Anda di halaman 1dari 29

A.

Protozoa
Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon
artinya hewan. Jadi ,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan
kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa
kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop. Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi
lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan
membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista.
Ada beberapa protozoa yang menyebabkan penyakit pada binatang, termasuk
manusia. Mereka itu berkembang biak di dalam inangnya, kurang lebih sama
seperti bakteri. Beberapa hanya hidup sebagai parasit obligat dan dapat
menimbulkan penyakit kronis atau akut pada manusia . Beberapa penyakit yang
disebabkan oleh protozoa pada manusia adalah amebiasis dan malaria.
1. Morfologi
Ukuran dan bentuk protozoa sangat beragam. Beberapa berbentuk
lonjong atau membola, ada yang memanjang , ada pula yang polimorfik. Sel
protozoa yang khas terbungkus oleh membrane sitoplasma. Banyak yang
dilengkapi dengan lapisan luar sitoplasma, yaitu ektoplasma, yang dapat
dibedakan dari sitoplasma bagian dalam, atau endoplasma. Kebanyakan
struktur selular terdapat dalam endoplasma.
Setiap sel protozoa paling tidak mempunyai satu nukleus. Akan tetapi,
banyak protozoa mempunyai nukleus bahu rangkap di sebagian besar siklus
hidupnya. Pada siliata terdapat satu makronukleus besar dan satu
mikronukleus kecil. Makronukleus mengawasi kegiatan metabolisme dan
proses pertumbuhan serta proses regenerasi, sedangkan mikronukleus
mengendalikan kegiatan reproduksi.
2. Ciri-ciri Protozoa
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang
merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan
hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organelorganel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria.
Ciri-ciri umum:
1) Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
2) Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki
semu, bulu getar (cillia) atau bulu cambuk (flagel).
3) Hidup bebas, saprofit atau parasite
4) Organisme bersel tunggal
5) Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
6) Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
7) Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista,
merupakan bentuk sel protozoa yang terdehidrasi dan

berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada


bakteri
8) Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering
maupun basah.
9) Protozoa tidak mempunyai dinding sel
10) Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot
3. Klasifikasi Protozoa
Filum protozoa dapat dibagi menjadi empat utama yang didasarkan
pada bentuk gerak ahlinya : Flagelata, amoeba, siliata, dan sporozoa.

Flagellata (Mastigophora)
Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga
sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan.
Dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Fitoflagellata dan Zooflagellata.
Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat
berfotosintesis.
Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator.
Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas).Contohnya :
Trypanosoma gambiens, Leishmania
Contoh Flagellata adalah Trypanosoma sp. yang hidup secara
parasit dalam darah manusia dan vertebrata lainnya, berkembang
biak dengan membelah diri, dan menyebabkan penyakit tidur pada
manusia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan lalat tse-tse.

Ciliata (Ciliophora)
Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada
suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari
makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel Memiliki 2 inti sel
(nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan
fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting
untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang
dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual.
Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut
maupun di air tawar.
Contoh : Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella,
Balantidium coli
Contoh Ciliata adalah Paramaecium sp. Paramaecium disebut
juga hewan sandal, karena bentuknya menyerupai telapak
sandal.terdapat mulut sel pada permukaan membrane sel yang
melekuk. Air dan makanan masuk ke mulut sel dengan getaran silia.

Makanan yang masuk ke mulut sel lalu masuk ke kerongkongan sel,


lalu ke vakuola makanan. Vakuola makanan beredar dalam sel sambil
mencerna makanan. Sisa makanan berbentuk cair dikeluarkan
melalui vakuola berdenyut/vakuola kontraktil, sementara sisa
makanan berbentuk padat dikeluarkan melalui vakuola makanan
yang pecah saat menepi ke membran sel.

Apicomplexa (Sporozoa)
Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora
(sporozoid) sebagai cara berkembang biakannya. Sporozoid memiliki
organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang
dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Hidupnya
parasit pada manusia dan hewan. Contoh : Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae, Plasmodium vivax. Gregarina.
Plasmodium sp., penyebab penyakit malaria. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp.

Rhizopoda
Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia)yang merupakan
penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempattempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau
manusia.Jenis yang paling mudah diamati adalah Amoeba.
Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di luar tubuh
organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus,
Foraminifera, Arcella, Radiolaria.
Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh
organisme, contohnya Entamoeba histolityca, Entamoeba coli.

.
Ciri-ciri Rhizopoda sebagai berikut:
Tidak memiliki bentuk yang tetap.
Bergerak dan menangkap makanannya dengan kaki
semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran
sitoplasma tubuhnya. Rhizopoda bergerak dengan
menjulurkan kaki semunya untuk berpindah tempat.
Ada yang hidup bebas di alam dan ada yang parasit.
Makanannya berupa bakteri atau bahan organik lain.
Berkembang biak dengan membelah diri.
Contoh anggota Rhizopoda adalah Amoeba sp., Foraminifera
yang digunakan sebagai petunjuk dalam penyelidikan tanah yang
mengandung minyak bumi, dan Radiolaria yang membentuk tanah
radiolaria yang bermanfaat sebagai alat penggosok.

4. Peranan Protozoa

Peran menguntungkan :
Mengendalikan populasi Bakteri, sebagian Protozoa memangsa
Bakteri sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah
populasi Bakteri di alam.
Sumber makanan ikan, di perairan sebagian Protozoa berperan
sebagai plankton (zooplankton) dan benthos yang menjadi makanan
hewan air, terutama udang, kepiting, ikan, dan lain-lain.
Indikator minyak bumi, Fosil Foraminifera menjadi petunjuk
sumber minyak, gas, dan mineral.
Bahan penggosok, Endapan Radiolaria di dasar laut yang
membentuk tanah radiolaria, dapat dijadikan sebagai bahan
penggosok.
Peran merugikan :
Protozoa menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan
ternak. Penyakit-penyakit yang disebabkan Protozoa antara lain :
Disentri
Diare (Balantidiosis)
Penyakit tidur (Afrika)
Toksoplasmosis (kematian janin)
Malaria tertian
Malaria quartana
Malaria tropika
Kalaazar
Surra (hewan ternak)
Entamoeba histolytica
Balantidium coli
Trypanosoma gambiense
Toxoplasma gondii
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium falciparum
Leishmania donovani
Trypanosoma evansi

5. Reproduksi Protozoa
Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan
reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif).
Secara Aseksual (Vegetatif)
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara aseksual
(vegetative) dengan cara :
a) Pembelahan Mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali

dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma,


kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi
pada amoeba, paramaecium, euglena. Paramaecium
membelah secara membujur atau memanjang setelah terlebih
dahulu melakukan konjugasi. Euglena membelah secara
membujur atau memanjang (longitudinal).
b) Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa
(Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses
sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles Spora yang
diihasilkan disebut sporozoid.

Secara Seksual (Generatif)


Perkembangbiakan secara seksual pada protozoa dengan cara :
a) Konjugasi, peleburan inti sel pada organism yang belum jelas
alat kelaminnya. Pada Paramaecium mikronukleus yang
sudah dipertukarkan akan melebur dengan makronukleus,
proses ini disebut singami.
b) Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat
menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Peleburan
gamet ini berlangsung di dalam tubuh nyamuk.

6. Patogenitas
Contoh :
a) Entamoeba coli
E.coli memiliki bentuk trofozoit dan kista.Trofozoit ditandai
dengan ciri-ciri morfologi berikut:
1. bentuk ameboid,ukuran15-50m
2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang berisi bakteri,
jamur dan debris (tanpaeritrosit)
3. nukleus dengan karyosom sentral dan kromatin mengelilingi
pinggirannya.
4. Pseudopodia kurang lebar, sehingga tidak progresif dalam
bergerak
Patogenesis
o Infeksi E.coli bersifat asimtomatis dan non patogen. Namun
parasit E.coli sering dijumpai bersamaan dengan infeksi
E.histolytica pada penderita amebiasis.
o Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan tinja. Bentuk
trofozoit E.coli agak sukar dibedakan dengan bentuk prekista
E.histolytica.
o Kista mudah dibedakan bila telah memiliki lebih dar i4 inti.
o Pengobatan tidak diperlukan karena protozoaini non patogen

b) Entamoeba gingivalis
o Keseluruhan mengandung butir-butir atau banyak vakuola
terutama vakuola-vakuola makanan didalam sitoplasma.
o Intisel berbentuk bola, diameternya2-4 mikron
o Terdapat endosome didalam ini yang terletak hamper
ditengah
o Tidak mempunyai kista, tetapi didalam culture ada bentuk
kistoid
o Ukurannyakira-kira12-30 mikron diameternya.
Patogenesis
E. gingivalis sebelumnya dianggap parasit yang komensal,
sampai akhirnya beberapa peneliti menemukan bahwa E.
gingivalis bersifat patogen yaitu dapat memfagosit sel darah
putih dan sel darah merah.
c) Dientamoeba fragilis
Bentuk bulat memanjang, bulat, dan memiliki flagela.
Dientamoeba fragilis hanya ditemukan dalam fase trophozoit,
tidak ditemukan fase kistanya. Ciri trophozoit:
o Ukurannya kecil (5 to 15 m)
o Berinti dua
o Bentuk bulat (saat tidak bergerak)
o Pergerakannya cepat
o Pseudopodium banyak dengan bentuk seperti daun.
Patogenesis
Infeksi oleh Dientamoeba fragile sdisebut Dientamoebiasis,
dengan gejala nyeri dibagian perut,penurunan berat badan,
diare, anoreksia, mual-mual, dan demam. Jika infeksi sudah
kronis, gejala yang muncu lakan berlangsung hingga lebih dari
dua bulan.
PencegahandanPengobatan
Pencegahan dengan cara, membiasakan cuci tangan sebelum
makan dan saat menyiapkan makanan. Obat yang amandan
efektif sudah tersedia.
d) Endolimax nana
o Merupakan spesies yang komensal diusus
o Merupakan protozoa yang hidup parasit didalam alat
pencernaan dan alat kelamin manusia
o Tropozoitnya berbentuk bulat,sitoplasma seperti jala dan
mengandung bakteri
o Endosome umumnyaberbentuk segitiga, segi empat/sisinya

tak teratur, letaknya ditengah


o Kista sitoplasmanya seperti jala ,inti bervariasi jumlahnya
dari satuempat, dan strukturnya sama seperti tropozoit.
Pencegahan dan pengobatan
o Pengandung kista tidak diperbolehkan menyentuh atau
memegang makanan
o Diberi penerangan higiene per orangan dan harus di obati
o Sanitasi lingkungan yang baik dengan cara menghindarkan
kontaminasi air dan makanan
o Pembuangan kotoran dan sampah pada tempat yang baik
o Pengobatannya istirahat, mendapat makanan yang lunak,
banyak protein, vitamin, serat cairan cukup, dan kemoterapi

B. ARTROPODA
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh artropoda:
a) PENYAKIT SKABIES
Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau
(mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida.
Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan
mikroskop atau bersifat mikroskopis.
Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga
mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia
dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung
melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang
pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih
terdapat tungau Sarcoptesnya.
Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti selasela jari, siku, selangkangan. Scabies identik dengan penyakit anak
pondok. penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga,
sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab
dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.
Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu
komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya
harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang

dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena


apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah
tertular kembali penyakit scabies.

Penyebab
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabiei, tungau ini berbentuk bundar dan mempunyai empat pasang
kaki. Dua pasang kaki dibagian anterior menonjol keluar melewati
batas badan dan dua pasang kaki bagian posterior tidak melewati
batas badan. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum
corneumdan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit.
Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam
waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakti sarcoptes
muda dengan tiga pasang kaki. Akibat terowongan yang digali
Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit
itu, penderita mengalami rasa gatal, akibatnya penderita menggaruk
kulitnya sehingga terjadi infeksi ektoparasit dan terbentuk kerak
berwarna coklat keabuan yang berbau anyir.

Morfologi dan Siklus Hidup


Sarcoptes scabiei adalah tungau yang termasuk famili
Sarcoptidae, ordo Acari kelas Arachnida. Badannya transparan,
berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata, dan tidak
bermata. Ukurannya,yang betina antara 300-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, antara 200-240 mikron x
150-200 mikron. Bentuk dewasa tungau ini memiliki 4 pasang kaki,
2 pasang merupakan pasangan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki
belakang. Pasangan kaki yang pertama berakhir sebagai tabung
panjang masing-masing dengan sebuah alat penghisap berbentuk bel
dan dengan kuku. Kaki belakang berakhir menjadi bulu keras yang
panjang kecuali pasangan kaki ke-4 pada jantan yang mempunyai
alat penghisap. Pada permukaan sebelah dorsal terdapat garis-garis
yang berjalan transversal yang mempunyai duri, sisik, dan bulu
keras. Bagian mulutnya terdiri atas selisera yang bergigi, pdipalpi
berbentuk kerucut yang bersegmen tiga dan palp bibir yang menjadi
satu dengan hipostoma.
Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga dewasa
berlangsung selama satu bulan. Sarcoptes scabei memiliki empat fase
kehidupan yaitu telur, larva nimfa dan dewasa. Berikut ini siklus
hidup Sarcoptes scabiei :
1. Betina bertelur pada interval 2-3 hari setelah menembus kulit
.
2. Telur berbentuk oval dengan panjang 0,1-0,15 mm
3. Masa inkubasi selama 3-8 hari. Setelah telur menetas,

terbentuk larva yang kemudian bermigrasi ke stratum


korneum untuk membuat lubang molting pouches. Stadium
larva memiliki 3 pasang kaki.
4. Stadium larva terjadi selama 2-3 hari. Setelah stadium larva
berakhir, terbentuklah nimfa yang memiliki 4 pasang kaki.
5. Bentuk ini berubah menjadi nimfa yang lebih besar sebelum
berubah menjadi dewasa. Larva dan nimfa banyak ditemukan
di molting pouches atau di folikel rambut dan bentuknya
seperti tungau dewasa tapi ukurannya lebih kecil.
Perkawinan terjadi antara tungau jantan dengan tungau
betina dewasa.
6. Tungau betina memperluas molting pouches untuk
menyimpan telurnya. Tungau betina mempenetrasi kulit dan
menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di lubang pada
permukaan.
b) PENYAKIT DEMODISIOSIS
Penyebab
Penyebab dari penyakit ini adalah Demodex folliculorum yang
merupakan salah satu hewan arthropoda.
Morfologi dan Siklus Hidup
Demodex folliculorum termasuk famili demodicidae. Demodex
folliculorum adalah tungau folikel rambut berbentuk panjang
menyerupai cacing semi transparan dengan 2 gabungan segmen
tubuh berukuran 0,1-0,3 mm dan berkaki empat pasang yang
letaknya berdekatan serta mempunyai abdomen dengan garis-garis
transversal. 4 pasang kaki terdapat pada segmen tubuh bagian
pertama. Tubuhnya tertutup rangka luar dan mempunyai mulut untuk
memakan sel kulit, hormon, dan air yang terdapat di folikel rambut.
Demodex folliculorum betina lebih pendek dan membulat daripada
Demodex folliculorum jantan. Tungau ini juga mampu berjalan di
permukaan kulit dengan kecepatan 8-16 cm per jam.
Siklus hidup Demodex folliculorum berlangsung selama 18-24
hari dalam tubuh hospes. Baik jantan maupun betina memilki lubang
genital untuk melakukan perkawinan. Perkawinan berlangsung di
folikel rambut dan kelenjar keringat. Betina bertelur dan meletakan
telurnya sebanyak 20-24 di folikel rambut. Larva yang memiliki 6
kaki menetas pada hari ke 3-4. 7 hari Kemudian, larva berkembang
menjadi dewasa.

Patologi dan Gejala Klinis


Parasit ini hidup di folikel rambut dan kelenjar keringat terutama
di sekitar hidung dan kelopak mata sebagai parasit permanen.
Kadang-kadang tungau ini ditemukan di bagian tubuh lain seperti
kulit kepala. Demodex folliculorum dapat menyebabkan kelainan

berupa blefaritis, akne, rosasea dan impetigo kontagiosa yang disertai


rasa gatal dan dapat terjadi infeksi sekunder. Umumnya, rosasea
terdiri dari beberapa tahap (tidak semua orang mengalami semua
tahap ini). Tahap ini adalah
o Flushing: timbul kemerah-merahan secara periodik pada
wajah
o Inflammatory lesions: papula, pustule
o Edema
o Telangiectasias (pelebaran pembuluh darah) mungkin terjadi
beberapa waktu
o Ocular rosacea mungkin terjadi (rasa panas pada mata dan
mata berair )
o Rhinophyma mungkin terjadi pada tinkat lanjut ( hidung
bengkak dan kemerahan)
o Tungau yang hidup di saluran kelenjar folikel di pinggir mata
dapat mengganggu penglihatan penderita.
c) PENYAKIT PEDIKULOSIS
Definisi
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan
rasa gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh.
Penyebab
Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap
yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan
karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.
Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun
sebenarnya merupakan spesies yang berlainan. Kutu kemaluan
memiliki badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu
kepala dan kutu badan. Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya
ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering
ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit.
Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung atau melalui
sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu kepala
kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering
ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut.
Kutu badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat
kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di
pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus,
demam parit dan demam kambuhan.
Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada
saat melakukan hubungan seksual.
Morfologi dan Siklus Hidup
Kutu rambut dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna

putih abu-abu, kepala ovoid bersudut, abdomen terdiri dari 9 ruas,


Thorax dari khitir seomennya bersatu. Pada kepala tampak sepasang
mata sederhana disebelah lateral, sepasang antenna pendek yang
terdiri atas 5 ruas dan proboscis, alat penusuk yang dapat
memanjang. Tiap ruas thorax yang telah bersatu mempunyai
sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu
sapit menyerupai kait yang berhadapan dengan tinjolan tibia untuk
berpegangan erat pada rambut.
Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk
seperti huruf V. Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm,
alat kelamin berbentuk seperti huruf V terbalik. Pada ruas
abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin di tengah bagian
dorsal dan 2 tonjolan genital di bagian lateral yang memegang
rambut selama melekatkan telur. Jumlah telur yang diletakkan selama
hidupnya diperkirakan 140 butir.
Nimfa berbentuk seperti kutu rambut dewasa, hanya bentuknya
lebih kecil. Telur berwarna putih mempunyai oper culum 0,6-0,8
mm disebut nits. Bentuknya lonjong dan memiliki perekat,
sehingga dapat melekat erat pada rambut. Telur akan menetas
menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari.
Lingkaran hidup kutu rambut merupakan metamorfosis tidak
lengkap, yaitu telur-nimfa-dewasa. Telur akan menetas menjadi
nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh induk kutu
rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan
berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam
keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa dapat hidup 27 hari
lamanya.
Patogenesis dan Gejala Klinis
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan kutu rambut
pada waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang
kepala atau kuduk. Air liur yang merangsang menimbulkan papula
merah dan rasa gatal yang hebat.

d) PENYAKIT FTIRIASIS
Penyebab
Fitriasis (pedikulosis publis) adalah gangguan pada daerah
publis yang disebabkan oleh infestasi tuma Phthirus publis.
Morfologi dan siklus hidup
P.publis bentuknya pipih dersoventral, bulat menyerupai ketam
dengan kuku pada ketiga pasang kakinya. Stadium dewasa berukuran
1,5-2 mm dan berwarna abu-abu. Karena bentuknya menyerupai
ketam, P.publis juga disebut crab louse.
P. publis hidup pada rambut kemaluan, dapat juga ditemukan
pada rambut ketiak, jenggot, kumis, alis dan bulu mata. Tuma

memasukkan bagian mulutnya kedalam kulit untuk jangka waktu


beberapa hari sambil mengisap darah. Waktu yang diperlukan untuk
pertumbuhan telur menjadi tuma dewasa lebih kurang 3-4 minggu.
Patofisiologi dan gejala klinik
Rasa gatal terjadi pada tempat tusukan. Kadang-kadang kulit
disekitar tusukan tampak pucat. Telur yang diletakkan pada bulu
mata dapat mengganggu penglihatan.
Gejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis dan
sekitarnya. Gatal ini dapat meluas kedaerah abdomen dan dada, di
situ dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan
yang disebut macula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata
telanjangn dan susah untuk dilapaskan karena kepalanya dimasukkan
ke dalam muara folikel rambut.
Black dot yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas
pada celana dalam berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada
waktu bangun tidur. Bercak hitamini merupakan krusta berasal dari
darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria.
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran
kelenjar getah bening.

e) PENYAKIT MIASIS
Penyebab
Miasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat
tubuh manusia atau binatang vertebrat. Larva itu hidup dari jaringan
mati dan atau jaringan hidup, cairan badan atau makanan di dalam
usus hospes. Menurut sifat larva lalat sebagai parasit, miasis dibagi
menjadi :
1) Miasis spesifik ( obligat ). Pada miasis ini larva hanya
dapat hidup pada jaringan tubuh manusia dan binatang.
Telur diletakkan pada kulit utuh, luka, jaringan sakit atau
rambut hospes. Contoh : larva Callitroga macellaria,
Chrysomyia bezziana.
2) Miasis semispesifik (fakultatif). Pada miasius ini larva
lalt selain dapat hidup pada bagian bisuk dan sayuran
busuk, dapat hidup juga pada jaringan tubuh manusia,
misalnya : larva Wohlfahrtia magnifica.
3) Miasis aksidental. Pada miasis ini telur tidak diletakkan
pada jaringan tubuh hospes, tetapi pada makanan atau
minuman, yang secara kebetulan tertelan lalu di usus
tumbuh menjadi larva. Contoh : larva Musca domestica
dan Piophila casei.
Secara klinis miasis dibagi menjadi :
1) Miasis kulit/ subkutis. Larva yang diletakkan pada kulit utuh
atau luka mampu membuat teerowongan yang berkelok-

2)

3)

4)

5)

kelok sehingga terbentuk ulkus yang luas. Contoh : larva


Chrysomyia bezziana.
Miasis nasofaring. Biasanya terjadi pada anak dan bayi,
khususnya mereka yang mengeluarkan secret dari hidungnya
dan yang tidur tanpa kelambu. Larva mampu menembus
kulit dan menembus ulkus. Dari seorang dewasa pernah
dikeluarkan 200 ekor larva lalat. Contoh : larva Chrysomyia
bezziana dan larva Hypoderma lineatum.
Miasis intestinal. Sebagian besar terjadi secara kebetulan
karena menelan makanan yang terkontaminasi telur atau
larva lalat. Telur menetas menjadi larva di lambung dan
menyebabkan rasa mual, munta, diare dan spasme abdomen.
Larva juga dapat menimbulkan luka pada dinding usus.
Contoh : larva Musca domestica dan Piophila casei.
Miasis urogenital . Beberapa spesies lalat pernah ditemukan
dalam vagina dan urin. Miasis ini dapat menyebabkan piuria,
uretritis, dan sistitis. Contoh : larva Musca domestica dan
larva Chrysomyia bezziana.
Miasis mata ( oftalmomiasis ). Larva dapat mengembara di
jaringan dan bagian lain dari mata. Contoh : Chrysomyia
bezziana.

Morfologi dan siklus hidup


Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari
subordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat
mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang
berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta
sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang).
Lalat
mampu
terbang
sejauh
32
km
dari
tempat
perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya
terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya lalat.
Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat
canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini
terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan
ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang
akurat. Model penglihatan lalat ini juga menjadi ilham bagi
ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah alat pencitraan
(scan) baru.
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik.
Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata
manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra
frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak
terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar
dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.

Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva,
pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur
berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang
menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab
(basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau
lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk
berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat
ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal
(cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut
(telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10
hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25
hari.
Gejala klinis
Gejala klinis myasis sangat bervariasi dan tidak spesifik
tergantung pada bagian tubuh yang diinfestasi larva, yaitu demam,
inflamasi, pruritus, pusing, vertigo, pembengkakan, dan
hipereosinofilia. Kondisi tersebut dapat diperparah dengan adanya
infeksi sekunder oleh bakteri. Penanganan myasis pada hewan cukup
praktis dibandingkan dengan manusia yang umumnya dilakukan
dengan pembedahan (operasi) pada bagian tubuh yang terserang
(Ardhana, 2005).

C. HELMINTHES
1. Cacing Tambang
(Necator americanus & Ancylostoma duenale )

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Secernentea

Ordo: Strongiloidae
Famili: Ancylostomatidae
Genus: Necator / Ancylostoma
Spesies : N. americanus
A.Duodenale
Cacing tambang parasit adalah cacing parasit (nematoda) yang
hidup pada usus kecil inangnya, manusia. Ada dua spesies
cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma
duodenale dan
Necator americanus. Necator americanus.
Penyakit yang ditimbulkan
Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan
bunyi nafas mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya
larva melalui paru-paru. Cacing dewasa seringkali menyebabkan
nyeri di perut bagian atas. Anemia karena kekurangan zat besi
dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat
perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan berlangsung
lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal
jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada anakanak. Anchilostomiasis = Penyakit Cacing Tambang. Parasit
penyebabnya Ancylostoma duodenale. Larvanya dapat
menembus kulit dan dapat menimbulkan keluhan gatal, letih,
lesu, kekurangan darah (anemia).
GEJALA
Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa muncul
di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas
mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paruparu. Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian
atas.
Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar
protein di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus.
Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa
menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan
pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-anak.

2. Cacing Gelang ( Ascaris ) / Cacing Perut

Cacing dewasa betina.


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Secernentea
Ordo: Ascaridida
Famili: Ascarididae
Genus: Ascaris
Spesies: A. lumbricoides
Nama binomial Ascaris lumbricoides
Linnaeus , 1758
Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Nemathelminthes Ascaris
lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh
makhluk parasit.Sepupu yang lebih besar dari cacing tambang(hookworm), Ascaris
adalah cacing bulat berukuran raksasa yang dapat mencapai sepanjang 40 cm, sedikit
lebih besar 1cm. faktanya, 25% persen dari penduduk dunia terinfeksi tentu saja tidak
membuatnya lebih diterima di perut kita. Sakit, demam, dan berat infestasi dengan
membunuh penyumbatan usus parah hingga 20.000 orang per tahun.
Penyakit yang di timbulkan
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada stadium
larva,
Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan
sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam , sesak
napas,

eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama
3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas
saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah,
diare, konstipasi, dan mual . Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat
menyebabkan kolik atau ikterus . Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus
peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen .
Gejala atau tanda terinfeksi cacing Perut / Ascaris lumbricoides /Cacing gelang yaitu :
l

perut terasa tidak enak

lesu

tidak napsu makan

muka pucat

mual

badan kurus

perut buncit

Fesesnya encer, kadang bercampur lendir dan darah

cacing tampak keluar dalam feses

3. Guinea Worm (cacing guinea) / Dracunculus Medinensis

Dracunculus Medinensis
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Nematoda

Class

: Secernentea

Order

: Camallanida

Superfamily : Dracunculoidea
Family

: Dracunculidae

Genus

: Dracunculus

Species

: D. medinensis

Penyakit yang ditimbulkan


Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini adalah Dracunculiasis . bentuk cacing ini
panjang seperti spagethi bila sudah besar bahkan dapat mencapai 1 meter. biasanya
cacing ini masuk kedalam tubuh manusia dari air yang terkontaminasi oleh telur-telur
cacing Guinea yang teah di makan oleh Kutu air.
penyakit ini kebanyakan terdapat di bgian afrika dengan keadaan kotor dan miskin
serta pendidikan akan kebersihan yang minim.
GEJALA
Gejala-gejala diawali ketika cacing tersebut menembus kulit. Sebuah lepuhan
terbentuk pada bukaan. Daerah di sekitar lepuhan gatal, terbakar, dan meradangbengkak, merah, dan menyakitkan. Material yang dilepaskan cacing tersebut bisa
menyebabkan reaksi alergi, yang bisa mengakibatkan kesulitan bernafas, muntah, dan
ruam yang gatal. Gejala-gejala reda dan lepuhan tersebut sembuh setelah cacing
dewasa meninggalkan tubuh. pada sekitar 50% orang, infeksi bakteri terjadi di sekitar
bukaan karena cacing tersebut. Kadangkala persendian dan tendon di sekitar lepuhan
rusak.

4. Cacing Pita (Tapeworm/ Taenia )

Taenia
Skoleks Taenia solium
Skoleks Taenia solium
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Platyhelminthes

Kelas

: Cestoda

Ordo

: Cyclophyllidea

Famili

: Taeniidae

Genus

: Taenia

Linnaeus , 1758
Spesies
Taenia crassiceps
Taenia pisiformis
Taenia saginata
Taenia solium
Taenia asiatica
Taenia taeniaeformis
Cacing pita (Taenia sp.) bentuknya panjang pipih menyerupai pita, kepalanya kecil
dan mempunyai kait untuk melekatkan diri pada dinding usus. Cacing pita
mempunyai banyak jenis, tetapi ada tiga yang biasa dikenal yaitu cacing pita daging,
cacing pita ikan dan cacing pita babi. Jenis cacingan ini disebabkan pengkonsumsian
daging (terutama sapi dan babi) yang mengandung cacing pita dan memasaknya
kurang matang.
Penyakit yang ditimbulkan
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan
sistiserkosis. Taeniasis = Penyakit Cacing Pita. Parasit penyebabnya Taenia saginata

(daging sapi) atau Taenia soleum (daging babi) dapat menimbulkan keluhan mual,
muntah, diare atau sembelit serta dapat pula keluar cacing seperti lembaran pita ketika
BAB.
Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah :

Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)

Gatal-gatal pada anus (77%)

Mual (46%)

Pusing (42%)

Peningkatan nafsu makan (30%)

Sakit kepala (26%)

Diare (18%)

Lemah (17%)

Merasa lapar (16%)

Sembelit (11%)

Penurunan berat badan (6%)

Rasa tidak enak di lambung (5%)

Letih (4%)

Muntah (4%)

Tidak ada selera makan saat lapar (1%)

Pegal-pegal pada otot (1%)

Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan


gangguan pernapasan (masing-masing <1%).
Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia
yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan

kematian . Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari
larva Taenia solium. Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik
pada manusia yang muda maupun setengah baya, epilepsi dan kelainan pada
tengkorak. Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum
di Meksiko City dan penyebab 25%
tumor dalam otak
GEJALA
Infeksi oleh cacing dewasa biasanya tidak menyebabkan gejala.
Infeksi yang berat oleh kista bisa menyebabkan nyeri otot, lemah dan demam,
Bila infeksi sampai ke otak dan selaputnya, bisa menimbulkan peradangan, dan bisa
terjadi kejang.
5. Cacing Filaria /Cacing Rambut

filaria
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Nematoda

Kelas

: Secernentea

Ordo

: Spirurida

Upaordo

: Spirurina

Famili

: Onchocercidae

Genus

: Wuchereria

Wuchereria bancrofti
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Wuchereria bancrofti itulah nama latinnya.
Cacing filaria mempunyai inang perantara hewan Arthropoda, misalnya nyamuk, dan

inang tetap yaitu manusia pada bagian pembuluh getah bening. Pada siang hari, larva
berada di paru-paru atau di pembuluh darah besar. Pada malam hari, cacing pindah ke
pembuluh arteri atas dan vena perifer di dekat kulit. Apabila cacing yang mati
menyumbat pembuluh getah bening, maka menyebabkan pembengkakkan atau
terjadinya penyakit kaki gajah (elephantiasis). Mikrofilaria dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Culex.
Penyakit yang ditimbulkan
Filariasis = Penyakit Cacing Filaria.
Salah satu parasit penyebabnya Brugia malayi yang dapat menimbulkan keluhan
sumbatan pada pembuluh limfe, pembengkakan kaki sehingga disebut juga penyakit
kaki gajah (elephantiasis).
Gejala Filariais Akut dapat berupa:

Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan
muncul lagi setelah bekerja berat

Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,
ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit

Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde
lymphangitis)

Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah


bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah

Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada
tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
6. Cacing kremi

Cacing kremi (Enterobius vermicularis )


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Nematoda

Kelas

: Secernentea

Upakelas

: Spiruria

Ordo

: Oxyurida

Famili

: Oxyuridae

Genus

: Enterobius

Species
Enterobius vermicularis
(Linnaeus , 1758)
Enterobius anthropopitheci
(Gedoelst, 1916)
Enterobius gregorii (Hugot, 1983) (disputed)
Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang
terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan
berkembangbiak di dalam usus.

Penyakit yang ditimbulkan


1. Salpingitis (peradangan saluran indung telur)
2. Vaginitis (peradangan vagina)
3. Infeksi ulang.

4. Enterobiasis. ( Parasit penyebabnya Enterobius vermicularis. Parasit ini seringkali


menimbulkan keluhan gatal-gatal pada daerah sekitar lubang pantat (anus). )
Gejala
Gejalanya berupa:
Rasa gatal hebat di sekitar anus
Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing
betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana)
Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada
infeksi yang berat )
Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak
perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
Kulit di sekitar anus menjadi lecet , kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).
7. Cacing Cambuk

Cacing cambuk
Klasifikasi ilmiah
Raya

: Animalia

Filum : Nematoda
Kelas

: Adenophorea

Order

: Trichurida

Keluarga: Trichuridae
Genus

: Trichuris

Spesies : T. trichiura
Binomial nama
Trichuris trichiura
( Linnaeus , 1771)
Cacing bulat (Trichuris trichiura atau trichiuris Trichocephalus) adalah worm yang

menyebabkan Trichuriasis ketika menginfeksi manusia usus besar . Hal ini umumnya
dikenal sebagai cacing cambuk yang mengacu pada bentuk cacing, melainkan tampak
seperti
cambuk yang lebih luas dengan "menangani" pada bagian belakang.
Infestasi ringan (<100 cacing) sering tanpa gejala.
Infestasi berat mungkin harus berdarah diare .
Lama kehilangan darah dapat menyebabkan kekurangan zat besi anemia .
Prolaps rektum adalah mungkin pada kasus berat.
Vitamin A juga dapat mengakibatkan defisiensi akibat infeksi. [2]
Kerusakan mekanis pada mukosa dapat terjadi serta kerusakan beracun atau inflamasi
ke usus dari tuan rumah.
8. Fasciola hepatica (Cacing Hati)

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Platyhelminthes

Klas

: Trematoda

Ordo

: Echinostomida

Genus

: Fasciola

Spesies

: Fasciola Hepatica

Hospes Definitif : Manusia, kambing dansapi


Hospes Perantara : I. Keong air (Lymnea) II. Tanaman air
Nama penyakit : fasioliasis
Patologi dan Gejala klinis
Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai menjadi dewasa. Parasit ini dapat

menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu,
dapat terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut
dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ yang mengalami
kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat disaluran empedu dan
lamanya infeksi
gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada stadium ringan tidak ditemukan gejala.
Stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut terasa penuh,
diare dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal
yang terdiri dari perbesaran hati, ikterus, asites, dan serosis hepatis.
9. Trichinella spiralis/ Cacing Otot

Kingdom
Phylum

: Animalia
: Nematoda

Class

: Enoplea

Orde

: Trichurida

Family

: Trichinellidae

Genus

: Trichinella

Species

: spiralis

Trichinella spiralis atau disebut juga Cacing Otot adalah hewan dari anggota hewan
tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nematoda . Cacing ini
menyebabkan penyakit trichinosis pada manusia , babi , atau tikus . Parasit masuk ke
tubuh manusia melalui daging babi yang dimasak kurang matang. Di dalam usus
manusia, larva berkembang menjadi cacing muda. Cacing muda bergerak ke otot
melalui pembuluh limfa atau darah dan selanjutnya menjadi cacing dewasa. Untuk
mencegah terinfeksi oleh cacing ini, daging harus dimasak sampai matang untuk
mematikan cacing muda.

Penyakit yang ditimbulkan


Hospes dari binatang ini diantaranya manusia, babi, tikus, beruang, kucing, anjing dan
lain-lain. Penyakit dari parasit ini dinamakan trikinosis, trikinelosis, atau trikiniasis.
Patologi dan gejala klinis
Gejalanya bermacam-macam, tergantung kepada jumlah larva, jaringan yang
terinfeksi dan keadaan umum penderita yang disebabkan cacing dewasa dan stadium
larva. Banyak penderita yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.Gejala klinis
tergantung dari beratnya infeksi Cacing dewasa melakukan invasi ke mukosa usus
yang akan menimbulkan gejala yang paling awal dan khas adalah pembengkakan
kelopak mata atas, yang terjadi secara tiba-tiba pada hari ke11 setelah terinfeksi.
Selanjutnya terjadi perdarahan pada bagian putih mata, nyeri di dalam mata dan
kepekaan terhadap cahaya. Selain itu sakit perut, diare, muntah, dan mual. 1-2 hari
sesudah infeksi itulah masa tunas gejala usus. Larva tersebar diotot kira-kira 7 28
hari sesudah infeksi. Pada kondisi tersebut akan timbul gejala nyeri otot (mialgia) dan
radang otot (miositis) yang biasanya disertai demam (keringat yang berlebihan,
menggigil dan kelemahan, demam biasanya hilang-timbul, sering sampai 38,9Celsius
dan tetap tinggi selama beberapa hari kemudian turun secara bertahap), eosinofilia
dan hipereosinofilia.
Gejala yang disebabkan stadium larva tergantung dari dimana dihinggapi. Apabila
masa akut telah lewat maka penderita biasanya sembuh secara perlahan-lahan
bersamaan dengan terbentuknya kista dalam otot. Pada infeksi berat larva mencapai
5000 ekor larva/kg berat badan, penderita kemungkinan meninggal dalam waktu 2 3
minggu hingga 4 8 minggu sebagai akibat kelainan paru, kelianan otak, dan
kelainan jantung.
10. Paragonimus westermani (cacing paru)

Klasifikasi
Kingdom

: Animali

Phylum

: Platyhelminthes

Class

: Trematoda

Ordo

: Plagiorchiida

Family

: Troglotrematidae

Genus

: Paragonimus

Spesies

: Paragonimus westermani

Paragonimus westermani merupakan cacing paru yang berasal dari kelas Trematoda,
dimana bagian tubuh yang paling utama diserang adalah bagian paru. Paragonimus
westermani ini pertama kali ditemukan terdapat pada tubuh dua harimau yang mati,
yang berada di benua Eropa pada tahun 1878, dan pada beberapa tahun kemudian
barulah cacing paru ini terinfeksi pada manusia yang ditemukan di Formosa, banyak
cara bagaimana cacing paru tersebut dapat menular pada manusia,dan penyebarannya
pun yang sangat beranekaragam.

Patologi dan gejala klinis


Gejala pertama di mulai dengan adanya batuk kering yang lama kelamaan menjadi
batuk darah cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alatalat lain dan menimbulkan
abses pada alat tersebut misalnya pada hati dan empedu. Saat larva masuk dalam
saluran empedu dan menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada
saluran empedu, penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium
lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai oedema. Luasnya organ yang
mengalami kerusakan tergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu
dan lamanya infeksi. Gejala yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap,
yaitu :
a. Stadium ringan : tidak ditemukan gejala.
b. Stadium progresif : terjadi penurunan nafsu makan, perut terasa penuh, diare.
c. Stadium lanjut : didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari pembesaran
hati, ikterus, oedema dan sirosis hepatic

Anda mungkin juga menyukai