Lakip 6 KLH 2014 Final
Lakip 6 KLH 2014 Final
sekitar danau/waduk dan sekitar mata air) dalam rangka menjaga kelestarian fungsi
lingkungan
hidup,
mendorong
pemanfaatan
lahan
secara
bijaksana
dan
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2012
2013
2014
PROVINSI
28
28
24
KABUPATEN
371
371
316
Gambar 3.21 Grafik Provinsi dan Kabupaten yang Berpartisipasi Pada Program MIH
TA 2012 - 2014
Dari 316 kabupaten yang mengikuti sosialisasi dan bimbingan teknis, 161
kabupaten menyampaikan dokumen profil pengelolaan tutupan vegetasi kabupaten
kepada KLH pada waktu yang tidak melewati batas waktu penyampaian yang
ditentukan. Kabupaten yang menyampaikan profil melebihi batas waktu tidak
dimasukkan dalam penilaian profil pengelolaan tutupan vegetasi. Meskipun terjadi
67
2014,
merekomendasikan
rapat
Dewan
sebanyak
20
Pertimbangan
kabupaten
Penilaian
dapat
Program
diberikan
b).
c).
d).
e).
f).
g).
h).
i).
b).
c).
d).
e).
f).
g).
h).
i).
j).
k).
68
MIH
penghargaan
berkelanjutan. Hasilnya adalah seluruh target kinerja dapat tercapai (realisasi 100%).
hutan
kemasyarakatan,
demplot
rehabilitasi
lahan
gambut
70
2)
3)
Jumlah Lokasi
Provinsi
2012
2013
2014
Riau
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
TOTAL
71
Berkaitan dengan hal tersebut di atas pada tahun 2014 dilakukan verifikasi
lapang (ground check) terhadap peta citra KHG Pulau Papua yang telah disusun
pada Tahun Anggaran 2012. Pelaksanaan Verifikasi Lapang KHG Pulau Papua
dilakukan di wilayah Kabupaten Asmat, Waropen, MAPPI, dan Timika. Verifikasi
lapang dimaksudkan untuk membandingkan Peta KHG tentatif dengan kondisi
lapangan, terutama terhadap KHG yang masih diragukan kebenarannya.
c. Sungai prioritas yang disepakati kelas airnya dengan pendekatan ekoregion
Ciliwung
1)
2)
Segmentasi sungai,
3)
4)
5)
6)
7)
Penyusunan
profil
sungai
prioritas,
Pelaksanaan
pengelolaan
Sulawesi).
Namun
demikian
atau
Peraturan
Menteri
74
KLH perlu segera menetapkan kelas air Sungai Prioritas Nasional (hulu-hilir)
dan rencana umum pemulihan kualitas airnya, sehingga daerah dapat
melaksanakan program aksi PKA berdasarkan pencapaian target status mutu
air sasaran yang ditetapkan;
2)
3)
kabupaten
kota
(Gubernur
dan
Bupati/Walikota)
dalam
upaya
5)
Perlu meningkatkan koordinaasi dan kerjasama antar K/L dan pemda dalam
upaya perlindungan sumber mata air di daerah aliran Sungai Prioritas
Nasional (mata air sebagai indikator kesehatan DAS);
6)
7)
Klasifikasi mutu air (kelas air) untuk sungai prioritas nasional seyogyanya
ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan, baik peraturan presiden
ataupun peraturan menteri, sehingga dapat dijadikan acuan yang bersifat
mengikat untuk semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan
kualitas air sungai secara terpadu.
Proses pelaksanaan pengelolaan kualitas air 13 sungai prioritas nasional
75
76
Tabel 3.14. Realisasi Proses Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Air (PKA) 13 Sungai Prioritas
TARGET
Pengelolaan kualitas air
(PKA) 13 sungai prioritas
nasional:
- Region Jawa:Citarum,
Ciliwung, Cisadane,
Citanduy, Progo,
Bengawan Solo, Brantas,
- Region Sumatera:
Batanghari, Kampar, Musi,
Siak,
- Region Kalimantan: Barito,
- Region Sulawesi: SadangMamasa,
- Penghitungan daya
tampung beban
pencemaran,
- Segmentasi sungai,
- Penentuan titik pantau
- Status mutu air saat ini,
- Penetapan klasifikasi mutu
air sasaran (Kelas Air),
- Rencana pemulikan
kualitas air,
- Profil sungai prioritas
REALISASI TAHUN
2010
- 6 sungai (Ciliwung,
Citarum, Bengawan
Solo, Brantas, Progo,
Kampar)
- daya tampung beban
pencemaran,
- status mutu air
- segmentasi,
2011
- 5 sungai (Cisadane,
Citanduy, Citarum,
Batanghari, Musi)
- daya tampung beban
pencemaran,
- status mutu air
- segmentasi,
- titik panatau,
2012
- 5 Sungai (Citarum,
Citanduy, Siak,
Brantas, Barito)
- daya tampung beban
pencemaran,
- status mutu air,
- segmentasi,
- titik pantau,
- 5 Sungai (Ciliw
Citarum, Cisad
Musi, Sadang
Mamasa)
- daya tampun
pencemaran,
- status mutu a
- segmentasi,
- titik pantau,
- titik pantau,
- rencana pemulihan
- rencana pemulihan
- naskah akademik,
- profil.
- demplot dan
pembinaan.
- rencana pe
- profil,
- review dan u
PKA,
- Koordinasi
kesepakatan a
dan pemerint
daerah.
d.
Denpasar, Bali, 13-15 Agustus 2009 dengan tema Pengelolaan Danau dan
Antisipasi Perubahan Iklim menjadi peristiwa penting untuk upaya penyelamatan
ekosistem danau yang lebih serius. KNDI I ini telah menghasilkan suatu
Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang ditandatangani
oleh 9 Menteri antara lain Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Kelautan dan
Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral dan Menteri Riset dan Teknologi. Kesembilan Menteri tersebut telah
bersepakat dalam mengelola dan menyelamatkan bersama ekosistem danau
prioritas yang terbagi menjadi dua periode yaitu Danau Prioritas I (2009-2014) dan
Danau Prioritas II (2015-2019). Danau yang masuk dalam danau prioritas periode I
antara lain Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kerinci, Danau
Rawa Danau, Danau Rawapening, Danau Batur, Danau Tempe, Danau Matano,
Danau Poso, Danau Tondano, Danau Limboto, Danau Sentarum, Danau Kaskade
Mahakam dan Danau Sentani.
Untuk melaksanakan Kesepakatan Bali tersebut, maka penyusunan dokumen
Rencana Aksi Penyelamatan Ekosistem Danau yang kemudian disebut dengan
nama dokumen kebijakan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) dalam
periode tahun 2011-2014 telah dituangkan dalam Rencana Strategis Deputi III
Tahun 2011-2014, yakni :
1)
2)
Tahun 2012 : Danau Limboto, Danau Toba, Danau Batur dan Danau Tondano
(4 danau);
3)
Tahun 2013 : Danau Singkarak, Danau Kerinci, Danau Tempe, Danau Poso
(4 danau),
4)
maka pada tahun 2014 ini, KLH telah menyusun 5 (lima) dokumen Gerakan
77
pemangku
kepentingan
dalam
merencanakan,
melaksanakan
dan
Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah
dalam
menyusun
dan
Pemberdayaan masyarakat.
78
2)
DANAU MATANO
Program Super Prioritas (Pokok) :
Pengembangan
kelembagaan
dan
koordinasi
pengelolaan
Danau
Matano; dan
3)
DANAU SENTARUM
Program Super Prioritas (Pokok) :
a. Pengembangan Sistem Pengelolaan
Pengembangan
peraturan
yang
mendukung
pengelolaan
Peningkatan
kesadaran
partisipasi
masyarakat
dalam
4)
DANAU SENTANI
Program Super Prioritas (Pokok) :
Penetapan tata ruang kawasan danau;
Penyelamatan ekosistem perairan danau;
Penyelamatan ekosistem lahan sempadan;
Penyematan ekosistem DAS dan DTA; dan
Program Prioritas (Penunjang) :
Pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi;
Pengembangan kapasitas, kelembagaan, dan koordinasi; dan
Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat.
5)
RAWA DANAU
Program Super Prioritas (Pokok) :
80
Berdasarkan hasil yang telah dicapai pada tahun 2014 ini, maka sesuai
dengan Rencana Strategis Deputi III yang telah menargetkan penyusunan 15
dokumen Rencana Aksi Penyelamatan Ekosistem Danau yang kemudian disebut
dengan nama dokumen kebijakan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan)
selama periode tahun 2011-2014 telah dituangkan dalam Rencana Strategis Deputi
III Tahun 2011-2014 telah tercapai.
alam
dan
lingkungan
hidup
dicapai
melalui
indikator
kinerja
yang
81
INDIKATOR KINERJA
TARGET
No
a.
b.
c.
d.
a.
UTAMA
1
Jumlah kasus
lingkungan hidup
yang tertangani
Jumlah Kelompok
Masyarakat yang
berpartisipasi/berper
an aktif dalam
perlindungan dan
pengelolaan LH
Prosentase
laboratorium
lingkungan pengujian
parameter kualitas
lingkungan yang
dipersiapkan untuk
proses akreditasi
Prosentase
peningkatan
kapasitas pejabat
fungsional Pedal
2
47
2.340
dan
1.018
Kasus
206
Kasus
438,3
Komunitas
Pendidikan dan
2.905
dan
1.018
Komunitas
Pendidikan dan
124
dan
100
100
25
Organisasi
Kemasyarakatan
yang
berpartisipasi
29
20
Organisasi
Kemasyarakatan
yang
berpartisipasi
29
82
Selama tahun 2014, telah dilakukan penanganan terhadap 135 kasus pidana
lingkungan hidup yang terdiri dari 71 kasus berasal dari laporan baru dan 64 kasus
merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya. Dari 71 laporan baru tersebut, 51
laporan adalah mengenai dugaan kebakaran hutan dan/atau lahan di Provinsi Riau
yang terpantau melalui satelit, 17 lainnya adalah laporan hasil pengawasan terhadap
peserta Proper periode tahun 2012-2013 yang mendapat peringkat hitam,
sedangkan 3 laporan lainnya adalah laporan dari masyarakat.
a)
terpantau oleh satelit NOAA pada periode 1 Februari 16 Maret 2014 dlakukan
pengumpulan bahan dan keterangan di lokasi kejadian dengan hasil sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut:
83
Tabel 3.16 . Lokasi Kebakaran Hutan dengan Titik Panas (Hot Spot) Terbanyak.
No
Nama Kabupaten/Kota
1.
Kota Dumai
2.
Kabupaten Pelalawan
11
3.
Kabupaten Siak
10
4.
Kabupaten Meranti
5.
Kabupaten Bengkalis
6.
7.
10
TOTAL
51
Tabel 3.17. Jenis Penggunaan Lahan di Lokasi Titik Panas (Hot Spot)
No.
Jenis Kegiatan
Jumlah
1.
27
2.
3.
20
4.
Kawasan Industri
TOTAL
51
Dari 51 lokasi yang diduga terbakar, pada 29 lokasi ditemukan bukti adanya
kebakaran, sedangkan pada 22 lokasi sisanya tidak ditemukan bukti adanya
kebakaran.
84
Tindak lanjut terhadap hasil pengumpulan bahan dan keterangan yang positif
ditemukan bukti adanya kebakaran dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Gambar 3.26. Tindak Lanjut Terhadap Hasil Pengumpulan Bahan dan Keterangan
Terhadap 29 Kasus Kebakaran Hutan
85
c)
Tabel 3.18. Jumlah Kasus Pidana Lingkungan Hidup yang Ditangani oleh
Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014
2)
Tahun
Jumlah
Kasus Baru
1.
2010
31
43
74
2.
2011
31
46
77
3.
2012
34
31
65
4.
2013
46
66
112
5.
2014
64
71
135
perdata
dan
tata
usaha
Negara
yang
telah
diputus
oleh
86