Ref. Tenggelam
Ref. Tenggelam
PENDAHULUAN
Tenggelam
adalah
proses
mengalami
gangguan
pernafasan
dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tenggelam
adalah
proses
mengalami
gangguan
pernafasan
dari
mayat.
Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh
berusia
5-14
tahun
mati
disebabkan
oleh
tenggelam
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pada kasus tenggelam bukan hanya sekedar masuknya cairan
kedalam saluran pernapasan, tetapi merupakan hal yang cukup kompleks.
Mekanisme tenggelam dalam air asin berbeda dengan tenggelam dalam air
tawar.
1. Tenggelam dalam air tawar
Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar, sehingga
terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72% yang mengakibatkan
F. PEMERIKSAAN DALAM
1. Bila keadaan mayat telah mengalami pembusukan lanjut, pemeriksaan
dan pengambilan kesimpulan menjadi sulit. Pemeriksaan terutama
ditujukan pada sistem pernapasan. Busa halus putih terdapat mengisi
trakhea dan cabang-cabangnya. Air juga dapat ditemukan, demikian
halnya dengan benda asing yang ikut terinhalasi bersama air.4
2. Benda asing dalam trakhea dapat tampak makroskopik, misalnya pasir,
lumpur, binatang air, dan tumbuhan air. Sedangkan yang tampak secara
makroskopik misalnya telur cacing dan diatom (ganggang kersik).4
3. Untuk mencari diatome, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan
asam sulfat dan asam nitrat, kemudian dilakukan sentrifugasi dan
endapannya dilihat dibawah mikroskop.4
4. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan,
perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum
intraalveoli, atau karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan
oksigen.4
5. Bercak paltauf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada
bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan
antar bagian paru-paru.4
6. Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru
biasanya sangat mengembang, seringkali menutupi perikardium dan
pada permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada perabaan
kenyal.4
7. Emphysema aquosum dijumpai pada sekitar 80% kasus tenggelam, dan
adanya kelainan tersebut merupakan bukti yang kuat bahwa kematian
korban karena tenggalam.4
Ada 7 tanda intravitalitas mati tenggelam (drowning), yaitu :
1. Cadaveric spasme
2. Perdarahan pada liang telinga tengah mayat.
3. Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam
saluran pencernaan dan saluran pernapasan mayat.
4. Ada bercak Paltauf di permukaan paru-paru mayat.
5. Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.
6. Ada diatome pada paru-paru atau sumsum tulang mayat.
7. Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat.
Pada kasus mati tenggelam (drowning), dapat kita temukan tanda-tanda
adanya kekerasan berupa luka lecet pada belakang kepala, siku, lutut,
jari-jari tangan, atau ujung kaki mayat.
G.
PEMERIKSAAN LAINNYA
a. Pemeriksaan Diatom
Diatom kelompok besar dari alga plankton yang termasuk paling
sering ditemui. Diatom sendiri merupakan fitoplankton yang termasuk
dalam kelas Bacillariophyceae. Ia terdapat dimana saja, dari tepi pantai
hingga ke tengah samudra.4
Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam
gelatin (Gelatinous extrusion) yang memberikan daya lekat pada benda atau
substrat. Kadang ditemukan beberapa diatom yang walau sangat lambat
tetapi punya daya untuk bergerak. Diatom akan sangat tergantung pada pola
arus dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun vertical.
Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam
gelatin (Gelatinous extrusion) yang memberikan daya lekat pada benda atau
substrat. Kadang ditemukan beberapa diatom yang walau sangat lambat
tetapi punya daya untuk bergerak. Diatom akan sangat tergantung pada pola
arus dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun vertical.4
Dari bentuknya, diatom itu sendiri dikenal dengan cell diatom
melingkar (Centric diatom) dan cell diatom memanjang (pennate diatom).
Diatom sentrik bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri radial atau
konsentrik dengan satu titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong,
silindris, dengan penampang bulat, segitiga atau segiempat. Sebaliknya
diatom penat (pinnate) mempunyai simetri bilateral, yang bentuknya
umumnya memanjang atau berbentuk sigmoid seperti huruf S. Sepanjang
median sel diatom penat ada jalur tengah yang disebut rafe.4
Gambar: Bagian sel diatom sentric (centrik diatom) (A) dan pada diatom
penat (pennate diatom) (B)
Pada kasus tenggelam di air tawar, keberadaan diatom di sumsum
tulang dapat digunakan untuk mendiagnosis 30% dari kasus tenggelam di air
tawar, hasil diagnose tersebut sangat bergantung oleh dinamika populasi
diatom yang dipengaruhi oleh musim, selain juga faktor ukuran dari diatom
tersebut. Musim dingin adalah musim dengan frekuensi tertinggi tidak
ditemukan diatom pada sampel. Diatom yang biasa ditemukan pada kasus
tenggelam pada air tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal adalah:
Navicula pupula, N. cryptocephara, N. graciloides, N. meniscus N. bacillum
N. radiosa, N. simplex, N. pusilla, Pinnularia mesolepta, P. gibba, P.
braunii, Nitzscia mesplepta, Mastoglia smithioi, Cymbella cistula, Camera
lucida, Cymbella cymbiformi, dan Cocconeis diminuta Pinnularia boreali
ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan pada
air tawar yang dangkal.5
10
6. Cara lain yaitu dengan menempelkan objek glass pada permukaan irisan
didaerah subpleural, lalu ditutup cover glass pada permukaan irisan
didaerah subpleural, lalu ditutup cover glass dan diperiksa dibawah
mikroskop.
Syarat sediaan percobaan getah paru yaitu eritrosit dalam sediaan
harus sedikit jumlahnya. Bila banyak mungkin irisan terlalu dalam.4
c. Pemeriksaan DNA
Metode lain dalam pengidentifikasian diatom adalah dengan
amplifikasi DNA ataupun RNA diatom pada jaringan manusia, analisa
mikroskopis pada bagian jaringan, kultur diatom pada media, dan
spectrofluophotometry untuk menghitung klorofil dari plankton di paruparu. Metode pendeteksi diatom di darah meliputi observasi secara langsung
diatom pada membrane filter, setelah darah dihemolisa menggunakan
sodium dodecyl sulfate, atau dengan metode hemolisa kombinasi, 5 mm pori
membrane filter. Dicampur dengan asam nitrat, dan disaring ulang.5
Setelah pencampuran selesai diatom dapat diisolasi dengan metode
sentrifuse atau membrane filtration. Siklus sentrifuse mengkonsentrasikan
diatom dan menyingkirkan semua sisa asam dengan pencucian berulang,
supernatant diganti tiap beberapa kali dengan air distilled. Penggunaan
saring nitroselulose adalah bagi bahan dengan jumlah diatom yang rendah
dan diikuti dengan analisa LM.5
d. Pemeriksaan kimia darah (gettler test)
Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa
kadar NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam
dalam air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada
jantung kanan. Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma.
Korban yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi
pada jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K
sedikit meningkat dalam plasma.5
e. Pemeriksaan Histopatologi
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tenggelam merupakan keadaan dimana tubuh mengalami gangguan
pernapasan akibat terbenam dalam air atau cairan sebagian maupun
seluruh tubuh hingga terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paruparu
2. Dengan melakukan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
khusus lainnya, dapat menjelaskan apakah korban meninggal akibat
tenggelam atau akibat hal lain.
3. Dengan melakukan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
khusus lainnya, dapat menentukan korban meninggal akibat tenggelam di
air tawar atau di air asin.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Cantwell G Patricia. Drowning. (online). 2012. [cited. 2015 june 30]
Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/772753overview#showall
2. World Health Organization. Fact on drawning. (online). 2014. [cited. 2015
june
30]
available
from
URL
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs347/en/
3. Idris Abdul Munim. Tenggelam. In: Saputra Lyndon eds. Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Indonesia: Binarupa Aksara. 2012. P: 197-212
4. Hoediyanto Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya.
FK UNAIR.ed.7. p: 86-94
5. Budi, Zulhasmar, Tjetjep. Tenggelam. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta.
2003. P: 94-100
14