Anda di halaman 1dari 36

A.

Pembentukan Alam Semesta dan Tata Surya


1) Teori terbentuknya alam semesta
Sejak lama manusia berusaha untuk memahami alam semesta ini. Pada zaman kejayaan
Yunani, orang percaya bahwa bumi merupakan pusat dari alam semesta ini (geosentrisme).
Paham geosentris ini dipelopori oleh Aristoteles dan Clausius Ptolomeus. Paham ini pula
yang menjadi pegangan bagi kaum bangsawan dan pihak agama/gereja. Namun, berkat
pengamatan dan pemikiran yang lebih tajam, serta makin sempurnanya alat pengamatan
bintang, seperti teleskop mengakibatkan terjadinya perubahan besar terhadap paham
geosentris menjadi heliosentrisme sejak abad pertengahan (1500-1600). Paham heliosentrik
ini berpendapat bahwa matahari menjadi pusat beredarnya bumi bersama planet-planet lain.
Paham heliosentris ini dipelopori oleh Copernicu (1473-1543). Paham heliosentris ini juga
didukung oleh pengiut Copernicus, yaitu Bruno (1548-1600) dan seorang tokoh besar dari
Italia, yaitu Galileo Galilei (1564-1642). Ahli astronomi lain yang mendukung paham
heliosentris ini adalah Johanes Kepler (1571-1630). Pada saat itulah awal dari abad
perkembangan ilmu pengetahuan alam.
Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos
adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel,
amuba dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai
ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet ataupun galaksi. Para ahli astronomi
mempergunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa dan bendabenda langit yang ada di dalamnya (termasuk bumi sebagai salah satu planet).
Potensi akal budi manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT -Tuhan semesta alam- yang
mempunyai rasa ingin tahu untuk mencari penjelasan terhdap makna dari hal-hal yang telah
diamati, terutama dari cahaya yang berasal dari benda-benda langit yang sampai ke bumi
menimbulkan lahirnya beberapa teori yang mengungkapkan terbentunya alam semesta.
Adapun teori tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1. Teori keadaan tetap (Steady-state theory)
Teori ini berdasarkan pada prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam
semesta di manapun dan bilamanapun selalu sama. Beradasarkan prinsip tersebut, alam
semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu da segala sesuatu di alam semesta
selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini
menyatakan bahwa tiap-tiap galaksi terbentuk (lahir), tumbuh, menjadi tua dan akhirnya mati.
Jadi, teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besar dan tuanya.
Dengan diketahuinya kecepatan radial galaksi-galaksi menjauhi bumi dari hasil pemotretan
satelit, maka disimpulkan bahwa makin jauh jarak galaksi terhadap bumi, maka makin cepat
galaksi tersebut bergerak menjauhi bumi. Dari hasil penemuan ini menguatkan bahwa alam
semesta selalu mengembang (ekspansi) dan menipis (kontraksi). Dalam masa ekspansi,
terbentuklah galaksi-galaksi serta bintang-bintangnya. Ekspansi ini didukung dengan adanya
tenaga yang bersumber dari reaksi inti hydrogen yang akhirnya membentuk berbagai unsure
yang lebih kompleks. Sedangkan pada masa kontraksi, galaksi dan bintang-bintang yang
terbentuk meredup dan unsur-unsur yang terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga

berupa panas yanfg sangat tinggi. Dengan demikian harus ada ledakan atau dentuman
yang memulai adanya pengembangan.
1. Teori dentuman/ledakan besar (Big-bang theory)
Teori Big-bang ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari suatu ledakan besar yang
bermula dengan ketiadaan dimana materi, energi dan waktu belum ada. Teori ledakan ini
bertolak dari asumsi adanya suatu massa yang sangat besar dan mempunyai berat jenis yang
juga sangat besar. Kemudian massa tersebut meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti.
Massa itu kemudian bergerak mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
Setelah berjuta-juta tahun, massa yang berserakan itu membentuk kelompok-kelompok
galaksi yang ada sekarang yang terus bergerak menjauhi titik pusatnya. Hal ini juga didukung
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh para ahli dengan melibatkan peralatanperalatan mikroskopis/teleskop canggih. Satelit COBE yang diluncurkan oleh NASA pada
tahun 1992 telah berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big-bang.
Teori Big-bang ini telah Allah terangkan sebelumnya dalam Al-Quran Surah Al-Anbiy ayat
yang ke-30,
Artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian Kami Pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami Jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?. (Al-Quran, 21: 30)
Kata suatu yang padu pada ayat di atas juga serupa dengan suatu massa yang masih
menyatu pada teori Big-bang. Dan kata Pisahkan antara keduanya serupa pula dengan
ledakan yang diterangkan pada teori Big-bang.
Berdasarkan pengamatan dengan teleskop, Edwin Hubble pada tahun 1992 menemukan
bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Pada abad ke-20,
fisikawan Rusia, yakni Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre
secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan
mengembang. Hal ini sudah terlebih dahulu Allah SWT firmankan dalam Al-Quran Surah
Adz-Dzriyt ayat 47,
Artinya:
Dan langit itu Kami Bangun dengan Kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benarbenar Meluaskannya. (Al-Quran, 51:47)
Kata langit pada ayat di atas dapat pula diartikan sebagai alam semesta. Dan kata
Meluaskan pada ayat di atas ditafsirkan sebagai bukti bahwa alam semesta ini
berkembang dan bergeraknya isi alam semesta menajuhi titik pusatnya dari waktu ke
waktu atas Kekuasaan Allah Azza Wazalla.
Menurut teori Big-bang ini, ada beberapa massa yang penting selama terjadinya alam
semesta, yakni:

1) Massa batas dinding Planck, saat umur alam semesta 10-43 detik.
2) Massa Jiffy, saat umur alam semesta 10-23.
3) Massa Quark, saat alam semesta berumur 10-4 detik.
4) Massa pembentukan Lipton, saat alam semesta berumur setelah 10-4.
5) Massa radiasi, saat alam semesta berumur 1 detik sampai 1 juta tahun.
6) Massa pembentukan galaksi, massa pada saat alam semesta berumur 108 109 tahun.
7) Massa pembentukan tata surya, massa pada saat alam semesta berumur 4,5 x 109 tahun.
Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya Surah Al-Anm ayat 101 bahwasanya alam
semesta beserta isinya merupakan ciptaan Allah, Sang Khalik, Tuhan semesta alam,
Artinya:
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak
mempunyai isteri. Dia Menciptakan segala sesuatu; dan Dia Mengetahui segala sesuatu.
(Al-Quran, 6: 101).
2) Teori terbentunya galaksi dan tata surya
1. Galaksi
Pengamatan selanjutnya mengungapkan bahwa matahari adalah salah satu bintang dari sekian
banyak bahkan beribu-ribu bintang, yakni bintang-bintang yang beredar mengikuti pusat
bintang itu. Hal itu dapat berupa suatu pijaran yang sangat besar, dikelilingi oleh kelompokkelompok bintang yang sangat dekat satu dengan lainnya (cluster) dan juga dikelilingi oleh
gumpalan-gumpalan kabut gas pijar yang lebih kecil dari pusatnya (nebule) dan tebaran
ribuan bintang yang dengan kata lain dinamakan dengan galaksi. Berdasarkan pengamatan,
terdapat ribuan galaksi di alam semesta. Galaksi tempat matahari kita berinduk diberi nama
Milky Way atau Bima Sakti.
Hipotesis Fowler (1957)
Berdasarkan Hipotesis Fowler, 12 milyar tahun yang lalu , galaksi kita tidak seperti sekarang
ini. Ia masih berupa kabut gas hydrogen yang sangat besar sekali yang berada di ruang
angkasa. Ia bergerak perlahan mengadakan rotasi sehingga keseluruhannya bulat. Karena
gaya beratnya, maka ia mengadakan kontraksi.
Galaksi berawal dari suatu kabut gas pijar dengan massa yang sangat besar. Kabut ini
kemudian mengadakan kontraksi dan kondensasi sambil terus berputar pada sumbunya. Ada
massa yang tertinggal, yakni pada bagian luar dari kabut pijar tadi. Massa itu juga
mengadakan kontraksi dan kondensasi, maka terbentuklah gumpalan gas pijar yaitu berupa
bintang-bintang. Bagi yang bermassa besar masih berupa kabut bintang. Energi potensial
yang mereka keluarkan dalam bentuk sinar dan panas radiasi. Dengan cara yang sama, bagian

luar bintang yang tertinggal juga mengadakan kondensasi sehingga terbentuklah planet.
Demikian juga bagian planet membentuk satelit.
Macam-macam galaksi
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dibedakan adanya 3 macam galaksi, yaitu:
1) Galaksi berbentuk spiral, jumlahnya 80% dari galaksi yang ada. Contohnya: galaksi
Canes Venatici, galaksi Milky Way (Bima Sakti).
2) Galaksi berbentuk elips, jumlahnya hampir 17% dari galaksi yang ada.
3) Galaksi berbentuk tidak beraturan, jumlahnya 3%. Contohnya: galaksi Megallanic.

Bima Sakti (Milky Way)


Galaksi Bima Sakti merupakan induk dari matahari kita yang bentuknya spiral dan juga
berbentuk bulat pipih seperti kue cucur. Tetangga terdekat Bima Sakti adalah galaksi
Andromeda yang juga berbentuk spiral yang berjarak 8,7 x 105 tahun cahaya. Bulatan-bulatan
yang terletak di bawah dan di atas galaksi merupakan kumpulan-kumpulan bintang
(globular). Dalam satu galaksi ada yang mencapai seribu kumpulan bintang seperti itu.
Galaksi kita mengadakan rotasi dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Bima
Sakti memiliki tidak kurang dari 100 milyar bintang.

1. Tata surya
Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusat dan benda-benda lain seperti planet, satelit,
meteor, komet, debu dan gas antarplanet yang beredar mengelilinginya. Keseluruhan sistem
ini begerak mengelilingi pusat galaksi.
Banyak teori tentang asal-usul tata surya yang dikemukakan orang, tetapi tak satupun yang
dapat diterima oleh semua pihak. Di antara teori itu adalah:
1). Hipotesis Nebular
Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Laplace pada tahun 1796. Ia yakin bahwa tata
surya terbentuk dari ondensasi awan panas atau kabut gas yang sangat panas. Pada proses
kondensasi tersebut sebagian terpisah dan merupakan cincin yang mengelilingi pusat.
Pusatnya itu menjadi sebuah bintang atau matahari. Bagian yang mengelilingi pusat tersebut,
dengan cara yang sama berkondensasi membentuk suatu formula yang serupa dengan
terbentuknya matahari tadi. Setelah mendingin, benda-benda ini akan menjadi planet-planet
seperti bumi dengan benda-benda yang mengelilinginya. Merujuk pada hipotesis ini akan

tergambarkan hal yang tidak sesuai yang terjadi pada planet Saturnus dan Yupiter, yang mana
perputaran satelitnya berlawanan dengan rotasi kedua planet tersebut.
2). Hipotesis Planettesimal
Dikemukakan pertama kali oleh Chamberlain dan Moulton. Hipotesisi ini bertitik tolak dari
pemikiran yang sama dengan Hipotesis Nebular yang menyatakan bahwa sistem tata surya
terbentuk dari kabut gas yang sangat besar, berkondensasi. Perbedaannya adalah terletak pada
asumsi bahwa planet-planet itu tidak harus dari satu badan, tetapi diasumsikan adanya
bintang besar lain yang kebetulan sedang lewat didekat bintang yang merupakan bagian dari
tata surya kita.
Kabut gas dari bintang lain itu, sebagian terpengaruh oleh daya tarik matahari dan setelah
mendingin terbentuklah benda-benda yang disebut planettesimal. Planettesiamal merupakan
benda-benda kecil yang padat. Karena daya tarik-menarik antar benda itu sendiri, benda-enda
kecil itu akan bergumpal menjadi besar dan panas yang disebabkan oleh tekanan akibat
akumulasi dari massanya. Hipotesis inilah yang dapat menjawab keraguan dari Hipotesis
Nebular tentang satelit pada planet Yupiter dan Saturnus.
3) Teori Tidal atau Pasang Surut
Teori ini pertama kali diungkapkan oleh James dan Harold Jeffreys pada tahun 1919.
Menurut teori ini, planet merupakan percikan dari matahari seperti percikan matahari yang
sampai kini masih tampak ada. Percikan itu disebut Tidal. Tidal yang besar itu kemudian
menjadi planet karena adanya adanya dua matahari/bintang yang bergerak mendekati. Hal ini
tentu jarang terjadi, tetapi apabila hal ini terjadi maka akan terbentuklah planet baru seperti
teori ini.
4) Teori Bintang Kembar
Teori ini berpendapat bahwa matahari pada dahulunya adalah sepasang bintang kembar. Oleh
sesuatu sebab, salah satu binyang meledak dan akibat gaya tarik gravitasi, bintang yang
satunya sekarang menjadi matahari. Pecahan bintang yang satu lagi tetap berada di sekitar
matahari dan beredar mengelilinginya.
5) Teori Creatio Continua
Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bindi dan Gold. Menurut teori ini, pada saat
diciptakan, alam semesta ini tidak ada. Alam semesta selamanya ada dan akan tetap ada
setelah diciptakan. Pada setiap saat ada partikel yang dilahirkan dan ada yang lenyap. Partikel
yang lahir lebih banyak dari pada yang lenyap yang menyebabkan mengembangnya alam
semesta.
6) Teori G. P. Kuiper
Dikemukakan oleh G. P. Kuiper pada tahun 1950. Kuiper menjelaskan teori ini berdasarkan
keadaan yang ditemui di luar tata surya dan sebagai penyempurna teori-teori sebelumnya
yang mengandaikan bahwa matahari dan planet-planet lain berasal dari gas purba yang ada di
luar angkasa. Saat ini banyak terdapat kabut gas dan di antara kabut terlihat proses
melahirkan bintang. Kabut gas yang tampak tipis di ruang angkasa itu lambat-laun akan

membentuk gugus bintang serta sistem tata surya dengan cara memampatkan diri menjadi
massa yang semakin lama semakin padat.
Susunan Tata Surya
Sistem tata surya adalah suatu sistem organisasi yang teratur pada matahari. Matahari sebagai
induk (pusat peredaran) dan dikelilingi oleh pengikut-pengikutnya, seperti planet, satelit,
asteroid, komet dan meteor.
Pengetahuan manusia tentang jagad raya, termasuk tata surya berawal dari paham geosentris
pada zaman Yunani Kuno yang kemudian diperbaiki dengan lahirnya paham heliosentris.
Pandangan geosentris dianut orang selama 14 abad. Melalui pengamatan kasar, orang-orang
Yunani penganut paham geosentris telah dapat mengenal 5 planet, yaitu Merkurius, Venus,
Mars, Yupiter dan Saturnus. Bumi dianggap sebagai pusat dari peredaran planet-planet
tersebut.
Paham heliosentris kemudian lahir memperbaiki paham geosentris. Paham heliosentris ini
lahir berdasarkan pengamatan terbaru terhadap jagad raya dengan mempergunakan
teropong/teleskop. Dengan mempergunakan teropong, dapat diamati planet-planet yang lebih
jauh seperti Uranus, Neptunus, dan Pluto. Planet-planet dalam sistem tata surya dapat
dikelompokan menjadi 2 berdasarkan asteroid sebagai pembatas, yaitu:
1). Kelompok planet dalam, yakni planet yang dekat dengan matahari, terdiri dari Merkurius,
Venus, Bumi, dan Mars.
2). Kelompok planet luar, terdiri dari Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Peredaran planet mengelilingi matahari disebut gerak revolusi. Dan peredaran planet
mengelilingi sumbunya disebut gerak rotasi. Waktu untuk satu putaran revolusi disebut kala
revolusi. Waktu untuk satu putaran rotasi disebut kala rotasi. Kala revolusi Bumi adalah
selama 365 hari atau selama 1 tahun. Kala rotasi Bumi adalah 24 jam atau 1 hari. Gerak
rotasi Bumi menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam.
Sesuai dengan teori dan pengamatan di atas, segala isi alam semesta ini telah diatur
peredarannya sedemikaian rupa oleh Allah SWT sebagai mana dalam firmannya Surah AlAnbiy ayat 33
Artinya:
Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (Al-Quran, 21: 33).
Selanjutnya dijelaskan pula dalam Surah Y-Sn ayat 38:
Artinya:
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui. (AlQuran, 36: 38)

Firman Allah SWT dalam ayat di atas sesuai pula dengan pengamatan yang dilakukan oleh
para ahli astronomi yang berkesimpulan bahwa matahari bergerak ke arah bintang Vega pada
garis edarnya yang disebut Solar Apex dengan kecepatan 720 ribu km/jam atau 17,28 juta
km/hari. Semua anggota tata surya juga mengikuti peredaran ini.
Kemudian ditambahan pula dalam Surah Adz-Dzriyt ayat 7:
Artinya:
Demi langit yang mempunyai jalan-jalan. (Al-Quran, 51: 7)
Yang dimaksud dengan jalan-jalan pada ayat di atas adalah orbit bintang-bintang dan
planet-planet.
Bagian-bagian tata surya
1). Matahari
Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan tidak bulat betul. Matahari juga merupakan tata
surya yang paling besar, karena 98% massa tata surya terkumpul pada matahari. Matahari
juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan 3
lapisan kulit yang masing-masingnya fotosfer, kromosfer dan korona.
Jarak matahari ke bumi adalah 9,3 x 107 mil yang dipakai sebagai satuan astronomi. Diameter
matahari kira-kira 100 kali diameter Bumi. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik
Bumi.
Matahari sangat penting bagi kehidupan di Bumi, karena

Merupakan sumber energi (sumber panas)

Mengontrol stabilitas peredaran Bumi (rotasi dan revolusi)

2). Planet Merkurius


Merupakan planet terkecil dan terdekat dengan matahari. Merkurius tidak mempunyai satelit
atau hawa. Merkurius mengandung albedo, yaitu perbandingan antara cahaya yang
dipantulkan jauh lebih kecil dari pada cahaya yang diserap, yakni hanya 0,07 yang
dipantulkan sementara 93% diserap. Garis tengahnya 4.500 km. bagian yang menghadap
matahari sangat panas, sementara bagian yang membelakangi bumi sangat dingin (karena
tidak ada air dan udara). Diperkirakan tidak ada kehidupan di planet ini. Kala rotasinya
rotasinya 56,8 hari, dan kala revolusinya 88 hari.
3). Planet Venus
Lebih kecil dari Bumi dan mempunyai albedo 0,8 atau 20% dari cahaya matahari yang datang
diserapnya. Dikenal sebagai Bintang Kejora yang bersinar terang pada pagi dan sore hari.
Berdiameter 12.320 km dank ala rotasinya kurang dari 247 hari serta berevolusi selama 225

hari. Dengan analisis spektrum atas cahaya yang datang dari Venus dapat diketahui bahwa di
sana terdapat oksigen.
4). Planet Bumi dan Bulannya
Bumi menempati urutan ketiga terdekat dari bumi dengan diameter 12.646 km. Jarak antara
Bumi dengan matahari 149 juta km yang dijadikan sebagai satuan jarak Astronomis atau
Astronomical Unit (AU). Jadi, 1 AU = 149 juta km. Berat jenis rata-rata Bumi adalah 5,52
dan beratnya 6,6 x 1021 ton.
Pada awalnya (sebelum adanya pengamatan manusia yang lebih akurat tentang benda-benda
langit dan masih dalam pengetahuan kuno) manusia beranggapan bahwa Bumi ini datar.
Tetapi, melalui pengamatan yang lebih akurat serta dengan majunya ilmu pengetahuan,
manusia baru menyadari bahwa Bumi ini adalah bulat. Bahkan melalui pengamatan satelit
luar angkasa dapat dilihat bahwa bentuk Bumi ini tidak bulat betul tetapi agak memipih
dibagian kutubnya. Hal ini sebelumnya (lebih dari 14 abad yang lalu) telah Allah jelaskan di
dalam Al-Quran Surah Az-Zumar ayat 5

Artinya:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; dia menutupkan malam atas
siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masingmasing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun. (Al-Quran, 39: 5)
Kata yukawwir atau yang berasal dari kata taqwir berarti menutup yang dalam bahasa
Arab diartikan membungkus atau menutup secara melingkar. Melingkar di sini diartikan
sama dengan bentuk bulat. Dalam ayat di atas pula ditambahkan penjelasan tentang sistem
peredaran masing-masing anggota tata surya seperti matahari dan bulan.
Bulan adalah satelit alami atau benda angkasa yang mengelilingi Bumi dengan jarak 384 ribu
km dari Bumi dan dengan diameter 3.456 km. satu kali rotasi bulan sama dengan satu kali
revolusinya. Pada permukaan bulan terdapat gunung-gunung dan dataran rendah. Bulan tidak
mempunyai atmosfer. Apabila permukaan bulan terkena oleh baying-bayang Bumi, maka
akan terjadi gerhana bulan, dan bila Bumi yang terkena baying-bayang bulan, maka akan
terjadi gerhana matahari. Para ilmuwan telah dapat memperhitungkan dengan sangat akurat
kapan akan terjadi gerhana bulan.
5). Planet Mars
Planet ini berwarna kemerah-merahan yang diduga tanahnya mengandung banyak besi
oksigen. Pada permukaan planet ini didapatkan warna-warna hijau, biru, dan sawo matang
yang selalu berubah sepanjang tahun. Diperkirakan bahwa di planet ini ada kehidupan.
Dugaan ini bertolak pada kenyataan:

Berdasarkan pengamatan melalui teropong dan foto, pada permukaan Mars terdapat
semacam kanal (saluran atau dam air) yang sangat panjang dan lurus sekali.

Mars tampaknya diselubungi oleh atmosfer.

Dari analisis spektra sinar yang yang datang dari Mars menunjukkan adanya oksigen
di sana walaupun relatif sedikit.

Penelitian terakhir menyatakan menunjukkan bahwa di planet Mars terdapat uap air
walaupun dalam jumlah yang sangat kecil, tetapi para pakar cenderung mengatakan bahwa
perubahan warna permukaan planet ini disebaban oleh angin pasar, bukan oleh organisme.
Planet ini mempunyai 2 buah bulan/satelit. Satelit yang kecil diberi nama Phobos, sedangan
yang besarnya diberi nama Deimos. Jarak Mars ke matahari adalah 1,52 AU, berdiameter
3.920 mil, berevolusi 1,9 tahun dari revolusi Bumi, dan berotasi 24 hari 37 menit.
Menurut data yang dikirim Mariner-4, di Mars tak ada oksigen, hamper tak ada air.
Sedangkan kutub es yang diperkirakan mengandung banyak air ternyata tak lebih dari lapisan
salju yang sangat tipis. Ini pula yang menyebabkan pada waktu tertentu kutub yang berwarna
putih itu lenyap dari pandangan mata.
6). Planet Yupiter
Yupiter merupakan planet terbesar dalam tata surya. Berdiameter 138.560 km dan berotasi
dengan cepat yaitu 10 jam. Akibat berotasi dengan cepat, bagian ekuatornya sedikit
mengembang dan membentuk sabuk. Yupiter tampak seperti bintang yang terang di tengah
malam.
Berdasarkan analisis spektroskopis, atmosfer planet ini mengandung banyak gas metana dan
amoniak juga gas hidrogen. Albedonya 0,44 dan mempunyai 14 satelit. Massa planet ini
hamper 300 kali massa Bumi dan gravitasinya 2,6 kali gravitasi Bumi.
7). Planet Saturnus
Saturnus adalah planet terbesar kedua di tata surya dengan diameter 118.400 km dengan
kecepatan rotasi yang sama dengan Yupiter. Kandungan lapisan atmosfernya pun sama
dengan Yupiter yang bersuhu rata-rata 1030C, tapi suhu permukaannya sangat rendah, yaitu
2430F. namun massa jenisnya sangat kecil, yaitu 0,75 g/cm3.
Planet ini mempunyai sabuk putih yang melilit di ekuatornya dengan jarak dari permukaan
planet 7.000 37.000 mil yang berbentuk pipih setebal 10 mil dan berupa debu. Sabuk ini
mempunyai kecepatan berbeda ketika mengelilingi planet Saturnus, sabuk bagian dalamlebih
cepat dari pada sabuk bagian luar.
Saturnus mempunyai 10 satelit, diantaranya Titan (satelit terbesar, 2 kali bulan Bumi),
Phoebe (dengan gerak yang berlawanan dengan planet Saturnus yang menunjukkan bahwa
Phoebe bukan anak kandung Saturnus.
Keanehan sabuk raksasa dan Phoebe memperkuat Teori Tidal. Sabuk Saturnus mengembang
dan merapat pada permukaan planet 15 tahun sekali.
8). Planet Uranus

Planet ini ditemukan secara ta sengaja oleh Herschel dan keluarga pada tahun 1781, ketika
mereka sedang mengamati Saturnus. Diameternya 50.560 km dan memiliki 5 satelit.
Rotasinya bergerak dari Timur ke Barat. Jaraknya ke matahari 2,86 milyar km dengan kala
revolusinya 84 tahun di Bumi. Kecepatan rotasinya 10 jam 47 menit. Berdasarkan
pengamatan pesawat Voyager pada bulan Januari 1986, Uranus memiliki 14 satelit.
9). Planet Neptunus
Planet ini ditemukan pada saat para astronom mengamati planet Uranus yang orbitnya agak
menyimpang dari perhitungan pada tahun 1846. Neptunus mempunyai 2 satelit yang salah
satunya bernama Triton yang beredar berlawanan arah dengan gerak rotasi neptunus. Jarak
Neptunus ke matahari 4.470 juta km, diameter 28.000 dan kala revolusinya 165 tahun di
Bumi.
10).Planet Pluto.
Pluto merupakan planet terluar dari tata surya yang ditemukan tahun 1930. Mulanya orang
tidak menyangka bahwa ia adalah planet karena sinarnya berkedip-kedip seperti planet. Pluto
disebut juga sebagai transneptunus, ada dugaan planet ini merupakan bagian dari satelit
neptunus yang terlepas. Hal ini disebaban garis edarnya agak berbeda dengan plnet lain. Pada
suatu saat, jaraknya sangat dekat dengan matahari dibandingkan dengan Neptunus, pada saat
lain lebih jauh.
Suhu rata-rata planet ini 2200C. Pluto adalah nama dewa kegelapan dari bangsa Yunani.
Pemberian nama itu karena kenyataannya planet ini mendapat sedikit sinar dari matahari,
jaraknya dengan matahari 5.811 juta km. Pluto tidak bersatelit.
Benda-benda Langit Lain di Tata Surya
Benda-benda langit lainnya dalam sistem tata surya selain planet adalah:
1). Asteroida atau Planetoida, berbentuk seperti planet tetapi sangat kecil, berdiameter 500
mil, jumlahnya lebih 2.000 buah dan terletak antara Mars dan Yupiter.
2). Komet atau bintang berekor, garis edarnya eksentrik, perihelionnya (jarak terdekat dengan
matahari) sangat dekat dengan matahari, sedangkan aphelionnya (jarak terjauh dengan
matahari) sangat jauh, berupa bola gas pijar seperti matahari.
3). Meteor atau bintang beralih, merupakan batuan dingin yang terjadi akibat gaya tarik Bumi
sehingga masuk ke atmosfer menjadi pijar karena bergesekan dengan atmosfer.
4). Satelit, yaitu benda langit dalam tata surya yang slalu beredar mengikuti dan mengitari
planet.
B. Bumi sebagai Planet
Bumi adalah sebuah planet dalam tata surya yang mengitari matahari, yang sesuai dengan
paham heliosentris. Bumi itu bulat telah lama diketahui oleh manusia, yaitu kira-kira 500
tahun yang lalu. Dengan pesawat ruang angkasa dapat dibuat foto yang jelas bahwa Bumi itu
bulat, tetapi tida bulat betul karena sedikit agak memipih di bagian kutubnya. Namun, 14

abad yang lalu Allah SWT telah mengabarkan tentang hal ini kepada manusia sebelum
adanya alat-alat canggih/modern untuk mengamati Bumi, yang mana terdapat dalam firmanNya Surah Az-Zumar ayat 5 yang telah disebutkan pada materi sebelumnya.
Teori terbentuknya Bumi
Asal-usul Bumi seperti planet lain yang dikemukakan sebelumnya. Penghitungan dan
penentuna umur lapisan Bumi da fosil banyak diemukakan oleh teori, antara lain:
1. 1. Teori Sedimen
Pengukuran Bumi didasarkan atas perhitungan tebalnya lapisan sedimen yang membentuk
batuan. Dengan menghitung ketebalan lapisan sedimen yang rata-rata terbentuk tiap tahun,
maka diperkirakan Bumi terbentuk 500 juta tahun yang lalu.
1. 2. Teori Kadar Garam
Pengukuran usia Bumi berdasarkan perhitungan kadar garam di laut. Diduga awalnya air laut
adalah tawar. Akibat sirkulasi air dalam alam ini yang mengalir dari darat melalui sungai ke
laut membawa garam. Dengan mengetahui kenaikan kadar garam tiap tahun, maka dapat
diperhitungkan bahwa Bumi telah terbentuk semilyar tahun yang lalu.
1. 3. Teori Termal
Teori ini menguur usia Bumi berdasarkan perhitungan suhu Bumi. Diduga mula-mula Bumi
merupakan batuan yang sangat panas yang lama-kelamaan mendingin. Dengan mengetahui
massa dan suhu Bumi saat ini, Elfin (ahli fisika bangsa Inggris) bahwa peristiwa tersebut
memerlukan waktu 20 milyar tahun.
1. 4. Teori Radioaktivitas
Pengukuran usia Bumi yang dianggap paling akurat adalah perhitungan berdasarkan waktu
peluruhan unsur-unsur radioaktif. Dalam perhitungan ini diperlukan pengetahuan tentang
waktu paruh unsur-unsur radioaktif. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan elemen
radioaktif untuk meluruh atau mengurai sehingga massanya tinggal separuh. Elemen
radioaktif yang digunakan adalah yang memancarkan cahaya alpha, beta dan gamma. Di
antara isotop radioaktif yang dapat digunakan untuk maksud ini adalah Uranium-238 (U238),
Potasium-40 (K40) dan Karbon-14 (C14). Isotop Uranium dan Potasium untuk memberikan
data tentang umur lapisan Bumi, sedangkan isotop Karbon untuk memberikan data tentang
umur fosil. Melalui teori ini dapat diperhitungkan bahwa umur lapisan Bumi adalah 3,8
milyar tahun.

C. Struktur Bumi
Bumi diselimuti oleh gas yang disebut atmosfer, pada permukaan Bumi terdapat lapisan air
yang disebut hidrosfer, bagian Bumi yang padat terdiri dari kulit atau lithosfer dan bagian inti
disebut centrosfer.
1. 1. Lithosfer dan Centrosfer
Tebal lithosfer hanya 32 km, merupakan bagian yang vital bagi kehidupan manusia yang
berupa benua dan pulau-pulau tempat tinggal kita. Lithosfer terdiri dari 2 lapisan dengan
ketebalan yang tidak sama. Bagian atas terdiri dari Silikon (Si) dan Aluminium (Al) dengan
berat jenis (BJ) 2,65. Lapisan dalam terdiri dari Si dan Magnesium (Mg) dengan BJ 2,9.
Bagian tebal berupa Benua setebal 8 km dan bagian tipis berupa dasar laut setebal 3,5 km. di
bawah lithosfer terdapat centrosfer yang dapat dibagi mulai dari yang paling dalam sampai
yang terluar atas:
1. Inti dalam (815 mil)
2. Inti luar (1.360 mil)
3. Bagian mantel (180 mil)
BJ inti Bumi 10,7 dan lebih besar dari BJ kulit Bumi (2,6) dan BJ Bumi (5,5). Berdasarkan
berat jenis itu, orang menduga bahwa inti Bumi terdiri dari Nikel (Ni) dan Ferrum/besi (Fe).
Inti inilah yang menentukan sifat keagnetan Bumi.
1. 2. Hidrosfer
Hidrosfer yang menyelimuti Bumi adalah 75 % yang meliputi lautan, danau-danau dan es
yang terdapat di kedua kutub. Kedalaman laut rata-rata 4 km. laut terdalam terdapat di dekat
pulau Guam yang dalamnya 11 km.
Hidrosfer sangat berpengaruh terhadap keadaan atmosfer, karena keduanya merupakan faktor
terjadinya siklus air. Hal ini pula yang menyebaban air laut menjadi asin. Kandungan garam
mineral air laut saat ini adalah 3,5%, terutama tang terbanyak adalah NaCl (garam dapur) dan
MgSO4 (garam Inggris).

1. 3. Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan gas/udara yang menyelimuti Bumi dengan ketebalan 4.800 km
dari permukaan laut. BJ atmosfer pada lapisan bagian bawah adalah 0,013 dan makin ke atas
makin kecil mendekati 0.
Secara garis besarnya, atmosfer terbagi atas 3 lapisan utama, yaitu:

1. Troposfer
Lapisan ini terhitung mulai dari permukaan bumi paling bawah (0 km dari permukaan air
laut) dan mempunyai ketebalan 16 km yang terletak pada garis khatulistiwa dan menipis
sampai 8 km pada kutub-kutub Bumi. Hampir seluruh uap air yang terkandung di udara
terdapat dalam lapisan ini. Aibatnya pada lapisan inilah terjadinya perubahan cuaca. Pesawat
terbang mengarungi udara hanya sampai batas troposfer. Suhu troposfer semakin ke atas
semakin turun secara teratur sebesar 190F hingga pada batas paling atas turun drastic sampai
0.
1. Stratosfer
Lapisan ini mulai dari 16 km sampai 80 km di atas permukaan Bumi. Suhu rata-rata sekitar
350C. Pada lapisan ini terdapat lapisan ozon (O3) yang sangat vital bagi kehidupan di Bumi.
1. Ionosfer
Lapisan ini terdapat di atas 80 km dengan tekanan udara sangat rendah, sehingga semua
partikel terurai menjadi ion-ionnya pada lapisan ini. Lapisan ini dapat memantulkan
gelombang radio yang sangat penting bagi manusia dalam komunikasi radio jarak jauh.
Gelombang radio ini tidak dapat langsung dipancarkan ke daerah sasaran yang relatif jauh
karena permukaan Bumi melengkung dan gangguan cuaca pada troposfer. Akibat tipisnya
lapisan ionosfer, maka batu meteor yang jatu ke Bumi baru menyala setelah mencapai
kerendahan 96 km di atas Bumi.
Atmosfer dapat juga dibagi atas dasar suhu, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer dan
termosfer. Lapisan atmosfer berfungsi sebagai selimut atau tameng bagi Bumi dari serangan
benda luar seperti Meteor. Atmosfer juga melindungi suhu Bumi dari suhu di luar angkasa,
suhu yang panas dari radiasi sinar pada siang hari, dan dari suhu luar yang sangat dingin
mencapai 2700C di bawah nol pada malam hari.
Selain lapisan atmosfer, adapula sabuk Van-Allen. Menurut Dr. Hugh Ross Sabuk Van-Allen
merupakan lapisan yang menyelimuti Bumi yang tercipta karena adanya medan magnet Bumi
dan sangat penting bagi kehidupan di Bumi yang berfungsi sebagai perisai/tameng melawan
radiasi sinar matahari. Bumi memiliki kerapatan terbesar dari planet lain di tata surya
dikarenakan adanya unsur Ni dan Fe penyebab medan magnetnya yang besar. Dalam hal ini,
Allah SWT telah Menjelaskan di dalam Al-Quran Surah Al-Anbiy ayat 32,
Artinya:
Dan Kami Menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling
dari segala tanda-tanda (Kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (Al-Quran, 21: 32)
Kata terpelihara pada ayat di atas menjelasan tentang adanya suatu sistem pelindung
(seperti lapisan atmosfer dan sabuk Van-Allen) yang telah Dirancang oleh Allah SWT bagi
planet Bumi dari pengaruh/efek buruk yang disebabkan oleh benda-benda luar angkasa
lainnya (matahari, meteor, dll.).
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa Allah SWT adalah Tuhan Pencipta alam semesta yang
Paling Sempurna yang Memberika Keseimbangan terhadap apa-apa yang telah Diciptaka-

Nya di alam semesta ini dan Memeliharanya, sebagai mana yang telah Allah tegaskan dalam
Surah Al-Mulk ayat 3,
Artinya:
Yang telah Menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulangulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Al-Quran, 67: 3)
Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran di atas dan
dipertegas pula dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 29 dan Surah
Fushshilat ayat 11-12

Artinya:
Dia-lah Allah, yang Menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia Berkehendak
(Menuju/Menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. (Al-Quran, 2: 29)
Artinya:
11. Kemudian Dia Menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. keduanya menjawab: Kami datang dengan
suka hati.
12. Maka Dia Menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia Mewahyukan pada tiaptiap langit urusannya. Dan Kami Hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami Memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-Quran, 41: 11-12)
Kata langit yang sering kali muncul di banyak ayat dalam Al-Quran digunakan untuk
mengacu pada langit Bumi (atmosfer) dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna
kata seperti ini, terlihat bahwa langit Bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.
Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfer Bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda
yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran,
atmosfer terdiri atas 7 lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan
tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang
terdekat dengan Bumi disebut Troposfer. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa
atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut Stratosfer. Lapisan Ozon adalah bagian dari
Stratosfer, di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut
Mesosfer. Termosfer berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan
dalam termosfer yang disebut Ionosfer. Bagian terluar atmosfer Bumi, membentang dari

sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan Eksosfer. (Carolyn Sheets, Robert
Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts,
1985, s. 319-322)
Jika dihitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah di atas, dapat diketahui
bahwa atmosfer tepat terdiri atas 7 lapis, sesuai dengan yang dinyatakan dalam ayat yang
telah disebutkan di atas. Adapun lapisan-lapisan atmosfer Bumi tersebut adalah:
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lain dalam hal ini yang telah disebutkan dalam sumber ilmiah di atas yang
dihubungkan dengan firman Allah SWT dalam Surah Fushshilat pada ayat yang ke-12,
Dia Mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya . Dengan kata lain, Allah SWT dalam
ayat ini Menyatakan bahwa Dia Memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya
masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfer ini memiliki fungsi
penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk lain di Bumi.
Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan (lapisan Troposfer) hingga
perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya (lapisan Ozonosfer); dari pemantulan
gelombang radio (lapisan ionosfer) hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang
berbahaya.
Salah satu fungsi di atas, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagi berikut:
Atmosfer Bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfer. Hujan, salju dan
angin hanya terjadi pada troposfer.
(http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html)
Lapisan Bumi yang meliputi lithosfer, hidrosfer dan troposfer yang dihuni oleh berbagai
makhluk hidup diberi nama Biosfer.
Adalah sebuah keajaiban besar bahwa begitu banyak fakta-fakta ilmiah yang telah dijelaskan
di atas, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas
dinyatakan dalam Al-Quran 14 abad yang lalu.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah Aly dan Eny Rahma. 2006. MKDU Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendro Darmodjo dan Yeni Kaligis. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depag RI. 2003. Al-Quran dan Terjemahannya Tafsir Al-Aliyy. Bandung: CV.
Diponegoro.

Steve Graham, dkk. 2009. The Water Cycle. Tersedia dalam


http://earthobservatory.nasa.gov/Feauters/Water/. (online). Diakses pada tanggal 3 April
2009.

http://www.keajaibanalquran.com/astronomy_origin/expansion_universe/separation/orbits/ro
und/roof/returning.html. (online). Diakses pada tanggal 2 April 2009.

http://www.keajaibanalquran.com/earth_layers.html. (online). Diakses pada tanggal 6 April


2009.
BUMI DAN ALAM SEMESTA
(Bagian 2)
1. D. Pembentukan Benua dan Samudera
1. 1. Benua
Bumi sebagai benda alam pada pada mulanya merupakan benda yang berpijar yang kemudian
mendingin. Pada proses ini terbentuklah kerak yang keras yang disebut kulit atau kerak bumi
(lithosfer). Pada awalnya lapisan ini sangat labil. Dalam proses pendinginan yang terus
berlangsung itu, bumi juga bergerak mengadakan rotasi sehingga kulit yang baru terbentuk

itu retak-retak dan bergeser saling menjauh karena seolah-olah kulit yang sudah keras itu
mengapung pada bagian bumi sebelah dalamnya yang diperkirakan masih lumer.
Salah satu teori yang mengemukakan tentang terbentuknya benua-benua yang ada di bumi
adalah Teori Wegener. Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli geografi berkebangsaan
Jerman yaitu Wegener pada tahun 1915. Teori Wegener ini disebut juga dengan hipotesis
Continental Drift (perkisaran benua). Menurut teori ini, bumi pada 250 juta tahun yang lalu
hanya terdiri dari satu benua yang sangat besar, kemudian retak dan bergeser saling menjauhi
satu sama lainnya. Akibat pergeseran itu terbentuklah benua-benua Amerika, Asia, Eropa,
Afrika, Australia dan benua Antartika (Hendro dan Yeni, 2004:2.40).
Teori di atas didukung oleh fakta sebagai berikut:
a) Sepanjang Timur Amerika Selatan ternyata mempunyai bentuk dan lekukan yang kirakira sama dengan lekukan pada Benua Afrika sebelah Barat.
b) Lekukan bagian Selatan Benua Australia cocok dengan tonjolan Benua Antartika.
c) Lekukan Semenanjung India dan Pulau Madagaskar cocok dengan teluk yang terbentuk
antara Afrika dengan Antartika.
Kecocokan-kecocokan di atas tidak hanya dari segi geografik, tetapi juga cocok dari segi
geologi, yaitu dari jenis dan umur batuan-batuannya yang kira-kira sama.
Peristiwa pergeseran itu berlangsung dalam jutaan tahun. Secara kronologis dapat dirinci
sebagai berikut:
a) Pada 225 juta tahun yang lalu, masih merupakan satu benua yang besar Super
Continental yang disebut Pangea.
b) Pada 200 juta tahun yang lalu Super Contonental pecah menjadi tiga bagian yakni Benua
Eropa-Asia, Afrika Amerika, dan Benua Antartika-Australia.
c) 135 juta tahun yang lalu Afrika dan Amerika mulai memisah di sela-selanya terdapat
Samudera Atlantik.
d) Kemudian, 65 juta tahun yang lalu Australia dan Antartika memisahkan diri dan terjadilah
Lautan Indonesia. Pergeseran masih berlangsung sampai saat sekarang.

Gambar 1 Kronologis Terbentuknya Benua-benua di Bumi


Harry Hens (dalam Hendro dan Yeni, 2004:2.41) memberikan pendapat tentang pergerakan
benua-benua bahwa benua buan hanyut ke sana kemari seperti es terapung, tetapi tertanam
kuat pada basalt dasar samudera. Dasar samudera yang baru didesak terus-menerus ke atas
dari astenosfer yang panas pada pematang samudera. Pematang samudera merupakan bibir

yang terbentuk pada dua sisi celah dalam bumi, tempat bahan panas selubung bumi tertekan
ke atas.
Bahan ini kemudian mendingin dan mengeras dalam lithosfer dan menempatkan diri ke tepi
lempengan lithosfer pada kedua sisi retakan (kerak samudera). Bahan tersebut bergerak ke
bawah darai pematang tengah samudera bersama lempengan melintasi dasar laut
dengankecepatan 1,5 sampai 7,5 cm pertahun sebagai perluasan dasar laut. Bagian yang
ditumpangi menekuk ke bawah dan tenggelam dalam astenosfer, dipanaskan lagi kemudian
pecah lagi, meleleh dan terserap masuk kembali ke bagian dalam bumi. Pergeseran dan
retaknya lithosfer kemudian runtuh, menyebabkan terjadinya gempa tektonis. Perluasan dasar
laut menyebabkan jarak antara benua bertambah lebar.
Beradasarkan batuan beku yang dirasakan sangat keras, seakan-akan bumi ini merupakan satu
kesatuan, namun sebenarnya terdiri dari lempengan tipis dan kaku seperti cangkang telur
yang retak-retak.
Di bumi ini ada 6 lempengan utama, yaitu:
a) Lempengan Amerika, terdiri dari Amerika Utara dan Selatan serat separuh dasar bagian
Barat Samudera Atlantik.
b) Lempeng Afrika, terdiri dari Afrika dan sebagian samudera di sekitarnya.
c)

Lempeng Eurasia, terdiri dari Asia, Eropa dan dasar laut sekitarnya.

d) Lempeng India, meliputi anak benua itu dan dasar samudera sekitanya.
e)

Lempeng Australia, terdiri dari Australia dan samudera sekitanya.

f)

Lempeng Pasifik, yang mendasari Samudera Pasifik.

Selain lempengan utama di atas, ada pula beberapa jenis lempengan lainnya, yaitu seperti
Lempeng Nazca, Lempeng Antarktika serta sejumlah lempeng-lempeng regional lainnya,
seperti Lempeng Laut Filipina, Lempeng Cocos, Lempeng Arab, Lempeng Persia, Lempeng
Cina, dll.

Gambar 2 Garis-garis Lempengan Bumi


Lempengan-lempengan tersebut setiap saat mengalami gerakan horizontal yang antara lain
menimbulkan pemisahan benua seperti yang dikemukakan oleh Wegener. Akibatnya, Benua
Amerika makin jauh dari Benua Afrika, sedangkan Benua Australia karena desakan
pematang tengah samudera di sebelah Selatannya mengakibatkan benua itu makin mendekat
ke Indonesia.
Di samping gerakan horizontal, terjadi pula gerakan vertikal, yaitu desakan lava yang keluar
dari lempengan di Samudera Indonesia yang menyebabkan anak benua India makin terdesak
ke Utara. Tapi karena daratan Asia cukup kuat, untu bertahan, maka terjadilah kerutan bumi
berupa Pegunugan Himalaya yang tinggi.

Demikian pula akibat pematang tengah di Laut Tengah yang mendesak Eropa ke Utara, maka
terjadilah Pegunungan Alpen sebagai kerutan bumi (Plate Tektonic Theory). Secara alami
lempengan mengalami perusakan dan pembangunan kembali (putus dan berasambung) yang
gerakan lempengnya menjadi gempa tektonik. Prose perusakan dan pembangunan kembali
wujudnya adalah patahnya daratan akibat desakana di dasar laut, sehingga di daratan terjadi
retakan. Di sepanjang retakan ini muncul pegunungan yang di beberapa tempat lahir gunung
berapi seperti pegunungan Rocky Mountain di pantai Barat Amerika. Indonesia merupakan
salah satu daerah yang sering diguncang gempa karena letaknya tepat pada pertemuan dua
deretan pegunungan lipatan muda Circum Pasific dan Mediterania. Juga merupakan
pertemuan tiga lempeng lithosfer, yaitu lempengan India sebelah Barat, lempengan Australia
sebelah Barat dan Selatan, dan lempengan Samudera Pasifik sebelah Timur, sehingga daratan
Indonesia termasuk tidak tenang.
Penyebab terjadinya pegerakan lempeng yaitu:
a) Adanya arus konveksi dalam tubuh bumi, yakni: arus konveksi dari batas inti dan mantel
yang muncul ke permukaan bumi (thermal plume) dan melalui litosfer dan mantle kembali ke
batas inti mantel.
b) Adanya panas pada batas intimantel yang muncul ke permukaan bumi sebagai hotspot.
Ada empat macam gerakan lempeng, antara lain:

a)

Subduksi

b) Pemekaran

c)Tumbukan

d) Sesar

Gambar 3 Macam-macam Pergerakan Lempeng Bumi


Fakta ilmiah di atas sebelumnya telah diterangkan oleh Allah SWT. Dalam sebuah ayat, kita
diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi
mereka terus-menerus bergerak. Hal ini diterangkan Allah SWT dalam Al-Quran Surah AnNaml ayat 88 yang berbunyi:
ts?ur tA$t7g:$# $pk:|trB ZoyB%y` }dur Js? tB >$ys9$# 4 yY
!$# %!$# z`s)?r& @. >x 4 mR) 77yz $yJ/ cq=ys?
Artinya:
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) Perbuatan Allah Yang Membuat dengan kokoh
tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al
Quran, 27:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada.
Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad
ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred
Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masamasa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah
ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah
menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. Kini,
Ilmuwan modern juga menggunakan istilah continental drift atau gerakan mengapung dari
benua untuk gerakan ini (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C.,
1978, s.12-13).
Al Quran mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung,
sebagaimana yang terdapat dalam Surah Al-Anbiy ayat 31 yang berbunyi:

$uZ=yy_ur F{$# zuru br& yJs? Ng/ $uZ=yy_ur $pk %


[`$y Wx7 Ng=y9 tbrtGku
Artinya:
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak)
goncang bersama mereka dan tlah Kami Jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas,
agar mereka mendapat petunjuk." (Al Qur'an, 21:31)
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah
goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa
ketika Al Quran diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan
geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari
lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan
bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya,
sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah
bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini
berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya
dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut: pada bagian benua
yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke
dalam lapisan magma (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe;
Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan
sebagai "pasak". Hal ini telah Allah SWT wahyukan dalam Surah An-Naba ayat 6-7, yaitu:
Os9r& @ygwU uF{$# #YygB tA$t7g:$#ur #Y$s?rr&
Artinya:
"Bukankah Kami telah Menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (6); Dan gunung-gunung
sebagai pasak? (7)" (Al Qur'an, 78:6-7)
Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan
memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempenganlempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari
terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya.
Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaranlembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi".
Isostasi bermakna sebagai berikut: Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga
oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi (Webster's New
Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975).
1. 2. Samudera

Berdasarkan teori Wegener, pergeseran bagian bumi bersifat vertical (geoinklinal) maupun
horizontal yang masih berlangsung terus-menerus hingga saat ini. Salah satu akibat dari
peristiwa ini adalah terbentunya Pegunungan Himalaya dan terbentuknya Samudera Hindia
(Indonesia) yang dalam.
Samudera Pasifik atau Lautan Teduh terbentuk karena massa bumi pada saat masih berupa
cairan terlepas dari permukaan bumi. Hal itu terjadi mungkin dipengaruhi oleh rotasi bumi
yang menimbulkan gaya sentripetal (gaya menjauhi pusat) dan gaya tarik benda angkasa
yang lain (Teori Tidal). Teori terlepasnya bagian dari massa bumi ini lalu membentuk bulan,
didukung oleh kenyataan bahwa membesarnya lekukan Pasifik di permukaan bumi ini, bila
dihitung kira-kira sama dengan jumlah massa dari bulan. Jenis batuan di bulan pun ternyata
serupa dengan batuan Silisium Magnesium (Sima) yang terdapat di dasar Samudera Pasifik.
Teori lain mengatakan bahwa bumi yang semula berupa awan panas, mencair dan
bertemperatur tinggi, kemudian berangsur-angsur mendingin membentuk bumi purba yang
berupa daratan dan terjadilah benua. Pada saat bumi mendingin, banyak unsur yang berupa
gas terutama H2 dan CH4. H2 terlepas dalam bentuk gas, keluar berbentuk lapisan awan tebal
melapisi bumi purba, demikian selanjutnya terjadi penguraian karena terkena sinar matahari
langsung, sehingga terjadilah lapisan udara atau atmosfer yang sekarang ini.
Bersamaan dengan terbentuknya atmosfer, terjadi pula proses pendinginan udara dan hujan
yang sekaligus akan mempercepat pendinginan bumi. Siklus yang berlangsung bermilyaranmilyaran tahun akan membentuk kumpulan air di lekukan-lekukan permukaan bumi. Lautan
purba yang pada mulanya diduga hanya 10% dari lautan yang ada pada saat sekarang ini.
Kondensasi yang dialami bumi akibat dari siklus massa udara panas-dingin dan siklus hujanpenguapan menyebabkan jumlah air yang menutupnya makin luas, hingga sekarang ini kirakira 75% atau 11.375 juta km3 air di permukaan bumi dan disebut lautan atau samudera.
Gejala suhu bumi semakin meningkat pada akhir abad ke-20 sehingga menyebabkan
mencairnya es di kutub dan salju di puncah-puncak pegunungan yang berakibat semakin
meluasnya permukaan laut.
Semula manusia mengira bahwa dasar lautan rata seperti dataran di atas benua luas.
Pengukuran dalamnya laut oleh manusia sebelum ditemukan kapal selam, hanya dengan batu
yang diikat tali oleh juru batu, dan kemudian diukur dengan alat penduga gema dengan
gelombang bunyi. Baru menjelang Perang Dunia II dengan alat-alat elektronik canggih, kapal
selam dapat memetakan dasar laut. Dan setelah Perang Dunia II dan dengan semakin
lengkapnya saran, maka semakin banyaknya manusia tertarik akan keadaan dasar laut yang
memiliki pesona alam dan memberikan harapan terhadap kepentingan kehidupan manusia.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan
ayat Al Quran sebagaimana yang terdapat dalam Surah Ar-Rahmn ayat 19-20, yaitu:
ylttB `tst79$# b$u)tG=t $yJks]t/ yt/ w b$u7t

Artinya:

Dia Membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu (19); Antara
keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing[1443] (20). (Al Quran,
55:19-20)
Keterangan: [1443] di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan
maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20
ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi
tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan). Maka pada akhirnya, tanah genting
itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu, seperti
terusan Suez dan terusan Panama.
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra
Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu,
kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya
penghalang yang memisahkan keduanya.
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah
ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan
tegangan permukaan, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat
adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu
sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka (Davis, Richard A., Jr.
1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 9293).
1. E. Gempa Bumi dan Tsunami
1. 1. Gempa Bumi
Gempa bumi bukanlah suatu hal yang baru bagi kita. Gempa bumi bisa disebabkan oleh
berbagai sumber, antara lain:
a)

Letusan gunung berapi (erupsi vulkanik) atau disebut gempa vulkanik

b) Tumbukan meteor
c)

Ledakan bawah tanah (seperti uji nuklir), dan

d) Pergerakan kulit bumi.


Yang paling sering kita rasakan adalah karena pergerakan kulit bumi, atau disebut gempa
tektonik. Berdasarkan Seismologi (ilmu yang mempelajari fenomena gempa bumi), gempa
tektonik dijelaskan oleh Teori Lapisan Tektonik atau disebut juga dengan Teori Tektonik
Lempeng (Theory of Plate Tetonics) yaitu teori tentang konstruksi lempeng bumi. Kerak
bumi terdiri dari lempeng-lempeng yang membungkus bumi. Teori ini menyebutkan lapisan
bebatuan terluar yang disebut lithosfer yang mengandung banyak lempengan dan berupa
lapisan keras. Di bawah litosfer ada lapisan yang disebut asthenosphere (astenosfer) yang
bersifat lunak (plastis). Lapisan astenosfer ini seakan-akan melumasi bebatuan tersebut
sehingga mudah bergerak. Hal ini dipelajari atau dibahas juga dalam Geodinamika
(pergerakan lapisan bumi).

Di antara dua lapisan ini, bisa terjadi tiga hal, yaitu lempengan bergerak saling menjauh,
maka magma dari perut bumi akan keluar menuju permukaan bumi. Magma yang sudah di
permukaan bumi ini disebut lava. Lempengan bergerak saling menekan, maka salah satu
lempeng akan naik atau turun, atau dua-duanya naik atau turun. Inilah cikal gunung atau
lembah, atau lempengan bergerak berlawanan satu sama lain, misalnya satu ke arah Selatan
dan satunya ke arah Utara.

Gambar 4 Teori Lapisan Tektonik (Teori Tektonik Lempeng)


Prediksi di atas akan menimbulkan getaran yang dilewatkan oleh media tanah dan batu.
Getaran ini disebut gelombang seismik (seismic wave) yang bergerak ke segala arah, dan
inilah yang disebut gempa. Lokasi di bawah tanah tempat sumber getaran disebut focus/pusat
gempa.
Jika fenomena lempengen bergerak saling menekan atau bertemu terjadi di dasar laut, ketika
salah satu lempengan naik atau turun, maka volume daerah di atasnya akan mengalami
perubahan kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka volume daerah itu akan
bertambah. Sebaliknya apabila lempeng itu naik, maka volume daerah itu akan berkurang.
Perubahan volume tersebut akan mempengaruhi gelombang laut. Air dari arah pantai akan
tersedot ke arah tersebut. Gelombang-gelombang (tidak hanya sekali) menuju pantai akan
terbentuk karena massa air yang berkurang pada daerah tersebut (efek dari hukum
Archimedes); karena pengaruh gaya gravitasi, air tersebut berusaha kembali mencapai
kondisi stabilnya. Ketika daerah tersebut cukup luas, maka gelombang tersebut mendapatkan
tenaga yang lebih dahsyat. Inilah yang disebut tsunami.
1. 2. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang terdiri dari dua kata, yaitu:
Tsu

= Pelabuhan

Nami = Gelombang

Ini adalah terminologi untuk menyebutkan fenomena gelombang laut yang tinggi dan besar
akibat dari gangguan mendadak pada dasar laut yang secara vertikal mengurangi volume
kolom air. Gangguan mendadak ini bisa datang dari gempa yang disebabkan empat hal yang
disebutkan di atas.

Tsunami menjadi bagian bahasa dunia setelah gempa besar 15 Juni 1896 menimbulkan
gelombang besar (tsunami) yang melanda kota pelabuhan Sanriku (Jepang) dan menewaskan
22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km.
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor atau
letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang Tsunami bergerak dengan kecepatan
ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda daratan dengan ketinggian
gelombang mencapai 30 m atau lebih. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar
antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai
pantai berkisar antara 4-24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50
sampai 200 meter dari garis pantai.
Berdasarkan Katalog Gempa (1629 2002), di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak
109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali
akibat gempabumi tektonik.
Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai
mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores,
1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977). Gempa dengan mekanisme fokus
strike-slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah:
a) Air laut yang surut secara tiba-tiba.
b) Bau asin yang sangat menyengat.
c)

Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.

Gambar 5 Tahap-tahap terjadinya Tsunami


Tsunami terjadi jika:
a)

Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6.3 SR

b) Lokasi pusat gempa di laut


c)

Kedalaman dangkal < 40 Km

d) Terjadi deformasi vertikal dasar laut.

Alam semesta adalah fana. Ada penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya
hancur. Di antaranya ada penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana
berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain
yang tak diketahui.

Dalam buku Penciptaan Alam Raya karya Harun Yahya ini penulis memperkokoh keyakinan
akan terintegrasinya pemahaman Islam dan pemahaman manusia (ilmuwan) tentang asal
muasal alam semesta. Adapun pertemuan pemahaman ayat Al Quran dan sains astronomi
adalah bahwa alam semesta ini berawal dan berakhir; dan Al Quran lebih jauh memberi
petunjuk bahwa alam semesta mempunyai Dzat Pencipta (Rabbul alamin). Fenomena ini
diharapkan menjadi pembuka jalan dan pemicu integrasi Islam dalam kehidupan manusia.
Seperti buku-buku Harun Yahya lainnya, penulis mengungkapkan renik-renik kehebatan,
kemegahan, keindahan, keserasian, dan kecanggihan sebuah sistem di alam semesta, dan
mengakhiri dengan pertanyaan: Apakah sistem yang demikian serasi terjadi dengan
sendirinya, tanpa Yang Maha Perencana dan Yang Maha Pencipta? Eksplorasi semacam ini
menggugah kecerdasan spiritual manusia, mendekatkan seorang muslim dengan khalik-Nya.
Mari kita berbincang sedikit mengenai alam semesta ini.

Bumi dan Planet-Planet Lainnya


Dimulai dari planet Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh bermiliar manusia.
Kecerdasan spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini;
perjalanan antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang diketahui pasti, yang
gratis dan tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.
Namun Bumi masih terlalu kecil dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih
dari 1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak
berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi lebih dari 200
juta tahun untuk sekali edar penuh. (Lalu apa rencana secercah kehidupan kita dalam
pengembaraan panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak sempat melihat kosmos hari ini.
Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)
Pengiring Matahari lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam tata surya itu berupa
sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya tak terpilih seperti
planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang tersebar di alam semesta yang sangat luas itu tak
semuanya mudah atau layak dihuni oleh kehidupan?)
Putaran demi putaran waktu berlalu, kehancuran wahana bermiliar manusia akan
menghampiri perlahan tapi pasti. Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam
semesta masih belum atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah
dikerahkan dan pengetahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu terus menjadi
warisan bagi generasi berikutnya.
Penjelajahan akal manusia mendapatkan fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia
atom, planet, tata surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas galaksi-galaksi
muda. Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi panjang 10-13 hingga 1026
meter, yang merupakan batas fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains. Pada abad
ke-21 manusia masih berambisi untuk menyelami dunia 10-35 meter (skala panjang Planck)
atau 10-20 kali lebih kecil dari penemuan skala atom pada dekade pertama abad ke-20. Begitu

pula dimensi lainnya seperti waktu, energi, massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil
dan lebih besar.
Tentang rentang waktu alam semesta, manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman
transisi di antaranya): Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50 hingga 105
tahun, Zaman Bintang, (106 - 1014 tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (1015 - 1039 tahun),
Zaman Black Hole, (1040 - 10100 tahun), Zaman Gelap ketika alam semesta menghampiri
kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam Semesta, ketika materi meluruh. Tanpa faktafakta dan ilmu yang diketahui manusia (atas izin Allah), akhirnya manusia hanya bisa
berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan berbagai keadaan, misalnya sebelum kelahiran
alam semesta dan setelah kehancuran.
Penjelajahan akal manusia bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di
Matahari 1060 atau di Bumi 1050), energi ikat (antara Bumi dan Matahari sebesar 1033 Joule),
energi radiasi matahari sebesar 1026 watt, energi Matahari yang diterima Bumi sebesar 1022
Joule, energi yang diperlukan manusia per tahun sebesar 1020 Joule, energi penggabungan inti
atom, fissi 1 mol Uranium sebesar 1013 Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108
Joule. Sebuah anugerah yang besar bagi manusia, walaupun melalui proses yang panjang.

Deskripsi dan Model Alam Semesta


Kesan umum luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang
langit malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang
seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar dibayangkan
manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu memerlukan waktu
berabad-abad.
Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai
ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km)
baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 (
Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672),
jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak
ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut
antargenerasi.
Benda langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan
pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena periode orbit
dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat salah satu sisi permukaan
Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru
didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun 1959.
Pada siang hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan;
sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat. Interaksi cahaya
matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang berwarna warni.
Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang lebih
panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800o K), seperti bintang panas (bisa
mencapai 50.000oK) yang memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang

berbahaya bagi kehidupan. Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan
cahaya merah dan inframerah dibandingkan cahaya tampak yang banyak dipergunakan
manusia.
Manusia bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan
Allah yang tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang Netron, Pulsar,
bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya.
Akan tetapi, berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan
mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan. Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin
bersungguh-sungguh menekuninya.

Dengan Sains Menangkap Realitas Alam Semesta


Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi,
berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian Heisenberg
tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai aturan untuk
keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang menghubungkan berbagai
fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba
dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan
untuk menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk
dapat dikatakan sebuah hukum.
Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan
konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika
Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan
mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua
massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik memecahkan
persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg dan bagi semua kecepatan.
Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik) menjelaskan fenomena benda yang relatif
besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan sebagai pendekatan
fenomena benda mikroskopik.
Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda dalam
jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik.
Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk
mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan
elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi
gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi
menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya.
Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta
yang berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar, seperti
Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain itu
juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar tahun). Itulah sebabnya
ruang alam semesta yang pernah diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya.
Namun, banyak benda langit yang tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi
keberadaannya, protoplanet misalnya. Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta

belum atau tak akan terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini
karena secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya 10
watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 1026 watt dan berjarak satu sa*
dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota dengan daya lebih besarlah
yang tampak terang. Menurut hukum cahaya, terang lampu akan melemah sebanding dengan
jarak kuadrat, jadi sebuah lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan
pada jarak 2 meter, dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup.
Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya
juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek langit
yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih besar. Teleskop yang besar
pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek langit yang lemah, walaupun berhasil
mendeteksi obyek langit yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah
yang bisa dideteksi manusia. Pertanyaan lain muncul: Apakah semua objek langit bisa
diamati melalui teleskop? Berapa banyak yang mungkin diamati dan dihadirkan sebagai
pengetahuan?
Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan kita juga merupakan pengamatan masa silam
galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil informasi pembentukan alam semesta yang
berguna, dan manusia berupaya menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di
masa depan yang sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya.
Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada pengetahuan kita tentang
hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah sempurnakah, ataukah baru sebagian
kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi yang salah?
Sampai di batas mana manusia bisa membayangkan dan menjangkaunya? Bagaimana kondisi
awal, bagaimana kondisi sebelumnya, bagaimana kondisi 5 miliar tahun ke depan, bagaimana
kondisi 50 miliar tahun ke depan dan seterusnya? Apakah pengetahuan agama akan memberi
jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut? Alam semesta yang megah akan runtuh, akan
hancur, tapi entah bagaimana prosesnya, dan ada apa setelah kehancuran itu? Kita kembali
kepada Allah untuk mencari jawaban-Nya, karena Dia adalah zat Maha Mengetahui atas
segala ciptaan-Nya, dan manusia hanya diberi pengetahuan-Nya sedikit.

Khatimah
Begitulah, melalui sains manusia mencoba dideskripsikan apa dan bagaimana proses
fenomena alam bisa terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter
yang bisa diamati dan diukur. Agama memperluas spektrum makna alam semesta bagi
manusia tentang kehadiran benda-benda alam semesta, kehidupan dan manusia. Jawaban
singkat tentang pertanyaan Siapa pencipta alam semesta beserta hukum-hukum alamnya:
Allah adalah zat yang Maha Pencipta. Agama memperluas pengetahuan yang dicakup oleh
metodologi sains dan rasionalitas manusia seperti berkenalan dengan alam gaib, akhirat dan
sebagainya. Namun begitu, rupanya berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam
semesta di sekitar planet Bumi masih banyak yang belum terjawab atau mungkin tak
berjawab hingga kehancuran Bumi.

Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Quran atau kitab
lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbedabeda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu,
pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang
keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Quran.
Dari sejumlah ayat Al-Quran yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Naziat ayat 2733 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa
tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:

Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut big
bang, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik
di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari
hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi
sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat
celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen
yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud
hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding
dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas
terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran)
dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat
bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).

Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang

Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya

Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya

Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas

Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata meninggikan bangunan dan menyempurnakan.


Kata meninggikan bangunan dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang,
sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah

roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi.
Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar
2).

Gambar 2) model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta


Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada
dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam
semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan
berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata menyempurnakan, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta
terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan
kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau
kemungkinan lainnya akan mengerut.

Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi

Gambar 3) reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari
Surat An-Naziayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita
dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan
matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan
malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif
kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi
seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari
reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak

mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan faktafakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi
masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa
yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan
berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.

Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang
artinya, Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam.

Gambar 4) daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Gambar 5) ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula
terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi
ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian
bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun

sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium
dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur
Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama
berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia

Gambar 6) gunung sebagai pasak Bumi


Dalam ayat 32 di atas, disebutkan gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.
Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan
munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng
ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat
dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc
tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia
sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat
muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, Dan
dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Quran, sejak kemunculan
alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu alam bisshowab

Anda mungkin juga menyukai