Anda di halaman 1dari 3

Pada tanggal 22 Maret 2016 terjadi demo besar-besaran antara Supir Taksi resmi

warna biru dan putih menuntut agar pemerintah untuk membubarkan Taksi Grab yang
menggunakan aplikasi online.
Dengan adanya Taksi Grab online membuat pendapatan mereka menurun cukup
signifikan. Berikut akan membahas beberapa akar permasalahan yang terjadi antara Supir
Taksi resmi warna biru dan putih dengan Taksi Grab :
1. Akar Permasalahannya
Perseteruan yang salah satunya penyebabnya akibat ketidaktegasan pemerintah ini
terus mengkristal dan dalam skala yang lebih besar kemudian mewujud dalam bentuk
demo yang cukup besar pada Selasa 22 Maret 2016. Ribuan sopir taksi resmi yang lantas
diikuti sebagian sopir bajai dan KWK berdemo di beberapa tempat di Jakarta, antara lain
di depan Gedung DPR/MPR, Balaikota DKI, Gedung Kemeninfo dan Istana Merdeka.
Alasan yang dikemukakan oleh para sopir taksi resmi konvensional terhadap Uber
dan Grab adalah akibat berkurangnya penghasilan harian mereka sejak taksi berbasis
aplikasi online ini beroperasi. Meski beberapa perwakilan mereka mengemukakan alasan
yang lebih formal yaitu karena taksi online ini beroperasi tanpa izin sesuai peraturan
yang berlaku.
2. Apa yang harus pemerintah lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?
Angkutan umum online masih menjadi kontroversi seharusnya pemerintah membuat
payung hukum yang mengatur keberadaan Taksi Grab dll. Karena kini angkutan umum
online sudah terlanjur disenangin masyarakat. Dia meyakini akan ada resistensi hebat
jika angkutan umum tersebut dihapus. Apalagi aplikasi-aplikasi tersebut menciptakan
lapangan pekerjaan.
Pemerintah sudah harus melakukan akomodir keberadaan angkutan umum online.
Karena teknologi teknologi tidak dapat dilarang dan harus disesuaikan sesuai aturan.
3. Apakah ada regulasi atau peraturan yang mengatur tentang transportasi angkutan
orang dan barang di Indonesia?

4. Stakeholder siapa saja yang terlibat dalam masalah tersebut?


5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Menurut saya demo yang berlangsung pada tanggal 22 Maret 2016 adalah aksi
protes yang dilakukan oleh para supir Taksi Resmi Biru dan Putih terhadap
keberadan Taksi Grab.
Isu terpentingnya adalah mereka sudah berada diujung titik nadir
kekhawatiran mereka terhadap pergerakan Uber dan Grab yang sudah semakin
diminati oleh masyarakat. Demo ini dengan sangat jelas menggambarkan
ketidakmampuan dari perusahaan taksi untuk merespon persaingan yang
dimunculkan oleh Uber dan Grab. Terlepas dari perdebatan mendefinisikan Uber
atau Grab sebagai perusahaan transportasi atau aplikasi, satu hal yang pasti
kehadiran mereka (dan juga jasa ojek digital) benar-benar semakin menggerus
market share yang sudah lama didominasi oleh pemain yang itu-itu saja.

Saran
Angkutan umum online seperti Taxi Grab kini sudah diminati kalangan
masyarakat karena penawaran yang memberikan kemudahan dan kenyaman. Dan
bukankah semua pihak jadi diuntungkan? Sopir diuntungkan karena penghasilan
mereka lebih besar, konsumen lebih untung karena kemudahan dan kenyamanan
(dan pilihan harga yang lebih kompetitif), dan pengusaha pun tetap mendapat
keuntungan. Maka dengan mengingat win-win situation tadi sudah saatnya
pemerintah sebagai regulator lebih bijak menyikapi kasus ini.
Di atas segalanya, saran saya kepentingan sopir taksi dan konsumen harus

menjadi fokus utama dalam pertimbangan pengambilan keputusan nantinya.


6. Referensi

Anda mungkin juga menyukai