Agus Prasetiyo k6410002 Makalah Hukum Dagang
Agus Prasetiyo k6410002 Makalah Hukum Dagang
AGUS PRASETIYO
NIM. K6410002
BAB I
PENDAHULUAN
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan peranan
BUMN
pembangunan nasional.
2. Mengetahui manfaat privatisasi BUMN.
dalam
percepatan
dan
perluasan
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Definisi Privatisasi
Privatisasi merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa
tidak ada altrernatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara
beban
keuangan
pemerintah,
sekaligus
membantu
Meningkatkan
campur
profesionalitas
tangan
pengelolaan
perusahaan;
birokrasi/pemerintah
terhadap
2. Definisi BUMN
Menurut Undang-undang Nomer 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha
Milik Negara, definisi BUMN adalah: Badan Usaha Milik Negara, yang
selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasaldari kekayaan negara yang dipisahkan. Sejak tahun 2001 seluruh BUMN
dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh
seorang Menteri BUMN.
Ciri-Ciri BUMN:
Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber penghasilan
negara.
Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yang menguasai hajat hidup
orang banyak.
Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Jawatan
Pegadaian
bernaung
di
bawah
Departemen
Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara lain, baik berupa
bank maupun nonbank
B. PEMBAHASAN
1. Peranan BUMN dalam Percepatan dan Perluasan Pembangunan Nasional
Peran BUMN yang sangat signifikan dalam pembangunan nasional, baik
secara langsung terhadap anggaran, pengembangan sektor usaha, maupun
dukungan terhadap kegiatan pro rakyat.
Sehubungan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Nasional (MP3EN), BUMN juga memiliki potensi peran yang besar,
antara lain BUMN melaksanakan berbagai proyek yang mempercepat dan
memperluas pembangunan nasional senilai Rp 836 triliun dari investasi tahun
2011-2014. Sedangkan dukungan BUMN bagi MP3EN dilakukan melalui
koridor usaha yang wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip korporasi. Sebagai
tindak lanjut arahan Retreat tanggal 11 Februari lalu. Sedangkan kebijakan opex
(operating expenditure) BUMN 2011 saat ini sudah disepakati RUPS dalam
tingkat yang optimal dan diarahkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas
produk dan layanan. BUMN juga berhasil meningkatkan strategi penggunaan
capex (capital expenditure) sepanjang 2011-2014 dari semula Rp 383 triliun
(sebagaimana disampaikan pada acara Retreat di Bogor), menjadi Rp 836
triliun, atau naik Rp 453 triliun. BUMN juga melakukan percepatan
penggunaan capex untuk mempercepat pembangunan.
Bila dicermati, banyak sekali peran BUMN yang terkait dengan program
pro rakyat, antara lain dilakukan melalui dukungan Kredit Usaha Rakyat,
Public Service Obligation (sebesar Rp 201,3 triliun di 2010) dan penyaluran
dana Program Kemitraan (Rp 14,1 triliun dengan 750 Ribu mitra/kali
transaksi), Bina Lingkungan (Rp 4,3 triliun) atau yang dikenal dengan PKBL.
Khusus untuk PKBL, angka tersebut merupakan akumulasi sampai dengan
target 2011. Program PKBL mengambil berbagai bentuk penyaluran yang
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat, seperti dukungan
khusus pengembangan pedesaan (Kampung BUMN), revitalisasi perkebunan
rakyat, pengembangan kewirausahaan dan penghijauan kawasan.
Di sisi lain, dalam kesempatan tersebut, Menteri Negara BUMN
mengharapkan adanya dukungan bagi BUMN membutuhkan dukungan dari
pemangku kepentingan terkait, khususnya untuk mewujudkan equal level of
playing field, sehingga dapat mengoptimalkan kontribusinya dalam rangka
mendukung P3EN. Saat ini memang terjadi kesenjangan peraturan BUMNSwasta. BUMN diwajibkan untuk mematuhi ketentuan yang jumlah dan
lingkupnya lebih banyak daripada swasta. Ketentuan yang harus dipatuhi
BUMN tersebut adalah UU PT, UU Pasar Modal, UU Sektoral, UU BUMN,
UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, UU Tipikor, UU
Pemeriksaan Pengeluaran dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Sedangkan
Swasta hanya harus mengikuti UU PT, UU Pasar Modal dan UU Sektoral. Hal
tersebut terutama karena adanya beberapa kesalahpahaman umum tentang
BUMN, antara lain adanya anggapan bahwa kekayaan BUMN dianggap
kekayaan negara, padahal kekayaan langsung negara pada BUMN hanya
sebatas saham. Kerugian BUMN seringkali juga dianggap kerugian Negara dan
karenanya masuk dalam ranah hukum Tipikor. Padahal kerugian BUMN adalah
kerugian perusahaan, bukan kerugian negara.
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tersedianya dana merupakan
factor essential yang harus ada disamping faktor-faktor lainnya yakni sumber daya
manusia, skill (keahlian), dan sumber daya alam. Dalam PJP II sumber dana
untuk pembiayaaan pembangunan nasional dalam bidang ekonomi diarahkan
pada tersedianya dana yang digali dari kemampuan sendiri, sedangkan sumber
danaluar negeri yang masih diperlukan merupakan pelengkap, dengan prinsip peningkatan
berperan
dalam
perekonomian
nasional
sebagai
penyediabarang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan
proses
produksi.
Sejalan
dengan
makin
meningkatnya
pelaksanaan
terutama
untuk
mengatasi
kerugian-kerugian
yang
diderita.
kualitas dan moralitas SDM yang berkaitan dengan permasalahan KKN yang
cukup rentan dalam tubuh BUMN.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka langkah-langkah yangperlu
dilakukan antara lain dengan merealisasikan konsep Good Corporate
Governance atau tata laksana perusahaan yang baik harus segera dilaksanakan
untuk membekali SDM yang berkualitas dan bermoral, strategi bisnis
danmanajemen yang memperhatikan analisis kekurangan maupun kelebihan
internaldan eksternal perusahaan, serta memperhatikan perkembangan dan
kebutuhanpasar baik dalam maupun luar negeri. Selain itu satu hal yang tidak
kalah pentingnya sebagai negara hukum, kita harus tetap menempatkan hukum
sebagai panglima yang memberikan kerangka aturan pelaksanaan ekonomi yang beretika.
2. Manfaat Privatisasi BUMN
Ada beberapa manfaat Privatisasi perusahaan pelayanan publik seperti
BUMN, yaitu :
a. BUMN akan menjadi lebih transparan, sehingga dapat mengurangi
praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
b. Manajemen BUMN menjadi lebih independen, termasuk bebas dari
intervensi birokrasi.
c. BUMN akan memperoleh akses pemasaran ke pasar global, selain
pasar domestik.
d. BUMN akan memperoleh modal ekuitas baru berupa fresh money
sehinggapengembangan usaha menjadi lebih cepat.
e. BUMN akan memperoleh transfer of technology, terutama teknologi proses
produksi.
f. Terjadi transformasi corporate culture dari budaya birokratis yang lamban,
menjadi budaya korporasi yang lincah
g. Mengurangi defisit APBN,
untuk menambah kas APBN.
karena
dana
yang
masuk
sebagian
teori,
privatisasi
membantu
terbentuknya
pasar
BUMN
memiliki
sisi
positif,
Soeharto
(2006:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
BUMN adalah salah satu amanat UUD 1945 Pasal 33 Ayat 2 : Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hiduporang banyak
dikuasai oleh negara. Jadi keberadaan BUMN ini adalah wujud tanggung jawab
Negara secara langsung dalam berupaya mensejahterakan rakyatnya. Sangat
mengejutkan bahwsanya pemerintah hari ini memilih memprivatisasi sejumlah
BUMN tanpa didahului kajian yang mendalam terutama dari sudut pandang hukum.
Pelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN diharapkan mampu mendorong
pelaksanaan dan perwujudan demokrasi ekonomi di Indonesia sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping, privatisasi mampu meningkatkan
nilai perusahaan. Kendati begitu, belum optimalnya dampak privatisasi BUMN
terhadap kesejahteraan rakyat disebabkan oleh dorongan privatisasi BUMN di
Indonesia yang lebih mengedepankan kebutuhan untuk memenuhi defisit APBN
dibandingkan kepentingan korporasi.
Pelepasan sejumlah BUMNadalah sama saja mengurangi kedaulatan dan
kemandirian perekonomian secara langsung maupun tak langsung. Alasan-alasan
privatisasi yang umum seperti: membebani keuangan Negara karena merugi dan
inefisien dan bahkan menjadi sumber tindak pidana korupsi dapat diminimalisir
dengan law enforcement yang tegas. Penguasaan cabang produksi yang strategis
oleh perusahaan asinghanyaakan merugikan Negara dan rakyat. Idealnya
diperlukan sebuah peraturan yang memproteksi BUMN. Memang disatu sisi
privatisasi dapat meningkat mutu pelayanan serta berakibat timbulnya harga yang
kompetitif dimata rakyat (konsumen) namun tidak sedikit pula Negara menangung
kerugiannya.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA