Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Absorpsi adalah proses penyerapan pada seluruh permukaan bahan atau zat
yang berlangsung dalam suatu kolom atau absorber. Zat yang diserap disebut fase
terserap sedangkan yang menyerap disebut absorben kecuali zat padat. Absorben
dapat pula berupa zat cair karena itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat
cair atau gas dengan zat cair. Terjadinya proses absorpsi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben,laju
alir dari pelarut, jenis atau tipe kolom yang digunakan, kondisi operasi yang sesuai,
dll. Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada bagian
bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top kolom. Hal ini
disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada liquid, sehingga
kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan juga mempengaruhi
banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid. Absorpsi dikelompokan
menjadi:
1. Proses absorpsi yang berlangsung secara fisika terdiri dari absorpsi dan dekripsi.
2. Proses absorpsi yang berlangsung secara kimia, proses ini biasanya disertai oleh
reaksi kimia.
Perpindahan massa merupakan perpindahan satu unsur dari konsentrasi yang
lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Misalnya kita masukan gula ke dalam
secangkir kopi, dimana gula akan larut dan kemudian berdifusi secara seragam ke
dalam secangkir kopi tersebut.
Perpindahan massa merupakan proses penting dalam proses industri, misalnya
dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan absorpsi,
pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir.Absorpsi gas
merupakan operasi dimana campuran gas dikontakan dengan liquid yang bertujuan

untuk melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas
dalam liquid.
Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase
liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan
yang ada, karena itu diperlukan karakteristik sistem gas liquid.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui berapa banyak konsentrasi O2 yang terserap
2. Untuk menghitung koefisien perpindahan massa dalam fase liquid (kl)
3. Untuk mengetahui dan memahami proses kerja alat Wetted Wall Absorption
Column.
I.3. Permasalahan
Masalah dari percobaan ini adalah:
1. Bagaimanakah menentukan Re dan Sh dari data percobaan?
2. Bagaimanakah menentukan koefisien perpindahan massa dalam liquid?
3. Membandingkan nilai Sh vs Re pada masing-masing laju alir udara yaitu 2000
cc/min, 3000 cc/min, dan 4000 cc/min.
I.4. Hipotesis
Jika dilihat dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa
besarnya O2 yang terserap dipengaruhi oleh kecepatan laju alir udara dan laju alir air
itu sendiri. Hal ini disebabkan karena semakin banyak udara yang masuk, maka
makin mudah penyerapan O2, juga dengan makin banyaknya air yang disuplai akan
menyebabkan luas bidang penyerapan bertambah sehingga memudahkan terjadiunya
penyerapan.

I.5. Manfaat
Manfaat dari penggunaan Wetted Wall Absorption Colomn dalam industri
diantaranya adalah:
1. Dapat mengetahui cara kerja alat wetted wall absorption secara lebih jelas.
2. Dapat menentukan nilai Sh dan nilai Re dari suatu senyawa dengan
menggunakan metode wetted wall absorption.
3. Dapat mengetahui hubungan antara Sh number dengan Re number dengan
melihat grafik.
4. Dapat membuktikan secara langsung bahwa memang benar terjadi peristiwa
absorpsi bila suatu gas dilewatkan pada suatu cairan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, seperti pada kasus heat transfer,
mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah campuran gas
yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, di mana konsentrasi masing-masing
berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke komposisi yang
sama ( seragam ). Proses ini terjadi secara alami. Perpindahan massa makroskopis ini
tidak tergantung pada konveksi dalam sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi
molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari
substant yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.

d A
dZ
JA,Z = -DAB

Di mana JA,Z merupakan molar flux pada Z,

d A
dZ

(2.1)

merupakan perubahan konsentrasi

serta DAB adalah difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi
melalui komponen B. Karena perpindahan massa atau difusi hanya terjadi dalam
campuran, maka pengaruh dari tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya untuk
mengetahui laju difusi dari setiap komponen relatif terhadap kecepatan campuran.
Kecepatan campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata tiap komponen.

Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Hukum Freks ,dimana D AB adalah


koefisien difusivitas. Koefisien Difusivitas. Koefisien Difusivitas tergantung pada :
- Tekanan
-

Temperatur

Komposisi sistem

Koefisien Difusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefisien difusivitas


untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5.10 -6 10-5 m2/s ; untuk liquid 10-10 10-9 m2/s
dan untuk solid 10-14 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang
bergerak atau dua fluida yang bergerak yang tidak tercampur. Model ini tergantung
pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk gerakan fluida. Persamaan laju
perpindahan massa konvektif sebagai berikut:

NA = k . A
Dimana,

(2.2)

NA = Perpindahan massa molar zat A


A = Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi
rata-rata fluida.
k = Koefisien perpindahan massa konvektif

Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk


perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan dan aliran laminer.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu komponen gas ke
suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorpsi dan humidifikasi.
Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien perpindahan massa
konvektif adalah :

N A, Z

D AB .P
PA1 PA 2
RT ( Z 2 Z 1 ) LnPB
(2.3)

dimana:
NAZ

= laju perpindahan molar

DAB

= difusivitas

= tekanan

= konstanta gas

= temperatur

= jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, di mana gas

melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana tahanan
untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi dalam suatu
stagnant film atau laminer film tebal .
Dengan kata lain menunjukkan tebal lapisan liquid.
Transfer Massa dari gas ke film falling liquid.
Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari PM antara perm pipa dan aliran fluida telah ditentukan
dengan menggunakan wetted wall columns.Alasan mendasar untuk menggunakan
kolom-kolom ini untuk penyelidikan PM adalah untuk mengkontakkan luas area
antara 2 fase sehingga dapat dihitung dengan tepat.
Koefisien PM konvektif untuk falling liquid film dikorelasikan oleh vivian
dan peacemen dengan korelasi :

gZ
KLZ
0,433 sc

2
DAB

1
2

1
6

Re 0, 4
(2.4)

Dimana:

Z = Panjang
DAB = Difusivitas massa antara komponen A dan B]

= Densitas liquid B
= Viskositas liquid B
g = Percepatan gravitasi
sc = Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)
Re = Reynold number
Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara teoritis
untuk absorpsi dalam film laminer.
Pada wetted wall columns, liquid murni yang mudah menguap dialirkan ke
bawah di dalam permukaan pipa ciecular sementara itu gas ditiupkan dari atas atau
dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam aliran
gas diatas permukaan.
Untuk menghitung koefisien PM untuk fase gas, gunakan perbedaan gas-gas
dan liquid menghasilkan variasi untuk . Untuk itu, Sherwood dan Gilland menetapkan
nilai-nilai untuk Re dari 2000 sampai 35000, sc dari 0,6 sampai 2,5 dan tekanan gas
0,1 sampai 3 atm.
Hubungan data-data tersebut secara empirik adalah :

shav 0,023 Re

0 ,83

sc

1
3

(2.5)
dimana:
Sh

= Sherwood number

Re

= Reynold number

Sc

= Schmidt number
Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua fase.

Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk
mempelajari mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah wetted
wall column. Pada wettea-wall column, area kontak antara dua fase dibuat
sedemikian rupa. Dalam operasi ini aliran lapisan tipis liquid ( Thin Liquid Film)
sepanjang dinding kolom kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang
digunakan adalah udara biasa. Lama waktu kontak dengan gas dan liquid ini relatif
singkat selama operasinya normal. Karena hanya sejumlah kecil massa yang
terabsorpsi sedangkan liquid diasumsikan konstant ( tidak berubah ). Kecepatan
falling film sebenarnya tidak dipengaruhi oleh proses difusi. Pada proses ini terjadi
perpindahan massa dan perpindahan momentum.
Persamaan differensial untuk perpindahan momentum;

d yx
dy

g 0
(2.6)

dimana:

= shear stress

= density

= gravitasi

= jarak

Persamaan untuk profil kecepatan;

g 2
Vx

y 1 y 2

6 2
(2.7)

dimana:
Vx

= kecepatan arah x

= tebal film

= viskositas

Kecepatan maksimum;

Vmax

g 2

2
(2.8)

dimana:
Vmax = kecepatan maximum
II.1 Absorpsi
Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan liquid
untuk tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan
gas dalam liguid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas
ke liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan
yang ada, karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya
fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada
absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan
lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia
mengungguli absorpsi fisik.

II.1.1 Fungsi Absorbsi dalam industry


Meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya
Contoh :
1. Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor
hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada
tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37
40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah
air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol
dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current
contact dengan air proses.
2. Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan asam nitrat
Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom
absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO 2 dan
reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai
empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan
absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu
asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk
menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx
gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
II.1.2 Absorben

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6.

Stabil secara termis.

7.

Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium
hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk
gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
II.1.3 Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya

proses pengabsorbsi

(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.


Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain
dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen
tersebut. Jenis- jenis menara absorpsi:

1.

SieveTray
Bentuknya mirip dengan peralatan distilasi. Pada Sieve Tray, uap menggelembung
ke atas melewati lubang-lubang sederhana berdiameter 3-12 mm melalui cairan
yang mengalir. Luas penguapan atau lubang-lubang ini biasanya sekitar 5-15%
luas tray. Dengan mengatur energi kinetik dari gas dan uap yang mengalir, maka
dapat diupayakan agar cairan tidak mengalir melaui lubang-lubang tersebut.
Kedalaman cairan pada tray dapat dipertahankan dengan limpasan (overflow)
pada tanggul (outlet weir).

2. Valve Tray
Valve Tray adalah modifikasi dari Sieve Tray dengan penambahan katup-katup
untuk mencegah kebocoran atau mengalirnya cairan ke bawah pada saat tekanan
uap rendah. Dengan demikian alat ini menjadi sedikit lebih mahal daripada Sieve
Tray, yaitu sekitar 20%. Namun demikian alat ini memiliki kelebihan yaitu
rentang operasi laju alir yang lebih lebar ketimbang Sieve Tray.
3. Spray Tower
Jenis ini tidak banyak digunakan karena efisiensinya yang rendah.
4. Bubble Cap Tray
Jenis ini telah digunakan sejak lebih dari seratus tahun lalu, namun
penggunaannya mulai digantikan oleh jenis Valve Tray sejak tahun 1950. Alasan
utama berkurangnya penggunaan Bubble Cap Tray adalah alasan ekonomis,
dimana desain alatnya yang lebih rumit sehingga biayanya menjadi lebih mahal.
Jenis ini digunakan jika diameter kolomnya sangat besar.
5. Packed Bed

Jenis ini adalah yang paling banyak diterapkan pada menara absorpsi. Packed
Column lebih banyak digunakan mengingat luas kontaknya dengan gas. Packed
Bed berfungsi mirip dengan media filter, dimana gas dan cairan akan tertahan dan
berkontak lebih lama dalam kolom sehingga operasi absorpsi akan lebih optimal.
Beragam jenis packing telah dikembangkan untuk memperluas daerah dan
efisiensi kontak gas-cairan. Ukuran packing yang umum digunakan adalah 3-75
mm. Bahan yang digunakan dipiluh berdasarkan sifat inert terhadap komponen
gas maupun cairan solven dan pertimbangan ekonomis, antara lain tanah liat,
porselin, grafit dan plastik. Packing yang baik biasanya memenuhi 60-90% dari
volume kolom.
Sistem Dua Komponen
Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak mudah
menguap, yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas yang
larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang ada. Pada T
tetap, kelarutan gas akan bertambah bila P dinaikkan pada absorben yang sama. Gas
yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada umumnya kelarutan gas akan
menurun bila T dinaikkan.
Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu, kelarutan
setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang dinyatakan
dalam tekanan parsiil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas ada gas yang
sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas yang mudah
larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut dalam liquid,
kelarutan masing-masing gas tidak saling mempengaruhi bila gas tidak dipengaruhi
oleh sifat liquid. Ini hanya terjadi pada larutan ideal.
Karakteristik larutan ideal yaitu:
1. Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah,
dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.

2. Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang dilepaskan.
3. Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa operasi
lain ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedang pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah serta tower
packing. Penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar
untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu. Zat cair yang
masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di
dalam pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan distributor, sehingga pada
operasi yang ideal membebaskan permukaan isian secara seragam. Gas yang
mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang pendistribusian yang
terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian
berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang luas
untuk kontak zatcair dan gas serta membantu terjadinya kontak antara kedua fase.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1. Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara
2. Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
3. Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak
zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
4. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dengan
gas.
5. Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang
akan diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan konsentrasi
dan pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju optimum zat cair
untuk absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya operasi untuk kedua unit
dan baiaya tetap untuk peralatan. Bila gas hanya diumpankan ke dalam menara

absorpsi, suhu di dalam menara itu berubah secara menyolok dari dasar menara ke
puncaknya. Kalor absorpsi zat terlarut menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan
pelarut cenderung menyebabkan suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah
peningkatan suhu larutan, tetapi di dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati
maksimum. Bentuk profil suhu bergantung pada laju penyerapan zat terlarut,
penguapan dan kondensasi pelarut, serta perpindahan kalor antara kedua fase.
Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda yaitu:
1. Menggunakan koefisien individual
2. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.
3. Menggunakan koefisien volumetrik.
4. Menggunakan koefisien persatuan luas.
II.1.4 Prinsip Kerja Kolom Absorbsi
1. Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir
berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu
fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini
dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua reaksi
kimia.
2. Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah
menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas
dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari
bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas
menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing
dengan dua tingkat.

BAB III
METODOLOGI

III.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan, yaitu:
1. Kolom deoksigenator
2. Pump
3. Compressor
4. Sensor Probe
5. Tanki Penampung Air
6. Flowmeter udara
7. Flowmeter air
Bahan yang digunakan, yaitu:
1. Air
2. Udara
III.2 Prosedur Percobaan
1. Tekan tombol power lalu tekan tombol supply
2. Tekan tombol pump 1untuk mengalirkan air dari bak penampung ke kolom
deoksigenator
3. Atur flowmetter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
4. Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang
berfungsi untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmetter dan sensor probe
dimana alat ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O 2 yang
terserap dari inlet.
5. Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted Wall Absorption Colomn
dan selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang
berupa lapisan tipis (film)
6. Bersamaan dengan itu, O2 mengalir dari dasar kolom setelah terlebih dahulu
dipompakan udara oleh Komperessor melalui cakram yang mendistribusi

udara ke kolom sehingga O2 naik ke atas dan sebaliknya film turun ke


bawah secara counter current. Udara yang dialirkan oleh kompressor
sebelumnya masuk dalam flowmeter udara untuk menghitung laju alir
udara.
7. Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk
menghitung O2 outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO
meter.

Anda mungkin juga menyukai