Anda di halaman 1dari 15

Kesiapan Pemerintah Daerah dalam Penerapan Akuntansi Akrual

Abstrak
Penerapan akuntansi akrual di lingkungan pemerintahan daerah menjadi isu yang sangat menarik saat ini.
Amanah untuk menerapkan akuntansi akrual maksimal pada tahun 2015, mengharuskan setiap pemerintah
daerah untuk mempersiapkan diri. Setidaknya ada 9 (sembilan) aspek yang perlu dipersiapkan untuk
mendorong kesuksesan penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan daerah menurut
Ouda (2004), yaitu management changes, political and bureaucracy support, professional and academic
support, communication strategy, willingness to change, consultation and co-ordination, budgeting of
adoption costs, specific accounting issues, dan information technology capability.
Berdasarkan penelitian pada 5 (lima) pemerintah daerah yaitu Pemerintah Provinsi Maluku Utara,
Pemerintah Kabupaten Lamongan, Pemerintah Kabupaten Banggai, Pemerintah Kabupaten Wonogiri, dan
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe, menggunakan metode interview dan Focus Group Discussion
(FGD), penelitian ini menemukan bahwa dari 9 (sembilan) aspek tersebut, baru ada 2 (dua) aspek yang
sudah terimplementasikan dengan baik, yaitu political and bureaucracy support dan budgeting of
adoption costs. Sedangkan 7 (tujuh) aspek lainnya masih memerlukan banyak perbaikan seperti aspek
management changes yang belum sepenuhnya menerapkan NPM dan aspek communication strategy
yang tidak efektif. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa kesiapan pemerintah daerah dalam
menyongsong penerapan akuntansi berbasis akrual masih kurang. Perlu dilakukan berbagai pembenahan
dalam ketujuh aspek tersebut yang akan mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual.
Kata kunci: akuntansi akrual, pemerintah daerah, management changes, political and bureaucracy
support, professional and academic support, communication strategy, willingness to change,
consultation and co-ordination, budgeting of adoption costs, specific accounting issues, and information
technology capability

Divisi Riset dan Konsultan


PT MEDINA MULTI MITRA
Graha Sentosa, Jl. Sentosa Raya No. 3C Depok 16411
Telp. (021) 29441250
Fax. (021) 29441249
Email: info@medina.co.id
Website: www.medina.co.id

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

Kesiapan Pemerintah Daerah dalam Penerapan Akuntansi Akrual


I. Pendahuluan
Pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, telah disebutkan bahwa
akuntansi berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah UU tersebut
ditetapkan. Ketentuan ini diperkuat dengan pernyataan di pasal 30 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang menyatakan pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya pada
tahun anggaran 2008.
Pemerintah melalui Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) telah menyusun SAP
berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual) yang ditetapkan dengan PP No. 24 tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Komitmen untuk akrual penuh kemudian ditunjukkan
melalui penerbitan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang
menggantikan PP No. 24 tahun 2005. Dalam PP yang baru tersebut, dinyatakan bahwa SAP
berbasis kas menuju akrual masih dapat diterapkan paling lama 4 (empat) tahun setelah tahun
anggaran 2010. Berarti SAP berbasis akrual wajib diterapkan mulai tahun anggaran 2015.
Untuk menyongsong penerapan SAP berbasis akrual tersebut, juga telah diterbitkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di
Pemerintah Daerah. Peraturan ini menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan
akuntansi berbasis akrual, khususnya bagaimana pemerintah daerah menyiapkan kebijakan
akuntansi serta sistem dan prosedur terkait.
Saat ini pemerintah daerah harus mengejar berbagai hal yang diperlukan untuk benar-benar siap
menerapkan SAP berbasis akrual pada 1 Januari 2015. Hal-hal yang perlu dipersiapkan seperti
kesiapan SDM dalam melakukan teknis pencatatan sampai pelaporan, kerjasama dengan
lembaga profesional maupun perguruan tinggi (misalnya dalam hal pelatihan atau pembahasan
isu akuntansi spesifik yang memerlukan pemahaman lebih), serta ketersediaan aplikasi software
khusus yang dapat memudahkan penerapan akuntansi akrual di pemerintah daerah. Sudah
siapkah Pemerintah Daerah untuk menerapkan SAP berbasis akrual?

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

Ouda (2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada 9 (sembilan) aspek yang mendorong
keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah daerah, yaitu sebagai berikut:

Management
Changes

Political And
Bureaucracy
Support

Consultation
And
Coordination

Professional
And Academic
Support

Budgeting Of
Adoption Costs

Communication
Strategy

Specific
Accounting
Issues

Willingness To
Change

Information
Technology
Capability

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana kondisi aspek-aspek tersebut
di Indonesia. Kajian dilakukan menggunakan multiple case study melalui Focus Group
Discussion (FGD) dan depth interview dengan 5 (lima) pemerintah daerah, yaitu Provinsi
Maluku Utara, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Banggai, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten
Kepulauan Sangihe.

II. Tinjauan Teoritis


Ouda (2004) dalam penelitiannya mengembangkan suatu model yang menjelaskan 9 aspek yang
dibutuhkan untuk mendorong keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual di sektor publik.
Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Management changes
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan adanya perubahan dalam sistem
manajemen yang dilihat dari konteks penerapan New Public Management (NPM). NPM
adalah sebuah paradigma administrasi publik dengan karakteristik berubahnya fokus
manajemen dari input ke output/outcome, adanya pengukuran kinerja dan penggunaan
indikator kinerja, dilaksanakannya birokrasi yang terspesialisasi, serta adanya penggunaan
mekanisme pasar (Pollitt, 2001).
2. Political and Bureaucracy Support
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan dukungan baik secara politik
maupun birokrasi. Dukungan secara politik direpresentasikan oleh adanya dukungan dari
DPRD. Sedangkan dukungan secara birokrasi direpresentasikan melalui dukungan dari
kepala daerah dan jajarannya melalui berbagai kebijakan.
3. Professional and Academic Support
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan dukungan dari lembaga profesional
dan akademis. Lembaga profesional disini bisa direpresentasikan oleh instansi pemerintah
seperti pembinaan dari Depdagri dan BPKP, maupun konsultan swasta berupa perusahaanperusahaan yang menyediakan jasa konsultasi keuangan daerah. Dukungan dari akademis

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

4.

5.

6.

7.

8.

9.

dapat direpresentasikan oleh dukungan dari kampus-kampus baik melalui SDM maupun
hasil-hasil riset yang bisa dimanfaatkan oleh pemda.
Communication Strategy
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan adanya strategi komunikasi yang
efektif dalam membentuk kesepahaman tentang prinsip-prinsip penting terkait perubahan
basis akuntansi, baik bagi politisi maupun pihak-pihak yang terlibat dalam proses
implementasi. Kunci utama dari aspek ini adalah adanya sosialisasi yang dilakukan ke semua
level sehingga semua aparat pemerintah mulai dari pimpinan hingga pelaksana memiliki
pengetahuan yang seragam tentang apa itu akuntansi akrual.
Willingness to Change
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan kemauan dari semua pihak yang
terlibat. Adanya kemauan, semangat, dan penerimaan terhadap perubahan akan mendorong
keberhasilan penerapan akrual. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan willingness to
change ini dengan meningkatkan kualifikasi sumber daya manusia yang ada.
Consultation and Coordination
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan konsultasi dan koordinasi dengan
entitas pemerintahan yang akan menggunakan akuntansi berbasis akrual untuk menampung
pendapat dan saran, serta mengetahui masalah dan hambatan internal yang terkait dari pihak
yang menerapkan. Untuk kasus Indonesia, konsultasi dan koordinasi ini mencakup 2 (dua)
jalur, yakni jalur vertikal seperti konsultasi dan koordinasi dengan kementerian dalam negeri,
kementerian keuangan, KSAP, maupun jalur horizontal seperti konsultasi dan koordinasi di
internal pemerintah daerah antara DPKAD dengan SKPD-SKPD terkait persiapan penerapan
akrual.
Budgeting of Adoption Costs
Pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran yang dikhususkan untuk persiapan
implementasi akuntansi berbasis akrual. Hal ini menjadi aspek penting yang turut mendorong
keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual di suatu daerah.
Specific Accounting Issues
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan pembahasan secara tuntas kebijakan
akuntansi mengenai isu akuntansi yang spesifik pada tahap awal, seperti identifikasi dan
valuasi aset, identifikasi entitas akuntansi, dan batasan serta saldo awalnya.
Information Technology Capability
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual membutuhkan kapasitas teknologi informasi yang
memadai. Teknologi informasi yang dimaksud mulai dari teknologi informasi yang
sederhana seperti aplikasi excel sampai software aplikasi akuntansi yang dapat membantu
penyusunan laporan keuangan.

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

III. Metodologi Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah pada pendahuluan dan tinjauan teoritis yang ada, unit analisis
penelitian ini adalah aspek-aspek terkait kesiapan pemerintah daerah dalam penerapan akuntansi
akrual.
Penelitian ini membutuhkan data dan informasi yang mendalam atas kesiapan pemerintah daerah
terkait penerapan akuntansi akrual. Memperhatikan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (1994, dikutip dalam
Rantanen, et.al. 2007) dengan data kualitatif, kita dapat menjaga kejelasan urutan kronologi,
melihat secara seksama kejadian mana yang menyebabkan konsekuensi tertentu, dan
menghasilkan penjelasan yang memuaskan. Pendekatan kualitatif ini dilakukan dengan metode
studi kasus. Yin (2009) menyatakan studi kasus sebagai sebuah metode penelitian kualitatif yang
digunakan untuk melakukan investigasi fenomena kontemporer secara mendalam dengan
konteks kehidupan nyata. Metode ini menggunakan berbagai sumber data (multiple sources of
evidence) yang akan dianalisis menjadi sebuah hasil atau kesimpulan.
Selanjutnya Yin (2009) juga menyatakan bahwa metode ini meliputi single case-study dan
multiple-case-study. Dalam penelitian ini akan digunakan metode multiple-case-study melalui
Focus Group Discussion (FGD) dan depth interview yang dilakukan dengan peserta dari
perwakilan daerah sebagai narasumber.
Focus Group Discussion (FGD) merupakan kegiatan diskusi kelompok dipandu seorang
fasilitator membahas topik tertentu. Tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi masalah spesifik
terkait topik yang dipilih dengan perspektif peserta. Peserta dikumpulkan dan diberikan
pertanyaan terkait topik kemudian Peserta berdiskusi dan memberikan jawaban disertai dengan
penjelasan difasilitasi oleh pertanyaan lanjutan dan tanggapan dari fasilitator.
Adapun depth interview atau wawancara secara mendalam merupakan suatu kegiatan wawancara
antara seorang informan dan seorang pewawancara dengan tujuan memperoleh pemahaman
mengenai perspektif informan terhadap topik yang dibahas. Depth interview disertai pertanyaan
pengecek terkait hal-hal yang relevan untuk memastikan apakah pertanyaan intinya telah dijawab
atau belum.
PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

IV. Analisis
Analisis kesiapan pemerintah daerah dalam penerapan akuntansi akrual ini dilakukan
berdasarkan hasil FGD dan depth interview dengan 5 pemerintah daerah, yaitu Provinsi Maluku
Utara, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Banggai, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Topik yang dibahas mengacu pada penelitian Ouda (2004) mengenai model
kebutuhan dasar untuk keberhasilan implementasi akuntansi akrual di sektor publik yang terdiri
atas 9 (sembilan) aspek, yaitu management changes, political and bureaucracy support,
professional and academic support, communication strategy, willingness to change, consultation
and co-ordination, budgeting of adoption costs, specific accounting issues, dan information
technology capability.

Berikut analisis atas hasil FGD dan depth interview atas kesembilan aspek tersebut.
1. Management Changes
Management changes dipahami sebagai perubahan paradigma manajerial dari Old Public
Administration menuju New Public Management (NPM). Penerapan NPM salah satunya dilihat
dari sejauh mana anggaran kinerja diterapkan. Anggaran berbasis kinerja merupakan suatu
proses penganggaran yang tidak hanya berorientasi terhadap input saja tetapi juga outcome.
Pelaksanaan anggaran kinerja di pemerintah daerah saat ini baru sebatas dokumen, belum
menjadi ruh yang menjiwai keseluruhan proses penganggaran. Hal ini ditunjukkan melalui
pernyataan Bapak Drs. A. Takalawangen, MM (Sekretaris BKDD Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Sangihe):
Penerapan anggaran berbasis kinerja belum secara sempurna dilaksanakan. Padahal,
nantinya dibutuhkan untuk menyambut penerapan akuntansi berbasis akrual pada tahun
2015 mendatang.
Bahkan, di beberapa daerah penganggaran berbasis kinerja ini belum dilaksanakan sama sekali.
Hal ini dikonfirmasi oleh Bapak Fuad M. Tan, SE., MT selaku Kepala Bagian Perbendaharaan
Pemerintah Provinsi Maluku Utara yang menyatakan:
Penerapan anggaran kinerja Provinsi Maluku Utara masih amburadul. Proses
perencanaannya masih short cut dengan copy paste anggaran tahun lalu yang sedikit
disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa masih banyak kendala yang dihadapi dalam penerapan
anggaran kinerja. Proses penganggaran yang dilakukan selama ini masih berdasarkan anggaran
PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

tahun lalu yang kemudian disesuaikan dengan kondisi tahun ini, belum berdasarkan output dan
outcome. Dengan kata lain, penerapan NPM di daerah masih jauh dari sempurna. Belum terjadi
perubahan paradigma manajerial (management changes). Padahal, perubahan paradigma
manajerial ini menjadi aspek penting yang dapat mendorong kesiapan pemerintah daerah dalam
menerapkan akuntansi berbasis akrual.
Ouda (2004) menjelaskan pentingnya konsistensi antara perubahan basis akuntansi dengan
perubahan manajemen dalam 4 (empat) varisasi kondisi:
a. TGAS
required information
PAS (Consistent)
b. AA
required information
NPM (Consistent)
c. TGAS
lack of information
NPM (Inconsistent)
d. AA
superfluity of information
PAS (Inconsistent)
a. Negara yang menerapkan Traditional Government Accounting System (TGAS) akan sesuai
dengan Public Administration System (PAS), karena TGAS menghasilkan informasi yang
cukup untuk digunakan dalam PAS.
b. Accrual Accounting (AA) akan sesuai dengan New Public Management (NPM). Karena AA
menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh NPM.
c. Negara yang masih menerapkan TGAS namun sudah menerapkan NPM akan kekurangan
informasi. Hal ini karena TGAS tidak menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh NPM.
d. Negara yang sudah menerapkan AA namun masih menerapkan PAS akan banyak
menghasilkan informasi yang sia-sia, karena tidak dipakai oleh PAS.
Saat ini, Pemerintah daerah di Indonesia masih berada di poin D, yaitu menerapkan akuntansi
akrual, namun belum menerapkan NPM. Maka, agar kebijakan akuntansi berbasis akrual dapat
dirasakan efeknya secara maksimal, pemerintah daerah harus segera melakukan perubahan
manajemen dengan menerapkan NPM.
2. Political and Bureaucracy Support
Dukungan secara politik dapat dilihat melalui dukungan dari DPRD. Sementara dukungan
kebijakan merupakan dukungan dari kepala daerah melalui diberlakukannya berbagai kebijakan.
Kepala Daerah mendukung akuntansi akrual dan menginstruksikanya melalui kepala dinas agar
benar-benar dilaksanakan dengan baik.
Pemerintah daerah telah menunjukkan dukungan yang total, baik secara politik maupun
kebijakan untuk meningkatkan kesiapan penerapan akuntansi berbasis akrual. Hal ini terlihat dari
adanya instruksi dari kepala daerah untuk mengikutsertakan aparatur daerah bagian akuntansi
maupun keuangan dalam suatu kegiatan pelatihan. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Dra.
Sulastri, M.Si (Asisten Setda Pemerintah Kabupaten Lamongan) dan Bapak Fuad M. Tan, SE.,
MT (Kepala Bagian Perbendaharaan Pemerintah Provinsi Maluku Utara):

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

Di Maluku Utara ada dukungan secara serius, ada dukungan dari DPRD dan pimpinan
baik kepala daerah maupun wakilnya. Untuk persiapan 2015 berbasis akrual pun diantara
jajaran pimpinan dan DPRD sudah ada pembicaraan sebelumnya. Jadi tinggal bagaimana
menyiapkan perangkat di bawahnya serta SDM yang ada. (Bapak Fuad)
Kita sangat mendukung apalagi Bupati. Salah satu contohnya kita dikirim untuk ikut
pelatihan akuntansi berbasis akrual dalam rangka persiapan akrual itu. Kalau di
dewannya, saya kira sangat mendukung juga karena selama ini kita mitra dengan DPRD
itu tidak ada masalah kalau memang ada regulasi aturan yang harus diterapkan. (Ibu
Lastri)
Dukungan secara politik harus didukung dengan diterapkannya berbagai kebijakan. Jika
dukungan secara politik dan dukungan kebijakan tidak ada, maka implementasi akuntansi
berbasis akrual di sektor publik tidak akan sempurna. Maka dari itu, dukungan dari sisi politik
maupun kebijakan yang sudah baik ini perlu dipertahankan sehingga dapat mendorong
keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual.
3. Professional and Academic Support
Dukungan lembaga professional dan akademisi, baik internal, eksternal, maupun internasional,
sangat diperlukan untuk menyongsong akuntansi akrual. Dukungan dari lembaga-lembaga
tersebut dapat membantu peningkatan pemahaman aparatur pemerintah daerah dan membahas
permasalahan yang mungkin timbul secara konseptual maupun teknis terkait akuntansi akrual.
Dalam mendorong kesiapan penerapan akuntansi berbasis akrual, saat ini dukungan dari para
professional dan akademisi belum sepenuhnya dirasakan oleh pemerintah daerah. walaupun
terdapat daerah yang telah merasakan dukungan dari lembaga professional dan akademisi, seperti
Pemerintah Kabupaten Banggai.
Kerjasama dengan perguruan tinggi dilakukan dengan sering mengikuti sosialisasisosialisasi yang diadakan oleh perguruan tinggi, sedangkan kerjasama yang dilakukan
dengan konsultan adalah dalam bentuk bimbingan teknis, misalnya terkait dengan aplikasi
akuntansinya. (Ibu Linda Apridani, ST selaku Kepala Seksi Penyimpanan dan
Penghapusan Pemerintah Kabupaten Banggai)
Di sebagian besar pemerintah daerah yang lain baru merasakan dukungan dari konsultan saja,
sedangkan dukungan dari lembaga akademisi masih minim. Hal ini dikonfirmasi dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Drs. A. Takalawangen, MM (Sekretaris BKDD
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe) dan Bapak Drs. H. Yuhronur Efendi, MM, MBA
(Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan):
Dukungan dari lembaga akademisi berupa riset belum bisa dirasakan untuk sekarang.
Sedangkan dukungan dari lembaga professional pun masih minim dirasakan. (Bapak
Takalawangen)
PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

Kalau dari peran lembaga akademisi sejauh ini belum ada di Lamongan. Namun, sering
mengikuti pedampingan baik dari konsultan ataupun instansi pemerintah agar SDM
pemda memiliki kompetensi dalam keuangan daerah dan bisa langsung menemukan
jawaban atas permasalahan yang terjadi. (Bapak Yuhronur)
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa dukungan dari lembaga profesional, dalam hal ini
konsultan, sudah cukup baik dilaksanakan. Akan tetapi perlu adanya peningkatan peran dari
universitas/akademisi untuk mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual di
pemerintah daerah.
4. Communication Strategy
Salah satu alasan klasik mengapa perubahan akuntansi di sektor publik mengalami kegagalan
yaitu disebabkan sebagian besar SDM tidak cukup informasi mengenai arah perubahan dan
hanya diberdayakan dalam proses implementasinya saja. Maka dari itu, pengenalan akuntansi
akrual di sektor publik membutuhkan strategi komunikasi untuk menjelaskan tujuan dan
membentuk kesepahaman terkait perubahan sistem akuntansi.
Saat ini, pelaksanaan strategi komunikasi di pemerintah daerah belum efektif dalam rangka
persiapan penerapan akuntansi akrual. Hal ini disebabkan masih terdapat pemerintah daerah yang
belum melakukan sosialisasi terkait akuntansi akrual kepada semua aparatur pemerintah mulai
dari pimpinan hingga staf. Padahal strategi komunikasi penting untuk membentuk kesepahaman
disemua level. Seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Lesmana P. Kulap, SKom (Kepala
Seksi Analisa Pemerintah Kabupaten Banggai):
Terkait dengan sosialisasi, sampai saat ini tim DPKAD masih dalam tahapan persiapan
praktik dan bahan sosialisasi. Jadi belum dilaksanakan sosialisasi terkait peraturanperaturan terbaru mengenai penerapan akuntansi berbasis akrual.
Berbeda halnya dengan kondisi yang disampaikan oleh oleh Bapak Drs. A. Takalawangen, MM
(Sekretaris BKDD Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe):
Tahun ini, secara bertahap sudah ada semacam sosialisasi dari pemda. Bagian keuangan
sudah beberapa kali melakukan pertemuan baik kepala SKPD maupun yang mengelola
keuangan.
Pernyataan-pernyataan diatas menunjukkan bahwa sudah ada upaya pemerintah daerah untuk
mengkomunikasikan akuntansi akrual, walaupun masih ada yang hanya sebatas persiapan bahan
sosialisasi. Dengan demikian, perlu ditingkatkan lagi strategi komunikasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah baik agar dapat membentuk kesepahaman mengenai akuntansi akrual.

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

5. Willingness to Change
Willingness to change merupakan salah satu aspek kritikal dalam penerapan akuntansi akrual.
Salah satunya dapat dilihat dalam konteks kesiapan dan peningkatan kompetensi SDM
pemerintah daerah yang ada. Kualifikasi yang memadai dan kemauan yang kuat dari SDM untuk
mempelajari hal baru akan membantu keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual.
Pelaksanaan aspek willingness to change di pemerintah daerah saat ini belum sepenuhnya
dilaksakan. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Linda Apridani, ST (Kepala Seksi
Penyimpanan dan Penghapusan Pemerintah Kabupaten Banggai):
Saat ini yang dilakukan oleh Pemkab Banggai adalah memanfaatkan dan
memaksimalkan staff yang ada. Maka dari itu diperlukan pelatihan-pelatihan yang
bertujuan meningkatkan kompetensi SDM..
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Fuad M. Tan, SE., MT (Kepala Bagian Perbendaharaan
Pemerintah Provinsi Maluku Utara):
Kekhawatiran untuk menuju akrual pasti ada dan dirasakan oleh SDM, khususnya orangorang di luar akuntansi. Namun, selama mau menyiapkan dan melihat perkembangannya
seperti apa, saya kira tidak menjadi masalah.
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa pemerintah daerah senantiasa berupaya untuk
meningkatkan kompetensi SDM yang ada saat ini melalui kegiatan pelatihan. Dapat juga
dilakukan dengan cara merekrut pegawai dengan kualifikasi yang sesuai dan memberikan
motivasi dalam bekerja kepada pegawai, misalnya dengan menerapkan sistem reward bagi staf
yang telah mengikuti berbagai kegiatan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah terkait akuntansi
akrual.
6. Consultation and Coordination
Penerapan aspek consultation and coordination di pemerintah daerah diperlukan untuk
memahami konsep baru terkait akuntansi akrual. Terdapat 2 (dua) jalur konsultasi dan
koordinasi, yaitu:
a. Jalur vertikal terkait konsultasi dan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Keuangan, dan KSAP.
b. Jalur horizontal terkait konsultasi dan koordinasi antara DPKAD dengan SKPD.
Saat ini, konsultasi dan koordinasi jalur horizontal maupun vertikal telah dilaksanakan oleh
pemerintah daerah, seperti di Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten
Lamongan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Fuad M. Tan, SE., MT (Kepala Bagian
Perbendaharaan Pemerintah Provinsi Maluku Utara), Ibu Fitri Malyani, SE (Kepala Seksi
Pelaporan - Pemerintah Kabupaten Wonogiri), dan Bapak Drs. H. Yuhronur Efendi, MM, MBA
(Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan).

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

10

DPKAD dengan SKPD sudah mulai melakukan koordinasi. Namun, konsultasi dan
koordinasi tidak dilakukan secara rutin melainkan hanya ketika ada masalah saja.
(Bapak Fuad)
Konsultasi dan koordinasi yang dilakukan telah terjalin dengan cukup baik antara
DPKAD kepada SKPD di Wonogiri. Seperti beberapa hari yang lalu, bagian anggaran
dan akuntansi dari SKPD di Wonogiri ditugaskan ke Depdagri untuk melakukan
koordinasi dan konsultasi. (Ibu Fitri)
Saat ini, kita sudah lakukan koordinasi baik secara vertikal maupun di level pemda itu
sendiri, hal itu rutin kita lakukan baik ada permasalahan atau tidak karena koordinasi itu
juga sebagai konsultasi atas apa yang kita lakukan itu benar atau tidak. (Bapak
Yuhronur)
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dilihat bahwa permasalahannya terletak pada jangka waktu
konsultasi dan koordinasi yang dilakukan secara tidak rutin di pemerintah daerah. Padahal, hal
tersebut sangat memungkinkan untuk menghambat dan berdampak pada proses pelaksanaan
akuntansi selanjutnya. Maka dari itu perlu adanya penentuan jangka waktu terkait konsultasi dan
koordinasi demi kelancaran penerapan akuntansi akrual.
7. Budgeting of Adoption Costs
Alokasi anggaran yang dikhususkan untuk persiapan implementasi akuntansi berbasis akrual
sangat diperlukan. Penyusunan alokasi anggaran tersebut dapat memberikan gambaran terkait
total sumber daya keuangan yang akan digunakan untuk penerapan akuntansi akrual. Dengan
mengetahui alokasi anggaran tersebut, pemerintah dapat memutuskan dengan jelas apakah akan
menerapkan akuntansi akrual atau menundanya untuk tahun selanjutnya. Akan tetapi, untuk
Pelaksanaan alokasi anggaran di pemerintah daerah saat ini baru sebatas anggaran untuk
pelatihan saja. Seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Drs. H. Yuhronur Efendi, MM, MBA
(Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan):
Sudah disediakan anggaran untuk penerapan akuntansi akrual. baik di dinas keuangan
maupun PPKD untuk sosialisasi akuntansi akrual dan di SKPD untuk menyiapkan SDMnya..
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Fuad M. Tan, SE., MT (Kepala Bagian Perbendaharaan
Pemerintah Provinsi Maluku Utara):
Di tahun 2014, alokasi anggaran untuk akrual hanya dalam bentuk pelatihan saja. Akan
tetapi full alokasi anggaran akrual akan dilakukan pada perubahan anggaran tahun ini.

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

11

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa alokasi anggaran terkait akuntansi akrual sebenarnya
telah disediakan oleh pemerintah daerah. Hanya saja belum dilakukan secara alokasi penuh.
Dengan demikian, alokasi anggaran pelatihan yang sudah ada perlu dipertahankan dan dievaluasi
lagi agar lebih efektif. Selain itu, diperlukan juga penganggaran yang tepat terkait alokasi
anggaran akrual secara penuh agar tidak mengganggu implementasi akuntansi berbasis akrual
kedepannya.
8. Specific Accounting Issues
Specific accounting issues dipahami sebagai pembahasan kebijakan akuntansi, terutama terkait
dengan isu akuntansi yang spesifik. Misalnya pembahasan mengenai aset dan valuasi, maupun
piutang. Pembahasan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman semua level terkait
kebijakan akuntansi di daerahnya masing-masing agar tidak menggangu implementasi akuntansi
akrual mendatang.
Pelaksanaan pembahasan kebijakan akuntansi saat ini baru sebatas dokumennya saja, belum
dilakukan secara tuntas. Hal ini ditunjukkan melalui pernyataan dari Ibu Fitri Malyani, SE
(Kepala Seksi Pelaporan - Pemerintah Kabupaten Wonogiri):
Terkait kebijakan akuntansi yang diterapkan di Wonogiri, pemda baru menciptakan
pergub yang mengkoordinir kebijakan akuntansi. Akan tetapi secara secara khusus dan
menyeluruh belum ada, hanya sebatas SAP saja.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Fuad M. Tan, SE., MT (Kepala Bagian
Perbendaharaan Pemerintah Provinsi Maluku Utara):
Sejauh ini pembahasan terkait kebijakan akuntansi belum dilakukan secara detail. Sisdur pun
belum disiapkan dengan baik, masih mengacu pada sisdur dan kebijakan daerah lainnya mengenai
akuntansi akrual.Akan tetapi Pergub terkait akuntansi akrual mungkin sudah disiapkan dan
dibahas.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa selain pembahasan kebijakan akuntansi yang belum
tuntas, ternyata masih terdapat sisdur yang belum disiapkan dengan baik. Namun, langkah
konkrit yang pemerintah daerah lakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
menerbitkan Peraturan Gubernur.
Dengan demikian, pembahasan secara tuntas mengenai isu akuntansi yang spesifik di setiap awal
tahun anggaran memang diperlukan oleh pemerintah daerah. Hal tersebut dimaksudkan agar
jajaran aparatur pemerintah daerah bagian akuntansi dapat memahami dengan baik dalam
implementasinya.
9. Information Technology
Di era kemajuan teknologi informasi, proses perubahan sistem akuntansi akan melibatkan
penggunaan sistem teknologi informasi. Seperti halnya untuk menerapkan akuntansi akrual, akan
PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

12

membutuhkan sistem teknologi informasi yang semakin kompleks. Pada umumnya, terdapat 2
(dua) cara dalam penggunaan teknologi informasi yaitu mempertahankan dan mengembangkan
aplikasi akuntansi yang ada, atau menggantinya dengan software yang baru. Pemilihan cara
tersebut tergantung pada kondisi di masing-masing daerah.
Penerapan aspek information technology berupa aplikasi akuntansi yang dapat mendukung
kesiapan penerapan akuntansi berbasis akrual belum tuntas diterapkan di pemerintah daerah.
Padahal teknologi informasi yang memadai dapat membantu proses transisi menuju akuntansi
berbasis akrual, terutama dalam hal pembuatan laporan keuangan. Seperti yang telah
diungkapkan oleh Ibu Fitri Malyani, SE (Kepala Seksi Pelaporan - Pemerintah Kabupaten
Wonogiri):
Terkait penerapan teknologi informasi, belum ada kebijakan khusus yang
menginstruksikan penggunaan aplikasi khusus dalam menyelesaikan laporan keuangan.
Berbeda halnya dengan kondisi di Kabupaten Sangihe yang telah memanfaatkan teknologi
informasi, seperti yang disampaikan oleh Bapak Drs. A. Takalawangen, MM (Sekretaris BKDD
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe):
Untuk saat ini, Kabupaten Sangihe sudah mempunyai aplikasi penerapan akuntansi.
Sudah terdapat server sendiri dari bagian keuangan ke masing-masing SKPD secara
online. Hanya saja masih basis kas menuju akrual, akan tetapi akan segera diperbaharui.
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa penerapan teknologi informasi yang dilakukan saat ini
masih berbasis kas menuju akrual. Oleh karena itu, untuk mendorong kesiapan pemerintah
daerah dalam penerapan akuntansi akrual harus didukung dengan teknologi informasi yang
memadai, seperti dibuatnya aplikasi akuntansi akrual. Setelah terdapat aplikasi yang memadai
diperlukan juga pendampingan di awal untuk mengoperasikannya.

V. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kondisi kelima pemerintah daerah terkait aspek-aspek kesiapan penerapan
akuntansi akrual yang telah dilakukan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Terdapat 2 (dua) aspek yang telah diterapkan dengan baik di pemerintah daerah Indonesia
yaitu aspek political and bureaucracy support dan budgeting of adoption costs. Dukungan
secara politik dan birokrasi terlihat dari adanya instruksi untuk mengikutsertakan aparatur
daerah bagian akuntansi maupun keuangan dalam suatu kegiatan pelatihan. Adapun aspek
budgeting of adoption costs terlihat dari adanya alokasi anggaran yang secara khusus untuk
persiapan penerapan akrual, misalnya anggaran untuk pelatihan.
2. Aspek lainnya yaitu management changes, professional and academic support,
communication strategy, willingness to change, consultation and co-ordination, specific
accounting issues, dan information technology capability, masih belum sepenuhnya

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

13

diterapkan, sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk mendorong


keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual.

VI. Saran

Saran untuk Pemerintah Daerah


Untuk mendorong kesiapan penerapan akuntansi berbasis akrual, pemerintah daerah perlu:
1. Mendorong penerapan NPM, salah satunya dengan menerapkan anggaran berbasis
kinerja degan total.
2. Mendorong peningkatan peran dari lembaga akademis terkait penerapan akuntansi
berbasis akrual.
3. Dalam rangka membentuk kesepahaman terkait akuntansi akrual untuk seluruh jajaran
aparatur pemerintah daerah, maka pemerintah daerah perlu menciptakan strategi
komunikasi yang efektif, misalnya dengan melakukan kegiatan sosialisasi untuk
seluruh level aparat pemerintah daerah.
4. Diperlukan upaya peningkatan peran dan kompetensi SDM untuk mendukung
keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah daerah.
5. Perlu ada jadwal konsultasi dan koordinasi secara rutin, baik dengan Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, KSAP, maupun antara DPKAD dengan
SKPD. Hal ini bertujuan agar dapat membentuk kesepahaman dan mencegah masalah
yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan akuntansi berbasis akrual.
6. Perlu ada pembahasan terkait isu akuntansi yang spesifik di setiap awal tahun
anggaran secara tuntas sehingga menambah kesiapan pemerintah daerah dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual.
7. Mendorong pemanfaatan teknologi informasi terutama dalam hal aplikasi akuntansi.

Saran untuk Kementerian Dalam Negeri


Untuk mendorong keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual, Kementerian Dalam
Negeri perlu:
1. Melakukan konsultansi dan koordinasi dengan pemerintah daerah agar dapat
membentuk kesepahaman dan cepat tanggap jika ada masalah terkait akuntansi akrual
2. Kemendagri dan pemerintah daerah senantiasa menciptakan strategi komunikasi yang
efektif, misalnya sosialisasi terkait akuntansi akrual guna memberikan informasi
penting kepada seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah.

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

14

Daftar Referensi
Apridani, Linda. Focus group discussion. Yogyakarta, 4 September 2014.
Efendi, Yuhronur. Depth interview. Yogyakarta, 12 September 2014.
Kulap, Lesmana. Focus group discussion. Yogyakarta, 4 September 2014.
Malyani, Fitri. Depth interview. Yogyakarta, 12 September 2014.
Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis (2nd ed.). Thousand Oaks,
CA: Sage
Ouda, Hassan. 2004. Basic Requirements Model for Successful Implementation of Acrrual
Accounting in Public Sector. Public Fund Digest, Vol IV, No. 1, pp. 78-99.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pollit, Christopher. 2001. Clarifying Convergence: Striking Similiarities and Durable
Differences in Public Management Reform. Public Management Review, Vol 3, No. 4, pp. 471492.
Sulastri. Depth interview. Yogyakarta, 12 September 2014.
Takalawangen. Depth interview. Yogyakarta, 12 September 2014.
Tan, Fuad. Depth interview. Yogyakarta, 12 September 2014.
Yin, Robert. (2009). Case Study Research; Design and Methods, 4th edition. SAGE.

PT Medina Multi Mitra Divisi Riset dan Konsultan

15

Anda mungkin juga menyukai