Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari
kelompok penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Hal ini disebaabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan
semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang diduga
berhubungan dengan PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok pada usia muda,
serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun diluar ruangan dan di tempat
kerja.1
Menurut GOLD (Global Burden of Disease), PPOK merupakan penyakit
paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara yang bersifat persisten
dan progresif, serta berhubungan dengan respon inflamasi kronis pada saluran
nafas dan paru akibat pajanan partikel dan gas yang beracun. Eksaserbasi dan
penyakit komorbid memiliki kontribusi terhadap tingkat keparahan pada setiap
pasien.4 Prevalensi dan angka mortalitas PPOK terus meningkat. Di Amerika
Serikat diperkirakan terdapat 115.000 kematian pada tahun 2000. Pada tahun
2020, The Global Burden of Disease Studies memperkirakan bahwa PPOK akan
menduduki peringkat ketiga penyakit penyebab kematian dan peringkat kedua
belas penyebab penyakit dan juga sebagai peringkat keempat penyakit penting
yang menimbulkan kecacatan.2
Di Asia, penderita PPOK sedang sampai berat pada tahun 2006 mencapai
56,6 juta pasien dengan prevalensi 6,3%. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8
juta pasien dengan prevalensi 5,6%. Angka ini dapat terus meningkat dengan
makin banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok dan
mantan perokok. Selain itu seiring pesatnya kemajuan industri menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan tingginya angka PPOK di Indonesia yang terutama
banyak dialami laki-laki dengan usia 45 tahun keatas.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat
dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversible, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas beracun / berbahaya, disertai efek ekstraparu yang
berkontribusi terhadap derajat berat penyakit.3
Penyakit paru obstruksi kronik terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal tiga bulan dalam setahun, sekurangkurangnya dua tahun berturut-turut. Sedangkan emfisema adalah suatu kelainan
anatomis paru yang ditandai dengan pelebaran bagian distal bronkiolus terminal
disertai kerusakan dinding alveoli.3
Suatu kasus obstruksi aliran udara ekspirasi dapat digolongkan sebagai
penyakit PPOK jika obstruksi aliran udara ekspirasi cendrung progresif. Penyakit
bronkitis kronik dan emfisema dapat dimasukan ke dalam kelompok PPOK jika
keparahan penyakit telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif. Kedua
penyakit ini pada fase awal belum dapat di golongkan kedalam PPOK.1
PPOK eksaserbasi akut merupakan suatu kondisi perburukan dari gejala
penyakit PPOK yang bersifat akut dan menetap dengan gejala yang lebih berat
dibandingkan dengan varian gejala harian normal sehingga memerlukan
perubahan dari obat-obatan yang biasa digunakan.4
2.2 Epidemiologi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) akhir-akhir ini prevalensi dan
angka mortalitasnya terus meningkat. PPOK merupakan masalah kesehatan utama
di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Data di AS menyebutkan bahwa angka
kejadian PPOK adalah sebanyak 15 juta orang dan 1,5 juta kasus baru per tahun.
PPOK tercatat sebagai penyebab kematian keempat di AS dengan angka sekitar
115.00 kematian terjadi pada tahun 2000 dan biaya pengobatannya lebih besar
dari asma. The Global Burden of Disease Studies memprediksikan bahwa pada
tahun 2020, PPOK akan menduduki peringkat tiga penyakit penyebab kematian
dan peringkat dua belas penyebab penyakit dan juga sebagai peringkat empat
penyakit penting yang menimbulkan kecacatan.2
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI
tahun 1992, PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat ke enam dan
merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Di Indonesia penyakit bronkitis kronik dan emfisema meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok dan pesatnya
kemajuan industri. PPOK merupakan masalah kesehatan umum dan menyerang
sekitar 10% penduduk usia 40 tahun ke atas. Dari fakta di atas dapat disimpulkan
bahwa PPOK cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya angka
harapan hidup, kebiasaan merokok dan polusi udara.5
2.3 Faktor Risiko
Faktor resiko penyakit PPOK adalah hal-hal yang berhubungan dan atau
mempengaruhi/menyebabkan
terjadinya
PPOK
pada
seseorang.
Menurut
b. Faktor exposure
yang
menyebabkan
hilangnya
elastic
recoil,
hiperinflasi,
Ekspirasi Normal
Ekspirasi PPOK
dan
Pasien yang mengalami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala yang
khas seperti :3
-
2.
3.
Derajat
Derajat I:
Faal paru
Normal
PPOK ringan
Derajat II:
PPOK sedang
Derajat III:
PPOK berat
serangan
sering
Derajat IV:
PPOK
berat
eksaserbasi
dan
semakin prediksi
berdampak
pada
gagal
prediksi
nafas
dapat
mengancam
jiwa
2.7 Diagnosis
Diagnosis PPOK ditegakan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. PPOK klinis didiagnosis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan foto toraks. Sedangkan diagnosis derajat PPOK
dilanjutkan dengan pemeriksaan spirometri.1
Diagnosis PPOK klinis ditegakan apabila:
a. Anamnesis
- Ada faktor resiko: usia pertengahan, dan riwayat pajanan (asap rokok,
-
diagframa
mendatar
dan
letak
rendah,
corakan
bronkovaskular meningkat.
Analisis gas darah pada semua pasien dengan VEP1 < 40% prediksi
dan secara klinis diperkirakan gagal napas atau gagal jantung kanan.
Kultur dan sensitivitas kuman
Diperlukan untuk mengetahui kuman penyebab serta resistensi kuman
terhadap antibiotik yang dipakai. Pemeriksaan ini juga diperlukan jika
tidak ada respon terhadap antobiotik yang dipakai sebagai pengobatan
pada permulaan penyakit.3
10
Asma
Gagal jantung
kongesti
Bronkiektasis
Tuberkulosis
Panbronkiolitis
difuse
Gambaran klinis
1. Onset pada usia pertengahan
2. Gejala semakin progresif
3. Terdapat riwayat merokok atau terpajan oleh
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
dinding bronkus
Onset semua usia
Gambaran thoraks : infiltrasi paru
Konfirmasi mikrobiologi (BTA +)
Lokasi prevalensi TB tinggi
Dominan pada keturunan etnis asia
Umumnya laki-laki, riwayat sinusitis kronis
Penyakit lain yang bisa menjadi diagnosis banding PPOK antara lain :
1.
2.
minimal.
Pneumothoraks dimana keadaan cembung ditempat kelainan, perkusi
3.
11
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :1
-
Mengurangi gejala
Mencegah progresivitas penyakit
Meningkatkan toleransi latihan
Meningkatkan status kesehatan
Mencegah dan menangani komplikasi
Mencegah dan menangani eksaserbasi
Menurunkan kematian
2. Farmakologi
Bronkodilator
a. Agonis -2 : salbutamol 2,5-5 mg/ml; terbutalin5-10 mg/ml. Bentuk
inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan
dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan
digunakan bentuk tablet yang berefek panjang.
b. Antikolinergik : Ipratropium brom0,25-0,5 mg/ml, tiotropium digunakan
pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
mengurangi sekresi lendir.
c. Kombinasi antikolinergik dan agonis -2 : Kombinasi kedua golongan
obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena kedunya
12
Amoksisklin-klavulanat
- 125mg tab 3x sehari
Eksaserbasi sedang-berat
Sefalosporin
- Ceftriakson 1-2 g IV/hari
- Cefotaksim 1g tiap 8-12 jam
- Ceftazidime 1-2 g IV tiap 8-12
jam
Penicilin antipseudomonal
Piperasillin - tazobaktam
3,375
gIV/6jam
Ticarcilinclavulanat 3,1 g IV/6jam
Makrolide
Fluoroquinolones
- Klarithromisin 500mg 2x/hari
- Levofloksasin 500mg IV/hari
- Azitrommisin 500 mg pertama,
- Gatifloksasin 400mg IV/hari
13
selanjutnya 250mg/hari
Fluoroquinolone
- Levofloksasin 500mg/hari
- Gatifloksasin 400mg/hari
- Moksifloksasin 400mg/hari
Amiglosida
- Tobramisin 1mg/kgbb/8-12 jam
Pada
eksaserbasi
akut
berat:
aminofilin
mg/kgBB/jam)
-
14
(0,5
15
16
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :3
a. Gagal napas
- Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah PO2 < 60 mmHg, PCO2 > 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :
Bronkodilator adekuat.
Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu
b.
tidur.
Antioksidan
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :
Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
Sputum bertambah dan purulen
Demam
Kesadaran menurun
Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada
kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya
kadar limfosit darah.
c.
Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dapat disertai
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
17
A. Identitas pasien
Nama Pasien
: Tn. S
Umur
: 45 tahun
Alamat
: petapahan
Pekerjaan
: petani
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal masuk
: 10 mei 2015
Agama
: Islam
Keluhan utama
Sesak nafas sejak 3 hari yang lalu
II.
Sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sesak nafas mulai dirasakan sejak 3
bulan yang lalu namun memberat dalam beberapa hari ini, sesak nafas
hilang timbul, saat sesak pasien sulit untuk berbicara dan tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari, pasien terbangun dari tidur saat sesak
datang mendadak, sesah tidak berhubungan dengan cuaca dingin, debu,
ataupun makanan tertentu.
Batuk berdahak sejak 4 bulan ini, dirasakan memberat 1 minggu yang lalu,
batuk terus menerus, dahak kental berwarna kuning, saat batuk dahaknya
sekitar 1cc.
Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, hilang timbul,sakitnya berdenyutdenyut, sakit berkurang jika istirahat.
Mual ada
18
III.
IV.
V.
Riwayat pengobatan
Pasien sudah pernah mendapatkan pengobatan di IGD RSUD bangkinang,
di IGD pasien diberikan O2 nasal kanul 4 lpm
VI.
Indeks Brinkman
Sosial ekonomi
: menengah
Pola makan
: baik
C. Pemeriksaan fisik
1. Status generalisata
Keadaan umum
Kesadaran
: composmentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit
Suhu
: 360C
Pernafasan
: 24 kali/menit
Tinggi badan
: 170 cm
Berat badan
: 46 kg
IMT
Mata: Konjungtiva tidak anemis, Sclera tidak ikterik, Pupil bulat isokor
Leher: Tidak ada nyeri,Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, Tidak
ada spasme otot, JVP (5-2 cm H2O)
3. Thorax
a) Paru
Paru-paru anterior
Inspeksi :
Statis
Auskultasi :
Kanan : ekspirasi memanjang, wheezing (-), rhonki (-), amforis (+)
Kiri
Paru-paru posterior
20
Inspeksi :
Statis
Auskultasi :
Kanan : ekspirasi memanjang, wheezing (-), rhonki (-), amforis (+)
Kiri
b) Jantung
Inspeksi
Palpasi
sinistra di RIC V
Perkusi
Batas atas
: RIC II
Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi
c) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
membesar
d) Ekstremitas
Superior
Inferior
D. Pemeriksaan penunjang
1)
Darah lengkap
Hb
: 13 gr %
Ht
: 39,9 %
Leukosit
: 18,4 10^3/mm^3
Trombosit
: 238 10^3/mm^3
21
2) Foto thorak
Interpretasi :
22
RESUME
Tn. S Sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sesak nafas mulai dirasakan sejak
3 bulan yang lalu namun memberat dalam beberapa hari ini, sesak nafas hilang
timbul, saat sesak pasien sulit untuk berbicara dan tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari, pasien terbangun dari tidur saat sesak datang mendadak, sesah tidak
berhubungan dengan cuaca dingin, debu, ataupun makanan tertentu.
Batuk berdahak sejak 4 bulan ini, dirasakan memberat 1 minggu yang lalu,
batuk terus menerus, dahak kental berwarna kuning, saat batuk dahaknya sekitar
1cc. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, hilang
timbul,sakitnya berdenyut-denyut, sakit berkurang jika istirahat.
Batuk darah tidak ada,demam tidak ada, badan lemas sejak 3 hari yang lalu,
keringat malam tidak ada, nyeri menelan tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak
ada, buang air kecil normal, buang air besar normal
A. Daftar Masalah
Sesak nafas
Batuk berdahak
Sakit kepala
Badan lemas
B. Diagnosis
C. Penatalaksanaan
1. Terapi umum
- Mengurangi pajanan terhadap faktor risiko seperti asap rokok, debu
pekerjaan, bahan kimia, dan polusi udara indoor maupun outdoor,
termasuk memasak merupakan tujuan penting untuk mencegah timbul
dan perburukan PPOK
- Berhenti merokok
- Menjaga keseimbangan nutrisi
2. Terapi Khusus
- Infus dextrose 5% ditambah drip Aminophylin / kolf
- Injeksi metil prednisolon 1 ampul/12 jam/iv
- Injeksi ceftriakson 1 ampul/12 jam/iv
- Nebu combivent
23
24
FOLLOW UP
Tanggal
11/05/2015
S
Sesak(+),
batuk(+),
dahak(+)
warna kuning
12/05/2015
Sesak(+),
batuk(+),
dahak(+)
warna kuning
13/05/2015
sesak
berkurang
batuk
O
KU: Sedang
Kesadaran:
Komposmentis
TD:150/90 mmHg
HR: 86x/menit
RR: 28x/menit
T: 36,40C
Amforis (+)
KU: Sedang
Kesadaran:
Komposmentis
TD:130/70 mmHg
HR: 86x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,40C
Amforis (+)
Eksaserbasi
Akut Berat
PPOK
Eksaserbasi
Akut berat
PPOK
HR: 84 x/menit
Eksaserbasi
RR: 24 x/menit
Akut
berdahak (+) T: 36 0C
sudah
berkurang
A
PPOK
Sedang
P
Benozid 1x1
Propepsa sirup 3x1
Flumicyl sirup 3x1
Drip aminophilin
Ceftriakson 2x1
Methil prednisolon 2x1
Farbiven 4x1
Benozid 1x1
Propepsa sirup 3x1
Flumicyl sirup 3x1
Drip aminophilin
Ceftriakson 2x1
Methil prednisolon 2x1
Farbiven 4x1
Benozid 1x1
Propepsa sirup 3x1
Flumicyl sirup 3x1
Drip aminophilin
Ceftriakson 2x1
Methil prednisolon 2x1
Farbiven 4x1
Amforis (+)
PEMBAHASAN
PPOK merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran
udara yang bersifat persisten dan progresif. Pada pasien ditegakan diagnosis
PPOK eksaserbasi akut karena adanya keluhan sesak nafas yang semakin berat,
jumlah sputum yang bertambah banyak, dan perubahan sputum purulen yang
berwarna kuning kental. Dengan gejala klinis yang ditimbulkan pasien
dikategorikan mengalami PPOK eksaserbasi akut. Pasien pernah mengalami
gejala sesak sebelumnya 4 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat merokok
selama 24. Pada pemeriksaan fisik ditemukan eksprasi memanjang dengan
whezzing (-), ronki (+), amforis (+). Dari pemeriksaan konfirmasi sputum BTA
25
didapatkan hasil negatif pada pemeriksaan. Dan dari pemeriksaan rontgen tampak
adanya fibrotik, kalsifikasi,schwarte, destroyed lung.
Tanda-tanda dari eksaserbasi akut apabila ditemukan batuk makin sering /
hebat, produksi sputum bertambah banyak, sputum berubah warna, sesak nafas
bertambah, keterbatasan aktivitas bertambah, kesadaran menurun. Pasien ini
datang dengan batuk yang semakin sering, produksi sputum yang bertambah
banyak, sputum berubah warna menjadi kehijauan, serta sesak napas yang
semakin berat. Dengan gejala klinis yang ditimbulkan pasien dikategorikan
mengalami PPOK eksaserbasi akut berat.
Faktor resiko PPOK pada pasien ini adalah riwayat merokok, infeksi
saluran napas bawah (TB paru), dan usia yang sudah lanjut. Merokok dan terpajan
dengan partikel ataupun gas beracun dapat menyebabkan suatu proses hipertrofi
kelenjar
mukus
bronkial
dan meningkatkan
produksi mukus
sehingga
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman pengendalian penyakit paru
obstruksi
kronik.
Keputusan
Menteri
kesehatan
Nomor:
1022/MENKES/SK/2008.
2. Agustin H, Yunus F. Proses metabolisme pada penyakit paru obstruksi
kronik (PPOK). J Respir Indo. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia. 2008; 28(3): 155-60.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK) pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2003.
Diunduh dari: http://www.klikpdpi.com.
4. GOLD Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and
Prevantion.Di
unduh
dari
URL:
http://www.goldcopd.com/guidelineitem.asp?11=2&12=1&intd=989
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Konsep-konsep klinis proses
penyakit. Ed.6. Jakarta. EGC. 2005
6. Rumende, CM. Naskah lengkap penyakit dalam: pemilihan antibiotik pada
PPOK eksaserbasi akut. Jakarta; Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FK UI. 2009.p.232-237
7. Djojodibroto, RD. Respirologi: Penyakit paru obstruksi kronik. Jakarta;
EGC.2009.p.120-125
27