Anda di halaman 1dari 8

Kalina cycle, merupakan siklus yang dikembangkan oleh Aleksandr Kalina

pada akhir tahun 1970-an. Siklus ini merupakan pengembangan dari Organic
Rankine cycle, dengan memanfaatkan campuran dua fluida kerja. Dua fluida kerja
yang digunakan pada kalina cycle ada, amonia dan air. Penggunaan campuran
fluida kerja ini bertujuan untuk memperoleh fluida kerja yang memiliki kecepatan
tinggi pada temperatur yang rendah dibandingkan dengan menggunakan air.
Sistem kalina cycle menawarkan cara untuk mengekstrak panas dari sumber
suhu rendah untuk produksi listrik dengan efisiensi yang lebih tinggi daripada
siklus Rankine. Kalina cycle menggunakan fluida kerja amonia dan air , dengan
memanfaatkan campuran yang mendidih di atas kisaran suhu pada tekanan
konstan , untuk mencapai pencocokan suhu yang lebih baik dalam boiler antara
fluida kerja dan sumber panas. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi pada
pemanfaatan proses. Selain itu, karena fluida yang melewati turbin sebagian besar
ammonia, luas penampang turbin yang kecil dibutuhkan dan penggunaan turbin
yang kecil dapat mengakibatkan biaya modal yang lebih rendah dibandingkan
pembangkit listrik dengan ukuran yang hampir sama yang menjalankan Organic
Rankine cycle maupun Rankine cycle.
Dalam sistem pembangkitan, peralatan yang digunakan dalam pembangkit
Kalina cycle, memiliki konsep yang sama dengan pembankit rankine cycle.
Namun yang membedakannya hanya pada fluida kerja yang digunakan serta
temperatur yang digunakan untuk memperoleh fluida berkecepatan. Berikut
diagram pembangkitan listrik menggunakan Kalina cycle:
Pada gambar 1 terlihat yang membedakan dengan pembangkit listrik
menggunakan rankine cycle yaitu adanya alat

pengatur konsentrasi antara

campuran air dan amonia setelah fluida kerja melewati turbin. Alat tersebut
digunakan untuk mengatur rasio campuran amonia dan air menjadi 70 : 30.
Dikarenakan sifat fluida campuran yang terdiri dari 2 komponen, dimana saat
dipanaskan, amonia akan mendidih terlebih dahulu. Sehingga kandungan amonia
pada fase cair menjadi lebih sedikit.

Gambar 1. Diagram pembangkitan listrik kalina cycle


Yang menjadi pembeda kalina cycle dan rankine cycle (PLTU) ialah fluida
kerja yang digunakan, dimana pada rankine cycle, uap air berasal dari hasil
pemanasan boiler/ketel uap pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) digunakan
untuk memutar turbin yang kemudian oleh generator diubah menjadi energi
listrik. Energi primer yang digunakan oleh PLTU adalah bahan bakar yang dapat
berwujud padat, cair maupun gas. Batubara adalah wujud padat bahan bakar dan
minyak merupakan wujud cairnya. Terkadang dalam satu PLTU dapat digunakan
beberapa macam bahan bakar.
PLTU menggunakan siklus uap dan air dalam pembangkitannya. Mula-mula
air dipompakan ke dalam pipa air yang mengelilingi ruang bakar ketel. Lalu bahan
bakar dan udara yang sudah tercampur disemprotkan ke dalam ruang bakar dan
dinyalakan, sehingga terjadi pembakaran yang mengubah bahan bakar menjadi
energi panas/ kalor. Udara untuk pembakaran yang dihasilkan kipas tekan/force
draf fan akan dipanasi dahulu oleh pemanas udara/heater. Setelah itu, energi panas
akan dialirkan ke dalam air di pipa melalui proses radiasi, konduksi dan konveksi,
sehingga air berubah menjadi uap bertekanan tinggi. Drum ketel akan berisi air di
bagian bawah dan uap di bagian atasnya.
Gas sisa setelah dialirkan ke air masih memiliki cukup banyak energi panas,
tidak dibuang begitu saja melalui cerobong, tetapi akan digunakan kembali untuk
memanasi Pemanas Lanjut (Super Heater), Pemanas Ulang (Reheater),

Economizer dan Pemanas Udara. Dari drum ketel, uap akan dialirkan menuju
turbin uap. Pada PLTU besar (di atas 150 MW), turbin yang digunakan ada 3 jenis
yaitu turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah. Sebelum ke turbin uap tekanan
tinggi, uap dari ketel akan dialirkan menuju Pemanas Lanjut, hingga uap akan
mengalami kenaikan suhu dan menjadi kering.
Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap akan masuk ke dalam
Pemanas Ulang yang akan menaikkan suhu uap sekali lagi dengan proses yang
sama seperti di Pemanas Lanjut. Selanjutnya uap baru akan dialirkan ke dalam
turbin tekanan menengah dan langsung dialirkan kembali ke turbin tekanan
rendah. Energi gerak yang dihasilkan turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah
inilah yang akan diubah wujudnya dalam generator menjadi energi listrik.
Dari turbin tekanan rendah uap dialirkan ke kondensor untuk diembunkan
menjadi air kembali. Pada kondensor diperlukan air pendingin dalam jumlah
besar. Inilah yang menyebabkan banyak PLTU dibangun di daerah pantai atau
sungai. Jika jumlah air pendingin tidak mencukupi, maka dapat digunakan cooling
tower yang mempunyai siklus tertutup. Air dari kondensor dipompa ke tangki
air/deareator untuk mendapat tambahan air akibat kebocoran dan juga diolah agar
memenuhi mutu air ketel berkandungan NaCl, Cl,O2 dan derajat keasaman (pH).
Setelah itu, air akan melalui Economizer untuk kembali dipanaskan dari energi
gas sisa dan dipompakan kembali ke dalam ketel.
Sedangkan pada pembangkit listrik menggunakan kalina cycle, vapor
berasal dari vaporizer, dengan memanfaatkan kalor dari panas bumi (geothermal).
Lalu vapor ini masuk dan menggerakan turbin, setelah keluar dari turbin, vapor
yang terdiri dari amonia dan air ini memiliki kandungan vapor amonia yang tinggi
dan kandungan amonia pada fase cair lebih sedikit, kemudian diarahkan menuju
kondensor untuk menurunkan temperatur dan mengubah fase fluida kerja.
Untuk mengkondisikan agar fluida dapat kembali menuju temperatur awal
sebelum masuk evaporator, fluida kerja dialirkan menuju recuperator. Lalu
perbandingan jumlah massa antara amonia dan air diatur kembali menjadi kisar
7:3.

Hal yang harus dimiliki pembangkit listrik khususnya pada pembangkit


tenaga uap ialah kalor untuk mengubah fase fluida kerja dari likuid menjadi
vapor/Steam. Dimana pada kalina cycle, kalor yang diperlukan tidak sebanyak
yang digunakan pada rankine cycle. Sehingga biaya bahan bakar untuk
menghasilkan kalor berkurang. Bahan bakar yang digunakan pun dapat lebih
bervariasi, karena entalpi kalor yang diperlukan untuk pembangkit listrik kalina
cycle tidak sebesar pembangkit yang menggunakan fluida kerja berupa steam.
Investasi untuk membangun suatu pembangkit listrik 2 MW menggunakan
kalina cycle membutuhkan biaya berkisar 2,9 juta US$ sehingga untuk biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi listrik 1.450 US$/Kw. (pada tahun 2007).
Tabel 1. Tabel perkiraan Total Capital Investment untuk pembangkit listrik Kalina
cycle

Biaya investasi tersebut di luar dari biaya bahan bakar yang digunakan
untuk memanaskan fluida kerja. Jika diasumsikan menggunakan panas geotermal
sumber kalor. Akan diperlukan biaya sebesar 242.666 US$/tahun.
Dibandingkan pada proses pembangkitan listrik menggunakan Rankine
cycle, bisa disebut sebagai PLTU biaya investasi untuk membangun sebuah
pembangkit listrik lebih murah. Dimana investasi untuk membangun pembangkit
dengan daya sebesar 14 MW sekitar 14 juta US$. Dimana diperlukan biaya
sebesar 1.000 US$/Kw untuk menghasilkan listrik. Dimana terjadi selisih 450
US$/Kw. dari segi investasi awal, pembangunan pembangkit listrik menggunakan
sistem kalina cycle lebih mahal dibandingkan PLTU konvensional. Namun, untuk
jangka panjang, pembangkit menggunakan kalina cycle dapat menguntungkan.
Untuk optimalisasi pembangkit menggunakan kalina cycle,kita dapat
mengatur komposisi campuran fluida kerja,

Gambar 2. Cost contours untuk kalina cycle

Gambar 3. Power contours untuk kalina cycle


Dari diagram kontur cost dan power, power terbaik yang dihasilkan dan
cost -poin berbeda. Biaya terendah pada Kalina cycle yaitu pada kondisi operasi
fluida kerja 32 bar, 92% amonia, tetapi power tertinggi yang dihasilkan berada
pada kondisi fluida kerja 34 bar dan 88% amonia.Hal ini menyebabkan definisi
dua siklus Kalina yang berbeda, power terbaik yang dihasilkan dan cost cycle
yang paling murah, dengan kondisi tekanan fluida kerja dan kandungan amoniak
yang berbeda.
Dibandingkan dengan organic rankine cycle, kalina cycle memiliki hasil
model yang menunjukan Kalina cycle memiliki installed cost yang mirip dengan
siklus ORC (Organic Rankine Cycle) high power. Tetapi Kalina cycle
menghasilkan daya maksimum yang lebih besar. Hal ini mengarah pada
kesimpulan yang jelas bahwa Kalina cycle adalah siklus yang lebih baik daripada
siklus ORC untuk aplikasi dengan waktu pemanfaatan yang tinggi. Kalina cycle
memiliki rentang suhu penguapan hingga 100C, yang bermanfaat ketika suhu
kembali fluida primer harus diminimalkan.

Daftar Pustaka

Dorj, P. (2005, june). THERMOECONOMIC ANALYSIS OF. University of


Iceland, Department of Mechanical and Industrial Engineering, Reykjavk.
Kristanto, D. (2010). Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk
Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik.
Prof. Pall Valdimarsson & Larus Eliasson . (2003). Factors influencing the
economics of the Kalina power cycle and situations of superior
performance. International Geothermal Conference. Reykjavk
Whittaker, Peter. (2009). Corrosion in the Kalina cycle, An investigation into
corrosion problems at the Kalina cycle geothermal power plant in
Hsavk, Iceland. the School for Renewable Energy Science: Iceland

RESUME
TINJAUAN KALINA CYCLE DARI SISI TEKNO-EKONOMI

OLEH:
KELOMPOK 4
ACHMAD ZAIDAN

03101003068

SULISTIAWATI

03101003098

BOBBY REDIAN
ATIKA YUSNI FERDINA
MEZAL R.D.
DEA DITA PURILIAN

03101003041
03101003060
03101003074
03101003083

CHRISTOFORUS SANDERS
FENI ALVIONITA
HERLA
RATIH KESUMA

03101003047
03101003089
03101003008
03101003013

ANUGRAH INTAN

03101003036

RANGGA SEPTIAN

03101003037

KURNIAHADI

03101003076

IKHSAN ABDI K.

03101003019

AGUSTRIA SURYANI

03101003042

TRISNA NOVITASARI

03101003082

PRISCA DEVIANTY

03101003056

HARDANI PRATAMA

03101003097

ARINI SUCIA

03101003030

HERMAN SILALAHI

03101003113

RIZQI ROMADHON

03101003048

RENDY JUNEDO

03101003067

M. YADRY YUDHA

03101003078

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2013

Anda mungkin juga menyukai