Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Tenggelam

adalah

proses

mengalami

gangguan

pernafasan

dari

perendaman/ perendaman dalam cairan. Perendaman lengkap tidak diperlukan


untuk terjadi tenggelam. Seorang individu yang mabuk, tidak sadar, atau epilepsi
sangat muda tenggelam dalam waktu 5 sampai 6 cm di Air, jika cairan meliputi
mulut dan hidung.1,2.3
Tenggelam adalah penyebab utama ketiga kematian dari cedera yang tidak
disengaja di seluruh dunia, akuntansi untuk 7% dari semua kematian cedera yang
berhubungan menurut data dari WHO 2004.4
Ada sekitar 372.000 kematian tenggelam tahunan di seluruh dunia. Estimasi
global secara signifikan dapat meremehkan masalah kesehatan masyarakat yang
sebenarnya terkait dengan tenggelam. Anak-anak, laki-laki dan individu dengan
peningkatan akses terhadap air adalah yang paling berisiko tenggelam. Laporan
sebelumnya menunjukkan bahwa, meskipun tingkat kematian dari tenggelam
tidak disengaja untuk orang yang berusia 0-19 tahun menurun di Amerika Serikat,
tenggelam telah menjadi penyebab utama kematian dari cedera yang tidak
disengaja antara anak-anak usia 1-4 tahun.2.5
Ada berbagai ketidakpastian sekitar perkiraan kematian tenggelam global.
Metode Data kategorisasi resmi untuk tenggelam mengecualikan kematian yang
disengaja tenggelam (bunuh diri atau pembunuhan) dan kematian tenggelam
akibat bencana banjir dan insiden transportasi air.2
Data dari negara-negara berpenghasilan tinggi yang menyarankan metode
kategorisasi ini mengakibatkan underrepresentation signifikan dari korban
tenggelam hingga 50% di beberapa negara berpenghasilan tinggi. Statistik
tenggelam non-fatal di banyak negara tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tenggelam

adalah

proses

mengalami

gangguan

pernafasan

dari

perendaman/ perendaman dalam cairan sehingga terhisap masuk ke jalan


napas sampai alveoli paru-paru.2.5
B. JENIS-JENIS TENGGELAM
Jenis-jenis mati tenggelam dapat dilihat berdasarkan posisi mayat dan
penyebabnya.5
1. Berdasarkan posisi mayat :
Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi
sebagian tubuh mayat masuk ke dalam air, seperti bagian kepala

mayat.
Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh

tubuh mayat masuk ke dalam air.


2. Berdasarkan penyebabnya :
Dry drowning adalah mati tenggelam dengan inhalasi sedikit air.
Wet drowning adalah mati tenggelam dengan inhalasi banyak air.
C. FAKTOR RESIKO
1. Usia
Umur adalah salah satu faktor risiko utama untuk tenggelam.
Hubungan ini sering dikaitkan dengan kesalahan dalam pengawasan.
Secara umum, tingkat tenggelam tertinggi di antara anak-anak 1-4 tahun,
diikuti oleh anak-anak 5-9 tahun. Pada anak-anak WHO Western Pacific
Region

berusia

5-14

tahun

mati

disebabkan

oleh

tenggelam

dibandingkan penyebab lainnya.2


2. Jenis Kelamin
Laki-laki terutama berisiko tenggelam, dengan dua kali angka
kematian secara keseluruhan perempuan. Mereka lebih cenderung
dirawat di rumah sakit daripada perempuan untuk tenggelam non-fatal.
Studi menunjukkan bahwa tingkat tinggi antara laki-laki tenggelam

adalah karena meningkatnya paparan air dan perilaku berisiko seperti


berenang saja, minum alkohol sebelum berenang sendirian dan
berperahu.2
3. Akses terhadap air
Peningkatan akses terhadap air merupakan faktor risiko lain untuk
tenggelam. Individu dengan pekerjaan seperti memancing komersial
atau memancing untuk subsisten, menggunakan perahu kecil di negaranegara berpenghasilan rendah lebih rentan tenggelam. Anak-anak yang
tinggal di dekat sumber air terbuka, seperti selokan, kolam, saluran
irigasi, atau kolam renang sangat beresiko.2
4. Bencana Banjir
Tenggelam merupakan 75% dari kematian dalam bencana banjir.
Bencana banjir menjadi lebih sering dan tren ini diperkirakan akan terus
berlanjut. Tenggelam risiko meningkat dengan banjir khususnya di
berpenghasilan rendah dan menengah negara-negara di mana orang
tinggal di daerah rawan banjir dan kemampuan untuk memperingatkan,
mengevakuasi, atau melindungi masyarakat dari banjir lemah atau baru
saja berkembang.2
5. Perjalanan di atas air
Komuter sehari-hari dan perjalanan yang dibuat oleh para migran
atau pencari suaka sering penuh sesak, kapal tidak aman, kurang
peralatan keselamatan atau dioperasikan oleh tenaga terlatih dalam
menangani insiden transportasi atau navigasi. Personil di bawah
pengaruh alkohol atau obat-obatan juga risiko.2

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pada kasus tenggelam bukan hanya sekedar masuknya cairan
kedalam saluran pernapasan, tetapi merupakan hal yang cukup kompleks.
Mekanisme tenggelam dalam air asin berbeda dengan tenggelam dalam air
tawar.
1. Tenggelam dalam air tawar
Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar, sehingga
terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72% yang mengakibatkan

terjadinya hemolisis. Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang


serius, dimana kalium dalam plasma meningkat dan natrium berkurang,
terjadi juga anoksia yang hebat pada miokardium. Hemodilusi
menyebabkan cairan dalam pembuluh darah atau sirkulasi menjadi
berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistole dan dalam waktu beberapa
menit terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk beberapa saat masih
berdenyut dengan lemah dan terjadi anoksia cerebri yang hebat. Hal ini
yang menerangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat.4,5

Tabel 1. perbedaan tempat tenggelam


2. Tenggelam di air asin
Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar
sampai sekitar 42%, dan masuk kedalam jaringan paru-paru, sehingga
terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu yang relatif singkat.
Pertukaran elektrolit dari air asin kedalam darah mengakibatkan
meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma.
Fibrilasi ventrikel tidak terjadi. Terjadinya anoksia pada miokardium
yang disertai peningkatan viskositas darah akan menyebabkan terjadinya
payah jantung. Tidak terjadi hemolisis, melainkan hemokonsentrasi.
Tekanan sistole akan menetap dalam beberapa menit.4,5
E. PEMERIKSAAN LUAR

Maserasi atau pelunakan kulit dimulai dalam beberapa menit setelah


direndam dalam air. Patolog forensik dari daerah beriklim sedang menulis
bahwa maserasi mungkin tidak muncul selama berjam-jam jika air dingin.
Permukaannya menjadi keriput, pucat, dan jenuh dengan air.3
Jika tubuh dikeluarkan dari air (danau, laut, bak mandi), pemeriksaan
kulit untuk luka tumpul harus ditunda sampai tubuh kering. Lecet tidak
mudah terlihat sampai pengeringan terjadi. Ketika tubuh dibiarkan kering,
abrasi menjadi coklat dan mudah dilihat.3
1. Penurunan suhu mayat (algor mortis) berlangsung cepat, rata-rata 5 0F
per menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu
5-6 jam.3
2. Lebam mayat (livor mortis) akan tampak jelas pada dada bagian depan,
leher, dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang yang perlu
dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.3

Gambar 1 : Livor Mortis (lebam mayat)


3. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap.
Pada pembusukan lanjut tampak gelembung pembusukan, terutama di
bagian atas tubuh dan skrotum serta penis pada pria atau labia mayora
pada wanita. Kulit telapak tangan dan kaki dapat mengelupas.3
4. Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina) sering dijumpai.
Keadaan ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan selular,
atau merupakan perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis
pada otot erektor pili. Namun kutis anserine tidak mempunyai nilai
sebagai kriteria diagnostik. Busa halus putih yang berbentuk jamur
(mushroom like mass) tampak pada mulut atau hidung atau keduanya.3

Gambar 2 : goose flesh


5. Perdarahan berbintik (patechial haemmorrages) dapat ditemukan pada
kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.3
6. Pada pria, genitalianya dapat mengerut, ereksi, atau semi ereksi namun
yang paling sering dijumpai adalah semi ereksi.3
7. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan yang merupakan
tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda-tanda sedang
terjadi epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.3
8. Cadaveric spasm biasanya jarang dijumpai dan dapat diartikan bahwa
berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkan dahan,
batu atau rumput yang tergenggam. Adanya cadaveric spasm
menunjukan bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada saat
terbenam.3

Gambar 3 : Cadaveric spasm


9. Bila korban adalah bayi, dapat dipastikan bahwa kasusnya merupakan
kasus pembunuhan.3
10. Bila seorang dewasa ditemukan mati dalam kolam yang dangkal, harus
dipikirkan kemungkinan adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah
diberi racun, korban dilemparkan ke tempat tersebut dengan maksud
mengacaukan penyidik.3
6

F. PEMERIKSAAN DALAM
1. Bila keadaan mayat telah mengalami pembusukan lanjut, pemeriksaan
dan pengambilan kesimpulan menjadi sulit. Pemeriksaan terutama
ditujukan pada sistem pernapasan. Busa halus putih terdapat mengisi
trakhea dan cabang-cabangnya. Air juga dapat ditemukan, demikian
halnya dengan benda asing yang ikut terinhalasi bersama air.4
2. Benda asing dalam trakhea dapat tampak makroskopik, misalnya pasir,
lumpur, binatang air, dan tumbuhan air. Sedangkan yang tampak secara
makroskopik misalnya telur cacing dan diatom (ganggang kersik).4
3. Untuk mencari diatome, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan
asam sulfat dan asam nitrat, kemudian dilakukan sentrifugasi dan
endapannya dilihat dibawah mikroskop.4
4. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan,
perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum
intraalveoli, atau karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan
oksigen.4
5. Bercak paltauf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada
bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan
antar bagian paru-paru.4
6. Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru
biasanya sangat mengembang, seringkali menutupi perikardium dan
pada permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada perabaan
kenyal.4
7. Emphysema aquosum dijumpai pada sekitar 80% kasus tenggelam, dan
adanya kelainan tersebut merupakan bukti yang kuat bahwa kematian
korban karena tenggalam.4
Ada 7 tanda intravitalitas mati tenggelam (drowning), yaitu :
1. Cadaveric spasme
2. Perdarahan pada liang telinga tengah mayat.
3. Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam
saluran pencernaan dan saluran pernapasan mayat.
4. Ada bercak Paltauf di permukaan paru-paru mayat.
5. Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.
6. Ada diatome pada paru-paru atau sumsum tulang mayat.

7. Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat.
Pada kasus mati tenggelam (drowning), dapat kita temukan tanda-tanda
adanya kekerasan berupa luka lecet pada belakang kepala, siku, lutut,
jari-jari tangan, atau ujung kaki mayat.
G.

PEMERIKSAAN LAINNYA
a. Pemeriksaan Diatom
Diatom kelompok besar dari alga plankton yang termasuk paling
sering ditemui. Diatom sendiri merupakan fitoplankton yang termasuk
dalam kelas Bacillariophyceae. Ia terdapat dimana saja, dari tepi pantai
hingga ke tengah samudra.4
Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam
gelatin (Gelatinous extrusion) yang memberikan daya lekat pada benda atau
substrat. Kadang ditemukan beberapa diatom yang walau sangat lambat
tetapi punya daya untuk bergerak. Diatom akan sangat tergantung pada pola
arus dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun vertical.
Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam
gelatin (Gelatinous extrusion) yang memberikan daya lekat pada benda atau
substrat. Kadang ditemukan beberapa diatom yang walau sangat lambat
tetapi punya daya untuk bergerak. Diatom akan sangat tergantung pada pola
arus dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun vertical.4
Dari bentuknya, diatom itu sendiri dikenal dengan cell diatom
melingkar (Centric diatom) dan cell diatom memanjang (pennate diatom).
Diatom sentrik bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri radial atau
konsentrik dengan satu titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong,
silindris, dengan penampang bulat, segitiga atau segiempat. Sebaliknya
diatom penat (pinnate) mempunyai simetri bilateral, yang bentuknya
umumnya memanjang atau berbentuk sigmoid seperti huruf S. Sepanjang
median sel diatom penat ada jalur tengah yang disebut rafe.4

Gambar: Bagian sel diatom sentric (centrik diatom) (A) dan pada diatom
penat (pennate diatom) (B)
Pada kasus tenggelam di air tawar, keberadaan diatom di sumsum
tulang dapat digunakan untuk mendiagnosis 30% dari kasus tenggelam di air
tawar, hasil diagnose tersebut sangat bergantung oleh dinamika populasi
diatom yang dipengaruhi oleh musim, selain juga faktor ukuran dari diatom
tersebut. Musim dingin adalah musim dengan frekuensi tertinggi tidak
ditemukan diatom pada sampel. Diatom yang biasa ditemukan pada kasus
tenggelam pada air tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal adalah:
Navicula pupula, N. cryptocephara, N. graciloides, N. meniscus N. bacillum
N. radiosa, N. simplex, N. pusilla, Pinnularia mesolepta, P. gibba, P.
braunii, Nitzscia mesplepta, Mastoglia smithioi, Cymbella cistula, Camera
lucida, Cymbella cymbiformi, dan Cocconeis diminuta Pinnularia boreali
ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan pada
air tawar yang dangkal.5

Gambar 5: Cosconodius sp, salah satu contoh diatom di


9

perairan air tawar

Gambar 6: diatom dan tempat organ diatom ditemukan


Keseluruhan prosedur dalam persiapan bahan untuk analisa diatom
meliputi contoh air dari dugaan lokasi tenggelam, contoh jaringan dari hasil
otopsi korban, jaringan yang dihancurkan untuk mengumpulkan diatom,
konsentrasi diatom, dan analisa mikroskopis. Pengumpulan bahan dari
media tenggelam yang diduga harus dilakukan semenjak penemuan jenazah
dari air permukaan dan dalam, menggunakan 1 hingga 1,5 L tempat steril
untuk disimpan pada suhu 4C, di dalamnya disimpan bahan-bahan dari
korban dugaan tenggelam yang diambil dengan cara steril., kebanyakan
berasal dari paru-paru, ginjal, otak, dan sumsum tulang. Usaha untuk
mencari diatome (binatang bersel satu) dalam tubuh korban. Karena adanya
anggapan bahwa bila orang masih hidup pada waktu tenggelam, maka akan
terjadi aspirasi, dan karena terjadi adanya usaha untuk tetap bernafas maka
terjadi kerusakan bronkioli/bronkus sehingga terdapat jalan dari diatome
untuk masuk ke dalam tubuh. Syaratnya paru-paru harus masih dalam
keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis

10

diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut. Cara melakukan


pemeriksaan diatome yaitu:4
1. Ambil potongan jaringan sebesar 2-5 gram (hati, ginjal, limpa dan
sumsum tulang).
2. Potongan jaringan tersebut dimasukkan 10 mL asam nitrat jenuh, 0,5 ml
asam sulfat jenuh.
3. Kemudian dimasukkan lemari asam sampai semua jaringan hancur.
4. Warna jaringan menjadi hitam oleh karena karbonnya.
5. Ditambahkan natrium nitrat tetes demi tetes sampai warna menjadi
jernih.
6. Kadang-kadang sifat cairan asam sehingga sukar untuk melakukan
pemeriksaan, oleh karena itu ditambahkan sedikit NaOH lemah (sering
tidak dilakukan oleh karena bila berlebihan akan menghancurkan
chitine).
7. Kemudian dicuci dengan aquadest. Lalu dikonsentrasikan (seperti telur
cacing), disimpan/diambil sedikit untuk diperiksa, diteteskan pada deck
gelas lalu keringkan dengan api kecil.
8. Kemudian ditetesi oil immersion dan diperiksa dibawah mikroskop.
b. Pemeriksaan Getah Paru
Merupakan pemeriksaan patognomonis untuk kasus-kasus tertentu.
Dicari benda-benda asing dalam getah paru yang diambil pada daerah
subpleura, antara lain: pasir, lumpur, telur cacing, tanaman air, dll.5
Cara pemeriksaan getah paru yaitu:
1. Paru-paru dilepaskan satu persatu secara tersendiri dengan memotong
hilus.
2. Paru-paru yang sudah dilepas tidak boleh diletakkan tetapi langsung
disiram dengan dengan air bersih (bebas diatom dan alga).
3. Permukaan paru dibersihkan dengan cara dikerik/dikerok 2-3 kali, lalu
pisau kembali dibersihkan dengan air yang mengalir.
4. Dengan mata pisau yang tegak lurus permukaan paru, kemudian
permukaan paru diiris sedangkal (subpleura), lalu pisau kembali
dibersihkan di bawah air yang megalir, lalu dikibaskan sampai kering.
5. Dengan ujung pisau, getah paru pada irisan tadi diambil kemudian
diteteskan pada objek glass lalu ditutup cover glass dan diperiksa di
bawah mikroskop.
11

6. Cara lain yaitu dengan menempelkan objek glass pada permukaan irisan
didaerah subpleural, lalu ditutup cover glass pada permukaan irisan
didaerah subpleural, lalu ditutup cover glass dan diperiksa dibawah
mikroskop.
Syarat sediaan percobaan getah paru yaitu eritrosit dalam sediaan
harus sedikit jumlahnya. Bila banyak mungkin irisan terlalu dalam.4
c. Pemeriksaan DNA
Metode lain dalam pengidentifikasian diatom adalah dengan
amplifikasi DNA ataupun RNA diatom pada jaringan manusia, analisa
mikroskopis pada bagian jaringan, kultur diatom pada media, dan
spectrofluophotometry untuk menghitung klorofil dari plankton di paruparu. Metode pendeteksi diatom di darah meliputi observasi secara langsung
diatom pada membrane filter, setelah darah dihemolisa menggunakan
sodium dodecyl sulfate, atau dengan metode hemolisa kombinasi, 5 mm pori
membrane filter. Dicampur dengan asam nitrat, dan disaring ulang.5
Setelah pencampuran selesai diatom dapat diisolasi dengan metode
sentrifuse atau membrane filtration. Siklus sentrifuse mengkonsentrasikan
diatom dan menyingkirkan semua sisa asam dengan pencucian berulang,
supernatant diganti tiap beberapa kali dengan air distilled. Penggunaan
saring nitroselulose adalah bagi bahan dengan jumlah diatom yang rendah
dan diikuti dengan analisa LM.5
d. Pemeriksaan kimia darah (gettler test)
Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa
kadar NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam
dalam air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada
jantung kanan. Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma.
Korban yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi
pada jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K
sedikit meningkat dalam plasma.5
e. Pemeriksaan Histopatologi

12

Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik


perdarahan di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.5

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tenggelam merupakan keadaan dimana tubuh mengalami gangguan
pernapasan akibat terbenam dalam air atau cairan sebagian maupun
seluruh tubuh hingga terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paruparu
2. Dengan melakukan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
khusus lainnya, dapat menjelaskan apakah korban meninggal akibat
tenggelam atau akibat hal lain.
3. Dengan melakukan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
khusus lainnya, dapat menentukan korban meninggal akibat tenggelam di
air tawar atau di air asin.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Cantwell G Patricia. Drowning. (online). 2012. [cited. 2015 june 30]
Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/772753overview#showall
2. World Health Organization. Fact on drawning. (online). 2014. [cited. 2015
june

30]

available

from

URL

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs347/en/
3. Idris Abdul Munim. Tenggelam. In: Saputra Lyndon eds. Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Indonesia: Binarupa Aksara. 2012. P: 197-212
4. Hoediyanto Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya.
FK UNAIR.ed.7. p: 86-94
5. Budi, Zulhasmar, Tjetjep. Tenggelam. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta.
2003. P: 94-100

14

Anda mungkin juga menyukai