Persalinan normal
Persalinan normal adalah persalinan pada presentasi belakang kepala (kepala janin lahir
terlebih dahulu) melalui jalan lahir/vagina. Janin cukup bulan (38-42 minggu), lahir
spontan, tanpa memakai alat, tidak menimbulkan komplikasi pada ibu maupun bayi dan
berlangsung dalam waktu 18-24 jam.
tahap pengeluaran bayi yang terlalu lama), faktor ibu (ibu terlalu lelah untuk mengedan,
gangguan pada jantung atau pernafasan)
Pada persalinan sungsang dapat pula dokter berperan secara aktif untuk
membantu ibu untuk melahirkan bokong sampai kepala dengan cara ekstraksi
(menggunakan manuver tertentu) untuk melahirkan bokong, bahu dan kepala janin.
Ibu hamil dengan penyakit seperti infeksi HIV, Herpes dan gangguan jantung.
Terdapat gangguan aliran darah pada janin (hipoksia janin atau gawat janin)
Bayi besar
Sebagian besar wanita hamil yang sehat tanpa faktor resiko kemungkinan adanya
hambatan selama persalinan, melahirkan dengan proses normal pervaginam Meskipun
demikian, angka kelahiran melalui operasi seksio kian hari kian meningkat. Padahal
kalau ditilik secara lebih mendalam, banyak ibu hamil yang sebenarnya dapat melahirkan
secara normal tapi lebih memilih untuk melakukan operasi dengan berbagai alasan.
Pilihan cara persalinan pada dasarnya menjadi hak setiap calon ibu. Bekal pengetahuan
yang benar dan cukup setidaknya dapat dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan.
Setiap calon ibu hendaknya memahami resiko dan keuntungan dari cara persalinan yang
akan dijalaninya.
Cara persalinan normal. Tubuh kita secara natural dipersiapkan untuk melahirkan
melalui vagina tanpa intervensi medis. Ibu mendapatkan kepuasan setelah
persalinan pervaginam, karena merasa ikut aktif berpartisipasi dalam melahirkan
anak.
Waktu perawatan dirumah sakit lebih pendek. (Perawatan selama 24-48 jam
setelah persalinan)
Resiko terjadinya robekan perineum, dapat terjadi dalam derajat ringan (I) hingga
berat (derajat IV) mencapai rektum. Masa penyembuhan lebih lama.
Resiko trauma pada tulang ekor selama persalinan. Kondisi ini jarang terjadi,
gangguan dapat berupa dislokasi, atau patah tulang. Terjadi pada ibu dengan
panggul sempit atau kelainan bentuk panggu,l melahirkan bayi besar.
Resiko trauma fisik bayi saat melalui jalan lahir, seperti lecet, pembengkakan, dan
beberapa kasus yang jarang terjadi seperti patah tulang, paralise. Resiko trauma
fisik meningkat pada persalinan dengan bantuan alat seperti forceps atau vacuum
Lebih nyaman, karena bayi dilahirkan pada waktu yang direncanakan, rasa stress
dan kecemasan akan persalinan berkurang. Mudah mengatur jadwal pekerjaan
dapat berkontraksi secara normal setelah bayi dan plasenta dilahirkan), yang
merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum.
Pada penderita penyakit menular Seksual atau infeksi (seperti Herpes, HIV,
Hepatitis dan HPV), resiko penularan pada bayi berkurang.
Mengurangi resiko terjadinya trauma dasar panggul. Ibu dengan elektif SC lebih
sedikit mengalami gangguan inkontinensia urin (tidak dapat menahan BAK)
hingga beberapa minggu setelah persalinan. Walau demikian kejadian
inkontinensia urin 2 dan 5 tahun setelah persalinan tidak berbeda Antara kedua
golongan ini.
Seksio sesarea adalah operasi mayor yang beresiko terjadinya komplikasi bedah
maupun anastesi. Efek samping anastesi dapat berupa sakit kepala, mual dan
muntah; dapat mempengaruhi bayi hingga mengakibatkan bayi lemas saat
dilahirkan.
Resiko trauma pada usus atau kandung kemih, pada kasus sulit
Resiko trauma pada bayi akibat pisau insisi (jarang terjadi, biasanya luka ringan).
Resiko APGAR score rendah (tes yang digunakan untuk menilai kondisi fisik bayi
setelah dilahirkan)
Biaya Seksi Sesarea lebih mahal daripada persalinan pervaginam. Tidak semua
asuransi menanggung biaya elektif SC