Anda di halaman 1dari 35

REFERAT BEDAH

Soft Tissue Tumor

Disusun oleh :

Razky Noormansyah
1102012231
Pembimbing :

dr. Yeppy A.N , Sp. B, FINaCS, MM

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD SOREANG
JULI 2016

BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang berasal dari
jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot,pembuluh darah dan limfe,
jaringan lemak, dan selaput saraf.
Tumor (berasal dari tumere bahasa Latin, yang berarti "bengkak", merupakan
salah satu menggambarkan pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal.
Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.
2.2 Anatomi dan Histologi
Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu :
1. Ektoderm

:berkembang

biak

menjadi

epitel

kulit

dengan

adneksanya,

neuroektoderm, yaitu sel otak dan syaraf.


2. Endoderm : berkembang menjadi epitel mukosa, kelenjar, parenkim organ
visceral.
3. Mesoderm : berkembang menjadi jaringan lunak, jaringan ikat, tulang, otot,
jantung, pembuluh darah dan limfe.
a. Jaringan lemak

Lemak (bahasa Inggris: fat) merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam
yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak,
sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),
monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid dan lain-lain. Jaringan
2

lemak adalah jenis jaringan ikat khusus yang terutama terdiri atas sel lemak
(Adiposit). Pada pria dewasa normal, jaringan lemak merupakan 15-20% dari berat
badan, pada wanita normal 20-25% dari berat badan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia,
yaitu:
1. Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak. 1 gram lemak menghasilkan
39.06 kjoule atau 9,3 kcal.
2. Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel
yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air, ion
dan molekul lain, keluar dan masuk ke dalam sel.
3. Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, seperti pada
prostaglandin dan steroid hormon dan kelenjar empedu.
4. Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E dan K yang berguna untuk proses biologis
5. Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan
melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.
Lemak juga merupakan sarana sirkulasi energi di dalam tubuh dan komponen
utama yang membentuk membran semua jenis sel.

b. Jaringan fibrosa

Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) Jaringan fibrosa tersusun dari matriks yang
mengandung serabut fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak elastis. Fibrosa
ditemukan pada tendon otot, ligamen, dan simfisis pubis. Fungsinya antara lain
3

sebagai penyokong dan pelindung, penghubung antara otot dan tulang serta
penghubung antara tulang dan tulang.
c. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama. Otot
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot
menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam
organisme tersebut.
- Otot lurik

Memiliki desain yang efektif untuk pergerakan yang spontan dan membutuhkan
tenaga besar. Pergerakannya diatur sinyal dari sel syaraf motorik. Otot ini
-

menempel pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.


Otot polos

Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan
pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom. Otot polos
dibangun oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong dengan kedua ujung
meruncing,serta mempunyai satu inti.
-

Otot jantung
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat dan berirama

d. Pembuluh darah dan limfe


Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:
a. Arteri
Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang akan mengecil dengan
fungsi mengangkut darah bersama nutrient dan oksigen ke jaringan.
b. Kapiler
Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis secara luas dan melalui
dinding pembuluh inilah terjadi pertukaran darah dan jaringan.

c. Vena
Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system pembuluh-pembuluh yang lebih
besar yang menghantar produk metabolism (CO2 dan lain-lain) ke arah jantung.
Limfe

Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan. Pembuluh
limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri
hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus
kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan
berbagai organ. Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lacteal (khilus) dijumpai
dalam vili usus kecil.
Fungsi
a. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
b. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
c. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
d. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke dalam
jaringan, ke bagian lain tubuh.
e. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

e. Saraf perifer

Sistem saraf tepi, selanjutnya disebut SST, tersusun atas akson-akson yang keluar
menuju organ efektor dan diorganisasikan menjadi saraf. Akson SST pada
ummnya termielinasi, sehingga terlihat berwarna putih.
Organisasi akson-akson saraf tepi menjadi berkas saraf melalui jaringan
pengika. Saraf-saraf tepi terdiri atas serabut-serabut saraf (akson) yang
saling berkumpul bersama, dan disatukan melalui jaringan penyambung, s e h i n g g a
m e n g h a s i l k a n k u m p u l a n s e r a b u t s a r a f , d i s e b u t d e n g a n fasikulus.
Dalam satu fasikel pada umumnya mengandung persarafanbaik sensorik maupun
motorik. Beberapa fasikulus membentuk bundel berkas serat saraf. Bundel
berkas serat saraf ini diikat oleh Epineurium, yakni suatu jaringan ikat yang padat,
tidak beraturan, tersusun mayoritasoleh kolagen dan sel-sel fibroblas
2.3 Etiologi
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.

4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di
badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.
2.4 Klasifikasi
Tabel Klasisikasi Tumor Jaringan Lunak Berdasarkan Pertumbuhan Jinak dan Ganas
CLASSIFICATION: HISTOGENIC CLASSIFICATION SCHEME FOR
BENIGN AND MALIGNANT SOFT TISSUE TUMORS
Tissue formed
Benign soft tissue tumor
Malignant soft tissue
Fat
Fibrous tissue
Skeletal muscle
Smooth muscle

Lipoma
Fibroma
Rabdomioma
Leiomioma

tumor (histogenesis)
Liposarkoma
Fibrosarkoma
Rabdomiosarkoma
Leiomyosarkoma
8

Synovium
Blood vessel

Synovioma
Hemangioma

Sarkoma sinovial
Angiosarkoma; malignant

Lymphatics
Nerve
Mesothelium
Tissue histiocyte

hemangiopericytoma
Lymphangioma
Neurofibroma
Benign mesothelioma
Benign fibrous

Lymphangiosarkoma
Neurofibrosarkoma
Malignant mesothelioma
Malignant fibrous

Pluripotent

histiocytoma
None recognized

histiocytoma
Malignant

None recognized sarkoma;

mesenchymoma
Ewing's sarkoma;

epithelioid sarkoma

alveolar soft parts

Uncertain

Perbandingan antara neoplasma jinak dan ganas


Ciri
Diferensiasi/Anaplasia

Laju Pertumbuhan

Jinak

Ganas

Berdiferensiasi baik; strukturnya

Beberapa berdiferensiasi buruk,

serupa dengan jaringan asal

anaplasia; strukturnya sering atipikal

Biasanya progresif dan lambat;

Tidak beraturan (dari lambat sampai

dapat berhenti atau beregresi; jarang

cepat); banyak dijumpai gambaran

dijumpai gambaran mitotik, dan

mitotik yang abnormal

kalaupun ada, gambarannya normal

Invasi Lokal

Metastasis

Biasanya berupa massa berbatas

Secara lokal, invasif, menginfiltrasi

tegas, kohesif dan ekspansif, tidak

jaringan normal di sekitarnya;

menginvasi atau menginfiltrasi

kadang terlihat kohesif dan ekspansif

jaringan normal di sekitarnya

tetapi disertai invasi mikroskopik

Tidak dijumpai

Sering; semakin besar dan tidak


berdiferensiasinya lesi primer,
semakin besar kemungkinannya
bermetastasis

STADIUM KLINIK
Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
T Primary tumor
T0

No evidence of primary tumor

T1

Tumor <5 cm in greatest dimension

T1a

Superficial tumor

T1b

Deep tumor

T2

Tumor >5 cm in greatest dimension

T2a

Superficial tumor

T2b

Deep tumor

N Regional lymph nodes


N0

No regional lymph node metastasis

N1

Regional lymph node metastasis

M Distant metastasis
M0

No distant metastasis

M1

Distant metastasis

G Histopathologic grade
Low grade
High grade
Stage Grouping (TNM System 6th edition, 2002)

10

Stage IA

Low grade

T1a

N0

M0

Low grade

T1b

N0

M0

Low grade

T2a

N0

M0

Low grade

T2b

N0

M0

High grade

T1a

N0

M0

High grade

T1b

N0

M0

Stage IIB

High grade

T2a

N0

M0

Stage III

High grade

T2b

N0

M0

Stage IV

Any

Any T

N1

M0

AnyT

AnyN

M1

Stage IB

Stage IIA

Any

MACAM MACAM TUMOR JARINGAN LUNAK


1. Jaringan Lemak
1.1 Lipoma
1) Definisi
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang
terdiri dari lemak. Jenis yang paling sering adalah yang berada lebih ke
permukaan kulit (superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher,
bahu, badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya
lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, atau pun tendon.
2) Prevalensi
Biasanya lipoma dijumpai pada usiia 40-70 tahun. Lipoma adalah tumor
jaringan lunak yang paling umum dengan prevalensi sebesar 2,1 per 1.000
orang.
11

3) Etiologi
Penyebab lipoma masih belum diketahui. Banyak orang menghubungkan
penyebab dari lipoma adalah konsumsi lemak yang berlebihan dan obesitas,
tetapi tak ada satupun yang terbukti secara ilmiah. Lipoma terkadang bisa
diturunkan dalam satu keluarga. Namun ada suatu sidrom yang disebut
hereditary multiple lipomatosis, yaitu seseorang yang mempunyai lebih dari 1
lipoma pada tubuhnya.
4) Gambaran Klinis
Lipoma berbentuk seperti benjolan dengan diameter 2-10 cm, terasa kenyal
dan lembut. Serta bergerak bebas di kulit (free mobility of overlying skin),
namun overlying skin ini secara khas normal. Sering terdapat pada leher,
lengan dan dada. Tetapi bisa muncul di bagian tubuh manapun. Pada
umumnya orang-orang tidak menyadari jika mereka mengidap lipoma sampai
benjolannya tumbuh besar dan terlihat.
Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri.
Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma
kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari
diameter 6 cm. Memiliki batas dengan jaringan yang tidak nyata. Kapsul yang
membungkus merupakan pseudokapsul yang berasal dari jaringan normal
yang terdesak oleh pertumbuhan jaringan tumor. Oleh karena berasal dari
jaringan lemak yang tidak rata maka akan muncul gambaran pseudolobulated
pada palpasi. Oleh karena sifat sel lemak yang lunak seperti cairan maka
sering dikatakan sebagai pseudokistik.

5) Jenis-jenis Lipoma

12

Melalui mikroskop, lipoma terdiri atas sel-sel adiposit yang sudah dewasa
berbentuk lobus-lobus, dan diliputi oleh kapsul fibrous. Yang adakalanya,
suatu lipoma tidak berkapsul menyusup ke dalam otot.
Empat jenis lain lipoma :
1. Angiolipoma
Angiolipoma varian membentuk dengan co-existing perkembangbiakan
vaskuler. Angiolipoma menyebabkan nyeri dan pada umumnya muncul tidak
lama sesudah pubertas.
2. Pleomorphiclipoma
Pleomorphiclipoma adalah varian lain di mana bizarre, sel raksasa
multinucleated adalah admixed dengan adipocytes. Terjadi sebagian besar
pada laki-laki usia 50 70 tahun.
3. Adipocytes
Sepertiga varian, sel gelendong lipoma, mempunyai gelendong langsing sel
yang admixed di dalam suatu bagian yang dilokalisir muncul adipocytes.
4. Adenolipoma
Adenolipoma ditandai oleh kehadiran kelenjar di dalam tumor yang gemuk,
jenis ini sering ditempatkan terletak di atas proximial bagian-bagian dari
empedu.
6) Diagnosis
Walaupun lipoma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan klinis, namun
untuk menegakkan diagnosis secara pasti dibutuhkan biopsi dan pemeriksaan
histopatologi. CT Scan, MRI juga bisa dilakukan untuk mengetahui tentang
lipoma. Kadar kolesterol umumnya normal , walaupun lipoma seharusnya
menjadi tumor dari jaringan lemak.
7) Terapi

13

Untuk suatu lipoma, sebenarnya tidak ada perawatan pada umumnya.


Namun jika lipoma tersebut sudah mengganggu, menyakitkan atau bertambah
besar, penatalaksanaan dapat berupa :
1. Steroid Injection
Perawatan ini mengecilkan lipoma tetapi tidak dengan sepenuhnya
menghilangkan tumor itu. Tetapi ini mungkin tidak berguna untuk lipoma
yang sudah berukuran besar.
2. Liposuction
Perawatan ini menggunakan suatu jarum dan suatu semprotan besar
untuk memindahkan lipoma yang besar. Tindakan ini dilakukan dalam
keadaan pasien terbius lokal. Liposuction biasa dilakukan untuk menghindari
suatu jaringan parut yang besar. Namun masih tetap sukar untuk memindahkan
keseluruhan lipoma dengan menggunakan tehnik ini.
3. Surgical Removal
Perawatan ini dilakukan dengan operasi lebih besar yaitu lipoma
dipindahkan dengan memotong lipoma tersebut. Pasien yang menjalani tehnik
ini dilakukan pembiusan secara local maupun general anesthesia. Dan
biasanya lipoma hilang setelah pembedahan.
Indikasi pembedahan pada lipoma antara lain :
1. Alasan kosmetik
2. Untuk mengevaluasi histologi (adakah keganasan pada jaringan) sehingga
dapat menyingkirkan kemungkinan liposarkoma.
3. Jika menimbulkan gejala yang mengganggu
4. Jika berkembang menjadi lebih dari 5 cm

Teknik Eksisi

Persiapan
Bedah eksisi lipoma seringkali menghasilkan kesembuhan total. Sebelum
pembedahan, perlu dilakukan pemberian garis outline dari lipoma, dan
perencanaan eksisi kulit dengan tanda pada permukaan kulit. Outline dari tumor
14

sering membantu menggambarkan batas, yang seringkali menjadi tidak jelas


setelah pemberian anestesi. Eksisi dari sebagian kulit dapat membantu
mengeliminasi kelebihan kulit pada saat penutupan.
Pencucian kulit dengan povidone iodine.
Area pembedahan kemudian disampirkan dengan handuk steril.
Pemberian anestesi lokal menggunakan 1 atau 2 persen lidocaine dan
epinefrin, lakukan dengan cara field block. Infiltrasi zat anestesi ke jaringan
subkutan

sekitar

lapangan

operasi

untuk

menciptakan

field

block.

Enukleasi
Lipoma yang kecil dapat dihilangkan dengan enukleasi. Insisi 3-4mm dibuat diatas
lipoma, curette ditempatkan di dalam luka dan digunakan untuk membebaskan lipoma
dari jaringan sekitar. Setelah dibebaskan, tumor dienukleasi melalui luka insisi. Secara
umum, penjahitan tidak diperlukan, pressure dressing diaplikasikan untuk mencegah

pembentukan hematom.
Eksisi
Lipoma yang lebih besar paling baik dihilangkan melalui insisi-insisi dari kulit di atas
lipoma, yang dibuat seperti eksisi fusiformis mengikuti garis tegangan kulit dan lebih
kecil dari ukuran tumor. Area sentral kulit yang akan dieksisi, dipegang dengan sebuat
hemostat atau Allis clamp, yang bertujuan menciptakan traksi untuk pembuangan
tumor. Diseksi kemudian dilakukan untuk memisahkan lipoma dengan jaringan
sekitar dengan menggunakan gunting atau scalpel.

15

Sewaktu sebagian jaringan lipoma telah dibebaskan dari jaringan sekitarnya, hemostat
atau clamp dapat dipasangkan pada tumor sebagai traksi untuk pembuangan sisa dari
tumor tersebut. Ketika semuanya telah terbebaskan, lipoma dikeluarkan secara utuh.

Setelah pengangkatan lipoma, hemostasis yang adekuat dapat tercapai dengan


menggunakan hemostat atau suture ligation. Area yang kosong di bawah kulit
kemudian ditutup dengan menggunakan burried, interrupted 3-0 atau 4-0 Vicryl
sutures. Kadang-kadang perlu penempatan drain untuk mencegah akumulasi cairan,
namun sebisa mungkin harus dihindari. Kemudian, kulit ditutup dengan interrupted 40 atau 5-0 nylon sutures. Pressure dressing ditempatkan untuk mengurangi insidensi
pembentukan hematom. Pasien kemudian diberikan edukasi mengenai perawatan
luka, lalu luka di cek kembali dalam waktu 2-7 hari. Jahitan dilepas setelah 7-21 hari.

1.2 Liposarcoma
1) Definisi
Liposarkoma adalah neoplasma ganas adiposit. Berbeda dengan lipoma, sebagian
besar liposarkoma timbul di jaringan lunak dalam atau visera. Ekstremitas bawah
dan abdomen sering menjadi tempat timbulnya tumor ini.
16

2) Prevalensi
Dengan kejadian tahunan sebesar 2,5 kasus per juta penduduk, liposarkoma
adalah sarkoma jaringan lunak yang paling umum. Tumor ini biasanya timbul
pada orang dewasa, dengan insidensi puncak pada dekade kelima dan keenam.
3) Etiologi
Terdapat kelainan translokasi pada kromosom band 12q13 translokasi kromosom
yang paling umum adalah fusi FOS-CHOP gen , yang mengkode faktor
transkripsi yang diperlukan untuk diferensiasi adiposit.
4) Gambaran Klinis
Liposarkoma biasanya bermanisfestasi sebagai lesi yang batasnya relatif tegas.
Gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit, hanya
sedikit penderita yang mengeluh sakit. Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau
nekrosis dalam tumor dan bisa juga karena penekanan pada saraf-saraf tepi.
5) Klasifikasi
WHO mengklasifikasikan liposarkoma menjadi 5 kategori :

1.Liposarkoma berdiferensiasi baik


2.Dediferensiasi
3.Liposarkoma myxoid
4.Lipsarkoma sel bulat
5.Liposarkoma pleomorfik

6) Diagnosis
Liposarkoma biasanya bermanisfestasi sebagai lesi yang batasnya relatif tegas.
Pada ekstremitas, liposarkoma dapat muncul dalam, nyeri, massa membesar.
17

Liposarkoma tumbuh baik perlahan-lahan selama bertahun-tahun atau cepat


selama kurun waktu singkat, dan dapat mencapai ukuran yang sangat besar.
Muncul mayoritas pada ukuran yang lebih dari 5 cm. Diagnosis pasti tergantung
pada konfirmasi histologis.
7) Terapi
Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan bukan hanya
tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai
bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak
tumor ini. Tindakannya berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan
kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap. Untuk tumor yang ukurannya besar,
setelah operasi ditambah dengan radioterapi. Setelah penderita operasi harus
sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi
ataupun metastase.
9) Prognosis
Prognosis liposarkoma sangat dipengaruhi oleh subtipe histologis tumor. Varian
miksoma dan berdiferensiasi baik cenderung tumbuh relative lebih lambat dan
memiliki prognosis yang lebih baik daripada varian pleomorfik dan sel bulat
yang lebih agresif. Kekambuhan local dan metastasis hematogen, terutama ke
paru, merupakan gambaran tumor yang agresif.
2. Jaringan Fibrous
2.1 Fibroma
1) Definisi
Fibroma ialah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat. Seperti halnya dengan
lipoma, fibroma itu dapat bercampur dengan tumor jaringan lainnya, sehingga
ada bermacam-macam tipe fibroma.
2) Prevalensi
Fibroma umumnya didapatkan pada orang dewasa dan anak-anak namun
terjadinya sangat individual dapat mengenai segala umur dan jenis kelamin.
Angka kejadian pada wanita menunjukkan 66% terjadi pada segala usia namun
paling sering pada dekade keempat sampai dengan keenam dalam kehidupan.
Fibroma sering terjadi di rongga mulut (71%) pada daerah bukal, labial, dan lidah
bagian lateral.
3) Etiologi

18

Jaringan ini tumbuh akibat adanya trauma tunggal dan ringan yang berlangsung
terus-menerus sehingga terjadi inflamasi kronis atau infeksi.
4) Gambaran Klinis
Ukuran tidak lebih dari 3 cm yang tidak menimbulkan rasa sakit dan terlokalisir.
Massa fibroma dapat berbentuk bulat, bertangkai, dan mencapai ukuran
maksimal dalam beberapa bulan. Umumnya mempunyai ukuran 1,5 cm tidak
menimbulkan gejala, padat, warnanya seperti jaringan sekitar, sedikit dilapisi
jaringan keratin, dapat timbul ulserasi oleh karena trauma yang berulang.

Konsistensi fibroma tergantung dari banyaknya jaringan ikat yang terdapat dalam
tumor. Makin banyak jaringan ikat, makin keras konsistensinya. Fibroma durum
konsistensinya keras dan fibroma mobile lunak.
5) Diagnosis
Pada biopsi ditemukan permukaan lesi ditutupi oleh selapis epitel
skuamosa bertingkat dan umumnya terlihat teratur dan menunjukkan
pemendekan dan rete pegs yang rata. Pada saat trauma terjadi pada jaringan akan
timbul vasodilatasi, edema dan infiltrasi sel inflamasi dengan berbagai tingkatan.
Daerah tersebut akan terlihat difus, kalsifikasi lokal dan terjadi osifikasi.
6) Terapi
Eksisi surgical (ekstirpasi) merupakan terapi pilihan untuk perawatan
fibroma tanpa harus menghilangkan batas mukosa normal sekitarnya.
-

Fibroma: eksisi sederhana


Desmoid: eksisi luas
Neurofibromatosis jinak: eksisi sederhana untuk tumor yang besar saja atau

yang mengganggu, karena tidak mungkin mengangkat semua tumor.


Neufibrosarkoma: eksisi luas.

7) Prognosis
19

Baik.

2.2 Fibrosarcoma
1) Definisi
Fibrosarkoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat fibrosa dan
ditandai oleh adanya perkembangan fibroblast yang belum matang secara banyak
atau tidak dibedakan anaplastik sel spindle. Tumor ganas ini berasal dari jaringan
fibrosa tulang dan menyerang tulang panjang atau flat sepeeti femur, tibia, dan
mandibula. Hal ini juga melibatkan periosteum dan otot atasnya.
2) Prevalensi
Fibrosarkoma biasanya ditemukan pada orang dewasa, paling sering umur antara
30-55 tahun.
3) Etiologi
Idiopati. Pada penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa diduga adanya
hubungan antara fibrosarkoma dengan mutasi genetik. Defek genetik yang paling
sering antara lain yaitu : hilangnya allel, poin mutasi dan translokasi kromosom.
4) Gambaran Klinis
Gejala pada awal penyakit sering tidak tampak ataupun tanpa rasa nyeri.
Biasanya tumor pada awalnya tidak diketahui, sampai kemudian timbul gejala,
baik secara mammografi maupun teraba benjolan. Pada lesi yang besar dapat
terjadi peregangan kulit sehingga tampak berkilat dan berwarna keunguan, dan
terjadi perubahan pada kulit disekitar lesi. Pada massa sangat besar dapat timbul
pelebaran pembuluh vena.

5) Diagnosis
20

Diagnosis ditegakan berdasarkan gambaran klinis, radiologis dan pemeriksaan


patologi. Sejumlah prosedur pemeriksaan secara histologi maupun sitologi dapat
dilakukan pada jaringan sebelum dilakukan terapi. Prosedur tersebut antara lain
yaitu: fine needle aspirasi, aspirasi nipple, ductal lavage, core needle biopsy dan
local surgical biopsy. Aktiivitas tumor dapat diperiksa pada darah melalui tumor
marker Ca 15,3 (Karbohidrat antigen 15,3, epithelial mucin).
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan imaging dilakukan untuk mendeteksi adanya metastase, yaitu :
foto rontgen thorak, scan tulang dan MRI. Fibrosarkoma
gambaran yang mirip dengan lesi jinak

memberikan

seperti pada kista ataupun

fibroadenoma. Gambaran yang tampak berupa bayangan yang sangat padat


dengan batas yang jelas.dan tidak terlihat adanya aktifitas infasif.
b. Pemeriksaan Patologi
Gambaran Mikroskopis
Gambaran fibrosarkoma pada sitologi smear tampak adanya :

Sejumlah sel yang malignan yang terpisah - pisah tidak beraturan.

Sel

bentuk spindel dengan inti yang memanjang, pleomorfis

dan

hiperkromatin

Kromatin kasar bergranul

Adanya nekrosis

Adanya mitosis

Dapat dijumpai multinukleated giant sel dan bizzare nukleus.

b. Pemeriksaan Histopatologi
Histologi grading pada fibrosarkoma terutama berdasarkan derajat selularitas,
derajat diferensiasi selular, jumlah gambaran mitotik dan sejumlah kolagen
yang dihasilkan oleh sel tumor dan nekrosis yang luas.
Well differentiated fibrosarkoma
Karakteristik : susunan sel-sel bentuk spindel yang uniform, yang secara khas
memperlihatkan adanya fibrogenesis. Pada beberapa kasus sel-sel tersebut
berkelompok membentuk untaian yang berkelok membentuk

gambaran

herring bone pattern. Pada keadaan yang lainnya sel-sel dipisahkan oleh
serabut kolagen yang tebal, wire like dan dapat mengalami hialinisasi. Pada
beberapa tumor memperlihatkan gambaran sel yang lebih bulat dengan inti
21

yang kecil dan sitoplasma yang jernih, sel tersebut dapat menjadi padat oleh
karena serabut kolagennya mengalami hialinisasi. Dijumpai adanya sedikit
selular pleomorfik. Lesi seperti ini merupakan lesi yang low grade.4

Poorly differentiated fibrosarkoma


Karakteristik : Sel-sel tumor bentuknya lebih padat, bentuk sel kecil, ovoid
ataupun bulat dan tanpa kolagen. Sel-sel sangat anaplastik dan pleomorfik
dengan inti yang bizzare. Herring bone pattern sulit dijumpai, banyak terlihat
mitosis dan dapat terlihat adanya nekrosis ataupun perdarahan. Gambaran sel
yang seperti ini sering disebut dengan malignant fibrous histiocytoma. Lesi
yang seperti ini merupakan lesi yang high grade.
6) Terapi
Pembedahan dapat dilakukan pada tumor fibrosarkoma berupa eksisi,
mastektomi. Pada tindakan eksisi harus diperhatikan dengan baik batas
sayatan, karena sering terjadi lokal rekuren pada batas sayatan yang inadekuat.
Total mastektomi dianjurkan pada tumor yang high grade. Terapi radiasi
sebagai ajuvant dapat dilakukan terutama bila diduga terjadi inkomplit eksisi.
Sedangkan kemoterapi dapat dikombinasi pada tumor yang high grade.
7) Prognosis
Prognosis tergantung pada jumlah mitosis per lapangan pandang, ukuran
tumor dan sifat tumor pada jaringa. Tumor yang mempunyai jumlah mitosis
kurang dari 5 per HPF mempunyai prognosa yang baik dibandingkan dengan
tumor mempunyai mitotic 8 - 10 per HPF. Adanya tulang dan tulang rawan
juga mempunyai prognosa yang buruk. Pada usia dewasa muda terdapat
korelasi yang baik antara gambaran histologi tumor dengan kecepatan rekuren
lokal dan metastase serta survival. Metastase terjadi melalui pembuluh darah,
sangat jarang melalui pembuluh lymph. Metastase dapat timbul pada 50 %
kasus. Lokal rekuren sering terjadi, yaitu sekitar 60% kasus fibrosarkoma yang
low grade.
2.3 Malignant Fibrous Histiocytoma
Malignant Fibrous Histiocytoma (MFH) adalah bagian sarcoma jaringan
lunak, merupakan suatu massa yang tanpa rasa nyeri, paling sering terdapat
pada ekstremitas, walaupun dapat tumbuh dimana saja dalam tubuh. Awalnya
22

dari sel histiosit dan muncul dalam jaringan lunak pada bagian tubuh mana
saja. Sering ditemui pada dewasa, sangat jarang pada anak-anak.
Prevalensinya 20-30 % dari seluruh keganasan jaringan lunak.

3. Jaringan Otot
3.1 Leiomyioma
1) Definisi
Leiomioma adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot polos.
2) Prevalensi
Leiomioma genitalia cenderung menjadi yang paling umum dari 3 jenis.
Angioleiomioma lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan
perbandingan 2:1 secara keseluruhan. Menurut usia leiomioma dapat dilihat
beberapa sebagai berikut :

Beberapa piloleiomioma umumnya terjadi pada mereka yang berusia 10-30


tahun. Ketika soliter, piloleiomiomas biasanya muncul kemudian.

Angioleiomioma paling sering terjadi pada tahun-tahun usia 20-60,


meskipun beberapa peneliti melaporkan jendela sempit insiden meningkat
pada tahun-tahun 20-40 tua.

3) Etiologi
Idiopati kemungkinan berhubungan dengan genetik.
4) Gambaran Klinis

Piloleiomioma merupakan tumor tunggal dengan permukaan halus ,papula,


atau nodul, biasanya lebih kecil dengan diameter 2 cm dan berwarna coklat
kemerahan. Tempat predileksi pada tubuh, wajah atau ekstremitas. Pola
distribusi bilateral simetris, dikelompokkan dermatomal dan pola linier.

Angioleiomioma biasanya didefinisikan sebagai nodul pada kulit yang cukup


dalam dengan diameter 4 cm. biasanya dirasakan nyeri terutama pada saat
23

palpasi. Angioleiomioma umumnya soliter dan terjadi terutama pada


ekstremitas bawah.

Leiomioma genitalia pada vulva atau skrotum biasanya berukuran lebih besar
dari kedua jenis leiomioma yang lainnya.

5) Klasifikasi
Leiomioma dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis berikut:

Beberapa piloleiomioma

Piloleiomioma (Soliter)

Angioleiomioma (soliter)

Leiomioma genitalia (soliter)


Tiga jenis yang cukup berbeda dari leiomioma kulit ada: piloleiomioma,
angioleiomioma, dan leiomioma genitalia. Klasifikasi ini mencerminkan asal
yang paling logis dari tumor otot polos dan sesuai dengan histologis atau
anatomi dimana leiomioma ditemukan. Piloleiomioma berasal dari otot pili
arrector unit pilosebaceous, sedangkan angioleiomioma berasal dari otot polos
(yaitu, tunika media) dalam dinding-dinding arteri dan vena. Leiomioma
genitalia berasal dari otot dartos skrotum dan labia majora. Tumor pada
klasifikasi masing-masing memiliki karakteristik klinis dan atau histologis
yang berbeda.

6) Diagnosis
Pemeriksaan Histologi
Inti otot karakteristik halus yang memanjang dengan ujung tumpul, dan
mereka sering digambarkan sebagai cerutu atau belut berbentuk. Ketika serat
ini dipotong di penampang, vacuolization perinuklear dapat dihargai. Dengan
mikroskop elektron, sel-sel otot polos leiomioma yang tampak normal.
Piloleiomiomas terjadi terutama dalam dermis retikular dan tidak dikemas.
Berkas otot polos tumor ini interlaced dengan jumlah variabel kolagen.
Tingkat aktivitas mitosis, jika ada, rendah. Leiomioma genital mirip dengan
piloleiomiomas dalam penampilan histologis mereka.
Sebaliknya, angioleiomioma mengandung banyak pembuluh darah melebar di
tengah-tengah kumpulan otot polos diatur dengan cara yang lebih konsentris.
Ruang-ruang pembuluh darah dilapisi oleh endotelium sebuah. Untuk
perbedaan lebih lanjut, angioleiomiomas baik dibatasi atau dienkapsulasi dan
24

mengandung kolagen minimal. Selain itu, angioleiomioma lebih besar sering


memiliki bidang perubahan mucinous.
7) Terapi
Pemeriksaan jaringan harus dilakukan untuk menetapkan diagnosis, dapat
dilakukan biopsi insisi atau biopsi eksisi. Selain itu beberapa penelitian
melaporkan bahwa calcium channel blockers, sehingga dapat digunakan
nifedipin sebagai pengurang rasa sakit untuk kasus piloleiomioma.
8) Prognosis
Baik
3.2 Leiomyosarcoma
Leiomiomasarkoma adalah tumor mesenkim yang berasal dari otot polos
terutama terjadi pada usus. Leiomiosarkoma berasal antara propria muskularis
dan lapisan mukosa muskularis dinding usus.
Metastasis terutama hematologi. Metastasis kelenjar getah bening jarang,
terjadi pada 0-15% kasus. Menyebar ke paru-paru lebih jarang terjadi daripada
menyebar ke hati dan peritoneum. Hal ini berbeda dengan lainnya sarkoma
jaringan lunak di mana paru-paru adalah yang paling umum dari metastasis.
Sekitar 20-40% pasien memiliki metastasis pada laparotomi awal.
3.3 Rhabdomyoma
Rabdomioma adalah tumor otot lurik. Ada 2 jenis rabdomioma adalah
neoplastik dan hamartoma. Hamartoma dibagi menjadi rabdomioma jantung
dan mesenchymal rabdomiomatous kulit. Paling banyak terdapat terdapat pada
daerah kepala dan leher. Penyebab dari rabdomioma kemungkinan terbesar
merupakan varian genetik dari perkembangan otot lurik.
3.4 Rhabdomyosarcoma
Rabdomiosarkoma (RMS) kata ini berasal dari bahasa Yunani, (rhabdo yang
artinya bentuk lurik, dan myo yang artinya otot). Rabdomiosarkoma
merupakan suatu tumor ganas yang aslinya berasal dari jaringan lunak (soft
tissue) tubuh, termasuk disini adalah jaringan otot, tendon dan connective
tissue. Rabdomiosarkoma merupakan keganasan yang sering didapatkan pada

25

anak-anak. Respon pengobatan dan prognosis dari penyakit ini sangat


bergantung dari lokasi dan gambaran histologi dari tumor ini sendiri.

4. Jaringan Pembuluh Darah dan Limfe


4.1

Hemangioma
Hemangioma ialah tumor jinak yang berasal dari pembuluh darah. Tumor ini
berwarna merah atau merah kebiru-biruan. Hemangioma itu terutama terdapat
pada bayi dan anak-anak. Kurang lebih 75% telah ada sejak lahir dan 85%
telah tampak sebelum bayi berumur 1 tahun. Hemangioma ini umumnya
terdapat di kulit dan/atau subkutan, sebagian besar di daerah kepala dan leher.
Dapat pula diketemukan di mukosa, hati, otot, tulang, dsb.

Ada beberapa macam hemangioma :


a. Hemangioma arteriale
Hemangioma arteriale berbentuk tumor berwarna merah. Pertumbuhan tumor ini
sukar diramalkan. Ada yang dengan cepat membesar, terutama dalam 4-6 bulan
pertama. Dalam waktu beberapa minggu saja sudah menjadi sangat besar.
Pertumbuhannya ada yang sewaktu-waaktu dapat berhenti dan bahkan dapat
mengalami regresi spontan. Regresi umumnya bberjalan pelan-pelan 5-7 tahun.
Ada pula tumor besarnya praktis tetap.
b. Hemangioma capillare
Hemangioma ini berbentuk plaque atau nodus berwarna merah muda di kulit yang
umumnya tidak besar, kurang dari 3 cm, dan juga tidak membesar. Nevus flameus
berupa plaque berwarna merah di kulit yang dapat mencapai ukuran yang sangat
besar dan sering telah ada sejak lahir.
Jenis-jenis hemangioma ini yang paling sering ditemukan pada anak-anak, ada
yang sejak lahir tetapi ada pula yang timbul pada bayi. Hemangioma ini ada
beberapa yang dapat mengadakan regresi spontan.
c. Hemangioma cavernosum
Hemangioma cavernosum terutama terdiri dari pembuluh vena yang membentuk
cavernae yaitu ruangan-ruangan seperti spons. Hemangioma ini berwarna kebirubiruan, mengecil bila ditekan dan membesar lagi bila tekanan dileppasskan. Besar

26

tumor bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Hemangioma ini
umumnya tidak mengalami regresi.
Perlu diketahui bahwa hemangioma itu ada yang dapat dan ada pula yang tidak
dapat mengalami regresi spontan. Hemangioma arteriale dan capillare, yang
umunya dapat mengalami regresi, jarang pada hemangioma cavernosum.
Hemangioma racenosum yang tidak mengalami regresi. Hanya saja sukar
menentukan sebelumnya, jenis hemangioma yang akan mengalami regresi dan

mana yang tidak.


Terapi:
Eksisi
Bila eksisi mudah dikerjakan, sebaiknya dilakukan eksisi. Semasih tumor itu

kecil, umumnya eksisi tidak sukar, memberikan hasil yang sangat baik.
Ekspektasi
Terapi ekspektatif untuk hemangioma yang sukar eksisinya, dengan harapan

hemangioma ini mengalami regresi spontan


Medikamen
Dengan kortikosteroid Prednison 20-30 mg sehari untuk 2-3 minggu, lalu

dosisnya diturunkan untuk 3-4 bulan.


Radioterapi
Beberapa jenis hemangioma radiosensitif. Disini perlu dipertimbangkan akan

bahaya radiasi pada anak-anak.


Cryosurgery
Hemangioma itu dibekukan dengan es karbondioksida (CO2).
Abrasi
Terapi abrasi ini untuk hemangioma jenis nevus flameus, dengan:
1) Menggosok hemangioma itu dengan kertas rempelas.
2) Dermobrasi.
Tatouage
Dengan member warna hemangioma itu sehingga warnanya mirip dengan
kulit normal. Ini untuk nevus flameus.

4.2 Limfangioma
27

Ada beberapa macam limfangioma:


a) Limfangioma capilaris
Disebut juga limfangioma simpleks. Ini berupa vesikel atau kutil kecil-kecil di
kulit atau mukosa dengan warna yang sama dengan kulit normal di sekitarnya,
yang berisi cairan limfe.
b) Limfangioma cavernosum
Limfangioma cavernosum berbentuk tumor di kulit, subkutan atau mukosa atau
berupa pembesaran organ yang bersangkutan yang konsistensinya lunak seperti
spons, dengan warna yang normal seperti jaringan di sekitarnya. Misalnya
limfangioma pada lidah berupa lidahnya besar (macroglosi), pada bibirnya besar
(macrocheili), dsb.
c) Limfangioma kistikum
Disebut juga Hygroma. Ini berupa kista yang berisi cairan limfe di subkutan atau
di tempat yang dalam. Seirng terdapat di leher (hygroma colli), di axilla (hygroma
axillare), dsb.
Terapi: eksisi.
4.3 Angiosarcoma
Angiosarcoma adalah neoplasma ganas yang jarang terjadi dengan
berkembang cepat, luas infiltrassi sel anaplastik berasal dari pembuluh darah
dan lapisan pembuluh darah yang menjadi tidak teratur. Selain itu beberapa
ahli mengatakan bahwa angiosarcoma adalah neoplasma ganas endotel dari
vascular, yang agresif dan cenderung berulang secara lokal, dapat menyebar
luas dan memiliki tingkat metastasis yang tinggi bisa ke Kelenjar getah bening
dan sistemik.

28

5. Jaringan Saraf Perifer


5.1 Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak selubung saraf dalam system saraf perifer.
Biasanya ditemukan pada individu dengan neurofibromatosis tipe I (NF1),
sebuah autosomal dominan penyakit genetic yang diturunkan. Neurofibroma
muncul dari non-myelin jenis sel Schwann yang menunjukkan inaktivasi
bialelic dari gen NF1 yang kode untuk protein neurofibromin. Berbeda dengan
Schwannomas, jenis lain dari tumor yang timbul dari sel Schwann,
neurofibroma menggabungkan jenis tambahan sel dan elemen struktur selain
sel-sel Schwann, sehinggga sulit untuk mengidentifikasi dan memahami
semua mekanisme sel berasal dan berkembang.

Neurofibroma dibagi menjadi tipe yaitu dermal dan plexiform. Neurofibroma


kulit berhubungan dengan saraf tepi tunggal, sementara plexiform
Neurofibroma berhubungan dengan berkas saraf ganda. Menurut sistem
klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Neurofibroma dermal dan
plexiform adalah kelas I tumor. Plexiform neurofibroma lebih sulit untuk
diobati dan bisa berubah menjadi tumor ganas. Neurofibroma Dermal tidak
menjadi ganas.

29

5.2 Neurofibrosarcoma
Neurofibrosarcoma adalah tumor ganas selubung saraf perifer. Biasa juga
disebut Schwannoma ganas, Neurofibrosarcoma, dan Neurosarcoma.
Gejala Klinis
-

Pembengkakan pada ekstremitas (lengan atau kaki), juga disebut edema

perifer, pembengkakan sering tidak menimbulkan rasa sakit.


Kesulitan dalam menggerakkan ekstremitas yang terdapat tumor, termasuk

pincang.
Nyeri terlokalisasi pada area tumor atau ekstremitas.
Diagnosis
Tes yang paling akurat untuk pasien dengan neurofibrosarcoma potensial
adalah tumor biopsi (mengambil sampel sel secara langsung dari tumor itu
sendiri). MRI , X-ray , CT scan , dan scan tulang dapat membantu dalam
menemukan tumor dan / atau mungkin metastasis .

6. Jaringan Penyambung
6.1 Sinovial Sarcoma
Synovial sarcoma adalah salah satu tumor jaringan lunak yang paling umum
terjadi pada remaja dan pasien muda, dengan sekitar 1 dari 3 kasus yang
terjadi dalam 2 dekade pertama kehidupan. Rata-rata pasien yang didiagnosa
adalah sekitar 30 tahun.
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di
mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya
terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

30

Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar,


berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat
menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker
sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan
utama pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak
nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk
SJL lokasi di visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal
yang tidak nyeri, hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula
perdarahan gastro intestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vaskular.
Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya. Keluhan
yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar. Keluhan
yang berhubungan dengan metastasis jauh.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tandatanda metastasis pada paru , hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi :
Tumor primer :

Lokasi tumor

Ukuran tumor

Batas tumor, tegas atau tidak

Konsistensi dan mobilitas

Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik / sensorik dan


tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai
dengan lokasi lesi.

Metastasis regional perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kgb


regional.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada tulang.
2. MRI / CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya,
3. Angiografi atas indikasi,
31

4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru


5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
7. Biopsi :

Tidak dianjurkan pemeriksaan FNAB (sitologi)

Sebaiknya dilakukan core biopsy atau tru cut biopsy dan lebih dianjurka
untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor < 3 cm dilakukan
biopsi eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi incisi.

Untuk kasus kasus tertentu bila pemeriksaan Histo PA meragukan, dilakukan


pemeriksaan imunohistokimia.
Setelah dilakukan pemeriksaan di atas Diagnosis Klinis Onkologi telah dapat

ditegakkan, selanjutnya ditentukan Stadium Klinik tumor soft tissue Sesuai tabel
di atas.
Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus dipastikan apakah
kasus tumor soft tissue tersebut kurabel atau tidak, resektabel atau tidak, dan harus
dipastikan modalitas apa yang dimiliki (operasi, radiasi, khemoterapi), serta
kemungkinan tindakan rehabilitasi.
2.6 Penatalaksanaan
Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak adalah
eksisi yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan berbeda pada
sarkoma jaringan lunak.
Prosedur terapi untuk sarkoma jaringan lunak yaitu dibedakan atas lokasinya,
antara lain :
a. Ekstremitas
Pengelolaan SJL di daerah ekstremitas sedapat mungkin haruslah dengan tindakan
the limb-sparring operationdengan atau tanpa terapi adjuvant (radiasi/khemoterapi).
Tindakan amputasi harus ditempatkan sebagai pilihan terakhir. Tindakan yang dapat
dilakukan selain tindakan operasi adalah dengan khemoterapi intra arterial atau dengan
hyperthermia dan limb perfusion.

b. Viseral / Retroperitoneal
32

Jenis histopatologi yang sering ditemukan adalah liposarkoma dan


leiomiosarkoma. Bila dari penilaian klinis / penunjang ditegakkan diagnosis SJL
viseral / retroperitoneal harus dilakukan pemeriksaan tes fungsi ginjal dan pemeriksaan
untuk menilai pasase usus. Sebelum operasi dilakukan persiapan kolon untuk
kemungkinan dilakukan reseksi kolon. Modalitas terapi yang utama untuk SJL viseral /
retroperitoneal adalah tindakan operasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang
ditegakkan diagnosis SJL viseral / retroperitoneal, kemudian dilakukan eksisi luas yang
harus dinilai apakah tindakannya eksisi dengan wide margin atau marginal margin atau
intra lesional.
c. Bagian Tubuh Lain

Bila tumor masih resektabel, dilakukan eksisi, umumnya dengan marginal margin,
dilanjutkan dengan radioterapi ajuvan.

Bila tumor tidak resektabel, dilakukan radioterapi preoperatif dilanjutkan dengan


tindakan eksisi marginal margin.

Bila tidak memungkinkan untuk tindakan eksisi luas, maka dilakukan radioterapi
primer atau khemoterapi.

Pada SJL di kepala dan leher yang tidak mungkin dilakukan eksisi luas maka
dapat diberikan khemo radiasi.

d. Dengan Metastasis Jauh


Bila lesi metastasis tunggal masih operabel / resektabel dapat dilakukan
tindakan eksisi, tetapi bila tidak dapat dieksisi, maka dilakukan khemoterapi dengan
Doxorubicin sebagai obat tunggal atau dengan obat khemoterapi kombinasi, yaitu
Doxorubicin + Ifosfamide, terutama untuk pasien dengan status performance yang
baik.
2.7 Prognosis
Prognosis dari sarkoma jaringan lunak bergantung pada :
Staging dari penyakit

33

Lokasi serta besar dari tumor.


Ada atau tidaknya metastase
Respon tumor terhadap terapi.
Umur serta kondisi kesehatan dari penderita.
Toleransi penderita terhadap pengobatan, prosedur terapi.
Penemuan pengobatan yang terbaru.

Status Penampilan WHO (1979)


1
2
3

Baik, dapat bekerja normal


Cukup, tidak dapat bekerja berat, ringan bisa
Lemah, tidak dapat bekerja, tetapi dapat berjalan dan merawat diri sendiri

50% dari waktu sadar


Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu

tiduran >50% waktu sadar


Jelek sekali, tidak dapat bangun dan merawat diri sendiri, hanya tiduran
saja

Status Karnofsky
100% : mampu melaksanakan aktivitas normal, tanpa keluhan/ tidak ada kelainan.
90%

: tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.

80%

: tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan/gejala.

70%

: tidak mampu bekerja, mampu merawat diri.

60%

: kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk keperluan


sendiri.

50%

: perlu bantuan dan umumnya perlu obat-obatan.

40%

: tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan khusus.

30%

: perlu pertimbangan rawat di rumah sakit.

20%

: sakit berat, perlu perawatan di rumah sakit.

10%

: mendekati kematian
34

0%

: meninggal Rest in Peace and No Pain

Untuk mencapai angka ketahanan hidup (survival rate) yang tinggi maka diperlukan :
-

Kerja sama yang erat dengan disiplin lain.


Diagnosis klinis yang tepat
Startegi pengobatan yang tepat, dimana masalah ini tergantung dari
o Evaluasi patologi anatomic pascaa bedah
o Evaluasi derajat kegansan
o Perlu atau tidaknya terapi adjuvant (kemoterapi atau radioterapi)

DAFTAR PUSTAKA
1. I Dewa Gede Sukardja.2005. Onkologi Klinik.Edisi 2. Airlangga University
Press.Surabaya.
2. Mautner VF, Friedrich RE, von Deimling A, Hagel C, Korf B, Knfel MT, Wenzel R,
Fnsterer C. (2003). "Ganas tumor selubung saraf perifer di neurofibromatosis tipe 1:
MRI mendukung diagnosis neurofibroma plexiform ganas." American Journal of
Pathology 45 (9).
3. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. BS Dasar Patologis Penyakit ed 7. Jakarta : EGC, .
p71-72.
4. Nickloes A T, et al. Lipomas. http://emedicine.medscape.com/article/191233overview#a0104
5. Olmstead, P. M., & Graham, W. P. 1994 Kelainan Bedah pada Kulit, dalam Buku Ajar
Bedah Sabiston, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I Bagian 2, Jakarta, 426427.
6. Pieter, J., & Halimun, E. M. 1997 Tindak Bedah: Organ dan Sistem Organ Kulit,
dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi
Revisi, Jakarta, 428-30.
7. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta http://ilmubedah.info/sarkoma-jaringan-lunaksoft-tissue-sarcoma-20110509.html
8. Tassya,A.2011.Tumor jaringan Lunak (http://www.dokterbook.com/2011/12/softtissue-tumor/)
9. World Health Organization Classification of Tumors: Pathology and Genetics of
Tumors of Soft Tissue and Bone. Edited by Fletcher CDM, U. K., Mertens F., Lyon,
France, IARC Press, 2002

35

Anda mungkin juga menyukai