Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja (selanjutnya ditulis K3)
merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi
perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
Negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut
serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia ; telah ditetapkan
Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan,
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan prilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. 1
Seirama dengan derap langkah pembangunan Negara dewasa ini, kita akan
memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era
industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme,
elektrifikasi dan modernisasi. 2
Dengan keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawatpesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Hal
tersebut disamping memberi kemudahan proses produksi dapat pula menambah
jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja. Maka akan terjadi pula
lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang
berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah
1

www.depkes.go.id/index.php diakses 5 April 2009


Departemen Tenaga Kerja, Pembinaan Operasional P2K3 Modul Dasar-Dasar
Keselamtan dan Kesehatan Kerja, 1998/1999, BAB I, hlm 1
2

Universitas Sumatera Utara

tersebut diatas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah


maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan. 3 Sehingga dinggap sangat perlu untuk meningkatkan
kwalitas dan kedisiplinan untuk melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan
Kesehatan Kerja (selanjutnya ditulis SMK3).
Tenaga kerja merupakan asset perusahaan yang harus diberi perlindungan
terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mengingat ancaman bahaya
potensial yang berhubungan dengan kerja. Pemerintah telah menetapkan
kebijakan perlindungan tenaga kerja terhadap aspek keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) melalui peraturan perundangan. Peraturan perundangan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu upaya dalam pencegahan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran, dan pencemaran
lingkungan kerja yang penerapannya menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaan serta kondisi lingkungan kerja. 4 Selain peraturan perundangan K3,
komitmen perusahaan dalam menerapkan SMK3 juga tidak kalah penting guna
mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan lain-lain.
Tidak satupun produk peraturan perundangan yang ada di Indonesia tidak
bersumber dari hukum dasar tertinggi yaitu Undang-undang Dasar (UUD) 1945
sebagai sumber hukum dari segala hukum. Sumber hukum peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berlandaskan pada pasal 27 ayat 2 UUD
Tahun 1945 yang dinyatakan bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memberi

Ibid
Gerry Silaban, Hak dan atau Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengusaha / Pengurus Yang
Ditetapkan dalam Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Medan : USU
Press), 2008, hlm.1
4

Universitas Sumatera Utara

makna yang luas bahwa disamping warga negara berhak mendapat pekerjaan yang
manusiawi juga mendapatkan perlindungan terhadap aspek keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) agar dalam melaksanakan pekerjaan tercipta kondisi kerja
yang nyaman, sehat, dan aman serta dapat mengembangkan kemampuan dan
ketrampilannya agar dapat hidup layak sesuai dengan harkat dan martabat
manusia. 5
Dengan demikian mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya serta penyakit yang dapat ditimbulkan dari kondisi kerja. Sejalan
dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka
disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja
yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. 6 Ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tersebut
diatur dalam pasal 86 UU No.13 Tahun 2003 :
1. Setiap
atas :
a.
b.
c.

pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja


moral dan kesusilaan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 7

Selain tentang K3 ternyata UU juga menjelaskan tentang pelaksanaan


SMK3 yang berupa paksaan diatur dalam pasal 87 :
5

Abdul Rachmad Budiono.,SH,MH, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Jakarta : PT.Raja


Grafindo Persada), 1997, hlm. 1-2
6
www.wikimu.com/news/DisplayNews. diakses pada tanggal 20 Maret 2009
7
Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 86 ayat 1 - 3

Universitas Sumatera Utara

1. setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
2. ketentuan mengenai penerapan system manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah

Bidang hubungan kerja sifat hukum perburuhan yang memaksa itu tidak
begitu tampak jelas, di bidang kesehatan kerja inilah sifat memaksa itu menonjol
dengan

sekeras-kerasnya,

pembentuk

undang-undang

memandang

perlu

menjelaskan bahwa undang-undang itu bersifat hukum umum (publiek rechtelijke)


dengan sanksi pidana, karena :
Pertama

: aturan-aturan yang termuat didalamnya bukan bermaksud


melindungi kepentingan seorang saja, melainkan bersifat aturan
masyarakat;

Kedua

: buruh Indonesia pada umumnya belum mempunyai pengertian


atau kemampuan untuk melindungi hak-haknya sendiri. 8
Di bidang hubungan kerja misalnya, masih diperkenankan adanya aturan-

aturan yang menyimpang dari aturan perundangan, baik aturan itu ditetapkan oleh
buruh dan majikan itu sendiri dalam suatu perjanjian kerja, maupun aturan itu
ditetapkan oleh majikan (dengan persetujuan buruh) seperti dalam peraturan
majikan, ataupun aturan itu ditetapkan oleh organisasi buruh bersama-sama
dengan majikan dalam suatu perjanjian perburuhan. Di bidang kesehatan kerja
penyimpangan dari aturan perundang-undangan yang ada, pada umumnya hanya
dapat dilakukan setelah mendapat ijin terlebih dahulu dari instansi yang

Prof.Iman Supomo,SH, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan kerja (Perlindungan


Buruh), (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1974), hlm.9

Universitas Sumatera Utara

berwenang, yaitu instansi pengawasan perburuhan yang harus menjaga agar


peraturan kesehatan kerja dijalankan. 9
Salah satu peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya
meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air,
didalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. 10
Peraturan perundangan Permenaker No.05 tahun 1996 tentang SMK3,
Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Ataupun berbagai
Peraturan Pemerintah, Keputusan Mentri, Peraturan Mentri maupun Instruksi
Presiden. Berbagai peraturan perundangan tersebut sudah mengatur tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dalam berbagai aspek. Mulai dari syarat-syarat
keselamatan kerja, larangan kerja buat anak-anak maupun perempuan, alat-alat
pelindung yang wajib disediakan pengusaha dan wajib digunakan oleh pekerja /
buruh. Kondisi lingkungan yang memenuhi syarat hygienitas dan kesehatan,
pemeriksaan kesehatan yang wajib dilakukan demi kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja. SMK3 yang terintegrasi dengan manajemen
perusahaan, bagaimana proses audit dan sertifikasi SMK3, serta ketentuan tentang
SMK3 lainnya.
Aturan kesehatan kerja tidak mengenal kata-kata seperti hendaknya,
sebaiknya atau seyogyanya. Aturan kesehatan kerja merupakan perintah atau
larangan. Hanya mengenal kata-kata harus atau wajib dan dilarang atau
tidak boleh. Majikan yang tidak memenuhi perintah atau larangan tersebut
9

Ibid, hlm.9
www.wikimu.com/news/DisplayNews, diakses pada tanggal 20 Maret 2009.

10

Universitas Sumatera Utara

diancam dengan pidana kurungan atau denda. Jelaslah bahwa penguasa di bidang
kesehatan kerja ini, tidak ragu-ragu dan setengah-setengah dalam usahanya
memberi perlindungan kepada pihak yang tergantung terhadap pihak yang
berkuasa. 11
Banyaknya peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dan pentingnya masalah penerapan K3 dan SMK3 sebagai satu kesatuan
menajemen perusahaan. Juga untuk mengetahui seberapa efektifnya peraturan
perundangan ini pada berbagai perusahaan di Medan. Maka dari itu penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian pada perusahaan untuk melihat pelaksanaan
peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan pelaksanaan
SMK3 di perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
mengenai hal-hal berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan SMK3
di perusahaan yang ada di Medan ?
2. Apakah manfaat dari pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dan SMK3 terhadap perlindungan dan produktifitas pekerja?
3. Faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan keselamatan kesehatan kerja
(K3) dan SMK3?
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan :

11

Prof.Iman Supomo,SH, Hukum Perburuhan Bidang., Loccit, hlm. 9-10

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk
memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan program sarjana (S-1) di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Tujuan lainnya adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keselamatan kesehatan kerja
(K3) di tempat kerja dan SMK3 pada perusahaan di Medan.
b. Untuk mengetahui manfaat apa saja yang didapat dan dirasakan oleh
pengusaha dan pekerja dari pelaksanaan keselamatan kesehatan kerja (K3)
dan pelaksanaan SMK3 ini.
c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan
keselamatan kesehatan kerja (K3) dan SMK3 pada perusahaan di Medan.
2. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Melalui penulisan skripsi ini penulis dapat menambah pengetahuan
tentang berbagai macam peraturan perundangan keselamatan kesehatan kerja (K3)
di Indonesia. Bagaimana pelaksanaan peraturan perundangan keselamatam
kesehatan kerja (K3) dan SMK3 pada perusahaan sehingga dapat memberikan
perlindungan dan meningkatkan produktivitas pekerja. Penulis juga dapat
mengaplikasikan teori-teori yang didapat pada saat berada di bangku kuliah.
Menambah pengalaman penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
didapat dalam masa perkuliahan, khsususnya dalam bidang keselamatan dan
kesehatan kerja (perlindungan buruh) dan SMK3.
2. Bagi perusahaan di Medan
Penulian skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam memenuhi tanggungjawabnya memberikan perlindungan bagi

Universitas Sumatera Utara

tenaga kerja. Apabila perusahaan memenuhi kewajibannya dalam penerapan


peraturan perundangan keselamatan kesehatan kerja (K3) dan menerapkan SMK3
maka secara otomatis produktifitas pekerja juga akan lebih baik.
Manfaat lain dari penulisan skripsi ini bagi perusahaan adalah perusahaan
juga mengetahui faktor apa yang mempengarui pelaksanaan peraturan
perundangan tersebut, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Dengan demikian
perusahaan dapat melakukan upaya kuratif dan preventif dalam mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi proses produksi dalam
perusahaan.
3. Bagi Tenaga Kerja / Buruh di Perusahaan
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat membantu buruh / pekerja untuk
mengetahui apa yang menjadi kewajiban ataupun haknya dalam bidang,
keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan pemahaman yang cukup pekerja tidak
lagi dirugikan. Hanya dengan pemahaman yang cukup pula tenaga kerja dapat
terhindar dari kecelakaan dan keadaan darurat yang dapat terjadi sewaktu-waktu
karena perusahaan menerapkan SMK3 dengan baik, apalagi kalau perusahaan
tersebut sudah di audit dan mendapatkan hasil yang bagus pula. Dengan
pengetahuan yang cukup pula pekerja dapat dengan bijak melaksanakan
kewajibannya dan sekaligus menuntut haknya.
4. Bagi Instansi Pemerintah
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam hal ini departemen terkait dalam mengeluarkan kebijakan,
sehingga tidak tumpang tindih dan tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Dengan adanya skripsi ini pemerintah (dalam hal ini dawakili Departemen

Universitas Sumatera Utara

Tenaga Kerja dan Balai K3) diharapkan mengetahui fakta yang terjadi di lapangan
terkait pelaksanaan keselamatan kesehatan kerja (K3) dan SMK3.
5. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan segala
teori-teori perkuliahan khususnya bidang perburuhan. Dapat menjadi arsip
kepustakaan , selain itu diharapkan dapat menjadi pedoman dalam penulisan
skripsi lainnya.
D. Keaslian Penulisan
Judul yang penulis pilih adalah PELAKSANAAN KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA (K3) SERTA SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)
GUNA

MEMBERIKAN

PERLINDUNGAN

DAN

MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS PEKERJA DI MEDAN, yang diajukan penulis dalam


rangka memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.
Judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, hal ini dibuktikan dengan pengesahan dari perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi berdasarkan referensi buku-buku,
media cetak dan elektronik, data-data dari hasil riset pada perusahaan di Medan
sebagai perusahaan sampling, Departemen Tenaga Kerja Transmigrasi Bidang
K3, Balai K3, serta data-data yang berasal dari hasil survei yang dilakukan pada
tenaga kerja / buruh di perusahaan sampling. Penulisan skripsi ini merupakan
sebuah karya asli yang berasal dari penulis dan dapat dipertanggung jawabkan
keasliannya.

Universitas Sumatera Utara

E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut W.J.S. Poerwadarminta undang-undang adalah ketentuanketentuan dan peraturan-peraturan (seperti larangan), hukuman dan sebagainya
yang dibuat oleh pemerintah sesuatu Negara (disusun oleh kabinet, disetujui
parlemen dan ditandatangani oleh kepala Negara). 12
Adapun menurut W.J.S Poerwadarminta juga yang dimaksudkan dengan
perlindungan adalah perbuatan (hal dan sebagainya) melindungi ; pertolongan
(penjagaan dan sebagainya). 13
Berdasarkan Undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat penjelasan umum
mengenai istilah-istilah yang sering digunakan dan diatur dalam BAB I Ketentuan
Umum Pasal 1 : 14
(2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
(3) Pekerja / buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
(6) Perusahaan adalah :
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja / buruh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
b. usaha-usaha social dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
benuk lain
Secara khusus Halim memberikan pengertian buruh/pegawai adalah : 15
1. bekerja pada atau untuk majikan/perusahaan
2. imbalan kerjanya dibayar oleh majikan / perusahaan

12

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka,


1985), hlm. 1127
13
Ibid, hlm 600
14
UU No.13 tahun 2003, Op Cit, pasal 2,3,6
15
Abdul Hakim,SH, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : PT.Citra
Aditya Bakti 2003), hlm.2.

Universitas Sumatera Utara

3. secara resmi terang-terangan dan kontinu mengadakan hubungan kerja


dengan majikan/perusahaan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk
jangka waktu tidak tertentu lamanya.

Pasal 1 angka 6 Undang-undang No.21 tahun 2000 tentang Serikat


Pekerja/Serikat Buruh dan pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap
orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (pasal
1 ayat (6)). Disini jelas pengertiannya terkait dalam hubungan kerja, bukan di luar
hubungan kerja. Dalam konteks penggunaan istilah tersebut penulis cenderung
memilih istilah tenaga kerja dan pekerja. Istilah tenaga kerja digunakan, baik di
luar maupun di dalam hubungan kerja, sedangkan pekerja khusus di dalam
hubungan kerja. Berarti setiap pekerja sudah pasti tenaga kerja, tetapi setiap
tenaga kerja belum tentu pekerja. 16
Undang-undang No.33 / 1947 tentang Kecelakaan Kerja dan Undangundang No.3 / 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja memperluas pengertian
buruh/pekerja, sehingga meliputi : 17
1. magang, murid dan sebagainya yang bekerja pada perusahaan yang
diwajibkan memeberikan tunjangan dalam hal mereka menerima upah.
2. mereka yang memborong pekerjaan yang biasa dikerjakan di perusahaan
yang diwajibkan memberikan tunjangan, kecuali jika mereka yang
memborong pekerjaan itu sendiri yang menjalankan perusahaan yang
diwajibkan memberi tunjangan.

16

Ibid, hlm 2-3


Darwan Print,SH, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : PT.Citra Aditya
Bakti, 1994), hlm.23
17

Universitas Sumatera Utara

3. mereka yang bekerja pada seseorang yang memborongkan pekerjaan yang


biasanya dikerjakan di perusahaan yang diwajibkan memberikan
tunjangan. Mereka itu dianggap bekerja di perusahaan majikannya yang
memborongkan
diwajibkan

itu

sendiri

memberikan

(menjalankan

tunjangan

dalam

suatu
mana

perusahaan

yang

pekerjaan

yang

diborongkan itu dikerjakan ).


4. orang hukuman yang bekerja di perusahaan yang diwajibkan memberi
tunjangan, tetapi mereka tidak berhak mendapat ganti kerugian karena
kecelakaan selama mereka menjalani hukuman.
Menurut Sumamur P.K Kesehatan kerja adalah :
spesialisasi dalam ilmu kesehatan / kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan, agar pekerja / masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun social,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit /
gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan factor-faktor pekerjaan
dan lingkungan keja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. 18

Jelas sifat-sifat kesehatan kerja :


1. Sasaran adalah manusia
2. Bersifat medis. 19
Sadjun H. Manulang berpendapat bahwa kesehatan kerja adalah bagian
dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja meperoleh keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun social sehingga
memungkinkan dapat bekerja secara optimal. 20

18

Dr.Sumamur P.K.,M.Sc, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, (Jakarta : PT.


Toko Gunung Agung, 1996), hlm. 1
19
Ibid, hlm 1
20
Sadjun H. Manulang,SH, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2001), hlm. 89

Universitas Sumatera Utara

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran


dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rokhaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Segi keilmuan adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 21
Sebelum mempelajari lebih lanjut mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja, maka perlu memahami beberapa pengertian dan istilah sebagai berikut : 22
a. Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau
dapat menimbulkan kecelakaan / kerugian berupa cedera, penyakit,
kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.
b. Tingkat bahaya (Danger) adalah merupakan ungkapan adanya potensi
bahaya secara relative. Kondisi yang berbahaya mengkin saja ada, akan
tetapi dapat menjadi tidak begitu berbahaya karena telah dilakukan
beberapa tindakan pencegahan.
c. Resiko (Risk) menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan / kerugian
pada periode waktu tertentu atau siklus operai tertentu.
d. Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah
mengadakan kontrak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas
badan atau struktur.
e. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu

21
22

Departemen Tenaga Kerja RI, Op Cit, BAB I, hlm. 4-5


Ibid,, hlm 3-4.

Universitas Sumatera Utara

aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau
harta benda.
f. Aman / Selamat adalah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas
dari bahaya).
g. Tindakan tak aman adalah suatu pelanggaran terhadap suatu prosedur
keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
h. Keadaan tak aman adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya
yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Penjelasan lain yang berkaitan dengan, keselamatan dan kesehatan kerja
adalah :
Kesatu tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk
tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. 23
Kedua pegawai pengawas adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Mentri Tenaga Kerja. 24
Ketiga ahli keselamatan kerja adalah tenaga teknis yang berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Mentri Tenaga
Kerja untuk mengawasi ditaatinya undang-undang ini. 25

23

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (1)
Ibid, pasal 1 ayat (5)
25
Ibid, pasal 1 ayat (6)
24

Universitas Sumatera Utara

Keempat pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan


pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan dan pengobatan,
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. 26
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi
keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal,
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Dengan
demikian, tujuan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah : 27
1. Melindungi pekerja dari resiko kecelakaan kerja.
2. Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh.
3. Agar

pekerja/buruh

dan

orang-orang

di

sekitarnya

terjamin

keselamatannya.
4. Menjaga agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan berdaya guna.
Hakikat kesehatan kerja adalah dua hal ; kesatu sebagai alat untuk
mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh,
petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan demikian
dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja dan kedua sebagai alat untuk
meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan
daya produktifitas faktor manusia dalam produksi. Hakikat tersebut selalu sesuai
dengan maksud dan tujuan pembangunan di dalam suatu Negara, maka
keselamatan kesehatan kerja selalu diikutsertakan dalam pembangunan tersebut. 28

26

Undang-undang No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal 1 ayat (9).
Abdul Hakim,SH, Op Cit, hlm.65
28
Dr.Sumamur P.K.,M.Sc, Op.Cit, hlm. 2
27

Universitas Sumatera Utara

Tujuan utama tersebut diatas dapat diperinci lebih lanjut sebagai berikut :
pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,
perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia,
pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatgandaan kegairahan serta kenikmatan
kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari
bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan,
dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk industri. 29
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang merupakan salah satu bagian
dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar : 30
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
mendapat perlindungan atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
3. Proses produksi berjalan lancar.
Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. 31

29

Ibid, hlm.3
Departemen Tenaga Kerja, BAB I, Loccit ,hlm. 1
31
www.depkes.go.id/index.php, diakses pada tanggal 5 April 2009
30

Universitas Sumatera Utara

K3 bukan tanggungjawab pemerintah dan pengusaha saja, tapi kewajiban


bersama antara pemerintah, pengusaha, pekerja dan masyarakat. 32
Sistem Manajemen K3 di lingkungan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif. 33
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

34

Tujuan lainnya

yaitu : 35

1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai manusia (pasal 27 ayat 2 ) UUD 1945.
2. Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi
tenaga kerja

32

www.one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/hukum , diakses pada tanggal 6


April 2009.
33
Permenaker No.PER-05/MEN/1996, tentang Sistem Manajemen Kselamatan dan
Kesehatan Kerja, pasal 1 ayat (1)
34
Permenaker No.PER-05/MEN1996, Op.Cit, pasal 2
35
Okleqs.wordpress.com/2008/05/03/penerapan-smk3/, diakses pada tanggal 6 Agustus
2009.

Universitas Sumatera Utara

3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi


kompetisi perdagangan global
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor
nasional
7. Pelaksanaan pencegahan kecelakaan masih bersifat parsial

Setelah diketahui apa itu SMK3 dan tujuan serta sasarannya maka akan
terasa aneh apabila kita tidak mengatahui apa itu audit SMK3. Audit SMK3
merupakan pemeriksaan secara sistematik dan independent untuk menetukan
suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan sesuai untuk mencapai
kebijakan dan tujuan perusahaan. 36 Tujuan dari audit SMK3 untuk mengukur
keefektifan penerapan K3 di tempat kerja, pemenuhan persyaratan perundangan
K3, kemudian untuk menentukan tindakan perbaikan system, pemenuhan
persyaratan

pihak

eksternal

(klien,

pelanggan,

dan

lain-lain)

sehingga

mendapatkan pengakuan dalam rangka kegiatan sertifikasi. 37


Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan SMK3 sangat erat
kaitannya dengan peningkatan produktivitas. Sebelum lebih jauh membahas
tentang produktivitas maka harus diketahui lebih dulu apa itu produktivitas. Dan
berdasarkan Piagam Produktivitas Oslo 1984, produktivitas adalah konsep
universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa

36
37

Permenaker No.5 tahun 1996, Op.Cit, pasal 1 ayat (3)


Audit Internal Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja, PT.Sucofindo, hlm.4

Universitas Sumatera Utara

untuk kebutuhan semakin banyak orang dengan menggunakan semakin sedikit


sumber-sumber daya. 38
Sesuai dengan Laporan I Dewan Produktivitas Nasional RI 1983,
pengertian baku produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus selalu lebih baik dari kemarin
dan hari esok lebih baik dari hari ini. 39
F. Metode penulisan
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang
digunakan adalah :
1. Jenis Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini digunakan metode campuran yaitu penelitian
hukum normatif sekaligus empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum
normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data
sekunder. Sedangkan penelitian hukum empiris adalah penelitian yang dilakukan
dengan melihat bagaimana pelaksanaannya di tengah masyarakat. Bersifat
deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan dengan melakukan suatu
survey ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori
yang telah ada.
2. Sumber data
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dan survey
dengan perusahaan sampling atau pihak terkait.
38

J. Ravianto, Produktivitas dan Manajemen, (Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha


dan Produktivitas) , 1985, hlm. 16
39
Ibid, hlm.19

Universitas Sumatera Utara

b. Data Sekunder
Data-data sekunder meliputi : 40
1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat kepada
masyarakat, yang terdiri dari Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Permenakertrans No.05
Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
beserta Lampiran. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Undang-undang No.3 tahun 1969 tentang Ratifikasi Konvensi ILO
No.120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor, Undangundang No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Undangundang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan Mentri,
Keputusan Mentri, Surat Edaran dan Instruksi Mentri yang berkaitan erat
dengan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja.
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil
penelitian, atau pendapat pakar hukum.
3. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dengan bahan hukum sekunder,
seperti kamus hukum, dan ensiklopedia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan cara : 41

40

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia (UI


Press), 1986), hlm. 52.
41
Fred, N. Kerlinger, Azas-azas Penelitan Behavioral, (Yogyakarta : Gajahmada Univ.
Press, Cetakan Kelima, 1996), hlm.770

Universitas Sumatera Utara

a) Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang


dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka yang disebut dengan
data sekunder berupa : perundang-undangan, karya ilmiah para ahli,
sejumlah buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah, maupun
media elektronik yang semuanya itu dimaksudkan untuk memperoleh
data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan
sebagai dasar dalam penelitian.
b) Penelitian di lapangan (field Research), untuk mengambil data pada
perusahaan sampling yaitu PT.Telekomunikasi Indonesia Divisi Regioal 1
Sumatra, PT.Coca-cola Bottling Indonesia. Untuk mengumpulkan datadata ini, penulis menggunakan system wawancara (Interview) dan
memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi. Wawancara (Interview) adalah situasi peran antara pribadi
bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada
seseorang responden yang dianggap berkompeten untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Selain wawancara ada juga survey berupa pengisian
angket yang diberikan kepada tenaga kerja perusahaan sampling. Hal ini
dilakukan untuk mendapat data dari sisi pekerja sehingga dapat
dibandingkan dan ditarik kesimpulan.
4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah ada disusun secara sistematis
kemudian dianalisa secara kwalitatif dan kwantitatif dengan menggunakan metode

Universitas Sumatera Utara

deduktif dan metode comparative. Metode deduktif dilakukan dengan membaca,


menafsirkan, dan membandingkan. Sedangkan metode comparative comparative
methode is the comparison of matched societies and institutions for the discovery
of associations and correlations. 42 Dengan penggunaan metode tersebut akan
diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran
secara ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan yang
lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini digambarkan secara umum tentang latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penilitian,
tinjauan pustaka, sistematika penulisan yang berkenaan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

BAB II

TINJAUAN

UMUM

TERHADAP

KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA (K3) DAN SISTEM MANAJEMEN K3


(SMK3)
Pada bab ini akan digambarkan secara umum tentang Keselamatan
Kesehatan Kerja Menurut Undang-undang, termasuk di dalamnya
sejarah K3 di Indonesia, ruang lingkup keselamatan kerja, ruang
lingkup kesehatan kerja, dalam bab ini juga akan terlihat
bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan berdasarkan

42

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm.5

Universitas Sumatera Utara

undang-undang, sistem pengawasan ketenagakerjaan terhadap


pelaksanaan K3. Pada sub bab berikutnya akan dibahas Sistem
Manajemen K3 Berdasarkan Permenaker No.05 Tahun 1996, yang
didalamnya terdapat ketentuan umum SMK3, bagaimana proses
audit SMK3 dan sertifikasi audit SMK3, keuntungan dari
pelaksanaan SMK3 bagi perusahaan dan pekerja, keamanan
bekerja berdasarkan SMK3. Pada sub bab terakhir dibahas
produktivitas kerja menurut beberapa teori.

BAB III

PERAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN K3 dan


SMK3
Peran Deaprtemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Medan
Sumatera Utara dan juga peran Balai K3 dalam mengawasi
pelaksanaan K3 beserta SMK3.

BAB IV

PELAKSANAAN

K3

DAN

SMK3

PADA

BEBERAPA

PERUSAHAAN DI MEDAN
Gambaran umum perusahaan sample yaitu, PT. Telekomunikasi
Indonesia Divisi Regional 1 Sumatera Utara, PT. Coca-cola
Bottling

Indonesia.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pelaksanaan K3 dan SMK3 pada perusahaan di Medan, yang


terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern. Sub bab terakhir
membahas tentang bagaimana pengaruh dari pelaksanaan K3 dan
SMK3 terhadap produktivitas pekerja.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai