Anda di halaman 1dari 27

RINGKASAN SKRIPSI

ASPEK HUKUM JAMINAN KECELAKAAN KERJA


DI PT. JAMSOSTEK

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM

Oleh
CARDO EFENDI SARAGIH
NPM : 086000163

BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANG SIANTAR
2012

ASPEK HUKUM JAMINAN KECELAKAAN KERJA


DI PT. JAMSOSTEK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas-tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM

Oleh :
CARDO EFENDI SARAGIH
NPM : 086000163
BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN
DISETUJUI OLEH :
PEMBIMBING UTAMA

DJARUSDIN SITIO, SH, MH

DIKETAHUI OLEH :
DEKAN

JANUARISON SARAGIH., SH., M. Hum

KETUA BAGIAN

MESDIANA PURBA., SH., MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SIMALUNGUN (USI)
PEMATANGSIANTAR 2 0 1 2

PAKTA INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama

: CARDO EFENDI SARAGIH

NPM

: 086000163

Fakultas

: HUKUM

Bagian

: KEPERDATAAN

Menyatakan bahwa, skripsi saya berjudul Aspek Hukum Jaminan Kecelakaan Kerja
Di PT. Jamsostek adalah asli karya sendiri, bebas plagiat. Sepanjang pengetahuan saya
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti dan terdapat plagiat dalam karya tersebut maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan sebagaimana tertulis
dalam Pasal 12 ayat (1) Permendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010.
Pematangsiantar, Juli 2012
Yang membuat Pakta Integritas,
Materai
Rp.6.000
CARDO EFENDI SARAGIH
NPM : 086000163

ABSTRAK

ASPEK HUKUM JAMINAN KECELAKAAN KERJA


DI PT. JAMSOSTEK
Oleh
CARDO EFENDI SARAGIH
NPM 086000163
HUKUM KEPERDATAAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aspek Hukum Jaminan Kecelakaan
Kerja Di PT.Jamsostek, dengan memaparkan tentang tenaga Kerja dengan Pengusaha
serta menjelaskan bagaimana Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT.
Jamsostek, kemudian bagaimana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT.
Jamsostek serta bagaimana Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek.
Setelah itu kemudian ditarik Kesimpulan.
Metode yang Penulis gunakan adalah Metode Library Research (Penelitian
Kepustakaan ) dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh dari sumbersumber tertulis dan tentunya membahas masalah yang berhubungan Aspek Hukum
Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT.Jamsostek.
Setelah diuraikan kemudian dapat disimpulkan bahwa Aspek Hukum Jaminan
Kecelakaan Kerja terdapat pada UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
Kata Kunci: Jaminan, Kecelakaan, Kerja.

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Alasan Memilih Judul ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Hipotesa .................................................................................... 2
D. Batasan Penulisan ...................................................................... 4
E. Tujuan Penulisan ........................................................................ 4
F. Metode Penelitian .......................................................................
4
BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA.. .. 5
A. Pengertian Tenaga Kerja . 5
B. Perencanaan Tenaga Kerja Dan Informasi
Ketenagakerjaan
7
C. Perjanjian Kerja Dalam Hubungan Kerja... 8
D. Hak Dan Kewajiban Tenaga Kerja..... 9
BAB III PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
DI INDONESIA.. 10
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja.. 10
B. Sejarah Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia. 10
C. Tujuan Jaminan Sosial Tenaga Kerja... 11
D. Jaminan Sosial Sebagai hak Pekerja............. 12
BAB IV ASPEK HUKUM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT.
JAMSOSTEK .............................................................................. 13
A. Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT.
Jamsostek.................................................... 13
B. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek ......... 14
C. Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ....... 19
A. Kesimpulan ............................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Memilih Judul
Jaminan sosial tenaga kerja menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan
menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan
produktivitas kerja. Efisiensi, kualitas dan produktivitas kerja sangat penting dalam
menunjang industrialisasi dalam tahap pembangunan selanjutnya. Jaminan sosial tenaga
kerja pada pokoknya memberikan kemanfaatan berupa jaminan tunai dan pelayanan medis
bagi tenaga keda yang mengalami risiko turunnya/hilangnya penghasilan serta menderita
sakit yang membutuhkan perawatan. Jaminan tunai berupa ganti-rugi, penggantian biaya,
dan penggantian upah/gaji. pelayanan medis berupa pelayanan kuratif untuk penyembuhan.

Namun demikian, jaminan sosial tenaga kerja tidak hanya memberikan gantirugi dan pelayanan-penyembuhan semata-mata, tetapi lebih komprehensif. JKK ikut
menunjang usaha-usaha pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui
keselamatan dan kesehatan kerja (K-3), disamping itu JKK juga memberikan prothese
anggota badan dan alat bantu seperti kursi roda bagi penderita cacad kecelakaan kerja,
JPK juga ikut membantu upaya-upaya pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pemulihan kesehatan.
Bentuk-bentuk program dalam jaminan sosial tersebut adalah berupa, Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Dengan demikian kemanfaatan JKK meliputi usahausaha prevensi, kompensasi, dan rehabilitasi. JPK memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan JHT dan JKM dapat membantu biaya
pendidikan anak-anak tenaga kerja secara selektif melalui pemberian beasiswa.
Pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja pada hakekatnya merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang telah menciptakan lapangan kerja dan memperluas
kesempatan kerja, juga memberikan perlindungan bagi tenaga kerja yang menjalankan
pekerjaannya di berbagai bidang dan lapangan. Oleh karena itu, perkotaan dan perluasan
kesempatan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja

merupakan dua sisi dari mata uang yang sama dalam kebijaksanaan ketenagakerjaan.
Permasalahan para pekerja pada saat ini masih ada yang tidak mengerti tentang
pengertian dan prinsip-prinsip jaminan sosial tenaga kerja yang perlu dipahami oleh
masyarakat khususnya tenaga kerja dan pengusaha, agar dapat mengetahui apa dan
mengapa jaminan sosial itu dibutuhkan baik dalam pembangunan nasional maupun
dalam kelangsungan perusahaan dan kehidupan tenaga kerja.
Tenaga kerja yang tidak mengerti tata cara dan prosedur untuk melaksanakan
hak dan kewajiban dalam jaminan sosial tenaga kerja harus mengetahui dan dipahami
oleh mereka yang berkepentingan, agar dapat mengerti bagaimana dan bilamana
jaminan sosial itu dapat diperoleh kemanfaatannya saat terjadi kecelakaan kerja.
Dari hal tersebut diataslah yang mendorong penulis dalam penelitian ini memilih
judul Aspek Hukum Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT.Jamsostek
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Pendapat diatas Penulis menetapkan Rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek ?

2. Bagaimana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek ?


2. Bagaimana Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek ?
C. Hipotesa
Hipotesa dari permasalahan diatas adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan pemerintah melalui tujuan pembangunan dengan Pasal 33 UUD Negara
RI Tahun 1945 mengamanatkan penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dengan mendirikan PT. Jamsostek dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Pemerintah No 53
tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas peraturan pemerintah Nomor 14 tahun
1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana
diatur Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dengan

memberikan kewajiban kepada pengusaha untuk bertanggung jawab atas peristiwaperistiwa tertentu yang merugikan karyawan.
2. Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenaktrans)
melalui Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek telah
mewajibkan pengusaha dan tenaga kerja yang mengatur, pengusaha yang
mempekerjakan tenaga sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar
upah paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikut
sertakan tenaga kerjanya dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan 4
(empat) jaminan, yaitu: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dengan Iuran 0,24% 1,74% (berdasarkan Kelompok Perusahaan), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan Iuran
5,70%, Iuran Jaminan Kematian (JK) dengan Iuran 0,30%, Iuran Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dengan sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga
kerja yang sudah berkeluarga, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang
belum berkeluarga.
3. PT. Jamsostek memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali
dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja berupa pembayaran
Santunan untuk kecelakaan dengan 3 (tiga) ketentuan, yaitu Santunan Sementara
Tidak Mampu Bekerja (STMB) adalah 4 (empat) bulan pertama 100% x upah
sebulan, 4 (empat) bulan kedua 75% x upah sebulan dan bulan seterusnya 50% x
upah sebulan, Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan sekaligus
(lumpsum) dengan besarnya % sesuai tabel x 80 bulan upah dan Santunan cacat total
dengan Santunan sekaligus sebesar 70% x 80 bulan upah dan Santunan berkala
sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat)
bulan, Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) sebesar 60% x 80
bulan upah dan Santunan berkala sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan serta Biaya pemakaman dibayarkan
sekaligus sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek.
2. Untuk mengetahui Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek. 3. Untuk
mengetahui Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek.

E.

Batasan Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini dibatasi dengan Aspek Hukum Jaminan Kecelakaan

Kerja Di PT.Jamsostek yang dihubungkan Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial


Tenaga Kerja, khususnya mengenai Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah Library Research (Penelitian
Kepustakaan)

dengan

mengumpulkan

beberapa

buku

karangan

Ilmiah

dan

Peraturan/Undang-Undang dan bahan Kepustakan lainnya yang tentunya membahas


masalah yang berhubungan dengan Judul Skripsi ini dan Field Research (Penelitian
lapangan) dengan melakukan wawancara di PT.Jamsostek.

BAB II
PENGERTIAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA
A. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pengertian Tenaga Kerja tersebut, meliputi Tenaga kerja yang
bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam
proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.
Hukum perburuhan adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya
mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh, antara
buruh dengan penguasa.

Ciri khas dari hubungan kerja tersebut di atas ialah bekerja di bawah perintah
orang lain dengan menerima upah. Sesungguhnya bekerja mempunyai makna banyak,
luas, didalam tiap perikehidupan. Makna tersebut meliputi
1. Makna bekerja ditinjau dari segi perorangan adalah gerak daripada badan dan
pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan badaniah maupun rohaniah.
2. Makna bekerja ditinjau dari segi kemasyarakatan adalah melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat.

3. Makna bekerja ditinjau dari segi spiritual adalah merupakan hak dan kewajiban
manusia dalam memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
M. G. Levenbach merumuskan arbeidsrecht sebagai: sesuatu yang meliputi hukum
yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan
dan dengan penghidupan yang langsung bersangkut

paut dengan hubungan kerja itu.

Sedangkan Van Esveld, tidak membatasi lapangan arbeidsrecht pada


hubungan kerja dimana pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan. Menurutnya

1
2

Imam Soepomo., Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, Tahun 1992, hal. 1.
Ibid., hal. 2.

arbeidsrecht meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh swa pekerja yang melakukan
pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri.

Di Indonesia asas gotong royong merupakan ciri khas daripada kepribadian


Bangsa dan unsur pokok Pancasila. Oleh karena tenaga kerja adalah sedemikian
pentingnya bagi kehidupan bangsa dan malahan merupakan faktor yang menentukan
dari pada mati hidupnya bangsa itu sendiri, baik fisik maupun kulturil maka perlu
diadakan pengaturan sebaik-baiknya yang dimulai sebelum orang menjadi Tenaga Kerja
sampai ia masuk ke liang kubur.
Menurut Pasal 3 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyatakan Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan
dengan malalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Pasal tersebut
menunjukkan bahwa salah satu tujuan penting dari masyarakat Pancasila adalah
memberikan kesempatan bagi tiap Tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan
penghasilan yang memberikan kesejahteraan.
Sedangkan menurut Pasal 1 Undang-undang No. 13 Tahun 2003, menghendaki
bahwa tiap Tenaga Kerja bebas memilih dan atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Pasal tersebut diatas menginginkan bahwa disamping jaminan hidup yang
layak, tenaga kerja juga menginginkan kepuasan yang datangnya dari pelaksanaan pekerjaan
yang ia sukai dan yang dapat is lakukan dengan sebaik mungkin, untuk mana is mendapat
penghargaan. Berdasarkan prinsip inilah kepada tiap tenaga kerja diberikan kebebasan
memilih pekerjaan yang sesuai. Dalam hubungan ini harus diusahakan untuk membantu
tenaga kerja dalam mengadakan penyesuaian pekerjaan.

Menurut Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 mengatur, Setiap tenaga


kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan. Di Indonesia persediaan Tenaga Kerja sebagian besar terdiri dari tenaga
kerja-tenaga kerja yang tidak terlatih dan tersebar secara tidak seimbang di seluruh
Indonesia.
Untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan dan jalannya perusahaanperusahaan dan kantor-kantor yang sudah ada, maka bagi kepentingan-kepentingan
produksi, persediaan tenaga kerja harus diatur sedemikian rupa
3

Gunawi Karta Saputra., Dkk., Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja,
Alumni, Bandung, Tahun 1984, hal. 100.

sehingga pada waktu dan tempat dimana diperlukan tenaga kerja dengan keterampilan
yang sesuai/tepat, tersedia tenaga kerja dalam jumlah yang cukup. Dengan demikian
Pemerintah mengatur penyebaran Tenaga Kerja sedemikian rupa sehingga memberi
dorongan ke arah penyebaran tenaga kerja yang efisien dan efektif, bahwa salah satu
persoalan pokok yang harus dipecahkan di Indonesia ialah penyebaran Tenaga Kerja
yang tidak seimbang dan tidak efisien yang menyebabkan adanya kelebihan tenaga kerja
di daerah yang satu dan kekurangan Tenaga Kerja didaerah yang lain.
B. Perencanaan Tenaga Kerja Dan Informasi Ketenagakerjaan
Perencanaan tenaga kerja dalam undang-undang ini, diatur dalam Pasal 7
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur:
1. Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan
dan menyusun perencanaan tenaga kerja.
2. Perencanaan tenaga kerja meliputi :
a. perencanaan tenaga kerja makro; dan
b. perencanaan tenaga kerja mikro.
3. Dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada
perencanaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Tiap tenaga kerja berhak pembinaan keahlian dan kejuruan untuk memperoleh
serta menambah keahlian dan keterampilan kerja sehingga potensi dan days kreasinya
dapat diperkembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan ketangkasan kerja
sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembinaan bangsa.
Untuk pemganbunan ekonomi pada umumnya, industri pada khususnya,
diperlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlianl kejuruan, karena keterampilan kerja
akan memungkinkan tercapainya efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja.
Tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian dan keterampilan kerja, akan
mengakibatkan merosotnya hasil kerjanya serta penghamburan dana daya dan waktu.
Dengan demikian, maka pemerintah berusaha memperkembangkan

potensi, inisiatif, dan daya kreasi tiap tenaga kerja dalam rangka penanaman dan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan insan kerja. Oleh karenanya tiap tenaga
kerja diberi hak mendapatkan pembinaan keahlian/dan kejuruan supaya keterampilan
dapat digunakan ditempat kerjanya untuk mempertinggi produksi dan produktivitas
secara efisien dan efektif. Demikian juga halnya, pada Pasal 7 Undang-undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pembinaan keahlian dan
kejuruan tenaga kerja disesuaikan dengan perkembangan teknik, teknologi dan
perkembangan masyarakat pada umumnya.
C. Perjanjian Kerja Dalam Hubungan Kerja
Pengaturan perundang-undangan ketenagakerjaan, belum dijelaskan secara
sempurna mengenai hubungan kerja ini. Hubungan kerja pada dasarnya masih mengacu
pada Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan ketentuan umum
tentang perjanjian yang terdapat pada buku III (ketiga) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata bila itdak ada diatur pada Undang-undang No. 13 Tahun 2003.
Sejalan dengan itu menurut Pasal 51 dan Pasal 52 Undang-undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur:
Pasal 51 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur
sbb:
1. Perjanjian kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh.
2. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 52 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur
sbb:
1. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan.
3. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.
Persetujuan perburuhan itu adalah Suatu prejanjian dengan mana pihak yang
satu, si buruh mengikatkan dirinya untuk tunduk dibawah perintahnya pihak lain atau
simajikan, untuk sesuatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
D. Hak Dan Kewajiban Tenaga Kerja
Menurut Hal-hal yang mengatur tentang Tenaga Kerja ialah Pasal 1 butir 2 Undangundang No. 13 Tahun 2003, disebutkan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Berbeda dengan pasal 1 UndangUndang nomor 14 tahun 1969 sebagaimana telah diubah tersebut, menegaskan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik didalam hubungan
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa dan atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang berdasarkan Persatuan Indonesia yang Pancasilais.

Sementara itu kewajiban tenaga kerja dalam hal ini, meliputi hak majikan
terhadap tenaga kerja seperti kewajiban tenaga kerja atau pekerja untuk melakukan
pekerjaan. Melakukan pekerjaan dalam hal ini adalah kewajiban bagi tenaga kerja atau
pekerja untuk mendapatkan haknya. Oleh karenanya imbalan/ kontra prestasi adalah
melakukan pembayaran upah oleh majikan/ pengusaha sebagai kewajiban.
Kewajiban tersebut, maka secara pasti bahwa legalitasnya tetap mengacuh pada
aturan dan peraturan yang tidak boleh merugikan para pihak sesuai standarnisasi secara
bertimbal balik.

BAB III
PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA
KERJA DI INDONESIA
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, hamil bersalin, hari tua dan meninggal dunia (pasal 1 ayat 1 Undang
Undang Nomor 3 Tahun 1992, tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Di dalam hal
pemerintah ingin membantu anggota masyarakat untuk mengatasi resiko yang dihadapi
dalam melakukan pekerjaan, dapat dilakukan dengan antara lain memberikan bantuan cumacuma atau assistance (social assistance) tetapi juga melalui pertanggungan sosial.

Jaminan sosial tenaga kerja harus dikelola dengan mekanisme asuransi. Hal ini
dapat kita lihat dari isi pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yang
menyebutkan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan
program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan
mekanisme asuransi. Kata dapat dalam pasal ini menunjukkan bahwa Undang Undang
ini tidak menghendaki mekanisme asuransi sebagai suatu keharusan. Kalau suatu saat
nanti ada mekanisme yang dipandang lebih baik, maka bisa saja pengelolaan jaminan
sosial tenaga kerja tidak melalui mekanisme asuransi.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja dimaksud tidak selalu dipikul oleh majikan oleh
pekerja seperti halnya jaminan hari tua. Oleh karena Jaminan Sosial Tenaga Kerja
dipandang terlepas dari upah dan berdiri sendiri sebagai suatu pendapatan buruh yang
diterima buruh sewaktu ia tidak atau sudah tidak mampu lagi bekerja.

B. Sejarah Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia


Setelah Indonesia merdeka yang mengatur jaminan sosial tenaga kerja belum
ada diatur, yang ada hanya mengenai ketentuan buruh sebagaimana diatur
4

Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak., Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung, Tahun 1980,
hal. 105.

dalam KUH Perdata. Oleh sebab itu sudah lama ditunggu-tunggu ketentuan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. Sebelum keluar Undang Undang Nomor 3 Tahun
1992, tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, telah ada beberapa Undang-Undang yang
mengatur sebagaimana tersebut dibawah ini:
1. Peraturan Kecelakaan Pelaut (Schepelingen Ongevallenregeding) 1940.
2. Undang-Undang Kecelakaan 1947.
3. Asuransi sosial Tenaga Kerja (Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977).
4. Setelah keluarnya Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992.
Setelah keluarnya Undang Undang No. 3 Tahun 1992, maka ketentuan-ketentuan
yang mengatur masalah jaminan sosial tenaga kerja yang berlaku sebelumnya,
dinyatakan tidak berlaku lagi. Yang terakhir ialah Undang Undang No. 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan terakhir Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun
1993 tentang penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja.
C. Tujuan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pada dasarnya tujuan program jaminan sosial tenaga kerja menekankan pada
perlindungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang lebih lemah.
Oleh karena itu, pengusaha memikul tanggung jawab utama dan secara moral
pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan
tenaga kerja. Di samping itu sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif
yang ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarga dengan baik.
Sudah menjadi kodrat bahwa manusia itu berkeluarga dan berkewajiban
menanggung kebutuhan keluarganya. Oleh karenanya kesejahteraan yang perlu
dikembangkan bukan hanya tenaga kerja sendiri tetapi juga bagi keluarganya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, yang harus tetap
dipelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan sebagian atau seluruh
penghasilannya sebagai akibat terjadinya resiko-resiko sosial, antara lain kecelakaan
kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua.

Dalam rangka menciptakan landasan untuk meningkatkan kesejahteraan dan


perlindungan tenaga kerja, Undang Undang ini mengatur penyelenggaraan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja sebagai perwujudan pertanggungan sosial sebagaimana dimaksud
dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pada
hakekatnya program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruh penghasilan yang hilang.
D. Jaminan Sosial Sebagai Hak Pekerja
Untuk menjamin hak pekerja mendapat pelayanan atas pelaksanaan program
Jamsostek, di dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja pada Pasal 3 ditegaskan :
(1) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan
mekanisme asuransi.
(2) Setiap tenaga kerja berhak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Selanjutnya pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa
tenaga kerja kepada Kandepnaker dan badan penyelenggara (PT. Jamsostek) dan
pengusaha wajib memiliki daftar tenaga kerja dan keluarganya untuk program
pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan keluarganya.
Bagi pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tersebut di atas
dalam pasal 29 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, akan diberi
sanksi kurungan selamalamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi tingginya Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dalam hal ini Kejaksaan Tinggi di wilayah hukum
perusahaan yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan tenaga kerjanya
menjadi peserta Jamsostek. Hal ini juga dapat menjadi pegangan bagi para pekerja (buruh)
untuk Menuntut haknya sebagai peserta Jamsostek demi ketenangan dan keamanan hidup
dan batinnya dalam melakukan kewajibannya bekerja dan meningkatkan produktivitas.

BAB IV
ASPEK HUKUM JAMINAN KECELAKAAN KERJA
DI PT. JAMSOSTEK
A. Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek
Kebijakan pemerintah melalui tujuan pembangunan dengan Pasal 33 UUD Negara
RI Tahun 1945 mengamanatkan penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, bahwa pemerintah mendirikan Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
1995 tentang Penetapan Badan penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59), berdasarkan UndangUndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3468), dan
peraturan terakhir berdasarkan ketentuan peralihan Pasal 52 ayat 2 Undang-undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, diatur Semua ketentuan yang
mengatur mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan Undang-Undang ini paling lambat 5 (lima) tahun sejak UndangUndang ini diundangkan.

Sebagai Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, oleh


pemerintah telah menghunjuk PT. Jamsostek (Persero) sebagai lembaga penyelenggara
tunggal pada program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang PT. Jamsostek (Persero) tentang
Penyelenggaraan Tunggal Program Jamsostek, adalah untuk ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3520) sebagaimana
telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan perundangannya memberikan kewajiban kepada pengusaha untuk
bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa tertentu yang merugikan karyawan.
Pemerintah

menegakkan dipatuhinya

peraturan

perundangan tersebut

mengawasi terlaksananya kewajiban pengusaha dimaksud.

dengan

Pelaksanaan kewajiban ini diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha. Ia dapat


menanggung sendiri segala kewajiban finansial yang timbul jika peristiwa yang
dimaksud menimpa karyawannya. Atau ia dapat mempertanggungan resiko tersebut
pada perusahaan asuransi komersial.
Program-program yang dapat dilaksanakan melalui Sistem asuransi sosial
dengan Program yang memberikan jaminan tunai (cash benefits) menanggulangi
hilangnya atau berkurangnya penghasilan dan Program yang memberikan jaminan
pelayanan (service benefits) untuk menanggulangi tambahan biaya hidup, seperti pada
pemeliharaan kesehatan.
B. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PT. Jamsostek
Pemerintah RI melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenaktrans) memberikan jaminan kepada pekerja lewat program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek). Jaminan ini memberikan banyak perubahan dan bermanfaat
langsung bagi pekerja dan keluarganya sebagaimana diatur dalasm Pasal 6 ayat (1) UU
No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, terdapat 4 (empat) Ruang
lingkup program jaminan sosial tenaga kerja Di PT. Jamsostek, yaitu:
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Jaminan kecelakaan kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU No. 3 Tahun
1992, yang mengatur:
a. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan
kerja.
b. Termasuk tenaga kerja dalam jaminan kecelakaan ialah :
1) Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah
maupun tidak.
2) Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah
perusahaan.
3) Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.
2. Jaminan Kematian (JK).
Pengaturan dari subjek tenaga kerja dalam Jaminan Kematian (JK) diatur:

1. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya
berhak atas Jaminan Kematian.

2. Jaminan Kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :


a. Biaya pemakaman.
b. Santunan berupa uang.
3. Jaminan Hari Tua (JHT).
Pengaturan Jaminan Hari Tua diatur dalam ketentuan terakhir dalam Pasal 26
Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas peraturan
pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, yang mengatur :
(1) Pembayaran Jaminan Hari Tua dilakukan sekaligus kepada Janda atau Duda atau
anak dalam hal:
a. Tenaga kerja yang menerima pembayaran Jaminan Hari Tua secara berkala
meninggal dunia, maka menerima sebesar sisa Jaminan Hari Tua yang belum
dibayarkan;
b. Tenaga kerja meninggal dunia.
(2) Dalam hal tidak ada janda atau duda atau anak maka pembayaran Jaminan Hari Tua
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kepada orang tua, cucu, kakek atau
nenek, saudara kandung atau mertua dari tenaga kerja yang bersangkutan secara
berurutan.
(3) Pengajuan pembayaran Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) disampaikan kepada Badan Penyelenggara.
(4) Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai janda atau duda, anak, orang tua, cucu,
kakek atau nenek, saudara kandung atau mertua sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) maka Jaminan Hari Tua dibayar kepada pihak yang ditunjuk oleh
tenaga kerja dalam wasiatnya.
(5) Dalam hal tenaga kerja tidak membuat wasiat sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
maka Jaminan Hari Tua dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
kepada Balai Harta Peninggalan sesuai peraturan perundang-undangan. 4.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, secara pokok telah dijelaskan
pada PP No. 14 Tahun 1993, bahwa ada 3 (tiga) hal pokok yang mengatur Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan pada Jamsostek, yaitu :

1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan diberikan dalam bentuk pelayanan medis sebagai


Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar.
2. Paket tersebut terdiri dari :
a. Rawat jalan tingkat pertama terutama berupa : pemeriksaan dan pengobatan oleh
dokter umum dan dokter gigi, pemeriksaan kehamilan, tindakan medis
sederhana.
b. Rawat jalan lanjutan, terutama berupa : pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter
spesialis.
c. Rawat inap di rumah sakit, antara lain berupa : pemeriksaan dan pengobatan oleh
dokter, tindakan medis, menginap dan makan pada kelas II rumah sakit
pemerintah atau kelas III rumah sakit swasta. Lamanya hari rawat yang
ditanggung maksimum 60 hari perkasus pertahun sudah termasuk perawatan
khusus (ICCU/ICU).
Bagi penyakit tertentu yang memerlukan perawatan di ruang khusus
(ICCU/ICU) ditanggung maksimum 20 hari perkasus pertahun.
d. Pertolongan persalinan, terutama berupa : tindakan medis para dokter atau bidan,
menginap di rumah bersalin.
e. Penunjang diagnostik, terutama berupa : pemeriksaan laboratorium radiology,
EEG, ECG, USG dan CT Scanning sesuai tersedianya fasilitas tersebut.
f. Pelayanan khusus, terutama berupa penggantian maksimum biaya : kaca mata
Rp. 50.000,00 prothesa mata Rp. 100.000,00, prothesa gigi Rp. 80.000,00,
prothesa tangan Rp. 125.000,00, prothesa kaki Rp. 150.000,00 alat bantu dengar
Rp. 100.000,00
g. Pelayanan gawat darurat, terutama berupa : pemeriksaan dan pengobatan
tindakan medik, dan rawat inap (jika perlu).
3. Hal-hal yang tidak ditanggung.
a. Pelayanan kesehatan yang tidak ditanggung antara lain di diluar prosedur yang
ditetapkan
b. Pelayanan kesehatan pada penyakit akibat alkohol, narkotika, penyakit kelamin,
penyakit kanker, AIDS, perawatan kosmetik untuk kecantikan, transplantasi
organ dan hemodialisa

c. Obat-obatan yang tidak ditanggung, antara lain berupa : obat kanker, kosmetika,
obat gosok dan susu.
C. Ketentuan Jaminan Kecelakaan Kerja Di PT. Jamsostek
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 tentang perubahan
kedelapan atas peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, secara pokok telah mengatur ke-3 (tiga) hal Ruang
lingkup program jaminan sosial tenaga kerja pada Jaminan Kecelakaan Kerja tersebut diatur
dalam lampiran Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 poin 1. Untuk membahas Jaminan
Kecelakaan Kerja, yaitu :

1. Santunan.
Santunan untuk kecelakaan ada 3 (tiga) ketentuan, yaitu:
a. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) adalah 4 (empat) bulan
pertama 100% x upah sebulan, 4 (empat) bulan kedua 75% x upah sebulan dan
bulan seterusnya 50% x upah sebulan.
b. Santunan cacat:
1) Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus
(lumpsum) dengan besarnya % sesuai tabel x 80 bulan upah.
2) Santunan cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus
(lumpsum) dan secara berkala dengan besarnya santunan adalah:
a) Santunan sekaligus sebesar 70% x 80 bulan upah;
b) Santunan berkala dibayarkan sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu
rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan atau dibayarkan
dimuka sekaligus sebesar Rp 4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu
rupiah) atas pilihan tenaga kerja yang bersangkutan.
3) Santunan cacat kekurangan fungsi dibayarkan secara sekaligus (lumpsum)
dengan besarnya santunan adalah: % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x
80 (delapan puluh) bulan upah.
c. Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) dan secara berkala
dengan besarnya santunan adalah:

1) Santunan sekaligus sebesar 60% x 80 bulan upah, sekurang-kurangnya


sebesar santunan kematian;
2) Santunan berkala dibayarkan sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan atau dibayarkan dimuka
sekaligus sebesar Rp 4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu rupiah) atas
pilihan janda atau duda atau anak tenaga kerja yang bersangkutan;
3) Biaya pemakaman dibayarkan sekaligus sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta
rupiah).
2. Pengobatan dan perawatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk:
a. Dokter;
b. Obat;
c. Operasi;
d. Rontgen, laboratorium;
e. Perawatan Puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas I atau Swasta
yang setara;
f. Gigi;
g. Mata; dan/atau
h. Jasa tabib/sinshe/tradisional yang telah mendapat ijin resmi dari instansi
berwenang.
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk peristiwa kecelakaan tersebut pada 1.a.
sampai dengan 1.h. dibayar maksimum sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah).
1. a. Biaya penggantian gigi tiruan maksimalsebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta
rupiah).
3. Biaya rehabilitasi harga berupa penggantian pembelian alat bantu (orthose)
dan/atau alat pengganti (prothese) diberikan satu kali untuk setiap kasus
dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah
Sakit Umum

Pemerintah

harga tersebut serta biaya

dan ditambah 40% (empat puluh persen) dari


rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp

2.000.000,00 (dua juta rupiah).


4. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya perawatan sama dengan huruf A dan
huruf B.
5. Biaya pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan ke rumah sakit
diberikan biaya penggantian sebagai berikut:
a. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai/danau maksimum
sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh riburupiah);
b. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimal sebesar Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah);
c. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimal sebesar Rp
2.000.000,00 (dua juta rupiah).
d. Apabila menggunakan lebih dari 1 (satu) jenis jasa angkutan, maka berhak atas
biaya maksimal dari masing-masing jenis angkutan sebagaimana dimaksud pada
angka 1, angka 2 dan/atau angka 3.
Penyakit akibat kerja sesuai daftar dianggap sebagai kecelakaan kerja, dan
ditanggung selama hubungan kerja dan sampai selama-lamanya tiga tahun setelah
hubungan kerja berakhir. Selain memberikan konpensasi dan rehabilitasi, Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) juka ikut aktif membantu usaha-usaha pencegahan kecelakaan
kerja.
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus
dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko
sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental,
maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban
untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74%
sesuai kelompok I s/d V jenis Perusahaan.
Dengan demikian kemanfaatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi

usaha-usaha prevensi, kompensasi, dan rehabilitasi. Jaminan Pemeliharaan


Kesehatan memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan pada penulisan ini adalah :
1. Kebijakan pemerintah melalui tujuan pembangunan dengan Pasal 33 UUD Negara
RI Tahun 1945 mengamanatkan penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dengan mendirikan PT. Jamsostek dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Pemerintah No 53
tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas peraturan pemerintah Nomor 14 tahun
1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja melaksanakan
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
dengan memberikan kewajiban kepada pengusaha untuk bertanggung jawab atas
peristiwa-peristiwa tertentu yang merugikan karyawan.
2. Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenaktrans)
melalui Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek telah
mewajibkan pengusaha dan tenaga kerja yang mengatur, pengusaha yang
mempekerjakan tenaga sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar
upah paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikut
sertakan tenaga kerjanya dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan 4
(empat) jaminan, yaitu: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dengan Iuran 0,24% 1,74% (berdasarkan Kelompok Perusahaan), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan Iuran
5,70%, Iuran Jaminan Kematian (JK) dengan Iuran 0,30%, Iuran Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dengan sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga
kerja yang sudah berkeluarga, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang
belum berkeluarga.
3. PT. Jamsostek memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali
dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja berupa pembayaran
Santunan untuk kecelakaan dengan 3 (tiga) ketentuan, yaitu Santunan Sementara
Tidak Mampu Bekerja (STMB) adalah 4 (empat) bulan

pertama 100% x upah sebulan, 4 (empat) bulan kedua 75% x upah sebulan dan
bulan seterusnya 50% x upah sebulan, Santunan cacat sebagian untuk selamalamanya dibayarkan sekaligus (lumpsum) dengan besarnya % sesuai tabel x 80 bulan
upah dan Santunan cacat total dengan Santunan sekaligus sebesar 70% x 80 bulan
upah dan Santunan berkala sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) perbulan
selama 24 (dua puluh empat) bulan, Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus
(lumpsum) sebesar 60% x 80 bulan upah dan Santunan berkala sebesar Rp
200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) perbulan selama 24 (dua puluh empat) bulan serta
Biaya pemakaman dibayarkan sekaligus sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
B. Saran
Adapun yang menjadi saran pada penulisan ini adalah :
1. Sebaiknya PT. Jamsostek (Persero) transparan mengawasi pengusaha untuk
memberikan kewajiban mendaftarkan dan membayar iuran Jamsostek dan
bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa tertentu yang merugikan karyawan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 tentang perubahan kedelapan
atas peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
2. Sebaiknya PT. Jamsostek (Persero) melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (3)
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek memungut iuran wajib atas
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dengan Iuran 0,24% - 1,74% (berdasarkan
Kelompok Perusahaan), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan Iuran 5,70%, Iuran
Jaminan Kematian (JK) dengan Iuran 0,30%, Iuran Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) dengan sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang sudah
berkeluarga, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga.
3. Sebaiknya PT. Jamsostek (Persero) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan dan menderita penyakit akibat hubungan
kerja berupa pembayaran Santunan tanpa birokrasi yang sulit.

Daftar Pustaka
A. Buku
Apeldoorn, L. J. van., Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya, Jakarta, Tahun 1980. Saputra,
Gunawi Karta., Pengantar Ilmu Hukum, CV. Armico, Bandung, Tahun
1982.
., Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan
Kerja, Alumni, Bandung, Tahun 1984.
Soepomo, Imam., Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, Tahun 1992.
C.S.T. Kansil., Kansil CST, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka 1984.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Tahun
1988.
Simanjuntak, Ny. Emmy Pangaribuan., Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung,
Tahun 1980.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3468).
Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Peraturan
Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.

Anda mungkin juga menyukai