Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Karsinoma serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dan liang senggama (vagina). Karsinoma serviks terjadi ditandai adanya
pertumbuhan sel-sel ganas pada leher rahim. 1,2
Dilaporkan perbandingan insiden di negara-negara berkembang lebih tinggi daripada
di negara maju. Di Amerika, kanker serviks menduduki tempat ke-3 dari seluruh kanker
ginekologi dikarenakan deteksi dini karsinoma serviks baik primer maupun sekunder yang
baik; dengan 12.800 kasus baru pada tahun 2000 dan angka kematiannya mencapai 4.600.4 Di
Indonesia sendiri, penyakit kanker serviks masih menduduki peringkat pertama
merupakan penyebab kematian tertinggi pada penyakit ginekologik. 66%

dan

dari kanker

genitalia wanita adalah kanker serviks.


International Federation of Gynecologists and Obstetricians Staging System for
Cervical Cancer (FIGO) pada tahun 2000 menetapkan suatu sistem stadium kanker sebagai
berikut :
Stadium 0

Kasinoma in situ, karsinoma intra epitel

Stadium I

Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri


diabaikan)

Stadium Ia

Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik,


lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang
sangat superficial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman
invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih
dari 7mm

Stadium Ia 1

Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar
tidak lebih dari 7mm

Stadium Ia 2

Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari

5mmm dan lebar tidak lebih dari 7mm


Stadium Ib

Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis tidak lebih dari Ia

Stadium Ib1

Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm

Stadium Ib2

Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm

Stadium II

Telah melibatkan vagina, tapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi
ke parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIa

Telah melibatkan vagina, tapi belum melibatkan parametrium

Stadium IIb

Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

Stadium III

Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai


dinding panggul. Dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal
dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat
dibuktikan oleh sebab lain.

Stadium IIIa

Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum


mencapai dinding panggul

Stadium IIIb

Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau


gangguan fungsi ginjal

Stadium IV

Perluasan ke luar organ reproduktif

Stadium IVa

Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum

Stadium IVb

Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

Penananan ca serviks sesuai stadium :

Pembedahan
-

Stadium 0/CIS
Konisasi, Histerektomi totalis simpel (apabila fertilitas tidak diperthnkan)
Stasium IA1 tanpa invasi limfo-vaskuler
Konisasi, Histerektomi totalis simpel
Stasium IA1 dengan invasi limfo-vaskuler, stadium 1A2
Modifikasi histerektomi radikal (tipe II) dan Limfadenektomi pelvik
Stadium IB sampai IIA
Histerektomi radikal (tipe III), Limfadenektomi pelvik dan para-aorta

Radioterapi
-

Radioterapi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium IIB
sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tidak merupakan kandidat
untuk pembedahan.

Kemoterapi
-

Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan atau


untuk terapi paliatif pada kasus residif.

Prognosis kanker serviks yakni dubia ad malam. Pronosis yang buruk tersebut
dihubungkan dengan 85-90 % kanker serviks terdianosis dalam stadium invasif, stadium
lanjut, bahkan stadium terminal. 5 year survival rate ca serviks jenis adenokarsinoma :
-

Stadium 1
Kanker serviks stadium I. Dan wanita yang terdiagnosis pada stadium IB 5 year
survival rate sebesar 83%.
Stadium II
Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi II, IIA, IIB. Dari wanita yang terdiagnosis
pada stadium IIA memiliki 5 year survival rate sebesar 50%. Untuk stadium IIB 5

year survival rate sebesar 59 %.


Stadium III
Pada stadium IIIA 5 year survival rate sebesar 13 % dan untuk stadium IIIB 5 year

survival rate sebesar 31 %.


Stadium IV
Pada stadium IVA dan IV 5 year survival rate sebesar 6 %.

BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny. R.W

Umur

: 43 tahun

Alamat

: Pakuwere jaga III

Status

: Menikah

Agama

: Kristen Protestan

Pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

ANAMNESIS
Diberikan oleh : Penderita
Keluhan utama : Keputihan lama kurang lebih 9 bulan SMRS
Anamnesis

: Penderita dikirim oleh dokter spesialis dengan diagnosa Ca Cerviks Std


IB2, awalnya penderita mengalami keputihan yang jumlahnya cukup
banyak, warna kekuningan, dan berbau 9 bulan SMRS. Dalam sehari
penderita menggati pembalut 2-3 kali. Keluar darah segar sedikit-sedikit

dari jalan lahir 2 bulan SMRS. BAB / BAK biasa. Perdarahan setelah
berhubungan intim dialami penderita sejak 6 bulan SMRS. Penderita
telah melakukan NAC sebanyak 3 seri. Penderita tidak merokok. Suami
penderita di sirkumsisi. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-

Penyakit kanker payudara tahun 2013, telah dikemoterapi dan operasi.

Penyakit jantung disangkal

Penyakit hati disangkal

Penyakit paru disangkal

Penyakit ginjal disangkal

Penyakit tekanan darah tinggi disangkal

Penyakit kencing manis disangkal

Anamnesis Ginekologi
A. Hal Perkawinan dan Kehamilan Dahulu
- Kawin 1 kali umur 17 tahun
- Hamil 4 kali, abortus 2 kali
P1 tahun 1997, laki- laki spontan kepala, hidup
P2 tahun 1998, perempuan, spontan kepala, hidup
A1 tahun 2000, abortus komplit
A2 tahun 2002, abortus komplit.
B. Hal Haid
- Menarche : 12 tahun, Siklus : Teratur 28 hari, Lamanya : 1 minggu
- Dismenorea (-)
- Haid terakhir : 20 November 2015
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens :
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital

Warna Kulit
Kepala

: Sakit Sedang
: Compos Mentis
: Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu Badan
: Sawo Matang
: Normocephal

:110/70 mmHg
: 80
x/m
: 20
x/m
o
: 36
C

Mata

: Pupil isokor kiri = kanan, conjungtiva anemia -/-, sclera


ikterik -/Lidah
: Beslag (-)
Gigi
: Caries (-)
Tenggorokan :Hiperemeis (-), T1/T1
Telinga:Serumen (-)
Leher
:Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)
Paru
: Inspeksi
: Pergerakan simetris kanan = kiri
Palpasi
: Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi
: Sonor pada kedua lapangan baru
Auskultasi : Sp vertikuler, ronchi -/-,wheezing -/Jantung
: Inspeksi
: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi
: Batas Jantung normal
Auskultasi : SI-II normal, bising (-)
Abdomen
: Inspeksi
: Datar
Palpasi
:emas , teraba massa setinggi pusat, Konsistensi kenyal,
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas

mobile (-), nyeri tekan (+)


: Pekak berpindah (-)
: Peristaltik usus (+) normal

: Edema -/-

Refleks fisiologis
Refleks Patologis

: (+) normal
: (-)

Status Lokalis

Abdomen : Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Lemas, nyeri tekan ( - ), massa ( - )

Perkusi

: Pekak berpindah ( - )

Auskustasi

: Peristaltik usus ( + ) normal

Status Ginekologi
Inspeksi

: Fluksus (-), fluor (-), Vulva tidak ada kelainan

Inspekulo

: Fluksus (+), flour (+), tampak portio berbenjol, rapuh dan mudah
berdarah, OUE tertutup
Periksa Dalam

: Fluksus (+), flour (+), vulva tak ada kelainan,

teraba massa rapuh di portio, OUE tertutup


Cut : dalam batas normal
AP : bilateral : lemas, Nyeri Tekan (-), Massa(-)
CD : Tidak menonjol
Rectal Toucher

: TSA cekat, ampula kosong, mukosa licin

F.Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Leukosit

: 4600 /uL

Eritrosit

: 3.93 10^6/uL

Hemoglobin

: 11,4 gL

Hematokrit

: 32,7 %

Trombosit

: 263 10^3/uL

GDS

: 95 mg/dL

SGOT

: 22 U/L

SGPT

: 22 U/L

Ureum

: 19 mg/dL

Creatinin

: 0,8 mg/dL

Protein Total : 8,13 mg/dL


Albumin

: 4,42 mg/dL

Globulin

:3,71 mg/dL

Chlorida

: 104,5 mEq/L

Kalium
`

Natrium

: 5,77 mEq/L
: 141 mEq/L

2. EKG
Dalam batas normal
3. Foto Thoraks
Dalam batas normal
4. Biopsi
Secara mikroskopis, tampak struktur terdiri dari sel sel bulat monoton dengan
inti

hiperkromatik menyusun gambaran keratinizing squamous cell carcinoma.

Kesimpulan : keratinizing squamous cell carcinoma.


RESUME MASUK
Seorang wanita P2A2, 43 tahun MRS tanggal 11 Februari 2016 dengan keluhan utama
keputihan cukup banyak, warna kekuningan, dan berbau. Perdarahan sedikit-sedikit
pervaginam (+) , post coital bleeding (+), suami penderita sirkumsisi, post NAC 3 seri.
Pemeriksaaan Fisik

Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital

: Sakit Sedang
: Compos Mentis
: Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu Badan

:110/70 mmHg
: 80
x/m
: 20
x/m
o
: 36
C

Pemeriksaan ginekologis :
Inspeksi

: Fluksus (-), fluor (+), Vulva tidak ada kelainan

Inspekulo

: Fluksus (+), fluor (+), tampak portio berbenjol, rapuh dan


Mudah berdarah, OUE tertutup

Periksa Dalam

: Fluksus (+), flour (+), vulva tak ada kelainan, teraba massa rapuh di

portio OUE tertutup


Cut : dalam batas normal
AP : bilateral : lemas, Nyeri Tekan (-), Massa(-)
CD : Tidak menonjol
Rectal Toucher

: TSA cekat, mukosa licin, ampula kosong.

Foto Thorax

: Dalam batas normal

EKG

: Dalam batas normal

Lab. Lengkap

: Hb : 11,4 gL, Eritrosit : 3.93 10^6/uL, Hematokrit : 32,7 %, Kalium


Kalium: 5,77 mEq/L

DIAGNOSIS
P2A2 43 tahun dengan Ca.Cervix Stadium IB2 + post NAC 3seri

SIKAP
-

Rencana dilakukan histerektomi radikal

Sedia donor darah

Minta persetujuan operasi

Tgl 12 Februari 2016


Keluhan

: (-)

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/80, N= 84x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C

Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

SIKAP
-

Rencana HT Radikal (15 02 2016)


Pre Operasi hari ini

Tgl 13 Februari 2016


Keluhan

: (-)

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/80, N= 82x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,4C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

SIKAP
-

Rencana HT Radikal (15 02 2016)

Tgl 14 Februari 2016


Keluhan

: (-)

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/80, N= 84x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

SIKAP
-

Rencana HT Radikal (15 02 2016)

Tgl 15 Februari 2016


Keluhan

: (-)

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/80, N= 84x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

SIKAP
-

Rencana HT Radikal hari ini

Laporan Operasi
Penderita dibaringkan diatas meja operasi, dilakukan general anastesi, dilakukan disinfeksi
pada lapangan operasi, insisi median melyana umbilikus, setelah peritoneum dibuka
dilakukan eksplorasi, portio membesar, peritoneum kiri dan kanan, uterus normal, tuba dan
ovarium kiri dan kanan normal, diputuskan dilakukan histerektomi radikal dan
limfadenektomi KGB pelvik bilateral.
Jaringan dibawah ke laboratorium PA untuk pemeriksaan histopatologi.
Keadaan Umum Post Operasi
T : 100/60 mmHg, N : 95 x/m, R : 20 x/m, Suhu : 36,50C
Perdarahan 1500 cc Diuresis200 cc
Laboratorium Post Operasi
Leukosit

13510/uL

Eritrosit

3.23 10^6/uL

Hemoglobin

9.7 g/dL

Hematokrit

28.5%

Trombosit

188 10^3/uL

MCH

30.0 pg

MCHC

33.9 g/dL

MCV

88.3 fL

Tgl 16 Januari 2016


Keluhan

:-

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/70, N= 80x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis +/+, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

Luka operasi terawat,urine 50 cc/jam


Diagnosis Kerja Post Operasi
P2A2 43 th post histerektomi radikal + limfadenektomi pelvis bilateral hari ke I a/i Ca
Serviks std Ib2
Sikap
-

Ceftriaxone 3x1 gr IV

Metronidazole 2 x 0,5 gr IV

SF 1X1

Vit C 3 x 1 IV

Diet TKTP

Mobilisasi

Tgl 17 Januari 2016


Keluhan

:-

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120870, N= 80x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C

Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis +/+, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

Luka operasi terawat


Diagnosis Kerja Post Operasi
P2A2 43 th post histerektomi radikal + limfadenektomi pelvis bilateral hari ke II a/i Ca
Serviks std Ib2
Sikap
-

Ceftriaxone 3x1 gr IV

Metronidazole 2 x 0,5 gr IV

SF 1X1

Vit C 3 x 1

Diet TKTP

Mobilisasi

Tgl 18 Januari 2016


Keluhan

:-

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/70, N= 84x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

Luka operasi terawat


Diagnosis Kerja Post Operasi

P2A2 43 th post histerektomi radikal + limfadenektomi pelvis bilateral hari ke III a/i Ca
Serviks std Ib2
Sikap
-

Ceftriaxone 3x1 gr IV

Metronidazole 2 x 0,5 gr IV

SF 1X1

Vit C 3 x 1 IV

Diet TKTP

Mobilisasi

Tgl 18 Januari 2016


Keluhan

:-

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/70, N= 84x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

Luka operasi terawat


Diagnosis Kerja Post Operasi
P2A2 43 th post histerektomi radikal + limfadenektomi pelvis bilateral hari ke III a/i Ca
Serviks std Ib2
Sikap
-

Ceftriaxone 3x1 gr IV

Metronidazole 2 x 0,5 gr IV

SF 1X1

Vit C 3 x 1

Diet TKTP

Mobilisasi

Tgl 19 Januari 2016


Keluhan

:-

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/70, N= 84x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

Luka operasi terawat


Diagnosis Kerja Post Operasi
P2A2 43 th post histerektomi radikal + limfadenektomi pelvis bilateral hari ke IV a/i Ca
Serviks std Ib2
Sikap
-

Aff infus

Cefadroxil 3x1

Metronidazole 3 x 1

SF 1X1

Vit C 3 x 1

Diet TKTP

Mobilisasi

Tgl 20 Januari 2016


Keluhan

:-

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/70, N= 80x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:

Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

Luka operasi terawat


Diagnosis Kerja Post Operasi
P2A2 43 th post histerektomi radikal + limfadenektomi pelvis bilateral hari ke V a/i Ca
Serviks std Ib2
Sikap
-

Cefadroxil 3x1

Metronidazole 3 x 1

SF 1X1

Vit C 3 x 1

Diet TKTP

Mobilisasi

Tgl 20 Januari 2016


Keluhan

:-

Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tensi= 120/70, N= 80x/mnt, R= 20x/mnt, Sb=36,5C


Status Praesens:
Mata

: Conjungtiva anemis -/-, Sclera ikterus -/-

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal

Luka operasi terawat


Diagnosis Kerja Post Operasi
P2A2 43 th post histerektomi radikal + limfadenektomi pelvis bilateral hari ke VI a/i Ca
Serviks std Ib2
Sikap

Cefadroxil 3x1

Metronidazole 3 x 1

SF 1X1

Vit C 3 x 1

Diet TKTP

Mobilisasi

Rencana pulang

BAB III
DISKUSI
Yang akan didiskusikan pada kasus ini:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Prognosis
DIAGNOSIS
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan penunjang, dan biopsi. Dalam anamnesis, Penderita
dikirim oleh dokter spesialis dengan diagnosa Ca Cerviks Std Ib2, awalnya penderita
mengalami keputihan yang jumlahnya cukup banyak, warna kekuningan, dan berbau. Dalam
sehari penderita menggati pembalut 2-3 kali. Keluar darah segar sedikit-sedikit dari jalan
lahir dan perdarahan setelah berhubungan intim dialami penderita. Hal ini menunjukkkan
adanya gejala yang berhubungan dengan kanker serviks. Sesuai dengan teori, sekret vagina
yang berbau terutama pada masa nekrosis lanjut. Nekrosis ini terjadi karena pertumbuhan
tumor yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar
mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan
reaksi peradangan non spesifik. Perdarahan pervaginam (post coital bleeding, perdarahan
diluar haid ).
Dalam anamnesis lanjut, penderita menikah di usia dini yakni pada usia 17 tahun. Hal
ini merupakan salah satu faktor resiko kanker serviks. Sesuai dengan teori, coitus yang di
dilakukan pada usia muda akan meningkatkan resiko terkena kanker serviks. Hal ini

dihubungkan dengan squamo-columnar junction, yaitu batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks). Pada wanita muda squamo-columnar
junction berada di luar ostium uteri eksternum, sehingga rentan terhadap faktor luar berupa
mutagen yang akan memicu displasia dari squamo-columnar junction tersebut dan pada usia
yang muda squamo-columnar junction lebih peka terhadap metaplasia.
Faktor resiko lainnya yaitu usia >35 tahun. Pada usia tersebut mempunyai risiko
tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat
risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
Pada pemeriksaan ginekologis, inspeksi terlihat fluor , Vulva tidak ada kelainan,
inspekulo fluksus, fluor, , tampak portio berbenjol, rapuh dan mudah berdarah, OUE tertutup
dan pada periksa dalam didapatkan, fluksus , fluor , vulva tak ada kelainan, teraba massa
rapuh di portio, OUE tertutup, CUT normal, A/P bilateral lemas, tidak didapatkan massa dan
nyeri tekan dan CD tidak menonjol. Dari hasil biosi menunjukkan Papilary Adenocarsinoma
Diferensiasi Sedang,

85 % jenis histopatologis adalah karsinoma sel skuamosa, 10%

adenokarsinoma, dan 5% adenoskuamosa, sel jernih, sel kecil, sel veruka dan lain-lain.
PENANGANAN
Pada pasien ini penanganan yang dilakukan sudah tepat, yaitu dilakukan Neoajuvan
Kemoterapi 3 seri terlebih dahulu kemudian dilakukan histerektomi radikal + limfadenektomi
pelvis bilateral. Sesuai dengan teori, Neoajuvan kemoterapi tiga seri dilanjutkan radikal
histerektomi dan pelvik limfadenektomi. Stadium Ca Serviks IB2 dan IIA2 yang
direncanakan operasi tanpa kontraindikasi dilakukan kemoterapi neoajuvan terlebih dahulu
dan dilakukan nilai ulang paska kemoterapi neoajuvan untuk operabilitasnya. Menurut FIGO
(2000), pada stadium IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks. Stadium IB2 Lesi
terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm.
PROGNOSIS
Prognosis kanker serviks yakni dubia ad malam, 5 year survival rate ca serviks jenis
adenocarsinoma stadium IB sebesar 83 %.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada penderita ini dalam keadaan IB2.
2. Penanganan penderita di RS sudah sesuai dengan protokol yang ada yaitu dengan
Neoajuvan Kemoterapi 3 seri terlebih dahulu kemudian dilakukan histerektomi
radikal + limfadenektomi pelvis bilateral.
B. Saran
1. Perlunya pemberian pengertian kepada masyarakat mengenai pentingnya melakukan
deteksi dini karsinoma serviks yang dilakukan secara rutin, untuk menghindari faktor
resiko karsinoma cervix.
2. Pentingnya pemberian pengertian kepada masyarakat mengenai faktor resiko
karsinoma serviks seperti menikah di usia muda, berganti pasangan seksual serta
kurangnya menjaga higiene seksual yang sering merupakan faktor permasalahan yang
kurang disadari. Hal ini merupakan tanggung jawab dokter, pemuka agama, pemuka
masyarakat, serta masyarakat sendiri.

Anda mungkin juga menyukai