Anda di halaman 1dari 3

Akibat

- Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila
obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas dan mortalitasnya akan
meningkat (Soetjiningsih, 1995)
- Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular
Faktor risiko ini meliputi peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL (lowdensity
lipoprotein) kolesterol, dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL (high
density lipoprotein) kolesterol (Soetjiningsih, 2010). IMT mempunyai hubungan yang
kuat dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya
mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDLkolesterol yang rendah dan
33% dengan kadar trigliserida tinggi (Freedman, 2004). Anak obesitas
cenderungmengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30%
menderita hipertensi (Syarif, 2003).
- Saluran Pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan risiko terjadinya saluran pernafasan bagian bawah,
karena terbatasnya kapasitas paru-paru.Adanya hipertrofi dan adenoid mengakibatkan
obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi
oksigen rendah, disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi ini dapat mengakibatkan
gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal
serta nafas yang pendek (Soetjiningsih, 1995).
- Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes Mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas (Syarif, 2003).Prevalensi
penurunan uji toleransi glukosa pada anak obesitas adalah 25% sedangkan Diabetes
Mellitus tipe-2 hanya 4%.Hampir semua anak obesitas dengan Diabetes Mellitus tipe-2
mempunyai IMT > + 3SD atau > persentile ke 99 (Bluher et al, 2004).
- Obstruktive Sleep Apnea
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok
(Syarif, 2003). Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada
dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi
penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja
otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai
penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot
yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding
belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan
menyebabkan tidurgelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk
dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan
(Kopelman, 2000 dalam Hidayati et al 2006).
Tanda-tanda

Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan
jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar.
Gejala-gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang mengalami obesitas antara lain :
Kebiasaan tidur dengan mendengkur
Susah tidur Nyeri pada punggung atau sendi
Berhenti nafas pada saat tidur secara tiba-tiba
Selalu merasakan panas
Berkeringat secara berlebihan
Sulit bernafas
Depresi
Sering merasakan ngantuk dan lelah
Ruam atau infeksi pada lipatan kulit
Obesitas ditegakkan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), namun tidak
secara langsung mampu mengukur kadar lemak dalam tubuh. Cara perhitungan IMT
adalah berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam satuan
meter. IMT yang sehat adalah yang dalam rentang 18,5 24,9 kg/m2. IMT yang berada
di angka 2529,9 disebut sebagai overweight, 3034,9 disebut obesitas kelas I,
35,039,9 disebut obesitas kelas II, dan di atas 40 disebut obesitas kelas III.
Pengobatan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak adalah menghambat laju kenaikan berat badan
yang pesat dan tidak boleh diet terlalu ketat. Sehingga pengaturan dietnya harus
dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya
(Soetjiningsih, 1995). Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka
penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan
mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana
obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi,
dengan cara pengaturan diet dan peningkatan aktivitas fisik (Syarif, 2003).
a. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan
Recommended Dietary Allowance Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang
(RDA), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Syarif,
2003). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada
tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta,
diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar
30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit
penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie diet) (Kiess et al,
2004).
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang
Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal

Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak
jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari (Syarif,
2003)
b. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan
fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan
fisik dan umurnya. Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang
menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam.
Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif, 2003).
Di samping mempercepat metabolisme, juga dapat membuat kondisi tubuh lebih segar
dan dapat menambah estetika. Olah raga dimaksudkan agar jumlah kalori yang
dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada jumlah kalori yang masuk. Dengan olah raga
yang baik akan terjadi peningkatan metabolisme.
c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru Orang tua menyediakan
diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru
dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan
aktifitas yang mendukung program diet (Kiess et al., 2004 dalam Hidayati et al, 2006)

Anda mungkin juga menyukai