benzena, sebab akhiran ena lebih tepat untuk senyawa-senyawa tak jenuh, sedangkan akhiran
ol hanya lazim untuk alkohol-alkohol.
Berdasarkan rumus molekulnya, C6H6, para pakar kimia saat itu berpendapat bahwa senyawa ini
memiliki ikatan tak jenuh yang lebih banyak dari alkena atau alkuna. Oleh karena itu,
diusulkanlah beberapa rumus struktur benzena seperti:
Akan tetapi alangkah kagetnya para ilmuan saat itu ketika mengamati bahwa benzena tidak dapat
mengalami adisi dan justru reaksi-reaksi benzena umumnya reaksi substitusi.
Akhirnya pada tahun 1865, Friedich August Kekule dari Jerman berhasil menerangkan struktur
benzena. Keenam atom karbon pada benzena tersebut melingkar berupa segi enam beraturan
dengan sudut ikatan 120 derajat
Kelemahan Struktur Kekule
Kekule adalah orang pertama yang mengemukakan struktur benzene yang dapat diterima.
Karbon tersusun dalam bentuk hexagon (segienam) dan ia mengemukakan ikatan tunggal dan
rangkap yang bergantian diantara karbon karbon tersebut. Setiap karbon terikat pada sebuah
hydrogen. Diagram berikut ini merupakan penyederhanaan dengan menghilangkan karbon dan
hydrogen.
Meskipun Struktur Kekule merupakan struktur benzena yang dapat diterima, namun ternyata
terdapat beberapa kelemahan dalam struktur tersebut. Kelemahan itu diantaranya:
1. Pada struktur Kekule, benzena digambarkan memiliki 3 ikatan rangkap yang
seharusnya mudah mengalami adisi seperti etena, hekesena dan senyawa dengan ikatan
karbonrangkap dua lainnya. Tetapi pada kenyataanya Benzena sukar diadisi dan lebih
mudah disubstitusi.
2. Bentuk benzene adalah molekul planar (semua atom berada pada satu bidang datar), dan
hal itu sesuai dengan struktur Kekule. Yang menjadi masalah adalah ikatan tunggal dan
rangkap dari karbon memiliki panjang yang berbeda.
C-C
C=C
0.154 nm
0.134 nm
Hidrogenasi adalah penambahan hidrogen pada sesuatu. Untuk mendapatkan perbandingan yang
baik dengan benzene, maka benzena akan dibandingkan dengan sikloheksen C6H10.
Sikloheksen adalah senyawa siklik heksena yang mengadung satu ikatan rangkap 2.
Saat hirogen ditambahkan pada siklohesena mana akan terbentuk sikloheksana, C6H12. Bagian
CH menjadi CH2 dan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.
Persamaan hidrogenasi dari siklohesen dapat ditulis sebagai berikut:
Perubahan entalpi pada reaksi ini -120 kJ/mol. Dengan kata lain setiap 1 mol sikloheksen
bereaksi, energi sebesar 120 kJ dilepaskan.
Jika cincin memiliki dua ikatan rangkap (Cyclohexa-1,3-diene), dua kali lipat ikatan yang harus
diputuskan dan dibentuk. Dengan kata lain Perubahan entalpi pada hidrogenasi cyclohexa-1,3diene akan menjadi 2 kali lipat dari perubahan entalpi pada sikloheksen yaitu, -240 kJ/mol.
Namun perubahan entalpi ternyata sebesar -232 kJ/mol yang jauh berbeda dari yang
diprediksikan.
Bila hal yang sama diterapkan pada struktur Kekule dari benzen (yang juga disebut Cyclohexa1,3,5-triene), perubahan entalpi dapat diprediksi sebesar -360 kJ/mol, karena 3 kali lipat ikatan
pada kasus sikloheksen yang diputuskan dan dibentuk.
Namun ternyata hasil yang benar adalah sekitar -208 kJ/mol, sangat jauh dari prediksi.
Hal ini akan lebih mudah untuk dimengerti dengan membaca diagram enthalpi di bawah ini:
Garis, panah dan tulisan yang di cetak tebal melambangkan perubahan yang sebenarnya.
Sedangkan garis titik-titik melambangkan perubahan yang diprediksikan.
Hal yang penting dari diagram ini adalah, bahwa benzena yang sebenarnya memiliki struktur
yang lebih stabil dari prediksi yang dibentuk oleh struktur Kekule, sehingga perubahan entalpi
hidrogenasinya lebih rendah dibanding dari perubahan entalpi dari hidrogenasi struktur kekule.
Diagram perubahan entalpi diatas menunjukkan bahwa benzene yang sebenarnya lebih stabil
sekitar150 kJ/ mol dibandingkan dengan perkiraan perubahan entalpi dari struktur benzena yang
diperkirakan Kekule. Peningkatan stabilisasi ini disebut juga sebagai delokalisasi energi atau
resonansi energi dari benzene.