Bagian 4/8
BAGIAN EMPAT
PENGEMBANGAN LANDFILL SAMPAH KOTA
1 UMUM
Beberapa informasi perencanaan teknis yang perlu selalu dievaluasi adalah:
o Rencana Tata Ruang Wilayah/Kota (RTRW/K) terkait dengan luas daerah pelayanan,
manajemen persampahan, tata guna lahan, dan pertumbuhan jumlah penduduk
o Estimasi jumlah dan fraksi sampah yang akan dilayani
o Kondisi fisik dan lingkungan, khususnya: struktur geologi tanah, hidrogeologi tanah,
kestabilan geoteknik, iklim dan curah hujan, ketersediaan tanah penutup, kondisi zone
penyangga sekeliling landfill
Beberapa batasan yang digunakan pada lahan lokasi landfill sampah kota:
o Sampah yang boleh masuk ke landfill sampah kota adalah sampah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga, kegiatan pasar, kegiatan komersial, kegiatan perkantoran, institusi
pendidikan, dan kegiatan lainnya yang menghasilkan limbah sejenis sampah kota.
o Limbah yang berkategori B3 dilarang masuk ke jenis landfill ini, dan harus dikirim ke landfill
limbah B3. Limbah B3 yang berasal dari kegiatan rumah tangga harus ditangani secara
khusus sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan lokasi landfill ini hanya
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. Limbah B3 rumah tangga dikelola
dengan mengaktifkan fungsi pewadahan di TPS. Limbah tersebut kemudian diangkut ke
sarana limbah B3.
o Limbah yang dilarang diurug dalam landfill jenis ini:
Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga
Limbah yang berkatagori B3 menurut PP 18/99 jo PP85/99
Limbah medis dari kegiatan medis
o Sampah yang masuk ke lokasi tidak seluruhnya diurug ke dalam area pengurugan. Proses
lainnya sangat dianjurkan seperti daur-ulang dan pengomposan.
o Selalu memperhatikan kecocokan metode operasi, apakah sanitary landfill atau controlled
landfill, sesuai dengan kelayakan teknis dan pertimbangan sosial-ekonomis yang dikaitkan
dengan besaran kota dan timbulan sampah kota.
o Indonesia memperkenalkan konsep Controlled landfill sejak tahun 1990-an, yaitu landfill
yang lebih sederhana dibandingkan sanitary landfill. Controlled landfill dimaksudkan sebagai
alternatif pengganti open dumping, yang diharapkan secara bertahap digantikan oleh landfill
lebih baik, seperti sanitary landfill.
o Pengoperasian dan pemeliharaan lahan, baik dengan controlled landfill maupun sanitary
landfill, harus dapat menjamin fungsi:
- Sistem pengumpulan dan pengolahan leachate
- Penanganan gas metan
- Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan
- Pengendalian vektor penyakit
- Pelaksanaan keselamatan pekerja
- Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran.
o Dibutuhkan pengawasan dan pengendalian untuk meyakinkan bahwa setiap kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Data pemantauan di atas perlu
dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang dengan mudah akan memberikan
gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan pemeliharaan site.
2 KAPASITAS LANDFILL
Langkah awal dalam aplikasi landfilling adalah menentukan kapasitas fasilitas ini. Terdapat 2
langkah penentuan kapasitas:
a. Dalam proses pemilihan site, biasanya data yang diperoleh adalah luas calon lokasi.
Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan perkiraan masa layan calon tersebut.
Enri Damanhuri - FTSL ITB
Halaman 4.1
Bagian 4/8
b. Setelah sebuah site terpilih, maka dilakukan pengukuran fisik lahan tersebut, termasuk
pengukuran topografi yang akurat. Data topografi beserta rencana pemanfaatan site akan
menentukan secara lebih detail kapasitas site tersebut.
Kapasitas dalam proses pemilihan site:
Besaran kapasitas dalam fase ini dibutuhkan untuk membandingkan secara cepat sebuah site
dengan site yang lain. Jumlah sampah yang akan dilayani dan akan masuk ke dalam fasilitas ini
sebelumnya perlu dihitung dengan cepat, tanpa membutuhkan data yang akurat. Contoh
pendekatan adalah:
o Pelayanan sistem adalah untuk menangani sampah domestik, baik yang berasal dari rumah
tangga, maupun dari non-rumah tangga, sehingga jumlah sampah dari daerah yang ditinjau
= jumlah sampah rumah tangga + jumlah sampah non-rumah tangga
o Jumlah sampah rumah tangga per-hari = jumlah populasi x satuan timbulan sampah per-hari
o Jumlah sampah total = faktor sumber sampah x jumlah sampah rumah tangga
o Jumlah sampah yang akan diangkut ke sarana landfilling = faktor pelayanan x total jumlah
sampah
o Faktor sumber sampah adalah proporsi sampah sampah rumah tangga terhadap sampah
total. Proporsi ini biasanya tergantung pada besaran kota. Tambah kecil sebuah kota,
tambah besar porsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, misalnya sampah di:
o Jakarta = 45% dari total sampah kota
o Bandung = 60% dari total sampah kota
o Cianjur = 80% dari total sampah
o Faktor pelayanan adalah kemampuan pengelola sampah mengangkut sampah yang
dihasilkan menuju sarana landfilling. Besaran pelayanan ini biasanya diasumsi meningkat
secara bertahap sampai mendekati pelayanan 100% dalam jangka waktu 10-20 tahun.
Namun dalam perhitungan cepat ini diasumsi pelayanan konstan sebesar 60%
o Jumlah populasi adalah berdasarkan data demografi setempat dengan batas daerah
administrasi pelayanan yang telah ditentukan, misalnya sebuah kota, atau kecamatankecamatan yang dianggap membentuk sebuah kota
o Satuan timbulan sampah adalah perkiraan jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap orang
per-hari. Angka yang biasa digunakan adalah 3 L/orang/hari.
o Andaikata faktor sumber sampah = 60%, maka jumlah sampah di daerah tersebut = jumlah
sampah rumah tangga / 0.6
o Sampah yang dihasilkan tentunya akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan fasilitas lain yang menghasilkan sampah. Namun dalam perhitungan cepat ini
dianggap tidak ada pertambahan jumlah sampah.
3
Dari perhitungan di atas misal diperoleh estimasi kasar sampah masuk = A m /tahun
Kapasitas calon lokasi dihitung sederhana, dengan mengasumsi misalnya bila datar:
o Bentuk area adalah segi-empat
o Pengupasan maksimum ke bawah = 5 m
o Bentuk kupasan ke bawah adalah piramida terpancung, dengan kemiringan 1:1
o Penimbunan sampah ke atas maksimum = 20 m
o Bentuk timbunan ke atas adalah piramida terpancung dengan kemiringan 1:3
Dari perhitungan di atas misal diperoleh total kapasitas area pengurugan tersedia = B m3
Asumsi selanjutnya adalah:
o Densitas sampah di timbunan = 2 - 5 kali densitas sampah di sumber
o Kebutuhan tanah penutup:
o bila metode pengurugan adalah controlled landfill, maka kebutuhan tanah penutup =
3 % dari material yang akan ditimbun
o bila metode pengurugan adalah dengan sanitary landfill, maka kebutuhan tanah
penutup = 20% dari material yang akan ditimbun
o Area pengurugan = 70% dari total area yang dibutuhkan
Halaman 4.2
Bagian 4/8
Halaman 4.3
o
o
Bagian 4/8
Tergantung pada jenis landfill yang akan diterapkan, maka total volume (dan berat) bahan
(sampah, residu dan tanah penutup) yang akan diurug, dengan memperhitungkan faktor
densitas dapat diproyeksikan dari tahun ke tahun.
Faktor densitas perlu dimasukkan dalam perhitungan ini, karena volume sampah akan
berubah sejalan dengan perubahan lokasi, wadah dan perlakuan yang digunakan.
BIasanaya densitas yang digunakan adalah:
3
o Sampah diukur di sumber = 0,1 0,2 ton/m
3
o Sampah diukur di gerobak = 0,2 0,3 ton/m
3
o Sampah di truk = 0,3 0,4 ton/m
3
o Bahan urugan di landfill dengan dozer biasa = 0,4 0,6 ton/m
3
o Bahan urugan di landfill dengan compactor = 1 ton/m
Faktor degradasi yang dapat menyebabkan adanya setlement dapat dipertimbangkan untuk
dimasukkan. Tetapi ada pendapat bahwa faktor ini sebaiknya tidak dimasukkan, mengingat
bahwa:
o Bio-degradasi yang terjadi adalah tidak merata pada seluruh massa yang ditimbun,
dan terjadi di bawah timbunan, sehingga settlement yang terjadipun dianggap tidak
akan merata di seluruh bidang permukaan landfill
o Adanya penurunan permukaan yang bersifat setempat tersebut pada sebuah landfill
yang dioperasikan secara baik perlu dihindari, dengan menambah tanah penutup
pada titik tersebut. Dengan demikian, permukaan landfill tetap mempunyai slope
yang baik untuk aliran run-off, dan dicegah adanya genangan setempat yang
berpotensi menambah infiltrasi air permukaan ke dalam timbunan landfill.
Pada kolom akhir dari tabel ini, akan diperoleh kumulasi jumlah bahan yang akan diurug dari
tahun ke tahun sesuai periode desain yang ditentukan.
Dari rancangan pemanfaatan site yang didasarkan atas peta topografi yang akurat (garis
ketinggian atau kontur paling tidak 0,5 m), maka akan diperoleh skenario pengurugan atau
penimbunan sampah lapis-per-lapis, mulai dari kedalaman dasar urugan rencana sampai
ketinggian penimbunan rencana. Skenario ketinggian urugan atau timbunan sampah biasanya
dibagi atas dasar ketinggian acuan 5 m (1 lift) per lapisan. Dengan skenario tersebut, luas
masing-masing layer dapat dihitung, misalnya dengan membaginya berdasarkan grid-grid
dengan luas yang sama, sehingga diperoleh tabel perhitungan kapasitas volume sebagai
tercantum dalam tabel 1 di bawah ini:
No lift
Elevasi
+
+ .
..
+ .
+ .
+ .
1
2
Rata-rata luas (m )
Kapasitas per-lift
3
(m )
Kapasitas kumulasi
3
(m )
..
..
..
..
..
..
Nm
Nilai N tersebut kemudian di cocokkan dengan nilai kumulasi jumlah bahan yang akan ditimbun,
dengan ketentuan bahwa N harus terletak pada tahun dimana nilai N nilai kumulasi yang
tercantum dalam tabel perhitungan. Dengan dengan demikian perkiraan masa layan landfill
tersebut dapat diperkirakan.
Halaman 4.4
Bagian 4/8
Parameter
Dasar landfill menuju
suatu titik tertentu
4
5
6
7
8
9
10
Sumur pantau
11
Ventilasi gas
12
13
14
15
16
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Alat berat
Transportasi lokal
Cadangan bahan baker
Cadangan insktisida
Pelataran unloading dan
manuver
Jalan operasi utama
Jalan operasi dalam area
Jembatan timbang
Ruang registrasi
Laboratorium air
Controlled landfill
Sanitary landfill
PROTEKSI TERHADAP LINGKUNGAN
Tanah setempat dipadatkan, liner
Tanah setempat dipadatkan, liner
dasar dengan tanah permeabilitas
dengan tanah permeabilitas
rendah, dipadatkan 2 x 25 cm, bila
rendah, dipadatkan 3 x 25 cm, bila
perlu gunakan geomembran HDPE
diperlukan gunakan geomembran
HDPE
Dianjurkan
Diharuskan
Dianjurkan
Diharuskan
Diharuskan
Diharuskan
Minimal saluran kerikil
Diharuskan
Dianjurkan
Kolam-kolam stabilisasi
Diharuskan
Diharuskan
Sistem saluran dan pipa perforasi
Diharuskan
Diharuskan
Pengolahan biologis, bila perlu
ditambah pengolahan kimia, dan
landtreatment
Minimum 1 hulu, 2 hilir dan 1 unit
di luar lokasi sesuai arah aliran air
tanah
Sistem vertikal dengan beronjog
kerikil dan pipa, karpet kerikil
setiap 5 m lapisan, dihubungkan
dengan perpipaan recovery gas
Diharuskan
Setiap hari
Bila tidak digunakan lebih dari 1
bulan, dan setiap mencapai
ketinggian lapisan 5 m
Sistem terpadu dengan lapisan
kedap, sub-drainase airpermukaan, pelindung, karpet
penangkap gas, bila perlu dengan
geosintetis, diakhiri dengan topsoil minimum 60 cm
Diharuskan
Diharuskan
PENGOPERASIAN LANDFILL
Dozer dan loader, dianjurkan
dilengkapi excavator
Dianjurkan
Diharuskan
Diharuskan
Diharuskan
Diharuskan
Diharuskan
Diharuskan
Diharuskan, minimum manual
Dianjurkan
Disamping itu sarana lain yang diperlukan antara lain: papan nama, pagar dan pintu gerbang
dilengkapi rumah jaga, kantor operasi, garasi alat berat, bengkel dan garasi alat berat, sarana
pemadam kebakaran, pelataran cuci truk sampah, penyediaan air bersih, listrik, alat komunikasi,
area transit limbah B3, kamar mandi/WC. Guna kelancaran operasi, dibutuhkan tenaga yang
cukup terdidik dan trampil untuk posisi Kepala/Penanggung Jawab Sarana (minimal pendidikan
D3), petugas registrasi, pengawas operasi, tehnisi, analis kimia, supir alat berat dan penjaga
keamanan. Bila lokasi ini juga digunakan sebagai lokasi pemerosesan sampah, seperti
pengomposan, insinerator maka dibutuhkan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan.
Cakupan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan landfill sampah kota meliputi:
- Pembuatan rencana tindak rutin penanganan sampah dalam area pengurugan serta yang
terkait dengan pengoperasian sarana dan prasarana lain
- Kegiatan konstruksi dan pemasangan berjalan sistem pelapis dasar dan sistem ventilasi gas
Enri Damanhuri - FTSL ITB
Halaman 4.5
Bagian 4/8
Halaman 4.6
Bagian 4/8
o Drainase sekeliling area efektif pengurugan untuk mencegah masuknya aliran limpasan
dari site ini ke dalam area pengurugan
o Jalur hijau sekeliling site
b. Area yang diperuntukkan untuk pengurugan dan penimbunan sampah, atau area efektif
pengurugan. Pekerjaan terkait dengan prasarana fisik yang perlu disiapkan secara bertahap
(konstruksi berjalan) sesuai dengan perkembangan pengunaan area atau sesuai dengan
perkembangan tinggi timbunan sampah adalah:
o Pembagian area dan bilamana diperllukan dilakukan pekerjaan pembangunan batas
area atau tanggul penahan sampah
o Pengupasan site agar memungkinkan peletakan liner secara baik
o Pemasangan sistem pelapis dasar (liner)
o Pemasangan sistem penangkap dan pengumpul lindi
o Penyiapan drainase lokal untuk mencegah air masuk ke area aktif pengurugan
o Pengurugan dan penimbunan sampah lapis-per-lapis
o Pemasangan sistem penangkap dan pengumpul gasbio baik horizontal maupun vertikal
o Pemasangan tanah penutup harian, tanah penutup antara dan tanah penutup final.
Buffer zone
Area penunjang
Area pengurugan
Halaman 4.7
o
o
o
Bagian 4/8
menjadi sel-sel sampah. Setelah terbentuk 3 (tiga) lapisan, timbunan tersebut kemudian
ditutup dengan tanah penutup antara setebal minimum 30 cm. Tinggi lapisan setinggi
sekitar 5 m disebut sebagi 1 lift, dengan kemiringan talud sel maksimum 1 : 3.
Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampai ketebalan
sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas
dengan buldozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel
sampah. Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan
tanah penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m
disebut sebagi 1 lift.
Di atas timbunan sampah dalam bentuk lift tersebut kemudian diurug sampah baru,
membentuk ketinggian seperti dijelaskan di muka. Bila pengurugan sampah dilakukan
dengan metode area, maka untuk memperkuat kestabilan timbunan, batas antara 2 lift
tersebut dibuat terasering selebar 3 5 m.
Lebar sel berkisar antara 1,5 3 lebar blade alat berat agar manuver alat berat dapat lebih
efisien. Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah yang akan diurug pada hari itu
dibagi dengan lebar dan tebal sel. Batas sel dan elevasi sel-sel urugan harus dibuat jelas
dengan pemasangan patok-patok atau tanda lain agar operasi penimbunan sampah dapat
berjalan dengan lancar.
Guna memudahkan masuknya truk pengangkut sampah ke titik penuangan, maka dibuat
jalan semi-permanen antar lift, dengan maksimum kemiringan jalan 5%.
Untuk mencegah terjadinya erosi air permukaan, maka dibuat drainase pelindung
penggerusan menuju titik di bawahnya.
Pelapisan lahan diprioritaskan dimulai dari lembah (lajur utama pipa lindi). Pelapisan
berikutnya adalah di bagian kemiringan dinding sesuai dengan naiknya lift timbunan
sampah.
Blok Operasi A4
Blok Operasi A3
Zone C
Zone B
Blok Operasi A2
Halaman 4.8
Bagian 4/8
Halaman 4.9
Bagian 4/8
Melakukan pengukuran kemiringan lapisan dasar yaitu sekitar 1-2 % ke arah alur
pengumpulan/pengolahan leachate.
Bila menurut desain perlu digunakan geosintetis seperti geomembran, geotekstil, nonwoven, geonet, dan sebagainya, pemasangan bahan ini hendaknya disesuaikan spesifikasi
teknis yang telah direncanakan, dan dilaksanakan oleh kontraktor yang berpengalaman
dalam bidang ini.
Halaman 4.10
Bagian 4/8
pemurnian gas metan untuk dimanfaatkan merupakan pilihan yang menguntungkan sebagai
sumber enersi alternatif.
Beberapa hal yang terkait dengan pemasangan sistem penanganan gas adalah:
o Gas yang ditimbulkan dari proses degradasi tersebut harus dikontrol di tempat agar tidak
mengganggu kesehatan pegawai, orang yang menggunakan fasilitas landfill serta penduduk
sekitarnya.
o Gas hasil biodegradasi tersebut dicegah mengalir secara literal dari lokasi pengurugan
menuju daerah sekitarnya.
o Setiap 1 tahun sekali dilakukan pengambilan sampel gas-bio pada 2 titik yang berbeda, dan
dianalisa terhadap kandungan CO2 dabn CH4.
o Pada sistem sanitary landfill, gasbio harus dialirkan ke udara terbuka melalui ventilasi sistem
penangkap gas, lalu dibakar pada gas-flare. Sangat dianjurkan menangkap gasbio tersebut
untuk dimanfaatkan.
o Pada sistem controlled landfill, gasbio dapat dialirkan ke udara terbuka melalui ventilasi
sistem penangkap gas, sedemikian sehingga tidak berakumulasi yang dapat menimbulkan
ledakan atau bahaya toksik lainnya. Pembakaran atau pemanfaatan gasbio tersebut sangat
dianjurkan.
o Pemasangan penangkap gas sangat dianjurkan dimulai dari saat lahan-urug tersebut
dioperasikan, dengan demikian metode penangkapannya dapat disesuaikan
o Metode untuk membatasi dan menangkap pergerakan gas, khususnya pada landfill yang
sudah tidak difungsikan, adalah:
Menempatkan materi impermeabel pada atau di luar perbatasan landfill untuk
menghalangi aliran gas
Menempatkan materi granular pada atau di luar perbatasan landfill (perimeter) untuk
penyaluran dan atau pengumpulan gas
Pembuatan sistem ventilasi penagkap gas di dalam lokasi urugan sampah di landfill
tersebut
o Sistem penangkap gas dapat berupa :
- Ventilasi horizontal: yang bertujuan untuk menangkap aliran gas dalam dari satu sel
atau lapisan sampah
- Vantilasi vertikal: merupakan ventilasi yang mengarahkan dan mengalirkan gas yang
terbentuk ke atas
- Ventilasi akhir: merupakan ventilasi yang dibangun pada saat timbunan akhir sudah
terbentuk, yang dapat dihubungkan pada pembakar gas (gas-flare) atau dihubungkan
Enri Damanhuri - FTSL ITB
Halaman 4.11
Bagian 4/8
dengan sarana pengumpul gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Perlu difahami bahwa
potensi gas pada timbunan ini mungkin sudah mengecil sehingga mungkin tidak
mampu untuk digunakan dalam operasi rutin.
Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan perkiraan umurnya. Beberapa
kriteria desain perpipaan vertikal pipa biogas :
Pipa gas dengan casing PVC atau PE: 100 - 150 mm
Lubang bor berisi kerikil: 40 - 100 cm
Perforasi: 8 - 12 mm
Kedalaman: mencapai 80% dari kedalaman timbunan
o
o
Kegiatan operasi pengurugan dan penimbunan pada area pengurugan sampah secara
berurutan meliputi :
Penerimaan sampah di pos pengendalian, dimana sampah diperiksa, dicatat dan
diarahkan menuju area lokasi penuangan
Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan dilakukan
sesuai rute yang diperintahkan
Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah ditentukan dengan
manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas
Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis-per-lapis agar tercapai kepadatan
optimum yang diinginkan
Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang cukup
padat sehingga stabilitas permukaannya dapat menyangga lapisan berikutnya
Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi sanitary atau
controlled landfill.
Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harus melalui
petugas registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal waktu
pemasukan. Petugas berkewajiban menolak sampah yang dibawa dan akan diproses di TPA
bila tidak sesuai ketentuan.
3
Mencatat secara rutin jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (m ) dalam satuan
berat (ton) per hari. Pencatatan dilakukan secara praktis di jembatan timbang/pos jaga
dengan mengurangi berat truk masuk (isi) dengan berat truk keluar TPA (kosong).
Pemerosesan sampah masuk di TPA dapat terdiri dari :
Menuju area pengurugan untuk diurug, atau
Menuju area pemerosesan lain selain pengurugan, atau
Menuju area transit untuk diangkut ke luar TPA.
Pemulung ataupun kegiatan peternakan di lokasi TPA dan sekitarnya tidak dilarang, tetapi
sebaiknya dikendalikan oleh suatu peraturan untuk ketertiban kegiatan tersebut.
Pengurugan Sampah:
o
Sampah yang akan diproses dengan pengurugan atau penimbunan setelah didata akan
dibawa menuju tempat pengurugan yang telah ditentukan. Dilarang menuang sampah di
mana saja kecuali di tempat yang telah ditentukan oleh pengawas lapangan. Letak titik
pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi truk agar
mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan
dengan efisien.
Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan
dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya. Titik
bongkar yang baik kadang sulit dicapai pada saat hari hujan akibat licinnya jalan kerja. Hal
ini perlu diantisipasi oleh penanggung jawab lokasi agar tidak terjadi.
Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor :
Lebar sel
Waktu bongkar rata-rata
Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak.
Halaman 4.12
o
o
o
o
o
o
Bagian 4/8
Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang datang dapat segera mencapai titik bongkar
dan melakukan pembongkaran sampah agar efisiensi kendaran dapat dicapai.
Sampah yang dibawa ke area pengurugan kemudian dituangkan secara teratur sesuai
arahan petugas lapangan di area kerja aktif (working face area) yang tersedia.
Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan memperhatikan efisiensi
operasi alat berat. Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan
kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik.
Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan pemadatan perlu
segera dilakukan setelah sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya akan
kurang efisien dilakukan.
Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka perataan dan pemadatan
sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang.
Setelah sebuah truk melaksanakan tugasnya, maka alat angkut tersebut dicuci, paling tidak
dengan membersihkan bak dan roda truk agar sampah yang melekat tidak terbawa ke luar
lokasi operasi. Bilasan pencucian ini dialirkan menuju pengolah lindi, atau dikembalikan ke
urugan sampah.
o
o
o
Jenis, frekuensi, dan ketebalan tanah penutup reguler pada sel-sel urugan/timbunan sampah
seperti telah diuraikan bagian di atas.
Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan kemiringan dasar menuju
pengumpul aliran drainase. Upayakan agar air run-off ini tidak bercampur dengan saluran
penampung lindi yang keluar secara lateral.
Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya dilakukan secara bertahap
sel demi sel, sehingga setelah sel lapisan pertama selesai maka dapat dilanjutkan dengan
membuat lapisan selanjutnya di atasnya.
Lapisan tanah penutup hendaknya :
Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti tergerus hujan, tergerus akibat
operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkut sampah dan operasi alat berat yang lalu
di atasnya
Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.
Sistem penutup akhir pada sanitary landfill (Gambar 4.5) terdiri atas beberapa lapis, yaitu
berturut-turut dari bawah ke atas :
Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara). Bila sel
harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari 1 bulan, maka dibutuhkan
penutup antara setebal 30 cm dengan pemadatan
Lapisan karpet kerikil berdiameter 30 50 mm sebagai penangkap gas horizontal
setebal 20 cm, yang berhubungan dengan perpipaan penangkap gas vertikal
-7
Lapisan tanah liat setabal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10
cm/det
Lapisan karpet kerikil under-drain penangkap air infiltrasi terdiri dari media kerikil
berdiameter 30 50 mm setebal 20 cm, menuju sistem drainase. Bilamana diperlukan di
atasnya dipasang lapisan geotekstil untuk mencegah masuknya tanah di atasnya
Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm.
Sistem penutup akhir pada controlled landfill (Gambar 4.5) terdiri atas beberapa lapis, yaitu
berturut-turut dari bawah ke atas :
Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara)
-7
Lapisan tanah liat setabal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10
cm/det
Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm
Bila menurut desain perlu digunakan geotekstil dan sebagainya, pemasangan bahan ini
hendaknya disesuaikan spesifikasi teknis yang telah direncanakan, dan dilaksanakan oleh
kontraktor yang berpengalaman dalam bidang ini.
Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan kemiringan
maksimum 1 : 3 untuk menghindari terjadinya erosi.
Kemiringan dan kondisi tanah penutup harus dikontrol setiap hari untuk menjamin peran dan
fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan dan perbaikan pada lapisan ini.
Halaman 4.13
o
o
o
Bagian 4/8
Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan reruntuhan bangunan,
sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil pembersihan saluran sebagai
pengganti tanah penutup.
Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area pengurugan yang tidak akan digunakan lagi
lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60 cm.
Pada area yang telah dilaksanakan penutupan final diharuskan ditanami pohon yang sesuai
dengan kondisi daerah setempat.
Gambar 4.5 : Sistem Penutup pada Controlled Landfill dan Sanitary Landfill
Kebutuhan alat berat untuk sebuah TPA akan bervariasi sesuai dengan perhitungan desain
dari sarana landfill ini.
Alat berat yang digunakan untuk operasi pengurugan sampah hendaknya selalu siap untuk
dioperasikan setiap hari. Katalog dan tata-cara pemeliharaan harus tersedia di lapangan dan
diketahui secara baik oleh petugas yang diberi tugas.
Lakukan inventarisasi dan teliti kembali spesifikasi teknis dan fungsi alat-alat berat yang
tersedia :
- Loader atau bulldozer (120 300 HP) atau landfill compactor (200 400 HP) berfungsi
untuk mendorong, menyebarkan, menggilas/memadatkan lapisan sampah. Gunakan
blade sesuai spesifikasi pabrik guna memenuhi kebutuhan kapasitas aktivitas
- Excavator untuk penggalian dan peletakan tanah penutup ataupun memindahkan
3
sampah dengan spesifikasi yang disyaratkan dengan bucket 0,5 - 1,5 m
- Dump truck untuk mengangkut tanah penutup (bila diperlukan) dengan volume 8 12
3
m.
Penggunaan dan pemeliharaan alat-alat berat harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan
rekomendasi fabrik. Karena alat-alat berat tersebut pada dasarnya digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, maka penggunaan pada sampah akan mengakibatkan
terjadinya korosi yang berlebihan atau bantalan/sepatu wheel atau bulldozer macet karena
terselip potongan jenis sampah tertentu yang diurug. Untuk mengurangi resiko tersebut,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
- Kedisiplinan pemanfaatan jalur track (traficability) pada lahan dan bidang kerja TPA yang
telah disiapkan, jalan operasional dan tanah penutup
- Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan memelihara alatalat berat
- Peningkatan management after-sales service system dengan alokasi dana yang
memadai untuk melakukan pemeliharaan secara rutin dan periodik :
Halaman 4.14
Bagian 4/8
Bulldozer (Crawler)
Fungsi : perataan, pengurugan,
dan pemadatan
Wheel Loader
Fungsi : perataan dan pengurugan
Excavator
Fungsi : penggalian dan
pengurugan
Landfill Compactor
Fungsi : pemadatan timbunan
sampah pada lokasi datar
Scraper
Fungsi : pengurugan tanah dan
perataan
Halaman 4.15