Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH
Rina Wulandari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000). Dengue Haemoragic Fever
(DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah,
1995). Adapun klasifikasi DHF menurut WHO sebagai berikut:
a. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif).
b. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
c. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi).
d. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.
2. Penyebab
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan
satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel
BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan

terhadap

&Suprohaita,2000).
c. Host

serotipe

jenis

yang

lainnya

(Arief

Mansjoer

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).
3. Tanda dan Gejala
a. Demam tinggi selama 5 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
4. KLASIFIKASI DHF
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4
tingkat yaitu :
a. Derajat I
Panas 2 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
b. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
c. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun
(120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi

virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga
terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+
dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
ermeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya
komplek imun antibodivirus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan

fungsi

trombosit,

trombositopeni,

coagulopati.

Ketiga

hal

tersebut

menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock
tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hypoxia
jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1)
peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh
vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000).
6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) ( 100000/I) Hematokrit
meningkat 20%, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar trombosit
dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DBD dengan dua kriteria tersebut

ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji


serologi hemaglutnasi (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey, 2012).
2) Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
3) Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga
4) Masa perdarahan memanjang
5) Protein rendah (hipoproteinemia)
6) Natrium rendah (hiponatremia)
7) SGOT/SGPT beisa meningkat
8) Asidosis metabolic
9) Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
b. Urine
Kadar albumine urine positif (albuminuria) (Vasanwala, Puvanendran, Chong, Ng,
Suhail, Lee, 2011).
c. Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan
dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
d. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai pertimbangan
karena tidak menggunakan system pengion (Sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus
berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG
dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnose penyakit yang mungkin muncul lebh
berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pancreas.
e. Diagnosis Serologis
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitive namun
tidak spesifik

artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi.

Antibody HI bertahan dalam tubuh lama sekali (>48 tahun) sehingga uji ini baik
digunakan pada studi serologi-epidemioligi. Untuk diagnosis pasien, Kenaikan titer
konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum
akut atau konvalesen daianggap sebagai presumtif (+) atau di dugan keras positif
infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).
2) Uji komplemen fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh
tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja
(sekitar 2-3 tahun).

3) Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya memamkai cara
Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari
plaque yang terjadi. Anti body neutralisasi dapat dideteksi dalam serum bersamaan
dengan antibody HI tetapi lebih cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan
lama (>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga tidak rutin
digunakan (Vasanwala dkk, 2011).
4) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi virus dengue karena
IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM negative uji ini perlu diulang.
Apabila hari sakit ke-6 IgM msih negative maka dilaporkan sebagai negative. IgM
dapat bertahan dalam darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji
Mac Elisa sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan
satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI (Vasanwala dkk,
2011).
5) Identifikasi Virus
Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction
(RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat
didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari
specimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk. Sensitifitas
PCR sama dengan isolasi virus namun PCR tidak begitu dipengaruhi oleh
penanganan specimen yang kurang baik bahkan adanya antibody dalam darah juga
tidak mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk, 2011).
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien
dengan DHF dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai
sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.

3) Kaji riwayat keperawatan.


4) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas,
sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
9. Nursing Care Plan
NO.
1.

DX
Resiko
kekurangan
volume
cairan
b.d
perdarahan
1.
2.

3.

2.

Hipertermi
b.d
proses
penyakit

1.
2.

NOC
Setelah dilakukan tindakan
1.
keperawatan selama 3x24
jam, maka diharapkan
volume
cairan
tubuh
2.
adekuat dengan kriteria
hasil :
Mempertahankan output
urin > 1300 ml/ hr
3.
Mempertahankan TD,
nadi, suhu dalam rentang
normal
Mempertahankan
elastisitas, turgor kulit,
4.
membran mukosa tetap
lembab, serta orientasi
terhadap orang, tempat,
waktu secara baik
Setelah dilakukan tindakan1.
keperawatan selama 3x24
jam, maka diharapkan 2.
:
Suhu
tubuh
kembali
normal dengan kriteria
hasil :
3.
Suhu tubuh normal (3637C)
Pasien bebas dari demam
4.

NIC
RASIONAL
Kaji keadaan umum klien1. Untuk mengetahui dengan
dan TTV.
cepat penyimpangan dari
keadaan normalnya.
Observasi adanya tanda2. Agar dapat segera dilakukan
syok.
tindakan untuk menangani
syok yang dialami klien.
3. Pemberian cairan intravena
Berikan cairan intravena sangat penting bagi klien yang
sesuai program dokter.
mengalami defisit volume
cairan.
4.
Asupan cairan sangat
Anjurkan klien untuk diperlukan untuk menambah
banyak minum
volume cairan tubuh.

Mengkaji saat timbulnya1.


demam
Mengobservasi TTV :2.
suhu, nadi, TD, RR setiap 3
jam atau lebih sering
Memberikan penjelasan
tentang penyebab demam3.
atau peningkatan suhu
tubuh
Memberikan penjelasan
pada
pasien/keluarga4.
tentang hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi
demam dan menganjurkan
pasien/keluarga
untuk
kooperatif.

Untuk mengidentifikasi pola


demam pasien
TTV merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien.
Penjelasan tentang kondisi
yang dialami pasien dapat
membantu pasien/ keluarga
mengurangi kesemasan yang
timbul.
Keterlibatan keluarga sangat
berarti
dalam
proses
penyembuhan
pasien
di
rumah sakit

5.

3.

Nyeri
b.d Setelah dilakukan tindakan1.
proses
keperawatan selama 3x24
patologis
jam, maka diharapkan tidak
penyakit
terjadi
nyeri
dengan2.
kriteria hasil :
1.
Menggunakan rentang
skala
nyeri
untuk3.
mengidentifikasi
tingkat
nyeri dan menentukan rasa
nyaman
4.
2.
Mengungkapkan
bagaimana mengelola nyeri
3.
Mengungkapkan
kemampuan
untuk
beristirahat dan tidur
5.
4.
Mengungkapkan cara
pengelolaan nyeri tanpa
efek farmakologi

4.

Ketidakseimb
angan nutrisi;
kurang dari
kebutuhan
tubuh
b.d
ketidakmamp1.
uan
pemasukan,
mencerna 2.
makanan atau
mengabsorbsi
zat-zat gizi. 3.

Setelah dilakukan tindakan1.


keperawatan selama 3x24
jam, maka diharapkan
Nutrisi tubuh adekuat2.
dengan kriteria hasil :
Memiliki keinginan untuk
meningkatkan berat badan3.
secara progresif
Berat badan dalam batas
normal sesuai rentang
tinggi badan dan usia
Mengidentifikasi4.
kebutuhan nutrisi
4.
Tidak memiliki tandatanda malnutrisi
5.

Menjelaskan pentingnya
tirah baring bagi pasien dan
akibatnya juka hal tersebut5. Penjelasan yang diberikan
tidak dilakukan.
pada pasien/keluarga akan
memotivasi pasien untuk
kooperatif.
Mengkaji tingkat nyeri1. Untuk mengetahui berapa
yang dialami klien.
berat nyeri yang dialami
klien.
Mengkaji faktor-faktor2. Reaksi klien terhadap nyeri
yang mempengaruhi reaksi dapat
dipengaruhi
oleh
klien terhadap nyeri.
berbagai faktor.
Memberikan posisi yang
nyaman, usahakan situasi3.
Untuk mengurangi rasa
ruangan yang tenang.
nyeri.
Memberikan suasana
gembira bagi klien, alihkan
perhatian klien dari rasa4. Dengan melakukan aktivitas
nyeri.
lain klien dapat sedikit
melupakan
perhatiannya
Memberikan
obat terhadap
nyeri
yang
analgetik
(kolaborasi dirasakan.
dokter).
5.
Untuk
menekan
dan
mengurangi nyeri klien.
Mengkaji keluhan mual,
1.
Untuk menetapkan cara
sakit menelan dan muntah mengatasinya.
yang dialami oleh pasien.
Mengkaji cara bagaimana
makanan dihidangkan.
2.
Cara
menghidangkan
makanan
dapat
Memberikan makanan mempengaruhi nafsu makan
yang
mudah
ditelan pasien.
seperti : bubur, tim dan
3.
Membantu mengurangi
hidangan
saat
masih kelelahan
pasien
dan
hangat.
meningkatkan
asupan
Memberikan makanan makanan
karena
mudah
dalam porsi kecil dan ditelan.
frekuensi sering.
4.
Untuk menghindari mual
Menjelaskan manfaat dan mentah.
makanan/nutrisi
bagi
pasien terutama pada saat
5.
Meningkatkan pengetahuan
pasien sakit.
pasien
tentang
nutrisi
sehingga motovasi untuk

6.

Memberikan umpan balik


positif saat pasien mau
6.
berusaha
menghabiskan
makanannya.
7.
Mencatat jumlah/porsi
makanan yang dihabiskan
oleh pasien setiap hari. 7.
8.
Memberikan
nutrisi
parenteral
(kolaborasi
dengan dokter).
8.

5.

6.

Resiko
Setelah dilakukan tindakan1.
infeksi
b.d keperawatan selama 3x24
prosedur
jam, maka diharapkan
invasif.
Tidak
terjadi
infeksi
dengan kriteria hasil :
2.
1. Menunjukkan tanda-tanda
bebas dari infeksi
2. Mengetahui tanda-tanda3.
infeksi
3. Mempertahankan jumlah
sel darah putih dalam batas
normal
4. Mendemonstrasikan secara
tepat perawatan infeksi
Intoleransi
Setelah dilakukan tindakan1.
aktivitas b.d keperawatan selama 3x24
kelemahan
jam, maka diharapkan
menyeluruh.
Aktivitas klien kembali
normal dengan kriteria
hasil :
2.
1.
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik yang telah
ditentukan
dengan
peningkatan yang tepat3.
pada
denyut
jantung,
tekanan
darah
dan
pernapasan

makan meningkat.
Memotivasi
dan
meningkatkan
semangat
pasien.

Untuk
mengetahui
pemenuhan nutrisi pasien.

Nutrisi parenteral sangat


bermanfaat/dibutuhkan pasien
terutam jika intake per oral
sangat kurang. Jenis dan
jumlah pemberian nutrisi
parenteral
merupakan
wewenang dokter.
Teknik aseptik merupakan
tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadi infeksi.
Untuk mengetahui tanda
infeksi secara dini.

Lakukan teknik aseptik1.


saat melakukan tindakan
pemasangan infus.
2.
Mengobservasi daerah
pemasangan infus setiap
hari.
3. Infeksi dapat diketahui dari
Observasi TTV
penyimpangan nilai TTV

Kaji hal-hal yang mampu1.


atau
tidak
mampu
dilakukan
oleh
klien
sehubungan
dengan
kelemahan fisiknya.
Bantu klien memenuhi2.
kebutuhan
aktivitasnya
sesuai
dengan
tingkat
keterbatasan.
Bantu klien untuk mandiri3.
sesuai
dengan
perkembangan kemajuan
fisiknya.
4.

Untuk mengetahui tingkat


ketergantungan klien dalam
memenuhi kebutuhannya.

Klien membutuhkan bantuan


dalam
aktivitas
karena
kelemahan.
Dengan melatih kemandirian
klien, maka klien tidak
mengalami ketergantungan.
Dengan penjelasan yang

2.

3.

4.
7.

Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi.
1.

2.

3.

Memelihara warna kulit4.


normal dan kulit tetap
hangat serta kering dengan
adanya aktivitas
Mengungkapkan
pemahaman
pada
kebutuhan
untuk
peningkatan
aktivitas
secara bertahap
Meningkatkan toleransi
aktivitas
Setelah dilakukan tindakan1.
keperawatan selama 3x24
jam, maka diharapkan
Pengetahuan
klien
meningkat dengan kriteria
hasil :
Mengungkapkan tentang
penyakit,
mengenal
kebutuhan
pengobatan,
memahami pengobatan
Mengungkapkan2.
kemampuan
untuk
bekerjasama
dalam
mengontrol
status
kesehatan
Mengungkapkan sumbersumber
yang
dapat3.
digunakan sebagai sumber
informasi
atau
aspek
pendukung

Jelaskan tentang hal-hal


yang dapat membantu dan
meningkatkan
kekuatan
fisik klien.

diberikan
maka
klien
termotivasi
untuk
meningkatkan
kekuatan
fisiknya.

Mengkaji
tingkat
1.
pengetahuan
pasien/keluarga
tentang
penyakit
Dengue
Hemorrhagic Fever.

Untuk
memberikan
informasi
pada
pasien/keluarga,
perawat
perlu mengetahui sejauh mana
informasi atau pengetahuan
tentang
penyakit
yang
diketahui
pasien
serta
kebenaran informasi yang
telah didapatkan sebelumnya.
Agar
perawat
dapat
memberikan penjelasan sesuai
dengan tingkat pendidikan
mereka sehingga penjelasan
dapat dipahami dan tujuan
direncanakan tercapai.
Agar informasi dapat
diterima dengan mudah dan
tepat
sehingga
tidak
menimbulkan
kesalahpahaman.

2.
Mengkaji latar belakang
pendidikan pasien/keluarga

3.
Menjelaskan
tentang
proses
penyakit,
diet,
perawatan dan obat-obatan
pada pasien dengan bahasa
dan kata-kata yang mudah
dimengerti.
4.
Menjelaskan
semua
4.
Dengan
mengetahui
prosedur
yang
akan prosedur atau tindakan yang
dilakukan dan manfaatnya dialami
pasien
akan
bagi pasien.
kooperatif dan kecemasannya
menurun.
5. Memberikan kesempatan
5.
mengurangi kecemasan dan
pada pasien/keluarga untuk memotovasi pasien untuk
menanyakan hal-hal yang kooperatif
selama
masa
ingin diketahui sehubungan perawatan atau penyembuhan.
dengan penyakit yang
dialami pasien.

6. Menggunakan leaflet atau


6.
Gambar-gambar atau media
gambar-gambar
dalam cetak seperti leaflet dapat
memberikan
penjelasan membantu
mengingat
( jika ada/memungkinkan ). penjelasan
yang
telah
diberikan karena dapat dilihat
atau dibaca berulang kali.

10. Daftar Pustaka


Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai