Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SISTEM KAROTIS
Oleh:
Alvin Hadisaputra
NIM. 1408465584
Pembimbing:
dr. Riki Sukiandra, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
SISTEM KAROTIS
1.
Arkus aorta yang mempunyai tiga cabang, yaitu arteri brakhiosefalik (arteri
innominata), arteri karotis komunis sinistra dan arteri subklavia sinistra. Arteri
brakhiosefalik selanjutnya bercabang menjadi arteri karotis komunis dekstra dan
arteri subklavia dekstra. Arteri karotis komunis sinistra dan dekstra masingmasing bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna dan arteri subklavia
dekstra dan sinistra masing-masing mempunyai salah satu cabang yaitu vertebralis
dekstra dan sinistra. Aliran darah ke otak yang melalui arteri karotis interna
beserta cabang-cabangnya disebut sistem karotis..1,2 Berikut ini merupakan gambar
dari peredaran darah arteri mulai dari aorta sampai ke arteri karotis interna.3
2.
Sistem karotis
Otak diperdarahi oleh dua arteri karotis interna dan arteri vertebralis.
Empat arteri ini berada dalam ruang subaraknoid.4,5 Arteri karotis interna di kedua
1
a. Arteri oftalmika
Arteri oftalmika merupakan cabang arteri karotis interna saat memasuki
rongga subaraknoid. Masuk ke rongga mata melalui kanalis optikus bawah
dan lateral terhadap nervus optikus. Arteri ini memperdarahi seluruh
struktur orbita seperti mukosa sinus sfenoid, sinus ethmoidalis dan dorsum
nasi. Cabang-cabangnya memperdarahi daerah frontal kulit kepala,
pangkal hidung, kelopak mata dan beranastomosis dengan arteri maksilaris
interna dan arteri fasialis (cabang dari arteri karotis interna).4,5
b. Artetri komunikan posterior
Pembuluh kecil yang berasal dari arteri karotis interna yang berdekatan
dengan cabang-cabang terakhir. Arteri komunikans posterior berjalan
posterior dari nervus okulomotorius. Arteri ini berhubungan dengan
segmen proksimal arteri serebri posterior membentuk kompenen sirkulus
Willisi yang menghubungkan arteri karotis interna dengan arteri
vertebralis.4,5 Arteri komunikan posterior memperdarahi tuber sinereum,
talamus, subtalamus dan kapsula interna.4
c. Arteri koroidea
Cabang kecil yang berasal dari arteri karotis interna yang berjalan ke
posterior berdekatan dengan traktus optikus masuk ke kornu inferior
ventrikulus lateral dan berakhir pada pleksus koroideus dan memperdarahi
plekksus
koroideus. Arteri
ini
memberikan
cabang-cabang
kecil
3.
a. Arteri oftalmika
Emboli kecil dapat melewati arteri oftalmika dan menyangkut di arteri
sentralis retina yang menyebabkan iskemia retina dan menimbulkan
amourosis fugax. Amaurosis fugax merupakan kondisi transien yang
disebabkan emboli yang mengalami lisis spontan.4
b. Arteri komunikans posterior
Emboli yang memasuki arteri komunikans posterior menyebabkan
iskemik pada tentori arteri serebri posterior atau talamus yang
bermanifestasi klinis berupa hemianopsia homonim kontralateral dan
defisit talamik.4
c. Arteri koroidea anterior
Manifestasi klinis iskemia pada daerah yang diperdarahi oleh arteri
koroidea anterior adalah hemiparesis dan hemihipestesia kontralateral
serta hemianopsia homonim kontralateral. Iskemia bagian medial
lobus temporalis merupakan tanda pasti gangguan arteri koroidea
anterior.4
d. Arteri serebri media
Emboli arteri serebri media merupakan penyebab tersering iskemik
serebri. Manifestasi klinik tergantung pada lokasi oklusi arteri. Di
dalam fisura sylvii, arteri serebri media terbagi menjadi cabang utama
yang menyuplai sebagian besar lobus frontal, parietal dan temporalis.
Oklusi cabang utama arteri serebri media menyebabkan hemiparesis
dan
hemihipestesia
kontralateral
dan
hemianopsia
homonim
DAFTAR PUSTAKA
1. Netter FH, Craig JA, Perkins J. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology
special edition. USA : ComTan; 2002.
9
medical
images.
[accessed
november,
2015].
available
at:http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/013/139220550x0475.jp
g
4. Baehr, M. Frotscher,M. Duus Topical Diagnosis in Neurology 4th Completely
Revised Edition. New York : Thieme; 2005. 418-466
5. Snell RS. Neuroanatomi klinik. Edisi 1. Jakarta: EGC; 1996. 539-549.
6. Toole JF. Cerebrovascular Disorder 3th Edition. New York : Raven Press;
1984. 1-17, 57-75.
7. Felten DL. Shetty AN. Netters atlas of neuroscience. Second edition.
Philadelphia: Elsevier; 2012. 75-87.
10