Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI NEGARA LUAR
INDONESIA
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
. 2
KATA PENGANTAR
. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
. 4
. 5
. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 New York
2.2 Swedia
2.3 Singapura
2.4 Jerman
2.5 Belanda
2.6 Inggris
2.7 Jepang
.
.
.
.
.
.
.
6
7
9
10
15
15
22
. 26
. 26
. 27
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nyalah maka saya bisa menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
Pengolahan sampah di negara luar Indonesia yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang
saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 New York
New York City, yang terdiri dari lima wilayah yaitu, Manhattan,
Queen,Brooklyn, Bronz dan Staten Island, mempunyai sistem penanganan
sampah terpadu di masing-masing wilayah dan biasanya terletak jauh dari
keramaian kota. Khusus kota Manhattan, penanganannya lebih rumit lagi
karena merupakan pusat kota New York, meskipun kota ini lebih kecil
dibanding keempat wilayah lainnya. Sebutan Manhattan : " The Capital Of
The World" Sebagian kota New York juga melibatkan perusahaan swasta
menangani masalah sampah dalam mambantu bagian kebersihan NYC.
Department yang mengurus sampah ini disebut, Sanitation Deparment,
pekerjaannya meliputi:
Pengumpulan sampah yang sudah ditaruh ditrotoar,
2.2 Swedia
Swedia dikenal sebagai negara yang memiliki manajemen baik dan
efektif dimana sampah masyarakat dan rumah tangga dapat didaur ulang.
Kebijakan tersebut dikeluarkan pemerintah Swedia. Sampah yang didaur
ulang itu dimanfaatkan sebagai sumber energi. Kebijakan pemerintah dan
budaya masyarakat yang mengerti arti kebersihan dan energi, membuat
Swedia menjadi negara maju dalam pengelolaan sampah. Dalam data
statistik Eurostat, rata-rata jumlah sampah yang menjadi limbah di negaranegara Eropa adalah 38 persen. Swedia berhasil menekan angka itu menjadi
hanya satu persen.
Swedia, negara terbesar ke-56 di dunia, dikenal memiliki manajemen
sampah yang baik Mayoritas sampah rumah tangga di negara Skandinavia
itu bisa didaur ulang atau digunakan kembali. Satu-satunya dampak negatif
dari kebijakan ini adalah Swedia kini kekurangan sampah untuk dijadikan
bahan bakar pembangkit energinya. Swedia kini mengimpor 800 ribu ton
sampah per tahun dari negara-negara tetangganya di Eropa. Mayoritas
sampah ini berasal dari Norwegia. Sampah-sampah ini sekaligus untuk
memenuhi program Sampah-Menjadi-Energi (Waste-to-Energy) di Swedia.
Dengan tujuan utama mengubah sampah menjadi energi panas dan listrik.
Norwegia, sebagai negara pengekspor, bersedia dengan perjanjian ini
karena dianggap lebih ekonomis dibanding membakar sampah yang ada.
10
masing kota di Jerman yang jumlahnya mencapai 402 kota, memiliki aturan
sendiri mengenai bagaimana rumah tangga dan perusahaan harus
menggunakan infrastruktur kota dan bertanggung jawab atas sampah yang
dihasilkan. Salah satu contoh peraturan yang diterapkan ialah larangan
penimbunan limbah biodegradable atau recycable. Adapula aturan yang
mengimbau masyarakat untuk melakukan pemisahan limbah yang
dihasilkan dari rumah tangga. Di Jerman, sampah kering dan sampah basah
memang telah terbiasa dipisahkan.
Di rumah tangga, misalnya, pemisahan sampah bukan hanya
berdasarkan sampah kering dan basah, tetapi juga berdasarkan jenisjenis
sampah yang dihasilkan, seperti bio-limbah, kertas, kemasan, kaca, limbah
besar, limbah berbahaya, tekstil, peralatan elektronik, dan binresidu.
Sementara itu, dalam industri perdagangan dan pertambangan, pemisahan
limbah juga dilakukan agar hasil pengolahan sampah bisa dimanfaatkan
sebagai bahan baku sekunder. Perilaku masyarakat Jerman yang terbiasa
membuang sampah berdasarkan jenisnya itu, diakui pula oleh Norma
Hermawan, mahasiswa asal Indonesia yang baru menyelesaikan studi
master di Hochschule Darmstadt, Darmstadt, Jerman.
Berdasarkan pengalamannya, Norma mengamati masyarakat Jerman
cukup disiplin dalam membuang sampah. Selain dibuang pada tempatnya,
sampah juga dipisahkan berdasarkan sampah basah dan sampah kering.
Tidak hanya itu, masyarakat Jerman juga terbiasa memisahkan sampah dari
jenisnya, mulai dari sampah plastik, kertas, biomull atau sampah yang
membusuk, dan restmull (sampah yang tidak bisa didaur ulang).
"Di sejumlah tempat, tersedia pula tempat sampah untuk botol atau
gelas bekas yang dipisahkan berdasarkan warnanya. Bahkan, ada pula
tempat sampah khusus untuk membuang pakaian bekas," ujar dia. Norma
menambahkan, sepekan sekali, petugas kebersihan sampah datang ke
rumah-rumah penduduk untuk mengambil sampah rumah tangga.
Istimewanya, para petugas kebersihan tersebut adalah pegawai
pemerintahan yang bekerja secara profesional. Ketika menjalankan tugas,
mereka mengenakan seragam sembari membawa peralatan kebersihan
lengkap. Kedisiplinan masyarakat dalam menjaga kebersihan juga begitu
11
12
13
2.5 Belanda
Sampai dengan abad ke-17 penduduk Belanda melempar sampah di
mana saja sesuka hati. Di abad berikutnya sampah mulai menimbulkan
penyakit, sehingga pemerintah menyediakan tempat-tempat pembuangan
sampah. Di abad ke-19, sampah masih tetap dikumpulkan di tempat tertentu,
tapi bukan lagi penduduk yang membuangnya, melainkan petugas
pemerintah daerah yang datang mengambilnya dari rumah-rumah penduduk.
Di abad ke-20 sampah yang terkumpul tidak lagi dibiarkan tertimbun
sampai membusuk, melainkan dibakar. Kondisi pengelolaan sampah di
14
Negeri Kincir Angin (Belanda) saat itu kira-kira sama seperti di Indonesia
saat ini.
Kini di abad ke-21 teknologi pembakaran sampah yang modern mulai
diterapkan. Teknologi itu memungkinkan pembakaran tidak menimbulkan
efek sampingan yang merugikan kesehatan. Agar tujuan itu tercapai,
sebelum dibakar sampah mesti dipilah-pilah, bahkan sejak dari rumah.
Hanya yang tidak membahayakan kesehatan yang boleh dibakar. Sampah
yang memproduksi gas beracun ketika dibakar harus diamankan dan tidak
boleh dibakar. Yang lebih menggembirakan, selain bisa memusnahkan
sampah, ternyata pembakaran itu juga membangkitkan listrik.
2.6 Inggris
Di Inggris, ada City Council untuk kawasan perkotaan, ada juga Town
Council untuk kawasan kota dengan ukuran yang lebih kecil dan ada
juga Village Councilatau Parish Council. Di Inggris tiap-tiap rumah
diwajibkan membayar pajak bumi dan bangunan juga, sama seperti di
Indonesia, yang disebut Council Tax. Yang berbeda mungkin hanya
jumlahnya yang lebih mahal.
Council Tax ini digunakan oleh pemerintah lokal setempat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan lokal semacam perbaikan jalan, pemberian
layanan dan fasilitas umum, dan juga pengelolaan sampah. Konsepnya
cukup sederhana. Dalam hal pengelolaan sampah, dari uang pajak yang kita
bayar tiap bulan, oleh Council dibelanjakan. Salah satunya adalah untuk
pengadaan wheelie bin, atau tempat sampah beroda. Disebut demikian
karena memang ada rodanya, hingga mudah didorong ke mana-mana untuk
memperingan pekerjaan.
15
16
rumah tangga yang tidak boleh masuk ke coklat dan biru, harus masuk ke
kotak hijau ini. Jadi isi sampah dari kamar mandi, sampah dari meja rias,
sampah dapur yang non-organik, semua masuk ke wheelie bin yang warna
hijau.Sementara botol-botol kaca bekas selai, sambal ABC, kecap Bango, dll
harus dikumpulkan terpisah untuk lalu dibawa ke tempat penampungan
khusus yang biasa disediakan di jalan masuk supermarket-supermarket
besar.
Di dekat tempat penampungan botol bekas ini juga sering tersedia
kotak raksasa untuk pembuangan sepatu bekas dan baju bekas. Hebat kan?
Orang-orang di sini kadang aneh-aneh. Seringnya mereka membeli sesuatu
tapi lupa memakainya, dan ketika ingat, sudah tidak berminat lagi. Lebih
banyak baju-baju yang masih berlabel masuk ke tempat pembuangan ini,
karena pemiliknya kehilangan minat untuk memakainya (meskipun masih
baru)
Demikian juga dengan sepatu, sering bernasib serupa. Tapi jangan
pikir kalian bisa mengambilnya begitu saja, karena pembuangan sepatu dan
baju ini didesain sedemikian rupa sehingga menjadi semacam kotak surat.
Kalau kalian sudah memasukkan surat ke kotak surat, susah kan
mengambilnya lagi? Sama halnya dengan kotak sepatu dan baju bekas ini.
Yang sudah masuk, tidak bisa keluar lagi, kecuali si petugasnya membuka
gembok raksasa dan mengeluarkan isinya.
Lalu diapakan baju dan sepatu ini nantinya? Di Inggris, ada yang
namanya charity atau badan amal, mereka ada di mana-mana dan banyak
PENGOLAHANSAMPAH DI LUAR NEGERI INDONESIA
OKTAVIANINGSIH S.
17
sekali. Badan-badan amal ini resmi, terdaftar dan kegiatannya dipantau oleh
pemerintah, jadi bukan main-main. Mereka inilah yang mengumpulkan
sepatu dan baju bekas untuk akhirnya dijual lagi dengan harga super murah,
dan uangnya digunakan untuk kegiatan amal.
Toko-toko milik charity ini bertebaran hampir di tiap desa dan kota.
Yang dijual adalah barang-barang bekas seperti sepatu, baju, mainan, alat
dapur dan buku. Uniknya, di tiap buku yang dijual, ditempeli stiker berisi
himbauan agar jika selesai membaca, mohon dikembalikan ke toko itu untuk
dijual lagi. Jadi uang yang kita bayarkan sewaktu membeli buku itu jadi
semacam uang sewa buku. Kalau aku sih seringnya buku dari
tokocharity kumasukkan ke rak buku untuk nambah koleksi.
Bagaimana kalau kotak sampah kita sudah penuh? Ke mana sampahsampah rumah tangga tadi dibawa pergi? Siapa yang mengambilnya? Di sini
lagi-lagi peran Council sangat dibutuhkan. Dari uang pajak rumah yang kita
bayarkan tiap bulan tadi, masing-masing Council di tiap wilayah masingmasing akan menyediakan mobil-mobil sampah yang berkeliling dari rumah
ke rumah setiap satu minggu sekali untuk mengumpulkan sampah-sampah
kita. Sampah dari kotak warna coklat dan biru akan dikirimkan ke
perusahaan daur ulang. Sampah organik dari kotak coklat akan diproses
menjadi kompos, produk untuk berkebun dan semacamnya, sedangkan
sampah dari kotak biru yang berisi kertas dan plastik akan diolah lagi
menjadi produk-produk daur ulang yang berbahan kertas dan plastic
18
19
20
jika seluruh sampah tersebut dicampur aduk menjadi satu dan dibuang
bersama-sama. Alangkah sayangnya. Sampah yang harusnya bisa didaur
ulang bercampur dengan sampah lain, berakhir di TPA dan tidak bisa
dimanfaatkan lagi. Jikalau hendak didaur ulang, proses pemisahannya juga
akan membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup lama.
Di Inggris, tidak diperbolehkan untuk membuang sampah dengan cara
menimbunnya di dalam tanah, atau membakarnya di kebun belakang rumah.
Selain untuk menghindari pencemaran tanah dan air tanah, juga asap
pembakaran akan mencemari udara. Seluruh pengelolaan sampah di negara
Inggris dilakukan oleh pemerintah, dan pemisahan sampah sejak di rumah
menjadi kewajiban setiap warga. Hal ini mudah dilakukan karena sudah
menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dan menjadi tradisi. Kita akan otomatis
memisahkan sampah menurut jenisnya setiap hari dan setiap saat, tanpa
menyadarinya. Selanjutnya adalah tugas pemerintah untuk mengambil,
mengolah dan melakukan pembuangan sampah dengan pertanggungjawaban
yang tinggi terhadap kesehatan, lingkungan dan alam sekitar. Undangundang kesehatan dan lingkungan yang sudah diregulasi oleh negara dan
Uni Eropa juga harus dipatuhi.
2.7 Jepang
Penanganan sampah di Jepang bisa dibilang sukses, bila dibandingkan
dengan di negara kita, itu sudah tentu. Pada tahun 1960 dan 1970-an di
Jepang, kesadaran masyarakat terhadap sampah masih sangat rendah.
Mungkin pada masa itu sama dengan masa dulu dan sekarang yang dialami
di negara kita. Sebenarnya tidak hanya itu, penanganan sampah di Jepang
sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman edo. Jepang mulai baangkit dan
memikirkan masalah sampah ketika masalah-masalah lingkungan telah pelik
mengganggu kehidupan masyarakat di sana. Menyoal pada pembuangan
limbah yang tak taat guna, dan cenderung membahayakan kesehatan dan
lingkungan. Masyarakat Jepang memulai gerakan kesadaran akan hal
tersebut, mereka menganut gerakan bertema 3R (reduce, reuse dan recycle),
yakni mengurangi pembuangan sampah, menggunakan kembali dan daur
ulang.
21
22
beberapa kategori lainnya, yaitu: botol PET, botol beling, kaleng, batu
betere, barang pecah belah, sampah besar dan elektronik yang masingmasing memiliki cara pengelolaan dan jadwal pembuangan berbeda.
Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik adalah botol PET
dibuang di keranjang kuning punya pemerintah kota. Setelah sebelumnya
label plastik yang menempel di botol itu kita copot dan penutup botol kita
lepas, label dan penutup botol plastik harus masuk ke kantong sampah
berwarna merah dan dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label itu ada
label harga yang terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan
masukkan ke kantong sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa.
Selain pengelolaan sampah di rumah, departemen store, convenient
store, dan supermarket juga menyediakan kotak-kotak sampah untuk tujuan
recycle (daur ulang). Kotak-kotak tersebut disusun berderet berderet di
dekat pintu masuk, kotak untuk botol beling, kaleng, botol PET. Bahkan di
beberapa supermarket tersedia untuk kemasan susu dan jus (yang terbuat
dari kertas). Uniknya lagi, dalam kotak kemasan susu atau jus (biasanya
terpisah), terdapat ilustrasi tentang cara menggunting dan melipat kemasan
sedemikian rupa sebelum dimasukkan ke dalam kotak.
Proses daur ulang itu pun sebagian besar dikelola perusahaan produk
yang bersangkutan, dan perusahaan lain atau semacam yayasan untuk
menghasilkan produk baru. Hebatnya lagi, informasi tentang siapa yang
akan mengelola proses recycle juga tertulis dalam setiap kotak sampah.
Sementara, pengelolaan sampah di stasiun kereta bawah tanah, shinkansen,
pada saat para penumpang turun dari kereta adapetugas yang berdiri di
depan pintu keluar dengan membawa kantong plastik sampah besar siap
untuk menampung kotak bento dan botol kopi penumpang sambil tak lupa
untuk membungkuk dan mengucapkan "otsukaresama deshita!."
Sebelum isu meningkatnya gerakan anti-terorisme (setidaknya mereka
menyebut demikian), pada awalnya, di tempat umum juga menyediakan
menyediakan kotak-kotak sampah, biasanya untuk kategori kaleng, beling,
dan sampah biasa (ordinary). Sementara itu di Eropa dalam mengatasi
masalah sampah ini, Komisi Eropa telah membuat panduan dasar
pengelolaan sampah yang diperuntukkan untuk negara-negara anggotanya,
23
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apa yang dipaparkan di atas merupakan contoh-contoh bagaimana
negara di luar sana menangani masalah sampah. Sebuah cara-cara pengolalaan
sampah yang sistematis serta mengajarkan ketertiban dan kesadaran dalam
masyarakat mengenai cara membuang sampah yang baik dan benar. Meskipun
semuanya ada yang mengerjakan, tetapi masayarakat di sana diajarkan untuk
membantu sebagaimana mereka bisa. Meski begitu ada pula daerah-daerah di
sana dimana warganya tidak berlaku tertib, begitu seperti yang saya baca dari
artikel sumber. Namun yang jelas pelajaran yang positif baik untuk untuk kita
tiru dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang telah saya susun mengenai pengolahan
sampah di Negara luar Indonesia yang meliputi berbagai macam
klasifikasinya. Demi kesempurnaan makalah ini saya harapkan kritikan serta
saran yang membangun. Saran dari pembaca saya harapkan agar saya dapat
memperbaiki makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
25
DAFTAR PUSTAKA
26