SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM
Oleh
CARDO EFENDI SARAGIH
NPM : 086000163
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANG SIANTAR
2012
Oleh :
CARDO EFENDI SARAGIH
NPM : 086000163
BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN
DISETUJUI OLEH :
PEMBIMBING UTAMA
DIKETAHUI OLEH :
DEKAN
KETUA BAGIAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SIMALUNGUN (USI)
PEMATANGSIANTAR 2 0 1 2
PAKTA INTEGRITAS
NPM
: 086000163
Fakultas
: HUKUM
Bagian
: KEPERDATAAN
Menyatakan bahwa, skripsi saya berjudul Aspek Hukum Jaminan Kecelakaan Kerja
Di PT. Jamsostek adalah asli karya sendiri, bebas plagiat. Sepanjang pengetahuan saya
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti dan terdapat plagiat dalam karya tersebut maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan sebagaimana tertulis
dalam Pasal 12 ayat (1) Permendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010.
Pematangsiantar, Juli 2012
Yang membuat Pakta Integritas,
Materai
Rp.6.000
CARDO EFENDI SARAGIH
NPM : 086000163
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Alasan Memilih Judul ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Hipotesa .................................................................................... 2
D. Batasan Penulisan ...................................................................... 4
E. Tujuan Penulisan ........................................................................ 4
F. Metode Penelitian .......................................................................
4
BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA.. .. 5
A. Pengertian Tenaga Kerja . 5
B. Perencanaan Tenaga Kerja Dan Informasi
Ketenagakerjaan
7
C. Perjanjian Kerja Dalam Hubungan Kerja... 8
D. Hak Dan Kewajiban Tenaga Kerja..... 9
BAB III PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
DI INDONESIA.. 10
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja.. 10
B. Sejarah Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia. 10
C. Tujuan Jaminan Sosial Tenaga Kerja... 11
D. Jaminan Sosial Sebagai hak Pekerja............. 12
BAB IV ASPEK HUKUM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT.
JAMSOSTEK .............................................................................. 13
A. Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT.
Jamsostek.................................................... 13
B. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek ......... 14
C. Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ....... 19
A. Kesimpulan ............................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Memilih Judul
Jaminan sosial tenaga kerja menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan
menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan
produktivitas kerja. Efisiensi, kualitas dan produktivitas kerja sangat penting dalam
menunjang industrialisasi dalam tahap pembangunan selanjutnya. Jaminan sosial tenaga
kerja pada pokoknya memberikan kemanfaatan berupa jaminan tunai dan pelayanan medis
bagi tenaga keda yang mengalami risiko turunnya/hilangnya penghasilan serta menderita
sakit yang membutuhkan perawatan. Jaminan tunai berupa ganti-rugi, penggantian biaya,
dan penggantian upah/gaji. pelayanan medis berupa pelayanan kuratif untuk penyembuhan.
Namun demikian, jaminan sosial tenaga kerja tidak hanya memberikan gantirugi dan pelayanan-penyembuhan semata-mata, tetapi lebih komprehensif. JKK ikut
menunjang usaha-usaha pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui
keselamatan dan kesehatan kerja (K-3), disamping itu JKK juga memberikan prothese
anggota badan dan alat bantu seperti kursi roda bagi penderita cacad kecelakaan kerja,
JPK juga ikut membantu upaya-upaya pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pemulihan kesehatan.
Bentuk-bentuk program dalam jaminan sosial tersebut adalah berupa, Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Dengan demikian kemanfaatan JKK meliputi usahausaha prevensi, kompensasi, dan rehabilitasi. JPK memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan JHT dan JKM dapat membantu biaya
pendidikan anak-anak tenaga kerja secara selektif melalui pemberian beasiswa.
Pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja pada hakekatnya merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang telah menciptakan lapangan kerja dan memperluas
kesempatan kerja, juga memberikan perlindungan bagi tenaga kerja yang menjalankan
pekerjaannya di berbagai bidang dan lapangan. Oleh karena itu, perkotaan dan perluasan
kesempatan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja
merupakan dua sisi dari mata uang yang sama dalam kebijaksanaan ketenagakerjaan.
Permasalahan para pekerja pada saat ini masih ada yang tidak mengerti tentang
pengertian dan prinsip-prinsip jaminan sosial tenaga kerja yang perlu dipahami oleh
masyarakat khususnya tenaga kerja dan pengusaha, agar dapat mengetahui apa dan
mengapa jaminan sosial itu dibutuhkan baik dalam pembangunan nasional maupun
dalam kelangsungan perusahaan dan kehidupan tenaga kerja.
Tenaga kerja yang tidak mengerti tata cara dan prosedur untuk melaksanakan
hak dan kewajiban dalam jaminan sosial tenaga kerja harus mengetahui dan dipahami
oleh mereka yang berkepentingan, agar dapat mengerti bagaimana dan bilamana
jaminan sosial itu dapat diperoleh kemanfaatannya saat terjadi kecelakaan kerja.
Dari hal tersebut diataslah yang mendorong penulis dalam penelitian ini memilih
judul Aspek Hukum Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT.Jamsostek
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Pendapat diatas Penulis menetapkan Rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek ?
memberikan kewajiban kepada pengusaha untuk bertanggung jawab atas peristiwaperistiwa tertentu yang merugikan karyawan.
2. Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenaktrans)
melalui Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek telah
mewajibkan pengusaha dan tenaga kerja yang mengatur, pengusaha yang
mempekerjakan tenaga sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar
upah paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikut
sertakan tenaga kerjanya dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan 4
(empat) jaminan, yaitu: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dengan Iuran 0,24% 1,74% (berdasarkan Kelompok Perusahaan), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan Iuran
5,70%, Iuran Jaminan Kematian (JK) dengan Iuran 0,30%, Iuran Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dengan sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga
kerja yang sudah berkeluarga, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang
belum berkeluarga.
3. PT. Jamsostek memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali
dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja berupa pembayaran
Santunan untuk kecelakaan dengan 3 (tiga) ketentuan, yaitu Santunan Sementara
Tidak Mampu Bekerja (STMB) adalah 4 (empat) bulan pertama 100% x upah
sebulan, 4 (empat) bulan kedua 75% x upah sebulan dan bulan seterusnya 50% x
upah sebulan, Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan sekaligus
(lumpsum) dengan besarnya % sesuai tabel x 80 bulan upah dan Santunan cacat total
dengan Santunan sekaligus sebesar 70% x 80 bulan upah dan Santunan berkala
sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat)
bulan, Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) sebesar 60% x 80
bulan upah dan Santunan berkala sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan serta Biaya pemakaman dibayarkan
sekaligus sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek.
2. Untuk mengetahui Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek. 3. Untuk
mengetahui Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek.
E.
Batasan Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini dibatasi dengan Aspek Hukum Jaminan Kecelakaan
dengan
mengumpulkan
beberapa
buku
karangan
Ilmiah
dan
BAB II
PENGERTIAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA
A. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pengertian Tenaga Kerja tersebut, meliputi Tenaga kerja yang
bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam
proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.
Hukum perburuhan adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya
mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh, antara
buruh dengan penguasa.
Ciri khas dari hubungan kerja tersebut di atas ialah bekerja di bawah perintah
orang lain dengan menerima upah. Sesungguhnya bekerja mempunyai makna banyak,
luas, didalam tiap perikehidupan. Makna tersebut meliputi
1. Makna bekerja ditinjau dari segi perorangan adalah gerak daripada badan dan
pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan badaniah maupun rohaniah.
2. Makna bekerja ditinjau dari segi kemasyarakatan adalah melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat.
3. Makna bekerja ditinjau dari segi spiritual adalah merupakan hak dan kewajiban
manusia dalam memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
M. G. Levenbach merumuskan arbeidsrecht sebagai: sesuatu yang meliputi hukum
yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan
dan dengan penghidupan yang langsung bersangkut
1
2
Imam Soepomo., Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, Tahun 1992, hal. 1.
Ibid., hal. 2.
arbeidsrecht meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh swa pekerja yang melakukan
pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri.
Gunawi Karta Saputra., Dkk., Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja,
Alumni, Bandung, Tahun 1984, hal. 100.
sehingga pada waktu dan tempat dimana diperlukan tenaga kerja dengan keterampilan
yang sesuai/tepat, tersedia tenaga kerja dalam jumlah yang cukup. Dengan demikian
Pemerintah mengatur penyebaran Tenaga Kerja sedemikian rupa sehingga memberi
dorongan ke arah penyebaran tenaga kerja yang efisien dan efektif, bahwa salah satu
persoalan pokok yang harus dipecahkan di Indonesia ialah penyebaran Tenaga Kerja
yang tidak seimbang dan tidak efisien yang menyebabkan adanya kelebihan tenaga kerja
di daerah yang satu dan kekurangan Tenaga Kerja didaerah yang lain.
B. Perencanaan Tenaga Kerja Dan Informasi Ketenagakerjaan
Perencanaan tenaga kerja dalam undang-undang ini, diatur dalam Pasal 7
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur:
1. Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan
dan menyusun perencanaan tenaga kerja.
2. Perencanaan tenaga kerja meliputi :
a. perencanaan tenaga kerja makro; dan
b. perencanaan tenaga kerja mikro.
3. Dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada
perencanaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Tiap tenaga kerja berhak pembinaan keahlian dan kejuruan untuk memperoleh
serta menambah keahlian dan keterampilan kerja sehingga potensi dan days kreasinya
dapat diperkembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan ketangkasan kerja
sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembinaan bangsa.
Untuk pemganbunan ekonomi pada umumnya, industri pada khususnya,
diperlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlianl kejuruan, karena keterampilan kerja
akan memungkinkan tercapainya efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja.
Tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian dan keterampilan kerja, akan
mengakibatkan merosotnya hasil kerjanya serta penghamburan dana daya dan waktu.
Dengan demikian, maka pemerintah berusaha memperkembangkan
potensi, inisiatif, dan daya kreasi tiap tenaga kerja dalam rangka penanaman dan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan insan kerja. Oleh karenanya tiap tenaga
kerja diberi hak mendapatkan pembinaan keahlian/dan kejuruan supaya keterampilan
dapat digunakan ditempat kerjanya untuk mempertinggi produksi dan produktivitas
secara efisien dan efektif. Demikian juga halnya, pada Pasal 7 Undang-undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pembinaan keahlian dan
kejuruan tenaga kerja disesuaikan dengan perkembangan teknik, teknologi dan
perkembangan masyarakat pada umumnya.
C. Perjanjian Kerja Dalam Hubungan Kerja
Pengaturan perundang-undangan ketenagakerjaan, belum dijelaskan secara
sempurna mengenai hubungan kerja ini. Hubungan kerja pada dasarnya masih mengacu
pada Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan ketentuan umum
tentang perjanjian yang terdapat pada buku III (ketiga) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata bila itdak ada diatur pada Undang-undang No. 13 Tahun 2003.
Sejalan dengan itu menurut Pasal 51 dan Pasal 52 Undang-undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur:
Pasal 51 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur
sbb:
1. Perjanjian kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh.
2. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 52 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur
sbb:
1. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan.
3. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.
Persetujuan perburuhan itu adalah Suatu prejanjian dengan mana pihak yang
satu, si buruh mengikatkan dirinya untuk tunduk dibawah perintahnya pihak lain atau
simajikan, untuk sesuatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
D. Hak Dan Kewajiban Tenaga Kerja
Menurut Hal-hal yang mengatur tentang Tenaga Kerja ialah Pasal 1 butir 2 Undangundang No. 13 Tahun 2003, disebutkan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Berbeda dengan pasal 1 UndangUndang nomor 14 tahun 1969 sebagaimana telah diubah tersebut, menegaskan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik didalam hubungan
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa dan atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang berdasarkan Persatuan Indonesia yang Pancasilais.
Sementara itu kewajiban tenaga kerja dalam hal ini, meliputi hak majikan
terhadap tenaga kerja seperti kewajiban tenaga kerja atau pekerja untuk melakukan
pekerjaan. Melakukan pekerjaan dalam hal ini adalah kewajiban bagi tenaga kerja atau
pekerja untuk mendapatkan haknya. Oleh karenanya imbalan/ kontra prestasi adalah
melakukan pembayaran upah oleh majikan/ pengusaha sebagai kewajiban.
Kewajiban tersebut, maka secara pasti bahwa legalitasnya tetap mengacuh pada
aturan dan peraturan yang tidak boleh merugikan para pihak sesuai standarnisasi secara
bertimbal balik.
BAB III
PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA
KERJA DI INDONESIA
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, hamil bersalin, hari tua dan meninggal dunia (pasal 1 ayat 1 Undang
Undang Nomor 3 Tahun 1992, tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Di dalam hal
pemerintah ingin membantu anggota masyarakat untuk mengatasi resiko yang dihadapi
dalam melakukan pekerjaan, dapat dilakukan dengan antara lain memberikan bantuan cumacuma atau assistance (social assistance) tetapi juga melalui pertanggungan sosial.
Jaminan sosial tenaga kerja harus dikelola dengan mekanisme asuransi. Hal ini
dapat kita lihat dari isi pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yang
menyebutkan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan
program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan
mekanisme asuransi. Kata dapat dalam pasal ini menunjukkan bahwa Undang Undang
ini tidak menghendaki mekanisme asuransi sebagai suatu keharusan. Kalau suatu saat
nanti ada mekanisme yang dipandang lebih baik, maka bisa saja pengelolaan jaminan
sosial tenaga kerja tidak melalui mekanisme asuransi.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja dimaksud tidak selalu dipikul oleh majikan oleh
pekerja seperti halnya jaminan hari tua. Oleh karena Jaminan Sosial Tenaga Kerja
dipandang terlepas dari upah dan berdiri sendiri sebagai suatu pendapatan buruh yang
diterima buruh sewaktu ia tidak atau sudah tidak mampu lagi bekerja.
Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak., Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung, Tahun 1980,
hal. 105.
dalam KUH Perdata. Oleh sebab itu sudah lama ditunggu-tunggu ketentuan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. Sebelum keluar Undang Undang Nomor 3 Tahun
1992, tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, telah ada beberapa Undang-Undang yang
mengatur sebagaimana tersebut dibawah ini:
1. Peraturan Kecelakaan Pelaut (Schepelingen Ongevallenregeding) 1940.
2. Undang-Undang Kecelakaan 1947.
3. Asuransi sosial Tenaga Kerja (Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977).
4. Setelah keluarnya Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992.
Setelah keluarnya Undang Undang No. 3 Tahun 1992, maka ketentuan-ketentuan
yang mengatur masalah jaminan sosial tenaga kerja yang berlaku sebelumnya,
dinyatakan tidak berlaku lagi. Yang terakhir ialah Undang Undang No. 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan terakhir Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun
1993 tentang penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja.
C. Tujuan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pada dasarnya tujuan program jaminan sosial tenaga kerja menekankan pada
perlindungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang lebih lemah.
Oleh karena itu, pengusaha memikul tanggung jawab utama dan secara moral
pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan
tenaga kerja. Di samping itu sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif
yang ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarga dengan baik.
Sudah menjadi kodrat bahwa manusia itu berkeluarga dan berkewajiban
menanggung kebutuhan keluarganya. Oleh karenanya kesejahteraan yang perlu
dikembangkan bukan hanya tenaga kerja sendiri tetapi juga bagi keluarganya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, yang harus tetap
dipelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan sebagian atau seluruh
penghasilannya sebagai akibat terjadinya resiko-resiko sosial, antara lain kecelakaan
kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua.
BAB IV
ASPEK HUKUM JAMINAN KECELAKAAN KERJA
DI PT. JAMSOSTEK
A. Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek
Kebijakan pemerintah melalui tujuan pembangunan dengan Pasal 33 UUD Negara
RI Tahun 1945 mengamanatkan penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, bahwa pemerintah mendirikan Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
1995 tentang Penetapan Badan penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59), berdasarkan UndangUndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3468), dan
peraturan terakhir berdasarkan ketentuan peralihan Pasal 52 ayat 2 Undang-undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, diatur Semua ketentuan yang
mengatur mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan Undang-Undang ini paling lambat 5 (lima) tahun sejak UndangUndang ini diundangkan.
menegakkan dipatuhinya
peraturan
perundangan tersebut
dengan
1. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya
berhak atas Jaminan Kematian.
c. Obat-obatan yang tidak ditanggung, antara lain berupa : obat kanker, kosmetika,
obat gosok dan susu.
C. Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 tentang perubahan
kedelapan atas peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, secara pokok telah mengatur ke-3 (tiga) hal Ruang
lingkup program jaminan sosial tenaga kerja pada Jaminan Kecelakaan Kerja tersebut diatur
dalam lampiran Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 poin 1. Untuk membahas Jaminan
Kecelakaan Kerja, yaitu :
1. Santunan.
Santunan untuk kecelakaan ada 3 (tiga) ketentuan, yaitu:
a. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) adalah 4 (empat) bulan
pertama 100% x upah sebulan, 4 (empat) bulan kedua 75% x upah sebulan dan
bulan seterusnya 50% x upah sebulan.
b. Santunan cacat:
1) Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus
(lumpsum) dengan besarnya % sesuai tabel x 80 bulan upah.
2) Santunan cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus
(lumpsum) dan secara berkala dengan besarnya santunan adalah:
a) Santunan sekaligus sebesar 70% x 80 bulan upah;
b) Santunan berkala dibayarkan sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu
rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan atau dibayarkan
dimuka sekaligus sebesar Rp 4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu
rupiah) atas pilihan tenaga kerja yang bersangkutan.
3) Santunan cacat kekurangan fungsi dibayarkan secara sekaligus (lumpsum)
dengan besarnya santunan adalah: % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x
80 (delapan puluh) bulan upah.
c. Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) dan secara berkala
dengan besarnya santunan adalah:
Pemerintah
Besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya perawatan sama dengan huruf A dan
huruf B.
5. Biaya pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan ke rumah sakit
diberikan biaya penggantian sebagai berikut:
a. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai/danau maksimum
sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh riburupiah);
b. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimal sebesar Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah);
c. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimal sebesar Rp
2.000.000,00 (dua juta rupiah).
d. Apabila menggunakan lebih dari 1 (satu) jenis jasa angkutan, maka berhak atas
biaya maksimal dari masing-masing jenis angkutan sebagaimana dimaksud pada
angka 1, angka 2 dan/atau angka 3.
Penyakit akibat kerja sesuai daftar dianggap sebagai kecelakaan kerja, dan
ditanggung selama hubungan kerja dan sampai selama-lamanya tiga tahun setelah
hubungan kerja berakhir. Selain memberikan konpensasi dan rehabilitasi, Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) juka ikut aktif membantu usaha-usaha pencegahan kecelakaan
kerja.
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus
dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko
sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental,
maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban
untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74%
sesuai kelompok I s/d V jenis Perusahaan.
Dengan demikian kemanfaatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan pada penulisan ini adalah :
1. Kebijakan pemerintah melalui tujuan pembangunan dengan Pasal 33 UUD Negara
RI Tahun 1945 mengamanatkan penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dengan mendirikan PT. Jamsostek dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Pemerintah No 53
tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas peraturan pemerintah Nomor 14 tahun
1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja melaksanakan
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
dengan memberikan kewajiban kepada pengusaha untuk bertanggung jawab atas
peristiwa-peristiwa tertentu yang merugikan karyawan.
2. Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenaktrans)
melalui Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek telah
mewajibkan pengusaha dan tenaga kerja yang mengatur, pengusaha yang
mempekerjakan tenaga sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar
upah paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikut
sertakan tenaga kerjanya dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan 4
(empat) jaminan, yaitu: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dengan Iuran 0,24% 1,74% (berdasarkan Kelompok Perusahaan), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan Iuran
5,70%, Iuran Jaminan Kematian (JK) dengan Iuran 0,30%, Iuran Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dengan sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga
kerja yang sudah berkeluarga, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang
belum berkeluarga.
3. PT. Jamsostek memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali
dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja berupa pembayaran
Santunan untuk kecelakaan dengan 3 (tiga) ketentuan, yaitu Santunan Sementara
Tidak Mampu Bekerja (STMB) adalah 4 (empat) bulan
pertama 100% x upah sebulan, 4 (empat) bulan kedua 75% x upah sebulan dan
bulan seterusnya 50% x upah sebulan, Santunan cacat sebagian untuk selamalamanya dibayarkan sekaligus (lumpsum) dengan besarnya % sesuai tabel x 80 bulan
upah dan Santunan cacat total dengan Santunan sekaligus sebesar 70% x 80 bulan
upah dan Santunan berkala sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) perbulan
selama 24 (dua puluh empat) bulan, Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus
(lumpsum) sebesar 60% x 80 bulan upah dan Santunan berkala sebesar Rp
200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan serta
Biaya pemakaman dibayarkan sekaligus sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
B. Saran
Adapun yang menjadi saran pada penulisan ini adalah :
1. Sebaiknya PT. Jamsostek (Persero) transparan mengawasi pengusaha untuk
memberikan kewajiban mendaftarkan dan membayar iuran Jamsostek dan
bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa tertentu yang merugikan karyawan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 tentang perubahan kedelapan
atas peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
2. Sebaiknya PT. Jamsostek (Persero) melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (3)
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek memungut iuran wajib atas
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dengan Iuran 0,24% - 1,74% (berdasarkan
Kelompok Perusahaan), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan Iuran 5,70%, Iuran
Jaminan Kematian (JK) dengan Iuran 0,30%, Iuran Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) dengan sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang sudah
berkeluarga, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga.
3. Sebaiknya PT. Jamsostek (Persero) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan dan menderita penyakit akibat hubungan
kerja berupa pembayaran Santunan tanpa birokrasi yang sulit.
Daftar Pustaka
A. Buku
Apeldoorn, L. J. van., Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya, Jakarta, Tahun 1980. Saputra,
Gunawi Karta., Pengantar Ilmu Hukum, CV. Armico, Bandung, Tahun
1982.
., Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan
Kerja, Alumni, Bandung, Tahun 1984.
Soepomo, Imam., Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, Tahun 1992.
C.S.T. Kansil., Kansil CST, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka 1984.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Tahun
1988.
Simanjuntak, Ny. Emmy Pangaribuan., Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung,
Tahun 1980.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3468).
Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Peraturan
Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program