Oleh:
Nur Hidayah
G99142111
BAB I
PEDAHULUAN
Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun tidak langsung pada
jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai organ dalam, yang
disebabkan api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.1 Luka bakar bisa
mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat
juga rusak, kemungkinan terjadi penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas.
Karena luka bakar mengenai kulit, maka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
Kulit adalah organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai
sawar mekanis antara lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya, tetapi
secara dinamis juga terlibat dalam mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi
lain. Kulit terdiri dari tiga lapisan, epidermis, dermis dan subkutis. 2
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh,
paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament (tonofibril) yang
dianggap memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel
dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan
lebih banyak tonofibril.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit. Stratum basale dan stratum
spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
dermatan
sulfat
dan
glikosaminoglikan,sel
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbedabeda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis/ hipodermis: melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.4
telah
6
menurun dari kira-kira 15.000 pada tahun 1970 menjadi sekitar 4.500 saat ini.
Selama periode yang sama, ukuran luka bakar yang berhubungan dengan 50
persen angka kematian telah meningkat dari 30 persen dari total luas
permukaan tubuh (TBSA) sehingga 80 persen dari TBSA orang
dewasa
muda. Hampir 95 persen pasien yang dirawat di pusat perawatan luka bakar di
Amerika Serikat bertahan hidup, dan lebih dari satu-setengah dari mereka
kembali ke fungsi sosial dalam waktu 12-24 bulan setelah cedera. Kualitas
perawatan luka bakar tidak lagi diukur hanya dengan kelangsungan hidup,
tetapi juga oleh fungsi jangka panjang dan penampilan.Seperti bentuk-bentuk
lain trauma, luka bakar sering mempengaruhi anak-anak dan kaum muda
dewasa.Anak-anak kurang dari 8 tahun, luka bakar yang paling umum adalah
luka bakar, biasanya diakibatkan cairan panas. Pada anak yang lebih tua dan
orang dewasa, luka bakar yang paling umum adalah yang berhubungan
dengan api, biasanya akibat kebakaran rumah. Bahan kimia atau cairan panas,
diikuti oleh listrik, dan kemudian logam cair atau panas yang paling sering
terkait dengan pekerjaan menyebabkan luka bakar.
D ETIOLOGI
Beberapa penyebab luka bakar menurut Syamsuhidayat (2005) adalah
sebagai berikut:
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan thermal burn antara lain:
Benda panas: padat, cair, uap
Api
Sengatan matahari/ sinar panas
b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau basa kuat yang
biasa digunakan dalam industri, militer, laboratorium, danbahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn)
sirkulasi
(keseimbangan
cairan
dan
elektrolit)
yang
intravascular
mengalami
defisit
sehingga
menimbulkan
10
11
aliran
mesenterial
selain
mempengaruhi
hepar
juga
12
13
14
Gambar 3. Zona luka bakar Jackson dan efeknya terhadap resusitasi adekuat dan
inadekuat
F KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1. Berdasarkan Kedalaman
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan
suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api
yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam
luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu
domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah
terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket
sehingga memperberat kedalaman luka bakar.
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu
luka bakar derajat I, II, atau III:
a. Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I
biasanya sembuh dalam 5-10 hari dan dapat sembuh secara sempurna.
Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan
nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I
adalah sunburn.5,10,11
15
16
17
9%
Lengan
18 %
Badan Depan
18 %
Badan Belakang
18 %
Tungkai
36 %
Genitalia/perineum -
1%
mempermudah
dapat
18
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. 10,11
G PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan pada pasien luka bakar adalah
anamnesis singkat dikarenakan luka bakar merupakan bagian dari
kegawatdaruratan biasanya anamnesis dilakuakan secara auto dan
alloanamnesis. Anamnesis yang sering ditanyakan adalah, berat badan
pasien, umur, sudah berapa lama setelah terapar ledakan, terkena ledakan
apa, seberapa besar ledakan, penanganan apa yang sudah dilakukan dan
lain lain seperti keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pekerjaan, sosial,
ekonomi, dan kejiwaan, gaya hidup menyusul.14
19
2. Pemeriksaan Fisik
a) Primary survey
A (Airway) Jalan nafas
Edema mukosa dapat terjadi pada pasien luka bakar atau trauma
inhalasi, obstruksi pada saluran napas atas (pharynx/larynx) dapat
berkembang dengan cepat terutama pada anak. Trauma inhalasi harus
dicurigai pada siapa pun dengan luka bakar dan diasumsikan sampai
terbukti sebaliknya, pada siapa pun yang terbakar dalam ruang
tertutup. Inspeksi dari mulut dan pharynx harus dilakukan lebih awal,
dan intubasi endotracheal dilakukan jika perlu. Suara serak dan bunyi
wheezing pada ekspirasi adalah tanda-tanda edema saluran napas yang
serius atau trauma inhalasi. Produksi lendir berlebihan dan dahak
karbon yaitu dahak bercampur flek hitam juga tanda-tanda positif
trauma inhalasi. Tingkat karboksihemoglobin harus didapatkan dan
peningkatan tingkat gejala atau keracunan karbon monoksida (CO)
adalah berdasarkan kemungkinan trauma inhalasi. Penurunan rasio dari
tekanan oksigen arteri (PaO2) dan persentase oksigen terinspirasi
(FiO2), adalah salah satu indikator yang paling awal pasien telah
menghirup asap. Bila pasien positif trauma inhalasi sebaiknya pasien
dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas pusat luka bakar
(burn centre) dengan dilakukan intubasi terlebih dahulu untuk
memastikan jalan nafas tetap terbuka. 12
B (Breathing)
Gangguan breathing atau pernafasan dapat timbu segera atau
setelah beberapa saat kemudian. Gangguan pernafan yang timbul
cepat dapat disebkan karena :13
Inhalasi paretikel partikel panas yang menyebabkan
proses
peradangan dan edema pada saluran jalan nafas yang paling kecil.
20
jaringan
intersitial,
akibatnya
dapat
menimbulkan
syok
21
b) Secondary survey
Kepala
Wajah
Rambut
: adakah terbakar
Mata
THT
Paru
Jantung
Abdomen
darah
lengkap:
peningkatan
Hct
awal
menunjukkan
22
23
Luka bakar derajat II : luas luka > 15% pada dewasa dan >10% pada
anak/geriatri
Luka bakar derajat III : luas luka > 2% pada dewasa dan setiap derajat
Luka bakar disertai dengan penyakit lain (DM, Hipertensi, dll) atau trauma
atau cedera inhalasi
3. Resusitasi jalan napas
Resusitasi jalan napas bertujuan untuk mengupayakan suplai
oksigen yang adekuat. Pada luka bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi,
tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan intubasi, oksigen 100%
diberikan
menggunakan
face
mask.
Intubasi
bertujuan
untuk
24
25
perfusi
jaringan
tanpa
menimbulkan
edema.
26
berikutnya.
4
27
bakar/hari.
1
Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan
sejumlah sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka
bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu kehancuran yang segera pada
sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang terluka,
terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari
sel darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang pada
48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia
terjadi pertama kali. Oleh sebab itu,pemberian sel darah merah dalam
48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah
yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar
dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.
c) Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama
Resusitasi syok menggunakan Ringer laktat atau Ringer asetat,
menggunakan beberapa jalur intravena. Pemberian cairan pada syok
atau kasus luka bakar >25-30% atau dijumpai keterlambatan >2jam.
Dalam <4 jam pertama diberikan cairan kristaloid sebanyak
3[25%(70%x BBkg)] ml. 70% adalah volume total cairan tubuh,
sedangkan 25% dari jumlah minimal kehilangan cairan tubuh yang
dapat menimbulkan gejala klinik sindrom syok.
Pada resusitasi cairan tanpa adanya syok atau kasus luka bakar luas
<25-30%, tanpa atau dijumpai keterlambatan <2jam. Kebutuhan
dihitung berdasarkan rumus Baxter: 3-4 ml/kgBB/ % luas
28
29
Pemantauan
sirkulasi
dengan
menilai
produksi
urin
(3-
30
7. Tatalaksana Nutrisi
31
Perempuan
32
sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak
dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi
peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi,
tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi
berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.
Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur
operasi, atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan
terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang
digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID. Preparat anestesi
seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur yang
dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat
psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan
benzodiazepin dbersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan
mengurangi efek dari opioid.
9. Eksisi dan grafting
Luka bakar derajat dua dalam dan tiga tidak dapat mengalami
penyembuhan spontan tanpa autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang
sudah mati ini akan menjadi fokus inflamasi dan infeksi. Eksisi dini dan
grafting saat ini dilakukan oleh sebagian besar ahli bedah karena memiliki
lebih banyak keuntungan dibandingkan debridement serial. Setelah
dilakukan eksisi, luka harus ditutup, idealnya luka ditutup dengan kulit
pasien sendiri. Pada luka bakar seluas 20-30%, biasanya dapat dilakukan
dalam satu kali operasi dengan penutupan oleh autograft split-thickness
yang diambil dari bagian tubuh pasien. Sebagian besar ahili bedah
melakukan eksisi pada minggu pertama, biasanya dalam satu kali operasi
dapat dilakukan eksisi seluas 20%. Eksisi tidak boleh melebihi
kemampuan untuk menutup luka baik dengan autograft,biologic dressing
atau allograft.1,2,10
I
33
segala jenis luka yang tidak tanda- -tanda untuk sembuh dalam jangka lebih
dari 4-6 minggu.
Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera
jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipa
cedera jaringan luka baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus
tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka
akibat tindakan bedah.
a)
Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 34 hari. Dua
proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis.
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi pembuluh
darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin
(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah
luka. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Scab
membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh
mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke
tepi. Sel epitel membantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Suplai darah
yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang
diperlukan pada proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah
interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari
monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini
menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF)
yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah.
Makrofag
dan
AGF
bersama-sama
mempercepat
proses
34
dan
AGF
bersama-sama
mempercepat
proses
Fase maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke21 dan berakhir 12 tahun.
Fibroblas terus
menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil,
kehilangan elastisitas dan meninggalka garis putih. Dalam fase ini
terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan
35
KOMPLIKASI
Luka bakar dapat memberikan komplikasi pada setiap fasenya. Antara lain :
-
1. Syok hipovolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena
penguapan yang berlebihan, cairan yang masuk ke bula pada luka bakar
derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng pada luka bakar derajat III .
Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan
gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan
cepat,
tekanan
darah
menurun
dan
produksi
urin
berkurang.
36
adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna
gelap karena jelaga.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan
terjadi mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh
darah ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.
38
39
Bila luka bakarnya hanya berupa eritema ataupun vesikel yang tanpa
disertai kerusakan jaringan bawah kulit, biasanya terjadi pada luka bakar
derajat 1.
2. Sembuh dengan cacat/ bekas luka
Bila luka bakar tersebut disetai kerusakan seluruh tebal kulit dan
kerusakan pada jaringan bawah kulit. Biasanya terjadi pada luka bakar
derajat 2-3.
3. Meninggal
Biasanya terjadi pada luka bakar derajat 3 dengan luas luka lebih dari 50%
dan telah mengalami kegagalan sistem pernafasan dan sirkulasi.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka .Dalam: Syamsuhidajat R, de
jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
2. Brunner dan Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol
3. Jakarta: EGC
3. Sherwood, Lauralee. 2009. Pertahanan Tubuh. Fisiologi Manusia: Dari
Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.
4. Dr. Marwito. Kulit/Integumentary System. Kuliah pakar blok 21. 2011
5. Moenadjat Y (2001). Luka Bakar pengetahuan klinis praktis. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Marzoeki D (1993). Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga
University Press, Surabaya.
7. Dimmick AR (1983). Burn and cold injury, in hardys textbook of surgery.
Philadelphia: JB Lippincott company.
8. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK,
Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. 2007. Schwartz
principal surgery. 8th ed. USA: The Mcgraw-Hill Companies
9. Christoper AS, Sarah AP. 2006. Emergency Management of Severe Burns.
Australian adn New Zealand Burn Association
10. Baue, A.E., Faist, E., Fry, E.D.2000.
Multiple Organ Failure,
Pathophisiology, Prevention and Therapy. Springer New York berlin,
Heidelberg Barcelona Budapest Hongkong London Milan Paris Santa
Clara Singapore Tokyo.
11. Kartohadmojo S. Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University Press. 2008.
12. Sudiarto.RN & Sartono, CRNA, CCRN, RN. Luka Bakar. Basic Trauma
Cardiac Life Suport. 2011. Jakarta : Sagung Seto.
13. American College of Surgeons Committee on Trauma (2004). Advanced
Trauma Life Support. USA.
41
42