Anda di halaman 1dari 7

Persalinan Normal atau Seksio Sesarea ?

Pahami Kelebihan dan Kekurangannya


Persalinan adalah proses keluarnya janin dari dalam rahim ke dunia luar. Proses
Persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir vagina (persalinan pervaginam) atau
persalinan melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim (persalinan
perabdominam) atau dikenal dengan bedah sesar (seksio sesarea). Sekitar 90 %
persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir, hanya sebagian kecil yang membutuhkan
persalinan melalui operasi. Persalinan pervaginam dapat dilakukan secara spontan
(menggunakan tenaga dan usaha ibu sendiri) atau menggunakan bantuan alat khusus.

Persalinan normal
Persalinan normal adalah persalinan pada presentasi belakang kepala (kepala janin lahir
terlebih dahulu) melalui jalan lahir/vagina. Janin cukup bulan (38-42 minggu), lahir
spontan, tanpa memakai alat, tidak menimbulkan komplikasi pada ibu maupun bayi dan
berlangsung dalam waktu 18-24 jam.

Persalinan pervaginam dengan bantuan alat


Pada beberapa kasus persalinan pervaginam di perlukan bantuan dengan menggunakan
peralatan khusus seperti vakum atau forcep,. Vakum bekerja dengan cara menghisap
kepala janin (ekstraksi vakum) sedangkan forsep (alat mirip tang) bekerja dengan cara
menjepit dan menarik kepala janin (ekstraksi forseps) keluar dari jalan lahir. Kondisi
dimana diperlukannya alat bantuan khusus tersebut diantaranya : Gawat janin (denyut
jantung bayi melambat akibat kontraksi Rahim, Kala II lama (proses persalinan pada

tahap pengeluaran bayi yang terlalu lama), faktor ibu (ibu terlalu lelah untuk mengedan,
gangguan pada jantung atau pernafasan)

Pada persalinan sungsang dapat pula dokter berperan secara aktif untuk
membantu ibu untuk melahirkan bokong sampai kepala dengan cara ekstraksi
(menggunakan manuver tertentu) untuk melahirkan bokong, bahu dan kepala janin.

Persalinan dengan pembedahan (Seksio Sesarea)


Apabila proses persalinan tidak dapat dilakukan melalui jalan lahir, maka persalinan
dilakukan melalui jalan operasi (pembedahan). Tindakan ini dinamakan Seksio Caesarea
(bedah Caesar). Pada persalinan dengan jalan pembedahan janin dikeluarkan melalui
sayatan pada dinding perut dan dinding rahim.

Beberapa kondisi diperlukannya tindakan Seksio sesarea diantaranya

Kehamilan dengan janin lebih dari satu ( kembar, triplet, dst)

Ibu hamil dengan penyakit seperti infeksi HIV, Herpes dan gangguan jantung.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Panggul sempit atau bentuk panggul tidak normal.

Terdapat masalah dengan plasenta (plasenta praevia, solusio plasenta)

Terdapat masalah dengan tali pusat (prolaps tali pusat)

Posisi bayi di dalam rahim yang tidak normal (sungsang, melintang)

Terdapat gangguan aliran darah pada janin (hipoksia janin atau gawat janin)

Ibu hamil dengan riwayat operasi seksio sebelumnya.

Bayi besar

Pilihan cara persalinan : Kelebihan dan kekurangannya

Sebagian besar wanita hamil yang sehat tanpa faktor resiko kemungkinan adanya
hambatan selama persalinan, melahirkan dengan proses normal pervaginam Meskipun
demikian, angka kelahiran melalui operasi seksio kian hari kian meningkat. Padahal
kalau ditilik secara lebih mendalam, banyak ibu hamil yang sebenarnya dapat melahirkan
secara normal tapi lebih memilih untuk melakukan operasi dengan berbagai alasan.
Pilihan cara persalinan pada dasarnya menjadi hak setiap calon ibu. Bekal pengetahuan
yang benar dan cukup setidaknya dapat dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan.
Setiap calon ibu hendaknya memahami resiko dan keuntungan dari cara persalinan yang
akan dijalaninya.

Kelebihan menjalani persalinan pervaginam

Cara persalinan normal. Tubuh kita secara natural dipersiapkan untuk melahirkan
melalui vagina tanpa intervensi medis. Ibu mendapatkan kepuasan setelah
persalinan pervaginam, karena merasa ikut aktif berpartisipasi dalam melahirkan
anak.

Waktu perawatan dirumah sakit lebih pendek. (Perawatan selama 24-48 jam
setelah persalinan)

Waktu penyembuhan yang lebih cepat setelah persalinan pervaginam. Keluhan


nyeri postpartum lebih sedikit.

Persalinan berikutnya biasanya lebih cepat dan mudah.

Dapat langsung menyusui bayinya secara efektif , memudahkan terbentuknya


ikatan (bonding) dengan bayi karena adanya kontak langsung.

Menurunkan resiko terjadinya perdarahan postpartum, gangguan pembekuan


darah, dan trauma pada organ dalam.

Persalinan pervaginam mengurangi terjadinya Transient Takipnea Neonatus,


karena tekanan saat melalui jalan lahir akan membantu pengeluaran cairan dalam
paru-paru bayi. Merangsang hormon efinefrin, yang akan membersihkan cairan
dalam paru-paru.

Mengurangi resiko terjadinya Persistent Pulmonary Hypertension. Kondisi


dimana organ kekurangan oksigen karena darah tidak mengalir ke paru-paru
secara normal.

Mengurangi terjangkitnya asthma, allergi makanan, dan Intoleransi laktosa pada


bayi

Kekurangan menjalani persalinan pervaginam

Ketakutan akan persalinan dapat menyebabkan gangguan cemas dan ketidak


seimbangan emosi pada beberapa wanita.

Meskipun kebanyakan persalinan pervaginam berjalan tanpa komplikasi,


beberapa komplikasi dapat terjadi selama persalinan dan kelahiran, termasuk
perdarahan postpartum.

Resiko terjadinya robekan perineum, dapat terjadi dalam derajat ringan (I) hingga
berat (derajat IV) mencapai rektum. Masa penyembuhan lebih lama.

Resiko terjadinya inversio uteri (dapat mengakibatkan perdarahan hebat).

Persalinan pervaginam dapat meningkatkan terjadinya prolaps organ pelvik.


(turunnya organ pelvik melalui liang vagina akibat lemahnya otot dasar panggul)
Jika terjadi robekan atau episiotomi, kadang dapat mengakibatkan rasa nyeri saat
berhubungan pada 3 bulan pertama setelah persalinan.

Resiko trauma pada tulang ekor selama persalinan. Kondisi ini jarang terjadi,
gangguan dapat berupa dislokasi, atau patah tulang. Terjadi pada ibu dengan
panggul sempit atau kelainan bentuk panggu,l melahirkan bayi besar.

Resiko terjadinya gangguan berkemih inkontinensia urin atau retensio urin.


Resiko meningkat pada persalinan dengan bantuan alat, proses mengedan yang
terlalu lama, dan melahirkan bayi besar.

Bayi dihadapkan pada kemungkinan gangguan oksigenasi, jika terjadi kompresi


tali pusat atau gangguan lainnya selama persalinan.

Resiko trauma fisik bayi saat melalui jalan lahir, seperti lecet, pembengkakan, dan
beberapa kasus yang jarang terjadi seperti patah tulang, paralise. Resiko trauma
fisik meningkat pada persalinan dengan bantuan alat seperti forceps atau vacuum

Kelebihan Seksio Sesarea elektif (direncanakan)

Lebih nyaman, karena bayi dilahirkan pada waktu yang direncanakan, rasa stress
dan kecemasan akan persalinan berkurang. Mudah mengatur jadwal pekerjaan

Menghindari terjadinya kehamilan post matur. Kebanyakan SC dijadwalkan pada


usia kehamilan 39 atau 40 minggu.

Jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam dan Seksio sesarea emergency,


elektif SC mengurangi resiko perdarahan post partum. Atonia uteri (Uterus tidak

dapat berkontraksi secara normal setelah bayi dan plasenta dilahirkan), yang
merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum.

Dibandingkan dengan emergensi SC, elektif SC sedikit mengurangi resiko


terjadinya komplikasi seperti infeksi, trauma pada organ abdomen, laserasi bayi,
dan resiko lain yang berhubungan dengan anastesi.

Pada penderita penyakit menular Seksual atau infeksi (seperti Herpes, HIV,
Hepatitis dan HPV), resiko penularan pada bayi berkurang.

Mengurangi resiko terjadinya trauma pada persalinan pervaginam, seperti robekan


dan hematoma.

Mengurangi resiko terjadinya trauma dasar panggul. Ibu dengan elektif SC lebih
sedikit mengalami gangguan inkontinensia urin (tidak dapat menahan BAK)
hingga beberapa minggu setelah persalinan. Walau demikian kejadian
inkontinensia urin 2 dan 5 tahun setelah persalinan tidak berbeda Antara kedua
golongan ini.

Kekurangan tindakan Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah operasi mayor yang beresiko terjadinya komplikasi bedah
maupun anastesi. Efek samping anastesi dapat berupa sakit kepala, mual dan
muntah; dapat mempengaruhi bayi hingga mengakibatkan bayi lemas saat
dilahirkan.

Perawatan dan waktu pemulihan lebih lama.

Meningkatan resiko terjadinya komplikasi operasi seperti serangan jantung,


hematoma luka operasi, endometritis, thrombosis vena, perdarahan, Infeksi, nyeri
disekitar luka dan luka operasi terbuka

Resiko persalinan prematur jika terjadi kesalahan taksiran usia kehamilan.

Resiko trauma pada usus atau kandung kemih, pada kasus sulit

Perdarahan yang terjadi pada SC lebih banyak bila dibandingkan persalinan


pervaginam. 2 hingga 3 % wanita yang menjalani Seksio membutuhkan transfusi
darah.

Resiko gangguan saluran cerna.

Resiko terjadinya plasenta praevia dan plasenta akreta meningkat.

Meningkatkan resiko ruptur uteri (robekan dinding uterus di daerah bekas


sayatan).

Sulit menyusui, karena rasa nyeri pasca operasi

Resiko gangguan pernafasan bayi (TTN dan Respiratory distress syndrome)

Meningkatkan kejadian Sudden Death syndrome

Resiko trauma pada bayi akibat pisau insisi (jarang terjadi, biasanya luka ringan).

Meningkatkan resiko hipertensi pulmonal persisten pada bayi.

Resiko APGAR score rendah (tes yang digunakan untuk menilai kondisi fisik bayi
setelah dilahirkan)

Biaya Seksi Sesarea lebih mahal daripada persalinan pervaginam. Tidak semua
asuransi menanggung biaya elektif SC

Anda mungkin juga menyukai