123 Dfadf Estyaryani 1387 2 4estya)
123 Dfadf Estyaryani 1387 2 4estya)
ABSTRACT
This research aims to determine whether play therapy can improve the behavior of school children
with school refusal behavior. This research used single case study. The subjects used in this research
amounts to one person who has school refusal behavior. Methods of data collection using interviews,
observation and documentation. Stages ofis divided into10 sessions of therapy sessions plus pretreatment, post-treatment and follow-up.
Results of this research showed improvement in school behavior at the time pre treatment only1 time
a week to 6 times on a follow-up session.
Keywords: play therapy, school refusal behavior
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah play therapy dapat meningkatkan perilaku
bersekolah pada anak dengan school refusal behaviour. Penelitian menggunakan jenis penelitian studi
kasus tunggal. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 1 orang yang memiliki perilaku school
refusal. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Tahap terapi
dibagi menjadi 10 sesi ditambah sesi praterapi, pasca terapi dan follow up. Hasil penelitian ini menunjukan
ada peningkatan perilaku bersekolah yang pada saat praterapi hanya 1 kali dalam seminggu menjadi 6 kali
pada sesi follow up.
Kata kunci : play therapy, school refusal behavior
PENDAHULUAN
semua
anak
bantuan
yang
tidak
dapat
menikmati
aktivitas
anak
untuk
mengungkapkan
menyelesaikan
walaupun
kurang
yang
terkait
dengan
30
sisi
lain
mereka
masalahnya
menyenangkan
di
mampu
juga
sulit
Esty Aryani Safithry, Penerapan Play Therapy Untuk Meningkatkan Perilaku Bersekolah
dibandingkan
berhitung,
RP
gurunya
menyerankan
agar
dengan
fobia
sekolah.
Fobia
sekolah
terus
sambil
menangis,
menempel
play therapy.
METODOLOGI
Rancangan Penelitian
jenis
penelitian
merupakan
studi
sebuah
kasus
desain
tunggal
yang
penelitian
untuk
31
2. Tahap terapi
roleplay.
3. Tahap pascaterapi
4. Tahap follow up
dilakukan
sebagai
Hasil Terapi
terapi.
1.
Prosedur Intervensi
Sesi 13
a. Modeling
1) Terapis
memperagakan
perilaku-perilaku
anak.
1. Tahap praterapi
2) Anak
seperti
adalah
terapis.
memberikan
informasi
atau
32
refusal,
penyebab
mengapa
hal
yang
harus
memperagakannya
cerita
yang
sendiri
ditiru
persis
diperagakan
sekolah
dan
subjek
menjawab
Esty Aryani Safithry, Penerapan Play Therapy Untuk Meningkatkan Perilaku Bersekolah
mereka
akan
spongebob
bermain,
tidak
mau
kalau
berangkat
binatang-binatang
terapis
sekolah.
barulah
juara ke dua
dia
bercerita
kalau
dia
temanya.
b. Game Play Therapy
yang
sekolahan.
c. Role Play
1) Kakak
lebih
banyak
dan
ia
adpat
kemudian
tentang
anak
dan
sesuatu
mendapatkan
sepupunya
nilai
yang
akan
bagus
dan
Role Play
tentang
pengalaman
menyenangkan
dan
kakak
d. Behavioral
yang
serta
Dilakukan
Dilakukan
setiap
anak
menunjukan
d. Behavioral
anak
menunjukan
itu
Sesi 67
a. CBPT dengan Modeling
1) anak dibebaskan bercerita tentang apa
Sesi 45
anak
yang
menceritakan
tidak
situasi
mau
sekolah
yang
ada
33
tidak
mau
sekolah
akan
yang bagus
kelasnya
c. Role Play
subjek
berpura-pura
setiap
anak
menunjukan
mandi,
d. Behavioral
Dilakukan
4.
kejadian
setiap
anak
seorang
anak
mengalami
menunjukan
Sesi 89
1) Anak
berganti
peran,
dimana
ia
memainkan
figur
ibu
guru
yang
menasehati
muridnya
agar
mau
sekolah.
brangkat kesekolah.
2) Ia juga memainkan peran orang tua
yang mencoba menenangkan anaknya
yang sedang menangis.
34
dimana
Esty Aryani Safithry, Penerapan Play Therapy Untuk Meningkatkan Perilaku Bersekolah
Metode
Sesi 1 - 3
Sesi 4 - 5
Sesi 6 - 7
Sesi 8 - 9
1.
Modelling
Mampu
memperagakan
figur yang sesuai
dengan yang
dicontohkan terapis
Dapat berperan
sebagai guru dan
orang tua yang
anaknya menangis
dan mampu
menasehatinya
2.
Game play
Dapat menceritakan
dengan banyak
teman, ia akan
menjadi juara kelas
Dapat menjelaskan
manfaat dari
bermain The sims
3.
Role play
Mengetahui bahwa
tidak punya teman
akan berakibat
dikeluarkan dari
sekolah
Mampu bercerita
dan mampu
memperhatikan
kakaknya
4.
Behavioral
Dapat memerankan
peranya masingmasing di game
the sims
Merasa senang
karena ceritanya
diperhatikan
Gambar 1. Grafik penurunan perilaku school refusal dari sesi praterapi sampai follow up
35
stres
karena
anak
belum
siap
dikelompokkan menjadi 3:
a.
mengalami
distress
emosional
kesulitan
berhubungan
dengan
membuat
lebih
perilaku
tantrum
ini
dan
ia
juga
b.
kesulitan
besar
Faktor
yang
darinya
berasal
dari
dalam
sering
orangtua,
orangtua
anak.
mainan
(Hurlock,
2000).
Di
dalam
sekolahnya,
keterampilan
perasaan
dan
anak
mendapatkan
orang
cemas.
tuanya
RP
mengancam
kesulitan
dalam
orang
otot
kasar
dan
halus,
meningkatkan
36
subjek
membentuk
daya
tuanya,
jika
ditanya
ia
hanya
sekolahan
c.
dengan
teman-teman
sekolahnya.
Esty Aryani Safithry, Penerapan Play Therapy Untuk Meningkatkan Perilaku Bersekolah
Teman-
misal
mampu
mengambil
kotak
nasinya
dan
membangun
komunikasi
dengan
teman-temanya.
Saran
anak.
dan
memberikan
hukuman
yang
suai
kerjasama
orangtua
juga
berperan
penting,
peneliti
selanjutnya
sebaiknya
murid-murid
dapat diturunkan
dikelas
yagn
bersangkutan
serta
jadual
sekolah
yang
DAFTAR PUSTAKA
sudah
Brill,
positif
dilaksanakan
yang
terapi
muncul
yaitu
subjek
setelah
L.
D.
(2009).
School
refusal:
Characteristics,
assessment,
and
effective treatment: A child and parent
perspective. Disertasi Doktoral Psikologi,
Philadelphia College
of
Osteopathic
Medicine.
mulai
37
Witts,
.
Hendron, M. C. (2006). School refusal
behavior:
the
relationship
between
functions and symptom sets. Tesis pada
University of Nevada, Las Vegas.
Hurlock,
Elizabeth.(2005).
Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Kazdin, A.E. (2009). Methodological Issues&
Strategies in Clinical Research. Washington
DC : American Psychological Association.
Kearney, C. A. & Albano, A. M. (2007). When
children
refuse
school:
A cognitive
nd
behavioral therapy approach, 2 edition.
King,
38