DAN GETARAN
Guna memenuhi tugas mata kuliah Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Dosen Pengampu: Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Disusun oleh:
Siti Khaerunisa
Lisa Septiana
Khilma Fillial Amin
Annisa Purwandari
Dwi Arofah
Rengganis Prisklatiwi
Masrurotul Khotimah
Anif Surya Yunita
(6411413004)
(6411413035)
(6411413088)
(6411413102)
(6411413116)
(6411413153)
(6411413155)
(6411413178)
A.
B. NAMA KELOMPOK:
1. Siti Khaerunisa
(6411413004)
2. Lisa Septiana
(6411413035)
3. Khilma Fillial Amin (6411413088)
4. Annisa Purwandari (6411413102)
5. Dwi Arofah
(6411413116)
6. Rengganis Prisklatiwi (6411413153)
7. Masrurotul Khotimah (6411413155)
8. Anif Surya Yunita
(6411413178)
C. TANGGAL DAN WAKTU PENGAMBILAN SAMPEL
Hari, tanggal
: Jumat, 3 Juni 2016
Waktu
: pukul 08.30-10.00 WIB
D. LOKASI
1) Ruang Laboratorium Gedung F5 UNNES
2) Area parkir gedung F5
E. KONDISI LAPANGAN
Kondisi cuaca terang dan ruang tidak sedang digunakan untuk perkuliahan
F. LAMA PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel dilakukan selama 90 menit
G. PARAMETER YANG DIUKUR
1) Pencahyaan
2) Kebisingan
3) Getaran
HARI, TANGGAL
Hari, tanggal
: Jumat, 3 Juni 2016
Waktu
: pukul 08.30-10.00 WIB
B.
LOKASI
1) Ruang Laboratorium Gedung F5 UNNES
2) Area parkir gedung F5
C.
TUJUAN
Untuk mengetahui angka kebisingan, pencahayaan, dan getaran di gedung F5 dan
kendaraan bermotor
D.
E.
para pekerja maupun masyarakat sekitar tempat kerja. Sumber kebisingan dapat
berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang,
kereta api, tempat umum, dan niaga (Chandra, 2009). Suara dapat diukur dengan alat
yang disebut sound level meter, yaitu berupa intensitas atau kekerasan suara
dinatakan dengan satuan desibel.
2. PENCAHAYAAN
Setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada permukaannya.
Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang bersifat
visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja lebih produktif.
Membaca buku dapat dilakukan dengan 100 hingga 200 lux.
Pencahayaan minimum untuk seluruh interior yang bukan untuk pekerjaan,
telah disebutkan sebesar 20 Lux. Rekomendasi skala pencahayaan adalah sebagai
berikut 20 30 50 75 100 150 200 300 500 750 1000 1500 2000,
Lux.
Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Sistem pencahayaan merata.
Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan,
digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan
memerlukan tingkat pencahayaan yang sama.
Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara
merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.
b. Pencahayaan setempat.
Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata.
Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan
tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak
dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh den gan mengkonsentrasikan
penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut.
c. Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat.
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem pencahayaan merata dengan
pencahayaan setempat dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual.
Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :
1. tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.
2. memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah
tertentu.
3. pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang
terhalang tersebut.
4. tingkat pencahayaan yang l ebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang
kemampuan penglihatannya sudah berkurang.
Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi kecerahan
dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum adalah
kecerahan yang berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat langsung
atau melalui pantulan. Ada dua macam silau, yaitu disability glare yang dapat
mengurangi kemampuan melihat, dan discomfort glare yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan penglihatan. Kedua macam silau ini dapat terjadi secara
bersamaan atau sendiri-sendiri.
3. GETARAN
Getaran adalah suatu faktir fisik yang menjalar ke tubuh manusia mulai dari
tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar akibat getaran peralatan mekanis yang
dipergunakan dalam tempat kerja. Jenis getaran dibagi menjadi dua, yaitu getaran
seluruh tubuh dan getaran lengan tangan. Sumber getaran yaitu perkakas yang
bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam perakitan kapal, otomotif,
pertambangan, kehutanan dan pekerjaaan kontruksi. Getaran diukur dengan
menggunakan vibrationmeter.
F.
LANGKAH KERJA
Kebisingan
a. Persiapan
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) memaasang baterai pada sound level meter
3) menghidupkan alat dengan menekan tombol power
4) memeriksa baterai dengan melihat garis pada monitor apakah dalam keadaan
baik atau tidak
5) mengkalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga angka pada monitor sesuai
dengan angka pada kalibrator
b. Pengukuran
1) memilih slector pada posisi
- Fast : untuk jeniskebisingan kontinyu
- Slow : untuk kebisingan impulsif/terputus-putus
2) memilih selector range intensitas kebisingan
3) menenentukan lokasi pengukuran, arahkan mikrophone pada sumber
kebisingan
4) memposisikan alat ukur pada ketinggian 120-150 cm (setinggi telinga dari
lantai)
5) melakukan pengukuran selama 1-2 menit dengan 6 kali pembacaan pada
setiap lokasi. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada monitor
(angka stabil)
6) Mencatat hasil pengukuran dengan menhitung rata-rata kebisingan
berdasarkan rumus:
Pencahayaan
Persiapan
1) menyiapkan alat dan bahan
2) menekan tombol power
Pencahayaan/penerangan umum
1) membagi ruangan menjadi 5 titik (4 pojok dan tengah)
2) melakukan pengukuran dengan tinggi alat kurang lebih 85 cm diatas lantai
Pengukuran reflectance
1) mengukur intensitas penerangan yang jatuh pada bidang ukur dengan photo
cell menghadap ke sumber cahaya (A lux)
2) Photo cell dibalik, lalu ditarik sampai angka pada display menunjukkan
angka tertinggi (B lux).
3) Menghitung Reflectance dengan rumus
Reflectance =
Getaran
1) memasang kabel pada lubang alat pengukur, ujung yang lain disabungkan
dengan sensor vibration
2) memilih ACC untuk mengukur percepatan, dan VEL untuk mengukur
kecepatan
3) Pada tombol RMS/PEAK memilih posisi RMS
4) menyalakan alat ukur dengan menekan tombol Power Button
5) meletakkan pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin yang
langsung berhubungan dengan anggota tubuh operator
6) Jika permukaan mesin dari besi, memasang magnet pada ujung sensor
vibration sehingga bisa menempel
7) Selama pengukuran menekan tombol data hold on
8) mencatat hasil pengukuran pada lembar data
G.
STANDAR
1. KEBISINGAN
Nilai ambang batas kebisingan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
Jam
85
88
91
94
30
15
7,5
3,7 5
1,88
0,94
Menit
97
100
103
106
109
112
28,12
14,06
7,03
3,52
1,76
0,88
0,44
0,22
0,11
Detik
115
118
121
124
127
130
133
136
139
2. PENCAHAYAAN
Tabel 2. Standar intensitas cahaya di ruang kerja menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ruang/Unit
Ruang Kelas
Ruang Guru
Ruang bimbingan &
konseling
Ruang UKS
Sekitar tangga
Ruang Laboratorium
Ruang perpustakaan
Kantin
Toilet
10
Ruang ibadah
100
Objek
Sepeda
Motor
Yamaha
2.
(Telinga)
Sepeda
105
Motor
Yamaha
(Mesin)
Rumus Rata-rata Kebisingan :
PENCAHAYAAN
Tabel 6. Hasil pengukuran pencahayaan/penerangan umum
Hasil
Sumber
1
2
3
4
No
pengukuran
cahaya
836,6 Lux
Alami
(kiri
(kanan (tengah)
depan) depan)
453
1615
1148
(kiri
(kanan
belakang) belakang)
644
323
1564
2500
1001
Ratarata
1669,7
Laboratorium
Tabel 8. Hasil Pengukuan Reflectance
No
Lokasi Pengukuran
A (lux)
1
Ruang
sebelah 1585
B (lux)
300
Reflektance
18,9 %
Laboratorium
2. GETARAN
Hasil Pengukuran
Objek getaran
Tempat Pengukuran
Kecepatan
Satuan
Tipe Kendaraan
No
: Sepeda Motor
: Tangan dan Kaki
:
: m/s
: Yamaha (Vega R) dan Honda (Beat)
Tabel 9. Hasil pengukuran Getaran
Tempat Pengukuran
Posisi Stabil
Sepeda Motor Merk Yamaha 110 cc
1.
Tangan
5,7
2.
Kaki
0
Sepeda Motor Merk Honda 125 cc
1.
Tangan
0
2.
Kaki
0
I.
Posisi digas
7,98
1,16
1,7
2,14
ANALISA
1. KEBISINGAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor
Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan
Faktor Kimia Di Tempat Kerja. NAB pada pajanan 4 jam/hari sebesar 88 dBA
sedangkan hasil pengkuran yang diperoleh dari pengukuran kebisingan pada sepeda
motoradalah 103,46 dBA. Hasil tersebut melebihi ambang batas baku mutu.
2. PENCAHAYAAN
Berdasarkan Standar intensitas cahaya di ruang kerja menurut Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No
1429/MENKES/SK/XII/2006
tentang
Pedoman
posisi stabil sebesar 0 m/dt2 dan dengan posisi di gas sebesar 1,16 m/dt2. Hasil
pengukuran tersebut masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja.
Hasil pengukuran sepeda motor merk Honda pada tempat pengukuran di tangan
dengan posisi stabil sebesar 0 m/dt 2 dan dengan poisisi digas sebesar 1,7 m/dt 2. Hasil
pengukuran tersebut tidak melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja. Pada tempat pengukuran di kaki dengan posisi stabil sebesar 0 m/dt 2
dan dengan posisi di gas sebesar 2,14 m/dt 2. Hasil pengukuran tersebut masih
dibawah standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
J. KESIMPULAN
Dari semua hasil pengukuran yang telah dilakukan hanya getaran yang sesuai dengan
standar, sedangkan pengukuran pencahayaan (umum dan lokal) dan kebisingan
melebihi standar yang ditentukan.
K. DAFTAR PUSTAKA
Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta : Kanisius
United Nations Environment Programme. 2006. Pedoman Efisiensi Energi untuk
Industri di Asia. UNEP
Standar Nasional Indonesia. 2001. Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Buatan pada Bangunan Gedung. SNI 03-6575-2001
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 13/MEN/X/2011 tentang
nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja
Wijaya, C. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Jakarta : EGC