirausahaan di lingkungan.
Pembentukan pelatihan ini sesuai dengan
potensi UMKM yang ada di wilayah studi,
dengan disediakannya fasilitas ini
68
diharapkan masyarakat akan memiliki
keterampilan yang mampu membuka usaha
bagi dirinya maupun orang lain serta
meningkatkan kualitas dan kuantitas dari
produksi
UMKM
yang
ada
untuk
didistribusikan keluar Bondokenceng.
membangun
jejaring
pasar
guna
memperlancar penjualan produk pertanian.
Dalam perencanaannya, akan disediakan
koperasi dan spesialisasi wilayah yang
dapat dilihat pada peta dalam Gambar
5.15.
Gambar 5.13
Pertanian di Kota Chendu, Tiongkok
Kelompok
2B
Studio
Gambar 5.14
Peta Rencana Pengembangan Komoditas
Padi dan Jagung dan Persebaran Koperasi
Bondokenceng
69
B. Program Koperasi Usaha Pertanian
(KUP)
Program KUP ini bertujuan agar nilai
komoditas hasil produksi pertanian tetap
stabil dan tidak lagi dikontrol oleh para
tengkulak yang merugikan para petani.
Dengan menciptakan 2 unit koperasi (untuk
padi dan jagung) pada tahun 2016
harapannya para petani dapat mencapai
kesejahteraannya secara bersama dan dapat
mewujudkan pengembangan ekonomi lokal
yang berdaya saing. Khusus untuk KUP
komoditas padi diletak di Kecamatan
Cepiring dan komoditas jagung di
Kecamatan Pegandon. Salah satu contoh
program KUP berhasil diterapkan di
Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes.
Kabupaten Brebes masuk menjadi salah
satu nominasi peraih prestasi penghargaan
sebagai Kabupaten Penggerak Koperasi dari
Kementerian Koperasi dan UKM RI tahun
2015 (dikutip dari brebesnews.com).
5.6.2 Strategi 2
Meningkatkan
kompetensi
pelaku usaha mikro menengah
Gambar 5.15
Sentra Industri Batik di Kota Pekalongan
Sumber:
2B
Studio
Gambar 5.16
Peta Rencana Pengembangan Sentra Industri
Bondokenceng
70
B. Program Fasilitasi Bisnis Inkubator
Program Fasilitasi Bisnis Inkubator
merupakan program yang diinisiasi
untuk membina para pemilik usaha
secara berkala untuk meningkatkan
kompetensi
pemilik
usaha.
Pada
pelaksanaannya, kemampuan pelaku
UMKM ditingkatkan baik dari segi
keterampilan, pengelolaan usaha, maupun financialmisalnya dengan pinjaman
modal sehingga dapat me-ngembangkan
dan meningkatkan hasil produksi UMKM
yang ada pada Kawasan Perkotaan
Kendal. Program inkubator bisnis dapat
dilakukan melalui kerjasama antara
pemerintah dengan pihak akademisi
(perguruan
tinggi).
Program
ini
diharapkan dapat meningkatkan kinerja
usaha UKM sehingga mampu berkembang secara mandiri, berkembang dan
Gambar 5.18
Rencana Sentra Industri Kendal
5.6.3 Strategi 3
Mengoptimalkan tanaman mangrove untuk mengatasi rob
Dasar penyusunan strategi 3 adalah terdapatnya resiko penurunan produktivitas tambak akibat
adanya bencana rob. Indikator pencapaian dari strategi ini adalah terealisasinya penanaman
mangrove untuk mencegah rob di daerah tambak agar nantinya produktivitas tambak dapat
meningkat. Program yang merealisasikan strategi 3 ialah:
A. Program Sejuta Mangrove
Program Sejuta Mangrove merupakan salah
satu solusi permasalahan rob pada area
tambak. Penanaman sejuta mangrove pada
area pesisir Bondokenceng diharapkan
dapat maminimaslisasi adanya ancaman rob
di masa yang akan datang. Pada tahun 2035
diharapkan lahan tambak yang aman ndari
ancaman rob meningkat menjadi 60% dari
luas tambak yang ada. Program ini dikelola
oleh dinas kehutanan. Contoh program
mangrove berhasil diterapkan di Taman
Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Taman
tersebut menjadi kawasan wisata hutan
mangrove yang banyak dikunjungi wisatawan.
Sumber: www.imagesdetik.com
Gambar 5.19
Taman Raya Ngurah Rai, Bali
71
5.6.4 Strategi 4
Meningkatkan pengelolaan potensi wisata dengan menarik investasi dari
swasta serta memberdayakan masyarakat
Dasar penyusunan strategi 4 adalah terdapatnya obyek wisata Pantai Kartika Jaya dan Muara
Kencana serta Bendungan Kedung Pengilon sebagai objek wisata dan sumber air cadangan,
tetapi di sisi lain potensi tersebut belum diolah secara optimal. Indikator pencapaian dari
strategi ini adalah adanya pengelolaan potensi wisata alam dengan menarik investasi dari pihak
swasta dan memberdayakan masyarakat agar potensi wisata alam dapat berkembang secara
optimal. Program yang merealisasikan strategi 4 ialah :
72
sehingga para wisatawan mendapatkan kemudahan dalam mengujungi obyek-obyek wisata
tersebut. Program ini serupa dengan program city branding yang diterapkan oleh Kota Batu,
yakni Kota Wisata Batu. Adapun desain 3D lokasi wisata Bondokenceng dapat dilihat pada
Gambar 5.20.
(a)
(b)
(c)
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2B Studio Perencanaan, 2015
Gambar 5.20
Desain 3D Lokasi Wisata Bondokenceng (a) Pantai Kartika Jaya; (b) Pantai Muara Kencana;
dan (c) Wisata Kedung Pengilon
73
BAB VI
STRUKTUR DAN POLA RUANG
6.1 Dasar Penyusunan Rencana Struktur dan Pola Ruang
Selain
mempertimbangkan
potensi,
permasalahan dan tantangan di masa
mendatang, rencanastruktur dan pola ruang
Bondokenceng tahun 2015-2035 disusun
berdasarkan beberapafaktor, seperti proyeksi
penduduk, rencana pusat permukiman,
kebutuhan infrastruktur serta kebutuhan
lahan. Berikut adalah penjabaran faktorfaktor yang mendasari penyusunan rencana
struktur dan pola ruang Bondokenceng :
343,126
294,651
253,024
245,007
233,436
222,713
r = 3,093
r = 0,411
Jumlah Penduduk
Gambar 6.1
Grafik Proyeksi Penduduk 2005-2035
74
6.1.3Kebutuhan Infrastruktur
Menggunakan data jumlah penduduk tahun
2035 hasil proyeksi, akan diketahui permintaan
kebutuhan tiap sarana penunjang masyarakat.
Setelah didapatkan permintaan kebutuhan
sarana penunjang, kemudian didapatkan
kebutuhan penambahan tiap saana yang
didapat dari selisih permintaan sarana tahun
2035 dengan ketersediaan saat ini. Identifikasi
kebutuhan struktur ini akan berkontribusi
dalam penentuan kebutuhan luas lahan di pola
ruang. Berdasarkan perhitungan, sampai
dengan tahun 2035 dibutuhkan penambahan
jumlah beberapa sarana penunjang, seperti :
Gambar 6.2
Peta Rencana Pusat Permukiman 2035
Tabel VI. 1
Penambahan Sarana
Sarana
Penambahan Sarana
Pendidikan
SD
64
SMP
40
SMA
40
Kesehatan
Puskesmas
3
Peribadatan
Masjid
12
Gereja
7
Penunjang lain
TPS
10
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2B, 2015
diketahu
75
Tabel VI.2
Kebutuhan Infrastruktur
A. Kriteria Pengklasifikasian Zona dan Subzona Kawasan Lindung
No
1
1.a
1.b
1.c
1.d
2
Penggunaan Lahan
Perlindungan Setempat
Garis Sempadan Sungai
Garis Sempadan Pantai
Garis Sempadan Rel KA
Garis Sempadan SUTET
RTH Kota
Total Luas Penggunaan Lahan
Eksisting
4.870
4.870
Rencana
12.235.130
8.424.835
2.381.258
733.917
695.120
4.870
12.240.000
Perubahan
Lahan
12.235.130
8.424.835
2.381.258
733.917
695.120
4.870
12.235.130
Penggunaan Lahan
Zona Perumahan
Rumah Kepadatan Tinggi
Rumah Kepadatan Sedang
Rumah Kepadatan Rendah
Zona Perdagangan dan Jasa
Zona Perkantoran
Zona Industri
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Peribadatan
Zona Peruntukan Lainnya
Pariwisata
Pertanian
Perkebunan
Pertambakan
Hutan
Semak Belukar
Tegalan
Zona Peruntukan Khusus
Pertahanan dan Keamanan
TPA
Total Luas Penggunaan Lahan
Eksisting
Rencana
30.615.896
721.913
57.425
351.433
624.476
426.955
48.350
53.041
96.130
125.247.697
252.845
58.686.890
25.244.127
18.899.190
8.688.079
1.218.005
12.258.561
38.601.879
8.714.978
4.144.867
25.742.034
2.220.000
57.425
980.714
1.457.145
1.120.819
51.071
53.041
232.214
102.016.547
890.000
57.287.392
13.503.071
14.730.000
8.688.079
1.218.005
5.700.000
60.209
10.209
50.000
157.633.919
10.209
157.633.919
Perubahan
Lahan
12.193.940
8.710.000
7.179.836
26.920.000
1.498.087
0
629.281
832.669
693.864
2.721
0
136.084
-23.231.150
890.000
443.110
-23.894.127
-4.169.190
0
-1.218.005
-6.558.561
50.000
0
50.000
23.231.250
76
Dalam beberapa tahun ke depan, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi Bondokenceng
yaitu pembangunan Trans Tol Jawa Semarang-Batang dengan pintu keluar masuk di Margomulyo,
Pegandon serta penyediaan permukiman dan layanan akibat adanya isu pembangunan KIK di
Kaliwungu. Berikut adalah rencana struktur ruang Bondokenceng tahun 2015-2035 :
Gambar 6.3
Peta Rencana Struktur Ruang Tahun 2015-2035
Struktur ruang terdiri atas sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana.
1. Sistem Pusat Pelayanan
Berikut adalah penjelasan sistem pusat pelayanan dalam struktur ruang Bondokenceng tahun
2015-2035 :
Sistem Pusat Pelayanan
Pusat Pelayanan Lokal
Pusat Pelayanan
Kawasan
Pusat Kegiatan
Lingkungan
Tabel VI.3
Sistem Pusat Pelayanan dalam Struktur Ruang
Kecamatan
Unit Pelayanan
Fungsi Kawasan
Kota Kendal
Satu kabupaten Kendal Pusat pemerintahan, perdagangan dan
jasa, pendidikan, dan pelayanan publik
lainnya
Pegandon
Kecamatan Pegandon,
Pusat pertumbuhan baru, pusat
Ngampel, Gemuh
permukiman, perdagangan jasa,
pelayanan publik lainnya
Cepiring
Seluruh kelurahan di
Pertanian, industri, perdagangan dan
Kecamatan Cepiring
jasa, pelayanan publik lainnya
Patebon
Seluruh kelurahan di
Pertanian, peternakan, pelayanan publik
Kecamatan Patebon
lainnya
Ngampel
Seluruh kelurahan di
Pertanian, pelayanan publik lainnya
Kecamatan Ngampel
77
Rencana sistem
pusat pelayanan
Bondokenceng terbagai atas Pusat
Kegiatan Lokal, Pusat Pelayanan Kawasan
dan Pusat Kegiatan Lingkungan.
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat kegiatan lokal adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/kota atau
beberapa kecamatan. PKL Kota Kendal ini
berfungsi sebagai pusat pemerintahan
daerah
skala
Kabupaten,
pusat
perdagangan dan jasa skala Kabupaten
serta sebagai pusat pendidikan. Sebagai
poros aktivitas manusia dan poros
perekonomian di Kabupaten Kendal,
secara eksisting Kota Kendal dianggap
belum menjalankan perannya dengan
baik. Hal ini dibuktikan dengan buruknya
infrastruktur yang ada, pelayanan
transportasi yang masih belum optimal,
kinerja Pasar Induk Kota Kendal yang
kurang
optimal,
serta
minimnya
ketersediaan
sarana
penunjang
kebutuhan tersier. Sebagai Pusat Kegiatan
Lokal skala Kabupaten, Kota Kendal ini
akan
direncanakan sebagai
pusat
pemerintahan terpadu, permukiman
skala besar, penambahan fasilitas-fasilitas
penunjang kebutuhan sekunder maupun
tersier, pembuatan sentra industri
makanan ringan, serta peningkatan
kapasitas pelayanan dari sarana-sarana
skala regional seperti Rumah Sakit.
b. Pusat Pelayanan Kawasan
Pusat
pelayanan
kawasan
adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa
desa.
Secara
eksisting,
penggunaan lahan yang ada di Kecamatan
Pegandon ini didominasi oleh sawah.
Namun melihat adanya tantangan masa
depan bahwasannya akan dibangun pintu
keluar masuk di Margomulyo, Pegandon
ini akan difungsikan sebagai Pusat
78
2. Sistem Jaringan Prasarana
Secara eksisting, jaringan jalan yang ada di
Bondokenceng terdiri atas jalan arteri yang
membujur dari barat ke timur, jalan kolektor,
jalan lokal dan jalan lingkungan. Selanjutnya,
akan direncanakan pula pusat pertumbuhan
baru di Pegandon. Sehingga, nantinya akan
ada dua pusat pertumbuhan di Bondokenceng, yaitu di Kota Kendal dan di
Pegandon. Maka dari itu, agar kedua pusat ini
bisa terintegrasi dengan baik, jalan lokal yang
saat ini menghubungkan dua area tersebut
akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi jalan
kolektor.Nantinya jalan tersebut juga akan
menjadi salah satu koridor BRT.
Selanjutnya melihat beberapa tantangan di
masa
depan,
sebagai
upaya
dalam
peningkatan
kapasitas
transportasi
Bondokenceng akan dibangun Terminal Tipe
C di Cepiring. Penempatan terminal di lokasi
tersebut dikarenakan letaknya yang strategis,
sebagai nodes dari beberapa titik baik dari
arah Kota Kendal, Cepiring, Patebon maupun
ke Pegandon dan Ngampel. Saat ini, di
Pegandon juga terdapat stasiun Kalibodri
yang beroperasi sebagai stasiun bongkar
muat barang. Karena nantinya Pegandon akan
dijadikan sebagai pusat pertumbuhan baru,
stasiun ini kemudian akan ditingktkan
kapasitasnya sebagai stasiun penumpang.
Gambar 6. 4
Peta Rencana Pola Ruang
79
pengem-bangan
pertanian
pangan
menurut RTR Jawa Bali 2011 Perumahan
dengan
kepa-datan
tinggi
akan
direncanakan di Fokus Area Kota Kendal
dan Fokus Area Pegandon-Ngampel.
Karakteristik dari perumahan dengan
kepadatan tinggi ini adalah pembangunan vertical building sebesar 50% di
Fokus Area Kota Kendal dan Fokus Area
Pegandon Ngampel dengan ketinggian
bangunan maksimal 4 lantai. Luasan
perumahan kepadatan tinggi ini sekitar
871 ha. Selanjutnya, perumahan kepadatan sedang ini di rencanakan akan
berkembang secara linear di sepanjang
Jalan Arteri dan Jalan Kolektor (rencana)
menuju Pegandon.
Secara eksisting, permukiman yang saat
ini berkembang di sekitar jalan tersebut
memiliki kelengkapan fasilitas perkotaan
yang cukup lengkap. Luasan perumahan
dengan kepadatan sedang ini direncanakan sebesar 414 ha. Sedangkan untuk
perumahan dengan kepadatan rendah
akan tersebar di seluruh Bondokenceng,
dengan kecenderungan karakteristik
perdesaan. Luasan rumah kepadatan
rendah ini ditafsir sekitar 2.572 ha.
b. Zona Perdagangan dan Jasa
Rencana
pengembangan
zona
perdagangan jasa ini akan di arahkan di
sepanjang jalan arteri serta jalan
kolektor (rencana) menuju Pegandon.
Jenis service yang ditawarkan mulai dari
retail, grosir, pusat perbelanjaan,
pertokoan, tempat makan dan jasa-jasa
lainnya.
Luasan
perdagangan
ini
direncanakan sebesar 222 ha atau
bertambah 150 ha dari luasan eksting.
c. Zona Perkantoran
Zona perkantoran yang direncanakan
merupakan perkantoran pemerintahan.
Fungsi dari zona ini adalah pelayanan
terhadap publik, baik dari keperluan
80
f. Zona Peruntukan Lainnya
Zona ini terdiri dari peruntukan lahan
untuk
pertanian,
perkebunan,
pertambakan, hutan, tegalan serta
pariwisata.Berdasarkan RTR Pulau Jawa
Bali Tahun 2011,Kabupaten Kendal
bersama
Demak
dan
Grobogan
direncanakan sebagai kawasan sentra
pertanian pangan. Kawasan LP2B akan
tetap dipertahankan, kecuali di beberapa
spot yang produktivitasnya rendah.
Konversi untuk permukiman akan
dilakukan pada penggunaan lahan semak
belukar,
tegalan,
pertambakan,
perkebunan dan seikit sawah. Luas lahan
yang akan dikonversi adalah sebesar
2.498 ha. Selanjutnya, berdasarkan data
yang didapatkan, Cepiring adalah daerah
dengan produksi padi terbesar di
Bondokenceng. Sehingga, ke depannya
Cepiring ini akan dikembangkan sebagai
prioritas pengambangan padi dan akan
dibangun koperasi pertanian di sana.
Sedangkan
untuk
pengembangan
komoditas jagung akan dikembangkan di
Pegandon, hal ini dikarenakan produksi
jagung terbesar di Bondokenceng ada di
Kecamatan tersebut. Di Pegandon
nantinya juga akan dibangun koperasi
pertanian.
g. Zona Peruntukan Khusus
Zona peruntukan khusus ini terdiri atas
pertanahan dan keamanan dan TPA. TPA
Jatirejo yang telah ditutup di tahun 2012
ini rencananya akan reaktivasi kembali
sampai dengan tahun 2035. Luas lahan
yang dibutuhkan untuk zona ini adalah
sebesar 5 ha.
2. Kawasan Lindung
a. Perlindungan Setempat
Secara eksiting, upaya perlindungan
setempat ini belum diterapkan. Buktinya
adalah ada beberapa bangunan yang
ditemui di sempadan sungai. Semestinya,
81
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(n.d.-a).
Smart
Growth.
Retrieved
November
20,
http://www.smartgrowthpartnership.org/smart-growth-principles/
Anonim.
(n.d.-b).
Smart
Growth
Principle.
http://www.smartgrowth.bc.ca/Default.aspx?tabid=133
2015,
Retrieved
from
from
82
Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sari, D. P. (n.d.). Konsep Smart Growth, Compact City dan Retrofitting sebagai Solusi Urban
Sprawl di Kota-kota Besar di Indonesia Kasus: Pusat Kota dan Pinggiran Kota di Yogyakarta.
Jurnal Arsitektur Dan Desain, 1.
Ubashshar,
S.
(n.d.).
Neighborhood
Unit.
Retrieved
https://www.academia.edu/8250532/NEIGHBOURHOOD_CONCEPT.
from