Pengaruh Pengumuman Isra Terhadap Abnormal Return Dan Volume Perdagangan Saham
Pengaruh Pengumuman Isra Terhadap Abnormal Return Dan Volume Perdagangan Saham
Ferry Budiman1
Supatmi2
Abstract
This research studies the impact of Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) to
abnormal return and trading value activity. The impact of award publication could be seen from
what there are some differences between abnormal return and trading value activity with the
ISRA announcement.
The research samples are 13 companies which accept the appreciation of ISRA period
2005-2008 by using purposive sampling method. The research data that used is secondary data
that consist of daily closing price of shares and daily trading volume with an estimation period
during 30 days and event period during 11 days by using a market adjusted model. Hypothese
are tested by Wilcoxon Sign Test.
The result of this research proves that there is significant difference in abnormal return
between the ISRA announcement and the days after ISRA publication, but trading value activity
is not difference.
Key words: Sustainability Reporting, Abnormal Return, Trading Value Activity
Pendahuluan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dan sekaligus merupakan alat
ukur yang dominan dipakai oleh para stakeholder untuk menilai kinerja perusahaan, dan sebagai
pertimbangan dalam membuat keputusan. Namun Wallman (1995) berpendapat bahwa informasi
yang dikenal selama ini , yaitu laporan laba-rugi, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan kemanfaatanya semakin berkurang. Owen (2005) mengatakan bahwa kasus
Enron di Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memberikan perhatian yang
besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu-isu yang
1
2
berkaitan dengan reputasi, manajemen risiko dan keunggulan kompetitif nampak menjadi
kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi sosial.
Pengungkapan terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability (SEES)
sekarang ini menjadi suatu cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk
akuntabilitasnya kepada para stakeholder. Sustainability reporting sebagaimana yang
direkomendasikan oleh Global Reporting Initiative (GRI) terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu
ekonomi (economic), lingkungan (environmental), dan sosial (social). Ketiga aspek ini dikenal
dengan Triple Bottom Line. Bentuk pelaporan ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif
pada kinerja yaitu antara corporate social responsibility dan Corporate Financial
Performance(CFP) (Satyo,2005).
Implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan
seperti UU No 23/1997 tentang manajemen lingkungan, aturan yang dikeluarkan Bursa Efek
Indonesia mengenai prosedur dan persyaratan listing dan PSAK (Sihotang, 2008). Pelaporan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perseroan terbatas di
Indonesia telah diwajibkan melalui Pasal 66 Ayat 2 Undang-Undang No.40/ 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Sejak beberapa tahun terakhir Bapepam-LK telah pula mengeluarkan aturan
yang mengharuskan emiten mengungkapkan pelaksanaan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) di dalam laporan tahunan perusahaan (Darwin, 2008).
Meskipun telah didukung oleh peraturan, dan undang-undang, akan tetapi praktek
penerapan sustainability reporting di Indonesia dinilai masih rendah. Hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Global Reporting Initiative (2004) menunjukan bahwa selama
tahun 2001-2003, pelaporan mengenai informasi tentang lingkungan dan sosial baru sebesar 1
persen dari seluruh negara di benua Asia dan Australia.
Untuk memberikan apresiasi terhadap perusahaan yang telah menerapkan environmental
accounting, sekaligus sebagai upaya untuk mengenalkan dan sosialisasi akan pentingnya
pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan perusahaan, maka di tahun 2005
lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability reporting meliputi
pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.
sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang yang menempatkan isu, tantangan
dan peluang sustainability development yang membawanya menuju kepada core business dan
sektor industrinya. Menurut Sihotang (2006) melalui www.IMA.com mendefinisikan pelaporan
yang berkelanjutan sebagai pelaporan mengenai aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dari
aturan, dampak, dan kinerja perusahaan dan produknya dalam konteks pembangunan yang
berkelanjutan (triple bottom line reporting).
Implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan
seperti UU No 23 / 1997 tentang manajemen lingkungan. Aturan yang dikeluarkan Bursa Efek
Indonesia mengenai Prosedur dan Persyaratan Listing, serta Bapepam-LK telah mengeluarkan
aturan yang mengharuskan emiten mengungkapkan pelaksanaan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) di dalam laporan tahunan perusahaan. Pelaporan mengenai kewajiban
kontinjensi, telah diatur dalam Standar Laporan Keuangan PSAK No 57. Pelaporan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan Perseroan Terbatas di Indonesia
telah diwajibkan melalui Pasal 66 Ayat 2 UU No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap perusahaan yang telah menyelenggarakan laporan
keberlanjutan (sustainability report), baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi
dalam laporan tahunan (annual report). Pada
National Center for Sustainability Reporting (NCSR), yang beranggotakan IndonesianNetherlands Association (INA), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI). Mengadakan
sebuah event penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). ISRA adalah
penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas
kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk
memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri.
Penghargaan yang diberikan di dalam ISRA dibagi dalam 5 katagori yaitu: Best
Sustainability Report, Best Environmental and Social Reportin, Best Environmental
Reportin,Best Social Reporting, dan Best Website. Untuk ISRA tahun 2006 terdapat kategori lain
selain 5 kategori di atas yaitu impressive Sustainability Reports Award, Progressive Social
Reporting Award, Impressive Website Award. Di tahun 2008, ditambahkan 1 kategori baru di
dalam ISRA yaitu Best CSR Reporting in Annual Report. Dengan diadakanya ISRA diharapkan
mampu untuk memotivasi perusahaan-perusahaan untuk menerapkan Sustainability Reporting,
sebagai bentuk pelaporan pertanggung jawaban sosial perusahaan, sehingga dapat terbentuk
good corporate governance.
Perumusan hipotesis
Pengaruh Indonesia Sustainability Reporting Award terhadap Abnormal Return
Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) adalah penghargaan yang diberikan
kepada perusahaan perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut
aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi. Satyo (2005) mengatakan bahwa para
investor mengalami perubahan pandangan investasi, dengan mulai mempertimbangkan
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Menurut Hill et al. (2007) sebagaimana dikutip
oleh Daniri (2008) menyebutkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR akan mengalami
kenaikan harga saham dan kinerja perusahaan akan lebih bagus jika dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak menerapkan CSR. Berdasarkan penelitian Eipstein dan Freedman (1994)
dalam Anggraini (2006) menemukan bahwa investor tertarik terhadap informasi sosial yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa seiring dengan perkembangan
waktu, para investor dan calon investor tidak hanya mempertimbangakan aspek ekonomi saja,
melainkan juga mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial perusahaan. Maka dari itu kuat
dugaan bahwa investor akan memberikan respon positif terhadap pengumuman ISRA. Hal
tersebut dikarenakan dengan mendapatkan penghargaan tersebut, akan dapat meningkatkan
reputasi perusahaan, karena melalui penghargaan tersebut terbukti bahwa perusahaan telah
melaksanakan pelaporan keuangan yang memperhatikan aspek social, ethical, environmental
(SEE) dengan baik, sehingga banyak investor yang tertarik untuk membeli saham pada
perusahaan pemenang penghargaan.
Terjadinya peningkatan return merupakan reaksi positif dari pasar yang ditunjukan
dengan perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan . Reaksi ini biasanya diukur dengan
menggunakan abnormal return. Pengumuman yang mengandung informasi akan memberikan
abnormal return kepada pasar secara konsinten (Harijono,1999 dalam Mulia, 2005). Jadi jika
pengumuman tersebut mengandung informasi, maka pasar akan menunjukan perubahan harga,
reaksi pasar yang menunjukan perubahan harga tersebut dapat diukur dengan abnormal return
saham.
Harsono (2009) meneliti dampak Indonesian CSR Award 2005 terhadap abnormal return
saham
membuktikan bahwa ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan antara tanggal
pengumuman Indonesian CSR Award 2005 dengan rata-rata harian abnormal return sebelum
pengumuman, sesudah pengumuman, dan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah
pengumuman tersebut. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian tentang event study
tentang reaksi pasar terhadap suatu penghargaan lainya.. Suwarno (2005) melakukan penelitian
yang menguji apakah penghargaan Annual Report Award (ARA) 2004 direspon positif oleh
investor di pasar. Hasil pengujian menunjukan adanya nilai rata-rata abnormal return yang terus
meningkat, berarti saham perusahaan penerima ARA 2004 direspon positif oleh pasar. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyanto dan Prapti (2003) yang mengukur
reaksi pasar terhadap pengumuman Annual Report Award 2002. Dari penelitian tersebut
ditemukan adanya reaksi positif dari investor, tapi respon tersebut cenderung lambat karena pada
hari kelima setelah pengumuman baru ditemukan adanya abnormal retun positif dan terbukti
dipengaruhi oleh pengumuman tersebut. Menurut Sulistyanto dan Prapti (2003) hasil ini sesuai
dengan kesimpulan dari beberapa peneliti (Rao, Ferere dan Renneboog, 2000) bahwa
pengumuman non- keuangan yang mempunyai kandungan informasi akan direspon lebih lambat
oleh pasar dibandingkan pengumuman keuangan yang mengandung informasi.
Dari uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan abnormal return saham perusahaan yang memenangkan award di
seputar tanggal pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award periode 20052008.
Saputro (2005) menganalisis perbedaan harga dan volume perdagangan saham sebelum
dan sesudah pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) 2005. Dengan
sampel 4 perusahaan pemenang ISRA, penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan tidak
terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang diukur dengan trading value activity
sebelum dan sesudah pengumuman ISRA 2005. Hal tersebut terjadi karena Indonesia
Sustainability Reporting Award (ISRA) pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005 sehingga
belum banyak publikasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Suwarno (2005) yang menguji
apakah penghargaan Annual Report Award (ARA) 2004 Direspon positif oleh investor dipasar.
Hasil pengujian menunjukan adanya peningkatan volume perdagangan saham perusahaanperusahaan penerima ARA setelah tanggal pengumuman
Seperti halnya Annual Report Award (ARA), Indonesia Sustainability Reporting Award
adalah suatu event yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi para investor. Dengan
mendapatkan penghargaan ISRA, berarti perusahaan telah menyajikan pelaporan tentang aspek
ekonomi, social, dan lingkunganya dengan baik, hal tersebut akan dapat meningkatkan reputasi
dari perusahaan-perusahaan pemenang penghargaan. Investor akan menanggapi pengumuman
ISRA sebagai isyarat yang baik. Sesuai dengan harapan mereka pada perusahaan-perusahaan
penerima penghargaan, maka pasar akan memberi reaksi positif, reaksi tersebut akan
meningkatkan volume perdagangan saham perusahaan-perusahaan peraih penghargaan.
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Terdapat perbedaan Trading Value Activity (TVA) pada perusahaan yang memenangkan
award di seputar tanggal pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award periode
2005-2008.
Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa harga pentupan
saham harian perusahaan yang menerima Indonesia Sustainability Reporting Award 2005-2008
yang diperoleh dari www.yahoofinance.com dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
didapat dari pusat data FE-UKSW. Sedangkan data mengenai jumlah saham beredar diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan penerima penghargaan
Indonesia Sustainability Reporting Award pada tahun 2005-2008 dengan penentuan sampel
sebagaimana terlihat di tabel 1.
Tabel 1
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah abnormal return dan
trading value activity. Karena penelitian ini merupakan sebuah event study, maka periode
penelitian untuk penghitungan variabel penelitian tersebut dijabarkan dalam tabel 2.
Tabel 2
1. Abnormal Return (AR)
Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya dibandingkan
dengan return ekspektasi (Hartono,1998). Return ekspektasi akan dihitung menggunakan marked
adjusted model dengan periode estimasi 30 hari. Berikut ini rumus-rumus yang dipakai untuk
menentukan abnormal return:
ARi.t= Ri.t E[Ri.t]
Dimana :
E(Ri.t) = i+i.Rm.t+ ei
dan
Keterangan:
ARi.t
Ri.t
E[Ri.t]
i
i
Pi.t
= return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
= return sesungguhnya yang terjadi pada sekuritas ke-i pada periode ke-t
= return ekspektasi sekuritas ke-i
= konstanta sekuritas ke- i
= koefisien beta sekuritas ke-i
= harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke- t
= harga saham sekuritas ke- i pada periode peristiwa ke t-1
= actual return pasar yang terjadi pada periode peristiwa ke- t.
= indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode peristiwa ke-t.
= Indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode peristiwa ke- t
2. Trading Value Activity (TVA)
Trading value activity digunakan sebagai ukuran volume perdagangan saham yang
digunakan untuk melihat apakah investor menilai sebuah pengumuman sebagai sinyal positif
atau negatif, dalam artian apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan diatas
perdagangan normal (Savitri, 2001). TVA dapat dihitung dengan rumus:
Setelah TVA dari masing- masing saham diketahui kemudian dihitung rata-rata TVA selama
periode pengamatan dengan rumus:
Keterangan:
XTVAt = Rata-rata TVA pada waktu ke-t
TVAi = Jumlah TVA pada waktu ke-t
n
= Jumlah sampel
Pengujian Hipotesis menggunakan uji beda rata-rata dengan Wilcoxon Signed Test dengan
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : i1 = i2
Ha : i1 i2
10
di bawah ini menggambarkan pergerakan nilai rata-rata abnormal return harian saham untuk
semua saham perusahaan sampel yang tertera pada tabel 3 di atas.
Grafik 1
Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa rata-rata abnormal return pada t-5 menunjukkan nilai
yang positif dan mencapai puncaknya. Namun pada t-4 sampai dengan t-2 terjadi penurunan yang
signifikan sehingga menunjukkan rata-rata abnormal return negatif. Sehari sebelum tanggal
pengumuman (t-1) pada saat tanggal pengumuman (t-0), dan sehari setelah pengumuman (t+1)
rata-rata abnormal return menunjukan angka yang positif. Pada saat t+2 terjadi penurunan yang
signifikan hingga rata-rata abnormal return menjadi negatif dan terus mengalami penurunan,
hingga mencapai titik terendahnya pada saat t+5. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan ratarata abnormal return di seputar pengumuman ISRA.
Statistik deskriptif untuk trading value activity dari perusahaan sampel selama periode
pengamatan dapat dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4
Untuk mempermudah pemahaman dan memberikan gambaran yang lebih jelas, maka
pola pergerakan rata-rata trading value activity semua sampel disajikan dalam sebuah grafik.
Grafik 2 di bawah ini menggambarkan pergerakan nilai rata-rata trading value activity harian
saham untuk semua saham perusahaan sampel yang tertera pada tabel 4 di atas.
Grafik 2
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata trading value activity pada saat
t-5 sampai dengan t-3 pergerakanya relatif stabil. Mulai dari t-2 rata-rata trading value activity
terus mengalami peningkatan, hingga mencapai puncaknya pada saat sehari setelah tanggal
pengumuman penghargaan (t+1). Sehari setelah mencapai puncaknya, rata-rata trading value
activity mengalami penurunan yang cukup drastis dan mencapai titik terendah. Rata-rata trading
value activity mengalami sedikit kenaikan pada saat t+3 dan t+4. Akan tetapi pada saat t+5 rata-
11
rata trading value activity kembali mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan adanya
perbedaan rata-rata trading value activity di seputar pengumuman ISRA.
Pengujian Hipotesis
Dari hasil pengujian hipotesis terhadap abnormal return membuktikan bahwa
pengumuman ISRA memiliki kandungan informasi yang cukup kuat untuk dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan investor, sehingga pasar merespon informasi tersebut. Hal ini dilihat dari
ringkasan hasil pengujian Wilcoxon Signed Test dalam tabel 5.
Tabel 5
Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis pertama, respon pasar tersebut terlihat dengan
adanya perbedaan abnormal return yang signifikan pada tanggal pengumuman ISRA dengan
sesudah tanggal pengumuman. Hal ini terlihat ada perbedaan signifikan t0 dengan t+2 hingga t+5,
serta t0 dengan rata-rata abnormal return sesudah tanggal pengumuman (AVRSDH). Hasil ini
mengindikasikan bahwa penerapan konsep sustainability reporting yang telah dilakukan
perusahaan direspon oleh pasar.
Perbedaan rata-rata abnormal return secara signifikan yang terjadi pada hari-hari setelah
tanggal pengumuman menunjukan abnormal return yang negatif. Terjadinya abnormal return
negatif diduga karena banyak investor yang belum memahami manfaat dari sustainability
reporting yang bersifat jangka panjang. Studi empiris di Indonesia tentang kemanfaatan
penerapan konsep ini juga belum jelas. Mengingat konsep ini masih bersifat sukarela dan dalam
penerapannya membutuhkan dana yang tidak sedikit, bisa jadi justru dianggap oleh investor
merupakan tindakan pemborosan yang dapat mengurangi laba perusahaan, yang pada akhirnya
akan direspon negatif oleh pasar.
Respon pasar yang positif dengan rata-rata abnormal return positif pada t-1 dan t+1
ditemukan tidak berbeda signifikan dengan t0. Namun adanya respon positif ini menunjukkan
adanya kemungkinan investor yang memahami manfaat penerapan konsep sustainability
12
reporting dan yang memiliki orientasi investasi jangka panjang, sehingga mau membeli saham
dengan harga yang tinggi dengan mempertimbangkan prospek perusahaan di masa datang.
Munculnya abnormal return positif pada saat sehari sebelum pengumuman mengindikasikan
adanya kebocoran informasi tentang siapa perusahaan pemenang ISRA, sehingga pasar mulai
bereaksi. Pada saat tanggal penggumuman ISRA sampai sehari sesudahnya rata-rata abnormal
return masih menunjukan angka yang positif sehingga dapat dikatakan bahwa pasar masih
merespon adanya ISRA.
Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarno (2005), serta
Kartini dan Dion (2007) yang juga menemukan bahwa pasar berespon atas pengumuman
penghargaan pemenang ARA. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian
Saputro (2005) dan Harsono (2009) yang menemukan para investor tidak merespon akan adanya
ISRA 2005 dan Indonesia CSR Award 2005.
Bertolak belakang dengan pengujian hipotesis terhadap abnormal return, pengujian
hipotesis terhadap trading value activity memberikan bukti bahwa tidak terdapat perbedaaan
yang signifikan rata-rata trading value activity di seputar tanggal pengumuman ISRA.
Berdasarkan grafik 2 pada saat t-1, t0 dan t+1, menunjukan adanya peningkatan trading value
activity pada saat menjelang tanggal pengumuman ISRA, dan mencapai puncak TVA tertinggi
pada saat tanggal pengumuman. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa pengumuman ISRA
mempengaruhi volume perdagangan saham, namun tidak signifikan. Dengan demikian penelitian
ini menemukan bahwa pengumuman ISRA 2005-2008 tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap volume perdagangan saham.
Tidak terbuktinya hipotesis ke dua ini ada kemungkinan masih banyak investor yang
belum memahami konsep sustainability reporting maupun kemanfaatannya sehingga tidak ada
perbedaan volume perdagangan saham. Jumlah sampel penelitian yang sedikit diduga juga ikut
mempengaruhi hasil penelitian sehingga hasil yang diperoleh juga tidak maksimal.
13
Berbeda dengan abnormal return, hasil penelitian tentang trading value activity ini,
sejalan dengan penelitian Saputro (2005) yang juga menemukan tidak terdapat perbedaan TVA
baik sebelum maupun sesudah pengumuman. Namun penelitian bertolak belakang dengan
penelitian dilakukan Suwarno (2005), serta Kartini dan Dion (2007) yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata trading value activity yang signifikan di seputar tanggal
pengumuman penghargaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil disimpulkan terdapat perbedaan
abnormal return saham perusahaan yang memenangkan award di seputar tanggal pengumuman
ISRA, khususnya pada periode setelah tanggal pengumuman ISRA. Namun penelitian ini
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan trading value activity pada perusahaan yang
memenangkan ISRA di seputar tanggal pengumuman ISRA.
Penelitian ini masih terdapat keterbatasan yaitu: sampel yang digunakan jumlahnya
terbatas hanya tiga belas perusahaan dan mungkin kurang memadai untuk pengujian hipotesis
yang ada. Maka, saran yang dapat digunakan dalam penelitian mendatang adalah memperpanjang
periode penelitian, sehingga dapat diperoleh sampel penelitian yang lebih banyak.
Daftar Pustaka
Anggraini, Fr.R. Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Agustus: 54-58.
Daniri, M. Achmad. 2008. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. http://www.madaniri.com
14
15
16
2005
4
(1)
2006
7
(1)
2007
4
(2)
(1)
2008
6
(3)
Jumlah
21
(2)
(6)
13
(t-5)
(t-0)
(t+5)
Periode estimasi
return ekpektasi
3 Mei-15 juni
26 September s/d
2005
2006
16-22 Juni
14-20 November
23 Juni
21 November
24-30Juni
22-28 November
2007
30 Agustus s/d
6 September
13 November
7-13 September 18 Juli -29 Agustus
2008
5 September
21-27 Agustus
28 Agustus
29 Agustus s/d
8 Juli- 20 Agustus
4 September
AR terendah
-0,0407
-0,0906
-0,0270
-0,0240
-0,0160
-0,0285
-0,0267
-0,0154
-0,0669
-0,0184
-0,0502
AAR
0,0146
-0,0107
-0,0020
-0,0012
0,0047
0,0086
0,0076
-0,0034
-0,0070
-0,0095
-0,0142
17
AARt
0.02
0.015
AAR
0.01
0.005
0
t-5
-0.005
t-4
t-3
t-2
t-1
t-0
-0.01
-0.015
-0.02
Periode
TVA terendah
0,000201
0,000079
0,000027
0,000186
0,000034
0,000055
0,000291
0,000256
0,000045
0,000083
0,000220
ATVA
0,002091
0,002185
0,002142
0,002532
0,003247
0,003886
0,003937
0,001781
0,002210
0,002248
0,001788
ATVA
0.004
0.003
0.002
0.001
0
t-5
t-4
t-3
t-2
t-1
t-0
t+1
t+2
t+3
t+4
t+5
Periode
18
Trading volume
activity
t-0 - t-5
-0,105
-0,245
t-0 - t-4
-1,713
-0,105
t-0 - t-3
-1,293
-1,572
t-0 - t-2
-1,572
-0,734
t-0 - t-1
-0,874
-1,363
t-0 - t+1
-0,454
-1,083
t-0 - t+2
-2,411*
-1,223
t-0 - t+3
-1,853**
-0,035
t-0 - t+4
-1,712**
-0,175
t-0 - t+5
-2,341*
-0,454
t-0 - AVRBLM
-1,223
-0,384
t-0 - AVRSDH
-2,201*
-0,245
Keterangan: *, ** pada tingkat signifikansi 5% dan 10%
Keterangan
Abnormal return
19