pada akhir tahun 1970-an. Siklus ini merupakan pengembangan dari Organic
Rankine cycle, dengan memanfaatkan campuran dua fluida kerja. Dua fluida kerja
yang digunakan pada kalina cycle ada, amonia dan air. Penggunaan campuran
fluida kerja ini bertujuan untuk memperoleh fluida kerja yang memiliki kecepatan
tinggi pada temperatur yang rendah dibandingkan dengan menggunakan air.
Sistem kalina cycle menawarkan cara untuk mengekstrak panas dari sumber
suhu rendah untuk produksi listrik dengan efisiensi yang lebih tinggi daripada
siklus Rankine. Kalina cycle menggunakan fluida kerja amonia dan air , dengan
memanfaatkan campuran yang mendidih di atas kisaran suhu pada tekanan
konstan , untuk mencapai pencocokan suhu yang lebih baik dalam boiler antara
fluida kerja dan sumber panas. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi pada
pemanfaatan proses. Selain itu, karena fluida yang melewati turbin sebagian besar
ammonia, luas penampang turbin yang kecil dibutuhkan dan penggunaan turbin
yang kecil dapat mengakibatkan biaya modal yang lebih rendah dibandingkan
pembangkit listrik dengan ukuran yang hampir sama yang menjalankan Organic
Rankine cycle maupun Rankine cycle.
Dalam sistem pembangkitan, peralatan yang digunakan dalam pembangkit
Kalina cycle, memiliki konsep yang sama dengan pembankit rankine cycle.
Namun yang membedakannya hanya pada fluida kerja yang digunakan serta
temperatur yang digunakan untuk memperoleh fluida berkecepatan. Berikut
diagram pembangkitan listrik menggunakan Kalina cycle:
Pada gambar 1 terlihat yang membedakan dengan pembangkit listrik
menggunakan rankine cycle yaitu adanya alat
campuran air dan amonia setelah fluida kerja melewati turbin. Alat tersebut
digunakan untuk mengatur rasio campuran amonia dan air menjadi 70 : 30.
Dikarenakan sifat fluida campuran yang terdiri dari 2 komponen, dimana saat
dipanaskan, amonia akan mendidih terlebih dahulu. Sehingga kandungan amonia
pada fase cair menjadi lebih sedikit.
Economizer dan Pemanas Udara. Dari drum ketel, uap akan dialirkan menuju
turbin uap. Pada PLTU besar (di atas 150 MW), turbin yang digunakan ada 3 jenis
yaitu turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah. Sebelum ke turbin uap tekanan
tinggi, uap dari ketel akan dialirkan menuju Pemanas Lanjut, hingga uap akan
mengalami kenaikan suhu dan menjadi kering.
Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap akan masuk ke dalam
Pemanas Ulang yang akan menaikkan suhu uap sekali lagi dengan proses yang
sama seperti di Pemanas Lanjut. Selanjutnya uap baru akan dialirkan ke dalam
turbin tekanan menengah dan langsung dialirkan kembali ke turbin tekanan
rendah. Energi gerak yang dihasilkan turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah
inilah yang akan diubah wujudnya dalam generator menjadi energi listrik.
Dari turbin tekanan rendah uap dialirkan ke kondensor untuk diembunkan
menjadi air kembali. Pada kondensor diperlukan air pendingin dalam jumlah
besar. Inilah yang menyebabkan banyak PLTU dibangun di daerah pantai atau
sungai. Jika jumlah air pendingin tidak mencukupi, maka dapat digunakan cooling
tower yang mempunyai siklus tertutup. Air dari kondensor dipompa ke tangki
air/deareator untuk mendapat tambahan air akibat kebocoran dan juga diolah agar
memenuhi mutu air ketel berkandungan NaCl, Cl,O2 dan derajat keasaman (pH).
Setelah itu, air akan melalui Economizer untuk kembali dipanaskan dari energi
gas sisa dan dipompakan kembali ke dalam ketel.
Sedangkan pada pembangkit listrik menggunakan kalina cycle, vapor
berasal dari vaporizer, dengan memanfaatkan kalor dari panas bumi (geothermal).
Lalu vapor ini masuk dan menggerakan turbin, setelah keluar dari turbin, vapor
yang terdiri dari amonia dan air ini memiliki kandungan vapor amonia yang tinggi
dan kandungan amonia pada fase cair lebih sedikit, kemudian diarahkan menuju
kondensor untuk menurunkan temperatur dan mengubah fase fluida kerja.
Untuk mengkondisikan agar fluida dapat kembali menuju temperatur awal
sebelum masuk evaporator, fluida kerja dialirkan menuju recuperator. Lalu
perbandingan jumlah massa antara amonia dan air diatur kembali menjadi kisar
7:3.
Biaya investasi tersebut di luar dari biaya bahan bakar yang digunakan
untuk memanaskan fluida kerja. Jika diasumsikan menggunakan panas geotermal
sumber kalor. Akan diperlukan biaya sebesar 242.666 US$/tahun.
Dibandingkan pada proses pembangkitan listrik menggunakan Rankine
cycle, bisa disebut sebagai PLTU biaya investasi untuk membangun sebuah
pembangkit listrik lebih murah. Dimana investasi untuk membangun pembangkit
dengan daya sebesar 14 MW sekitar 14 juta US$. Dimana diperlukan biaya
sebesar 1.000 US$/Kw untuk menghasilkan listrik. Dimana terjadi selisih 450
US$/Kw. dari segi investasi awal, pembangunan pembangkit listrik menggunakan
sistem kalina cycle lebih mahal dibandingkan PLTU konvensional. Namun, untuk
jangka panjang, pembangkit menggunakan kalina cycle dapat menguntungkan.
Untuk optimalisasi pembangkit menggunakan kalina cycle,kita dapat
mengatur komposisi campuran fluida kerja,
Daftar Pustaka
RESUME
TINJAUAN KALINA CYCLE DARI SISI TEKNO-EKONOMI
OLEH:
KELOMPOK 4
ACHMAD ZAIDAN
03101003068
SULISTIAWATI
03101003098
BOBBY REDIAN
ATIKA YUSNI FERDINA
MEZAL R.D.
DEA DITA PURILIAN
03101003041
03101003060
03101003074
03101003083
CHRISTOFORUS SANDERS
FENI ALVIONITA
HERLA
RATIH KESUMA
03101003047
03101003089
03101003008
03101003013
ANUGRAH INTAN
03101003036
RANGGA SEPTIAN
03101003037
KURNIAHADI
03101003076
IKHSAN ABDI K.
03101003019
AGUSTRIA SURYANI
03101003042
TRISNA NOVITASARI
03101003082
PRISCA DEVIANTY
03101003056
HARDANI PRATAMA
03101003097
ARINI SUCIA
03101003030
HERMAN SILALAHI
03101003113
RIZQI ROMADHON
03101003048
RENDY JUNEDO
03101003067
M. YADRY YUDHA
03101003078